1.1 Pemicu
Seorang pasien anak laki-laki berusia 12 bulan dibawa ibunya ke IGD dengan
keluhan buang air besar cair sejak 2 hari yang lalu. BAB cair berwarna kuning, ampas
sedikit, tidak disertai lendir dan darah, frekuensi ± 10 kali perhari. Muntah sejak satu
hari yang lalu, berisi sisa makanan dan minuman, frekuensi ± 5 kali perhari. Demam
sejak 1 hari yang lalu. Batuk dan pilek tidak ada. Dari keterangan ibunya, pasien lebih
rewel dan kehausan. Masih mau minum, tetapi dimuntahkan kembali. Pasien tidak
mau makan sejak 1 hari yang lalu. Saat ini pasien mendapat susu formula, tidak
mendapat air susu ibu (ASI). Buang air kecil terakhir ± 6 jam yang lalu, jumlah
sedikit, warna kuning pekat.
Anak laki-laki berusia 12 bulan dibawa ibunya datang ke IGD dengan keluhan
BAB cair berwarna kuning sejak 2 hari yang lalu kurang lebih 10x perhari disertai
muntah kurang lebih 5x perhari dan demam serta BAK berwarna kuning pekat. Pasien
saat ini mendapat susu formula.
Laki-laki 12 bulan
Diare
Gastroenteritis
1. Terapi cairan
2. Terapi simpromatik
3. Terapi definitif
1.6 Hipotesis
Pada pemeriksaan fisik didapatkan BB 6,9 kg, PB 68 cm, lingkar kepala 45 cm.
keadaan umum sakit sedang, frekuensi nafas 30 kali permenit, frekuensi nadi 136 kali
permenit, temperatur 38,4 °C. ubun ubun besar (UUB) teraba cekung, mata
cekung,konjungtiva pucat, turgor kulit/ cubitan kulit kembali lambat. Pada
pemeriksaan thoraks tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan fisik abdomen:
supel, cubitan kulit perut kembali lambat, bising usus (+).
Nama Doni
Umur 30 th 26 th
Pendidikan D3 SMA
B. Keluhan Utama
BAB cair sejak 2 hari yang lalu
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien anak laki-laki berusia 12 bulan dibawa ibunya ke IGD
dengan keluhan buang air besar cair sejak 2 hari yang lalu. BAB cair berwarna
kuning, ampas sedikit, tidak disertai lendir dan darah, frekuensi ± 10 kali
perhari. Muntah sejak satu hari yang lalu, berisi sisa makanan dan minuman,
frekuensi ± 5 kali perhari. Demam sejak 1 hari yang lalu, demam naik turun,
berkurang setelah pemberian parasetamol drop. Demam tidak disertai
menggigil, kejang tidak ada. Batuk dan pilek tidak ada. Dari keterangan
ibunya, pasien lebih rewel dan kehausan. Masih mau minum, tetapi
dimuntahkan kembali. Pasien tidak mau makan sejak 1 hari yang lalu. Saat ini
pasien mendapat susu formula, tidak mendapat air susu ibu (ASI). Buang air
kecil terakhir ± 6 jam yang lalu, jumlah sedikit, warna kuning pekat. Pasien
saat ini sudah bisa berjalan sendiri. Pasien sudah bisa mengucapkan kata
mama, papa, susu dan minum. Berat badan pasien terakhir ditimbang sebelum
sakit satu minggu yang lalu adalah 7,5 kg. sebelum sakit pasien sudah makan
makanan lembik 3 kali sehari. Pasien baru diberi obat parasetamol, tidak
mendapatkan obat yang lain.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah mengalami diare sebelumnya
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit seperti ini.
F. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, lahir spontan di klinik,
lahir cukup bulan, langsung menangis, tidak ada masalah waktu lahir. Berat
badan lahir 2900 gr, Panjang badan lahir 49 cm. Ibu pasien rutin kontrol
kehamilan, control kehamilan sebanyak 5 kali, 2 kali ke bidan, 3x ke spesialis
kandungan. Tidak ada penyakit ibu saat hamil dan saat melahirkan.
G. Riwayat Imunisasi
Pasien mendapat imunisasi hepatitis B dan polio saat baru lahir di
klinik. BCG dan pentabio 1 dan polio usia 1 bulan. Pentabio 2 dan polio usia 2
bulan. Pentabio 3 dan polio usia 4 bulan. Imunisasi MR usia 9 bulan. Pasien
mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan jadwal yang dianjurkan oleh
IDAI.1 Berikut tabel jadwal imunisasi yang direkomendasi IDAI.1
H. Riwayat Pemberian Nutrisi dan Makanan
Pasien mendapat ASI sampai usia 6 bulan. Mendapat susu formula dari
usia 4 bulan sampai sekarang. Mendapat makanan pendamping (MP) ASI sejak
usia 6 bulan, berupa biscuit, bubur susu dan buah. Nasi tim saring sejak usia 7
bulan, nasi tim sejak usia 9 bulan, nasi lembik sejak usia 11 bulan.
I. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pasien bisa tengkurap usia 3 bulan, bisa telentang sendiri usia 5 bulan, bisa
duduk sendiri usia 7 bulan, bisa berdiri usia 10 bulan, bisa berjalan usia 12
bulan. Pasien saat ini sudah bisa berjalan sendiri. Pasien sudah bisa
mengucapkan kata mama, papa, susu dan minum.
J. Riwayat Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi
pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan kebiasaan yang sering dilakukan (pola
tidur, minum alkohol atau merokok, obat-obatan, aktivitas seksual, sumber
keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).
Pada kasus riwayat sosial ekonomi dan kebiasaannya yaitu pasien
tinggal di komplek perumahan bersama kedua orangtua dan kakaknya yang
berusia 3 tahun. Rumah permanen, sumber air bersih dari PDAM dan air hujan.
Pasien punya kebiasaan mengisap jari. Pasien suka memasukkan barang2 yang
dia temukan ke dalam mulutnya.
2.2 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang pada Kasus
A. Pemeriksaan Antropometri2
Pemeriksaan fisik didapatkan BB 6,9 kg, PB 68 cm, lingkar kepala 45 cm.
B. Pemeriksaan tanda-tanda vital3
Frekuensi nafas: 40 kali per menit (usia 1-5 tahun)
Frekensi nafas: 30 kali per menit (kasus)
Suhu tubuh normal: 36,5oC - 37 oC (38,4 oC berdasarkan kasus)
C. Penilaian derajat dehidrasi
Kondisi pasien:
Keadaan Umum : Gelisah, rewel
Mata : Cekung
Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
Turgor kulit : Kembali lambat
D. Abdomen
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapat supel yang berarti tidak
terdapat kelainan. Kemudian untuk cubitan kulit perut kembali lambat
menunjukkan turgor kulit yang menurun, yang mana hal ini berhubungan
dengan dehidrasi yang dialami oleh pasien, yang dikategorikan sebagai
dehidrasi derajat sedang.4 Untuk bising usus tidak diberitahukan secara jelas
frekuensi untuk permenitnya sehingga tidak dapat dinilai secara pasti.
E. Pemeriksaan darah rutin5-8
Pemeriksaan Hasil
NO Nilai normal Interpretasi
darah Pemeriksaan
53 53
52
3 52
Gambar 2.1 Plotting Lingkar Kepala Pasien terhadap Umur2
51 2 51
50 50
1
49 49
48 0 48
47 -1 47
46 46
-2
Head circumference (cm)
45 45
dikatakan anak laki-laki 12 bulan mengalami diare.
44 -3 44
43 43
42 42
41 41
40 40
39 39
38 38
37 37
36 36
35 35
34 34
33 33
32 32
31 31
30 30
Months 2 4 6 8 10 2 4 6 8 10
Birth 1 year 2 years
Age (completed months and years)
WHO Child Growth Standards
Gambar 2.2 Plotting Berat Badan Pasien terhadap Panjang Badan.2
2.3 Tatalaksana pada Kasus
2.3.1 Kegawatdaruratan Pasien4
Kasus pada pemicu bisa menjadi kegawatdaruratan jika terus menerus
mengalami dehidrasi. Oleh karena itu, kita perlu mencegah dehidrasi tersebut
dengan pemberian terapi cairan. Karena pada kasus anak termasuk dalam
dehidrasi derajat sedang, sehinnga dapat diberikan terapi cairan ORS (Oral
Rehydration Salts) 75 ml/kgBB. Berat badan anak pada kasus 6.9 kg maka
cairan ORS yang diberikan sebanyaj 517.5 ml untuk 4 jam pertama.
Kemudian observasi kembali setelah 4 jam, untuk menentukan kembali
derajat dehidrasi pasien. Jika sudah tidak ada tanda-tanda dehidrasi maka bisa
di rawat dirumah denga tetap memberikan pilihan terapi tipe A. Jika tidak
ada perubahan (tetap dehidrasi derajat sedang) maka diberikan terapi tipe B.
apabila kondisi derajat dehidrasi menjadi lebih parah maka dapat diberikan
pilihan terapi tipe C. Terapi tipe A, B, dan C untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
2.3.2 Terapi Simptomatik dan Definitif
1. Suplementasi Zat Besi12
a. Usia 6-12 bulan 11 mg per hari
b. Usia 1-3 tahun 7 mg per hari
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian
susu formula yang difortifikasi besi (berisi 4-12 mg/L besi) sejak lahir
sampai usia 12 bulan pada bayi-bayi yang tidak mendapat ASI.
Suplementasi Zinc pada GEA telah terbukti mengurangi durasi dan
beratnya episode GEA, serta berhasil menurunkan insiden diare dalam waktu
2 – 3 minggu ke depan. Oleh karena itu, semua pasien diare sebaiknya diberi
Zinc segera seketika anak mengalami diare.13
Dosis:
Anak < 6 bulan : 1⁄2 tablet (10 mg), 1x sehari selama 10-14 hari.
Anak > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) sehari selama 10-14 hari.
Cara Pemberian:
Bayi : larutkan tablet dengan sedikit (5 mL) ASI perah, CRO atau air
minum bersih di sendok kecil.
Anak: tablet dikunyah atau dilarutkan dengan sedikit air di sendok.
Durasi:
Orang tua harus diberi penjelasan perihal pentingnya untuk
memberikan Zinc selama 10-14 hari meski diare nya sudah sembuh sebelum
durasi tersebut. Terangkan pula bahwa Zinc akan memperbaiki kesehatan
secara menyeluruh, pertumbuhannya dan nafsu makannya.
2. Antiemetik
Domperidone dengan dosis 0,2-0,4 mg/kg bb secara oral diberikan setiap
8 jam. Dosis Domperidone pasien: 0,2 mg x 6,9 kg = 1,38 mg.
3. Rehidrasi4
ORS diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb. Dosis Oralit pasien: 75
ml x 6,9 kg = 517,5 ml Selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit
½-1 gelas setiap kali anak mencret. Jika sudah tidak ada tanda-tanda
dehidrasi maka bisa di rawat dirumah dengan tetap memberikan pilihan
terapi tipe A.
2.4 Edukasi dan Pencegahan
Edukasi yang diberikan kepada ibu pada kasus adalah selalu menggunakan air
bersih, gunakan jambar dengan benar, buang tinja bayi dan anak secara cepat,
imunisasikan anak dengan lengkap, serta cuci tangan anak dengan sabun setelah BAB
dan saat ibu menyajikan makanan Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari
minum susu segar sapi yang berlebihan, memberikan makanan yang mudah absorbsi
besinya (daging, ikan, ayam, hati dan asam askorbat). Sedangkan untuk bayi baru
lahir, ibu ibu harus menggalakkan ASI sampai 4-6 bulan untuk bayi aterm, tetapi untuk
bayi premature mulai diberikan preparat besi saat usia 2 bulan atau makanan tambahan
yang mengandung suplemen besi saat usia 4-6 bulan.15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. IDAI | Jadwal Imunisasi IDAI 2020 [Internet]. [cited 2021 Oct 28]. Available
from: http://idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
2. The WHO Child Growth Standards [Internet]. [cited 2021 Oct 28]. Available
from: https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards
3. Jasin MR. 2017. Hitung Napas Anak: Deteksi Awal Sesak Napas pada Anak
dengan Pneumonia.
4. World Health Organization. Module 4: Diarrhoea. WHO. 2014
5. Nathan, David G. And Oski, Frank A. "Hematology of Infancy and Childhood",
third addition, 1987.
6. Lanzkowsky, Philip, "Pediatric Hematology-Oncology, a Treatise for the
Clinician", 1980.
7. Miller, Dennis R. Ed. "Blood Diseases of Infancy and Childhood", fifth edition,
1984.
8. Virgo P. Children’s Reference Ranges for Routine Haematology Tests[internet].
NHS. Diakes pada Rabu, 27 Oktober 2021. Dapat diakses melalui:
https://www.nbt.nhs.uk/sites/default/files/Childrens%20FBC%20Reference%2
0Ranges.pdf
9. Sosialine E. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: KEMENKES; 2011
10. Haikal, M. (2018). Hubungan jumlah leukosit darah dan pemeriksaan
mikroskopis feses rutin terhadap penyebab infeksi pada penderita diare akut
usia 2-5 tahun yang di rawat di RSUD Ahmad Yani Kota Metro. Lampung :
Fakultas kedokteran Universitas Bandar lampung
11. Santhi, D., Rasmika D., dan Santa AP. 2016. Penuntun Praktikum Kimia
Klinik: Urinalisis dan Cairan Tubuh. Jurnal Kedokteran. (1): 48
12. Nurul Hafifah. 2017. Pastikan bayi anda cukup zat besi ?. IDAI
13. Gunadi, D., Lubis, B., & Rosdiana, N. 2016. Terapi dan suplementasi besi pada
anak. Sari Pediatri, 11(3), 207-11.
14. Abdillah, Z. S., & Purnamawati, I. D. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Diare. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan, 3(1),
115-132.
15. Purnamasari R. Anemia Kekurangan Zat Besi [internet]. IDAI. 2016 [Diakses
pada 27 Oktober 2021]. Dapat diambil melalui:
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-kekurangan-zat-
besi