Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan
dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Semua kelompok usia bisa
diserang oleh diare, tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama
terjadi pada bayi dan anak. Angka kejadian diare pada anak di dunia mencapai 1
miliar kasus tiap tahun, dengan korban meninggal sekitar 5 juta jiwa. Statistik di
Amerika mencatat tiap tahun terdapat 20-35 juta kasus diare dan 16,5 juta diantaranya
adalah balita. Angka kematian Balita di Negara berkembang akibat diare ini sekitar
3,2 juta setiap tahun (DepKes RI, 2010).
Menurut data World Health Organization (WHO 2005), setiap satu jam 50
anak balita di Asia Tenggara meninggal dunia karena diare dan frekuensi mengalami
diare bisa sampai 12 kali dalam satu tahun pada setiap anak. Sedangkan Data statistik
di Indonesia menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk
Indonesia, dua pertiganya adalah balita dengan korban meninggal sekitar 600.000
jiwa (DepKes RI, 2010).
Terdapat banyak penyebab diare pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare termasuk
sindrom malabsorbsi. Diare karena virus umunya self limiting sehingga aspek
terpenting yang harus dieperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang
menjadi peneyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah
gangguan pertumbuhan akibat diare (UKK Gastroenterology hepatologi
2010)

IDAI

BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

Nama

: By. R

Usia

: 3 bulan

Jenis Kelamin

: Laki laki

Nama Orangtua

: Ibu. M

Alamat

: Mataram

Tanggal masuk RS

: 03 07 2014

Tanggal pemeriksaan :03 07 2014

No.RM

: 114439

Heteroanamnesis pada Ibu Pasien

KU

RPS

: BAB cair

Pasien dibawa ke UGD Rumah Sakit Mataram dikeluhkan BAB cair


Sejak 4 hari yang lalu. BAB cair dengan frekuensi lebih dari 10x sehari yang
biasanya BAB hanya 2x sehari, dengan jumlah kurang lebih setengah gelas
belimbing setiap mencret, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna
kekuningan, terdapat darah di sangkal dan lendir juga di sangkal. Selain itu
sebelum meencret pasien dikatakan mengalami muntah dengan frekuensi lebih
dari 3x sehari, berupa cairan putih seperti susu sebanyak kurang lebih setengah
gelas belimbing tiap muntah.
Pada awalnya anak rewel dan terus menangis disertai tambah sering
menyusu dengan minum sangat bernafsu dan hisapan kuat (seperti kehausan)
dimana sebelum sakit anak biasanya menyusu 6 kali dalam sehari . Menurut Ibu

pasien, anaknya juga mengalami demam sejak BAB cair. Demam timbul
mendadak, dan naik turun. Demam tidak disertai dengan menggigil. Riwayat
kejang disangkal. Batu (-), pilek (-). Pasien masih bisa BAK dengan lancar,
warna kuning, jumlahnya sulit dievaluasi karena memakai pampers.
Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini. Riwayat
asma disangkal. Riwayat batuk lama disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat alergi disangkal, riwayat asma dan TBC disangkal.
Riwayat pengobatan
Sebelumnya 4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien dibawa berobat ke
Puskesmas, disana pasien diberikan oralit. Tapi selama 2 hari mengkonsumsi oralit
pasien tidak mengalami perubahan dan selanjutnya pasien dibawa berobat ke rumah
sakit mataram tapi tidak ada prubahan juga, ibu pasien lupa nama obatnya sehingga 1
hari sebelum masuk rumah sakit pasien dibawa kembali ke UGD rumah sakit
mataram dan akhirnya di rawat inap.
Riwayat social
Ibu pasien sehari harinya sebagai ibu rumah tangga. Sehari-hari menurut ibu
pasien satu keluarga biasa meminum air yang berasal dari air isi ulang. Seluruh alat
makan dicuci menggunakan air sumur. Botol susu biasanya hanya dicuci dengan
menggunakan air biasa bukan air mendidih. Dalam keluarga maupun tempat tinggal
sekitar tidak ada yang mengalami mencret.
Riwayat kehamilan :

Pasien merupakan anak pertama, Selama hamil ibu pasien rajin memeriksakan
kehamilan ke bidan 1 bulan sekali. Ibu hamil By. R pada usia 23 tahun. Ini adalah
kehamilan pertama kalinya. Selama hamil ibu tidak menderita hipertensi, diabetes
melitus, eklampsia atau penyakit berat lainnya.
Riwayat Persalinan :
By. R lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah sakit mataram. Pasien merupakan
anak pertama dari ibu G1P1A0. Pasien lahir secara SC atas indikasi CPD dan
langsung menangis. Berat lahir 3700 gr, panjang badan 52 cm dan lingkar kepala ibu
tidak tahu. Warna air ketuban ibu juga tidak tahu.
Riwayat pemberian makanan :
Anak diberikan ASI eksklusif tanpa makanan tambahan apapun semenjak
lahir hingga sekarang.
Riwayat imunisasi :
-

Hepatitis B dan polio (saat lahir)


Polio I (di posyandu )
BCG saat usia 2 bulan (di posyandu)

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

: Tampak sedang

Kesadaran

: Rewel

Tanda Vital

Suhu

: 37,6 oC

Nadi

: 141 x/menit, regular kuat angkat

Pernapasan

: 46x/menit

Status Antropometri

Panjang Badan

: 56 cm

Berat Badan

: 5000 gram

Pengukuran BB/U : SD +2 SD - - 2 SD : kesan gizi baik

Status Generalis
Kulit

: Putih

Kepala

Bentuk

: Normocephal, Ubun-ubun cekung(+)

Mata

: Cekung (+), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, air

mata (< / <), reflek cahaya (+ / +), pupil isokor 3 mm/ 3 mm

Hidung

: Sekret (-), darah (-) ,nafas cuping hidung (-)

Telinga

: Sekret (-), serumen (-)

Mulut

: Mukosa mulut kering (+), sianosis (-)

Leher

:Pembesaran KGB (-)

Thorax

Pulmo

Inspeksi

: Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak

ada bekas luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)

Palpasi

: vocal fremitus sulit dinilai

Perkusi

: Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan

Auskultasi

: Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-

kanan. Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor

Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS 4 linea midklavikula

sinistra.

Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Inspeksi

: Supel, datar, retraksi epigastrium (-).

Auskultasi

: Bising usus menurun

Palpasi

: Nyeri pada epigastrium (-),turgor kulit melambat >2

Abdomen

detik

Perkusi

: Timpani pada selurung lapang abdomen

Ekstremitas :

Akral hangat (+), Edema (-), CRT < 2 detik

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tanggal 03 07 2014
Hematologi
WBC
RBC
HB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT

Nilai
17, 2 103 /L
3, 29 106 /L
10, 1 g/dL
27,0 %
82 fL
30,7 pg
37,4 g/dL
647 103 /L

GDS

103

Nilai normal
5.0 10.0
4.00 5.50
12. 0 17.4
36.0 52. 0
76.0 96.0
27.0 32.0
30.0 35.0
150 400

RESUME:

By. R usia 2 bulan, BAB cair sejak 4 hari SMRS .BAB cair dengan frekuensi
lebih dari 10x sehari, dengan jumlah kurang lebih setengah gelas belimbing
setiap mencret, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna kekuningan,
lendir (-), darah (-). Muntah (+) dengan frekuensi lebih dari 3x sehari SMRS,
berupa cairan putih seperti susu sebanyak kurang lebih setengah gelas
belimbing tiap muntah.
Demam timbul mendadak, dan naik turun. Demam tidak disertai dengan
menggigil. Kejang (-) Batuk (-), pilek (-). Anak dikatakan kuat menyusui
seperti kehausan.
Keadaan umum sedang dan rewel. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
nadi 141 x/menit reguler kuat angkat, RR : 46 x/menit, T : 37.6 oC. ubun ubun
cekung (+), mata cekung (+), air mata berkurang, pada pemeriksaan thorak
masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan bising usus
meningkat, turgor kulit melambat > 2 detik. Pada ekstremitas atas dan bawah
masih dalam batas normal.
Pemeriksaan hasil laboratorium didapatkan WBC : 17, 2 103 /L, RBC :
3, 29 106 /L, HGB : 10, 1 g/dL, HCT : 27,0 %, PLT : 647 103 /L, GDS : 103.
Diagnosa Kerja

Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang

Rencana diagnosis
Pemeriksaan Feses
Penatalaksanaan

Kebutuhan cairan
Infuse RL
Zinc
L bio

: 5 x 100 = 500 cc/hari


: 500 cc /24 jam = 21 tpm mikro
: 1 x tab (selama 10 hari berturut turut )
: 1 x 1 sachet

Paracetamol syr
Asi dilanjutkan
FOLLOW UP
Hari

/ Subject

tanggal
Kamis,

3/7/2014

Object

BAB cair frekuensi >


10x

sehari,

jumlah

Assessment

Diare akut dengan

Infuse RL :

Kesadaran: rewel

dehidrasi ringan

500 cc /24 jam

sedang

Suhu : 37,6 C

gelas belimbing setiap

Nadi : 141 x/menit,

konsistensi

cair dan terdapat ampas

regular kuat angkat


RR : 46x/menit

Status generalis :
berwarna kekuningan
muntah
dengan Kepala:
normochepak,
frekuensi lebih dari 3x UUB cekung
sehari, berupa cairan Mata : cowong (+)
putih
seperti
susu THT : dbn
sebanyak kurang lebih Mulut : mukosa kering
setengah
gelas (+)

belimbing tiap muntah. Thorak: dbn


anak rewel dan terus
Abdomen : BU menurun,
menangis
disertai
turgor kulit melambat
tambah sering menyusu
Ekstremitas : hangat
dengan minum sangat
bernafsu dan hisapan

kuat (seperti kehausan).


Demam
timbul
mendadak,
turun.

dan

naik

Demam

tidak

disertai

Planning

KU: tampak sedang

kurang lebih setengah


mencret,

: 3 x 0.5 cc

dengan

menggigil.
8

21

tpm

mikro
Zinc

x tab
L bio : 1 x 1
Paracetamol

: 1

syr : 3 x 0.5

cc
Asi dilanjutkan

Jumat,

4/7/2014

BAB cair, frekuensi 4x


sehari.

Ampas

lendir (-), darah (-).


Muntah (-)
Demam (+)
Batuk pilek (-)
Menyusui kuat

KU: tampak sedang

Diare akut dengan

Kesadaran: rewel

dehidrasi ringan

Suhu : 38,0 oC

sedang

Nadi : 135 x/menit,

(+),

Terapi lanjut

regular kuat angkat

RR : 41x/menit
Status generalis :
Kepala:

normochepal,

UUB mendatar
Mata : cowong (-)
THT : dbn
Mulut : mukosa kering
(+)
Thorak: dbn
Abdomen : BU normal,
turgor kulit normal
Sabtu,

5/7/2014

BAB cair, frekuensi 4x

Ekstremitas : hangat
KU: sedang

(+),

Kesadaran: rewel

dehidrasi ringan

Suhu : 37,0 oC

sedang

sehari.

Ampas

lendir (-), darah (-).


Muntah (-)

Demam (-)
Batuk pilek (-)
Menyusui kuat seperti

sebelum sakit
Gerak aktif (+)

Diare akut dengan Terapi lanjut

Nadi : 153 x/menit, (perbaikan)


regular kuat angkat
RR : 49 x/menit
Status generalis :
Kepala:

normochepal,

UUB mendatar
Mata : cowong (-)
THT : dbn
Mulut : mukosa kering
9

(-)
Thorak: dbn
Abdomen : BU normal,
turgor kulit normal
Minggu ,

Ekstremitas : hangat
BAB cair (-), frekuensi KU: baik
Kesadaran: rewel

2x
Muntah (-)

Demam (-)

Batuk pilek (-)


Menyusui kuat seperti
sebelum sakit
Gerak aktif (+)

RR : 50 x/menit

6/7/2014

Suhu : 36,4 oC

Diare akut dengan


dehidrasi ringan

sedang

Nadi : 146 x/menit, (perbaikan)


regular kuat angkat

BPL
Aff infuse
Zinc 1 x
tablet
Asi
dilanjutkan

Status generalis :
Kepala:

normochepal,

UUB mendatar
Mata : cowong (-)
THT : dbn
Mulut : mukosa kering
(-)
Thorak: dbn
Abdomen : BU normal,
turgor kulit normal
Ekstremitas : hangat
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI DIARE
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani
yaitu diarroi yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari
pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. Terdapat beberapa pendapat tentang
definisi penyakit diare yaitu :

10

Menurut DepKes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tandatanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga

kali atau lebih dalam sehari.


Menurut World health organization 2005 adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasanya, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari disertai dengan atau
tanpa muntah dan dengan atau tanpa darah atau lendir.

3.2. EPIDEMIOLOGI
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Negara
berkembang termasuk Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian
dan kesakitan tertinggi pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia ,
sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar
kejadian tersebut di Negara berkembang. Sebgai gambaran 17 % kematian anak
didunaia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia hasil Riskesdes 2007
diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang
tebanyak yaitu 42% disbanding pneumonia 24%, untuk golongan 1 4 tahun
penyebab kematian karena diare 25,2% disbanding pneumonia 15,5%. (UKK
Gastroenterology hepatologi IDAI 2010)
3.3. CARA PENULARAN DAN FACTOR RESIKO
Cara penularan diare melalui cara faecal oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita
atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid,
finger). (UKK gastroenterology hepatologi IDAI 2010)
Faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan
11

Faktor perilaku antara lain:


a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
Makanan

Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi

kontak terhadap kuman


b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit
diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum
memberi

ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah

membersihkan BAB anak


d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan
Mandi Cuci Kakus (MCK)
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari
penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain:
kurang gizi/malnutrisi terutama
anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak
(Kemenkes RI, 2011)
3.4. KLASIFIKASI DIARE DAN PATOFISOLOGI
Secara umum diare dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
infeksi

12

2. Diare menurut mekanisme kerja


a. Diare sekretorik
Diare sekretorik mempunyai karakteristik adanya peningkatan
kehilangan banyak air dan elektrolit dari saluran cerna. Diare
sekretorik terjadi karena adanaya hambatan absorbs Na ole vilus
entrosit serta peningkatan sekresi Cl oleh kripte. Na + masuk ke dalam
saluran cerna dengan 2 mekanisme pompa Na+ yang memungkinkan
terjadinya pertukaran Na+ - glukosa, Na+ - asam amino. Na+ - H+ dan
proses elektrogenik melalui Na chanel. Peningkatan sekresi intestinal
diperantai oleh hormone vasoaktif intestinal polypeptide VIP, toksin
dari bakteri yang dapt mengaktivasi adenil siklase melalui rangsangan
pada protein G enterosit. Akan terjadi peningkatan cyclic AMP
intraseluler pada mukosa intestinal akan mengaktifasi protein signaling
tertentu, akan membuka chanel chloride. Enterotoksin lain akan
meningkatkan sekresi intestinal dengan meningktkan cGMP atau
konsentrasi kalsium intraseluler.
Peningkatan sekresi pada sel kripte dengan hasila akhir berupa
peningkatan sekresi cairan yang melebihi kemampuan absorbs
maksimum dari kolon dan berakibat diare. Pada diare sekretorik
biasanya pengeluaran tinja dalam dalam jumlah besar, menetap
meskipun di puasakan dan memiliki komposisi elektrolit yang
isotonic.
b. Diare osmotic
Pada diare osmotic didapatkan substansi intraluminal yang
tidak dapat diabsorbsi dan menginduksi sekresi cairan. Biasanya
keadaan ini berhbungan dengan kerusakan dari mukosa saluran cerna.
Akumulasi dar zat yang tidak dapat diserap dalam lumen usus akan

13

menyebabkan peningkatan tekanan osmotic intraluminal sehingga


terjadi pergeseran cairan plasma ke intestinal.
Akumulasi karbohidrat merupakan contoh tipe dari diare ini
dan paling sering terjadi. Karbohidrat seperti alktosa, sukrosa, glukosa
dan galaktosa dalam jumlah cukup besar di intestinal dapat disebabkan
oleh gangguan transportasi baik congenital maupun dapatan. Laktosa
tidak dapat dipecah sehingga tidak dpaat diabsorbsi. Laktosa tidak
tercerna menarik air ke dalam lumen sehingga terjadi diare.
Karakteristik dari diare osmotic adalah diare akan membaik bila
penderita di puasakan atau membatasi asupan.

c. Diare invasive
Diare invasive adalh diare yang terjadi akibat invasi
mikroorganisme

dalam

mukosa

usus

sehingga

menimbulkan

kerusakan pada mukosa usus. Diare invasive ini disebabkan oleh


rotavirus,

bakteri

(shigella,

salmonella,

campylobacter, EIEC,

yersinia), parasit. Diare invasive yang disebabkan oleh bakteri dan


amoeba menyebabkan tinja berlendir den sering disebut sebagai
dysentriform diarrhea.
Di dalam usus pada shigella setelah kuman mmelewati barier
asam lambung, kuman masuk ke dalam usus halus dan berkembang
biak sambil menegeluarkan enterotoksin. Toksin ini akan merangsang
enzim adenil siklase untuk mengubah ATP menjadi cAMP sehingga
terjadi diare sekretorik. Selanjutnya kuman ini dengan bantuan
peristaltic usus sampai di kolon.. di kolon kuman ini bias keluar
14

bersama bersama tinja atau melakukan invasi kedalam mukosa kolon,


sehingga terjadi kerusakan mukosa berupa mikro mikro ulkus yang
disertai dengan serbukan PMN dan menimbulkan gejala tinja berlendir
dan berdarah.
3.5. ETIOLOGI
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besar. Untuk mengenal penyebab diare yang dikelompokan sebagai berikut:
(DepKes RI, 2005)
1. Infeksi :
a. Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus,
Clostridium

perfringens,

Staphilococ

Usaurfus,

Camfylobacter,

Aeromonas)
b. Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
c. Parasit
Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium Coli,
Crypto Sparidium)
Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis
Huminis)
Bacilus Cereus, Clostridium Perfringens
2. Malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltose
dan sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
adalah intoleransi laktrosa.

15

b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein
3. Alergi (fructose dan lactose)
4. Intoksikasi makanan : makanan basi, makanan mengandung bakteri atau
toksin

seperti

clostridium

perfringens,

B.

cereus,

S.aureus,

streptococcus anhaemo lyticus.


5. Imunodefisiensi : hipogamaglobulinemia, penyakit granulomatosa
kronik, defisiensi igA.

3.6. MANIFESTASI KLINIS


Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan bisa
meningkat, nafsu makan berkurang yang disertai dengannya timbul diare. Tinja
makin cair, bisa mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah
menjadi kehijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus
dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapt di absorpsi
usus selama diare. (Ilmu Kesehatan Anak, FKUI).
Tabel gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab (UKK gastroenterology
hepatologi IDAI 2010)
Gejala klinik

Rotavirus

Shigela

salmonella

16

ETEC

EIEC

Kolera

Masa tunas

12 72

24 48 jam

6 72 jam

48 72

Panas

jam
++

++

jam
-

++

++

Mual muntah

sering

jarang

sering

sering

Nyeri perut

tenesmus

Tenesmus,

Tenesmus,

Tenesmus,

kram

kram
+

kolik
+

kram
_

Nyeri kepala

Lama sakit

5 7 hari

> 7 hari

3 7 hari

2 3 hari

variasi

3 hari

Sifat tinja
sedikit

banyak

sedikit

banyak

sering

sering

sering

Terus -

Volume

sedang

sedikit

Frekuensi

> 10 x /hari

6 72 jam

6 72 jam

10x/hari

terusan

Konsistensi
Lendir
Darah
Bau

cair
_
_
Langu

lembek
_
sering

lembek
_
kadang
busuk

warna

Kuning

Merah hijau kehijauan

Lekosit

hijau
_

Lain - lain

anoreksia

Kejang

Sepsis

cair
_
_
+

Lembek
_
+
Tidak

cair
_
+
amis

Tak warna

Merah hijau

Cucian

beras
_

Meteorismu

Infeksi

3.7. DIAGNOSIS
3.7.1.
Anamnesisis
Pada anamnesa perlu ditanyakan hal hal sebagai berikut lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau ada atau tidal lendor dan

17

darah. Bia disertai muntah : volume dan frekuensinya. Apakah ada panas atau
penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media.
3.7.2.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu, frekuensi

jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda
tanda dehidrasi. Pernafasan cepat dan dalam indikasi adanya asidosis
metabolic. Bisisng usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
Penilaian beratnya atau derajad dehidrasi dapat ditentuan dengan cara :

Tabel penentuan derajad dehidrasi menurut MWR (2003)


Symptom

Minimal
dehidrasi

atau

tanpa Dehidrasi

ringan Dehidrasi

berat

kehilangan sedang kehilangan kehilangan BB > 9%

Kesadaran

BB < 3 %
Baik

BB 3% - 9%
Normal,
lelah, Apatis , letargi, tidak

Denyut jantung

Normal

gelisah, iritable
Normal

Kualitas nadi
Pernapasan
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Cubitan kulit
CRT
Ektremitas
Kencing

Normal
Normal
Normal
Ada
Basah
Segera kembali
Normal
Hangat
Normal

meningkat
Normal melemah
Normal cepat
Sedikit cowong
Berkurang
Kering
Kembali < 2 detik
Memanjang
Dingin
Berkurang

Penentuan derajad dehidrasi menurut WHO (2005)


18

sadar
Takikardi,

bradikardi

pada kasus berat


Lemah kecil tidak teraba
Dalam
Sangat cowong
Tidak ada
Sangat kering
Kembali > 2 detik
Memanjang, minimal
Dingin, mottled, sianotik
Minimal

Dikatakan dehidrasi ringan sedang dan berat apabila ditemukan 2 tanda


dehidrasi.

Standar Dehidrasi menurut banyaknya cairan hilang)

Dehidrasi ringan(kehilangan BB 1-5%)

dehidrasi sedang(kehilanganBB 6-9%)

dehidrasi berat

(kehilanganBB >10%)

3.7.3.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.7.3.1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya
tidak diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan,
misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan yang kadang kadang diperlukan pada diare akut :
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.

19

3.7.3.2. Pemeriksaan tinja


A. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita
dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja
yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh
enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi virus dluar
gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darh atau mucus biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E. histolytica,
B. coli dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam
tinja kecuali pada infeksi dengan E. hystolitica darah sering terdapat pada
permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis garis darah pada
tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan salmonella,
giardia, cryptosporidium dan strongyloides.
B. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat
memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya
proses peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja di produksi sebagai respon
terhadap bakteri yang meneyrang mukosa kolon. Lekosit yang positif pada
pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasive atau kuman yang
memproduksi sitotoksin seperti shigella, salmonella, C jejuni, EIEC.
Lekosit yang ditemukan pada umumnya adalah lekosit PMN, kecuali pada
S typhii lekosit mononuclear.
3.7.4.

PENATALAKSANAAN
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita

adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung


oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi
20

usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah


anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Adapun program LINTAS DIARE yaitu: (UKK gastroenterology
hepatology IDAI 2010)
1. Rehidrasi menggunakan Oralit Baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
A. Rehidrasi menggunakan Oralit Baru
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat
ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang
rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan
yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila
penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada
derajat dehidrasi.
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali mencret dengan ketentuan sebagai
berikut :

Untuk anak berumur < 2 tahun berikan 50 100 ml tiap kali BAB

Untuk anak 2 tahun atau lebih berikan 100 200 ml tiap BAB

a) Diare tanpa dehidrasi (rencana A)


Diberi cairan rumah tangga :

Air tajin
21

Larutan garam gula

Jumlah cairan yang diberikan 10 ml/kgBB atau


a. Anak usia < th 50 100 ml
b. Anak usia 1 5 th 100 200 ml
c. Anak usia 5 12 th 200 300 ml

b) Diare dehidrasi ringan/ sedang (rencana B)


oralit 75 ml/kgBB selama 3 jam pertama
pemberian oralit ditentukan berdasarkan umur bila BB tdk diketahui :

< 1 tahun : 300 ml/ setiap kali mencret

1-5 tahun : 600 ml/ setiap mencret

> 5 tahun : 1200 ml/ setiap mencret

c) Diare dehidrasi berat (rencana C)

Ringer laktat (RL) dengan dosis 100 mg/kgBB

Umur

1 tahun :

o 1 jam pertama 30 ml/kgBB


o 5 jam berikutnya 70 ml/kgBB

Umur 1 tahun :
o jam pertama 30 ml/kgBB
o 2 berikutnya 70 ml/kgBB

B. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut


Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian
Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut
dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim

22

kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3
bulan setelah anak sembuh dari diare.
Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya
meningkatkan sistim kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting bagi
tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga
dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna.
Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc
diberikan pada anak yang sistim kekebalannya belum berkembang baik, dapat
meningkatkan sistim kekebalan dan melindungi anak dari penyakit infeksi.
Itulah sebabnya mengapa anak yang diberi zinc (diberikan sesuai dosis) selama
10 hari berturut - turut berisiko lebih kecil untuk terkena penyakit infeksi, diare
dan pneumonia. (DepKes 2011)
Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut
didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan
fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selam
diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan
elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,
meningkatkan jumlah brush border apical daan meningkatkan respon imun
yang mempercepat pembersihan pathogen dari usus. (UKK gastroenterology
hepatologi IDAI 2010)
Dosis zinc untuk anak anak :

Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari

Anak di atas umur 6 bulan

: 20 mg (1 tablet) per hari

C. Teruskan pemberian ASI dan makanan


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di

23

beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan (DepKes RI, 2011).

D. Pemberian antibiotic selektif


Antibiotic diberikan bila ada indikasi misalnya diare berdarah atau
kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional justru akan memperpanjang
lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan
clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit
dsembuhkan. Selain itu pemberian antibiotic yang tidak rasional akan
mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotic

Tabel antibiotic pada diare

24

E. Nasihat kepada orang tua atau pengasuh


Orang tua atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang:
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

Diare lebih sering

Muntah berulang

Sangat haus

25

Makan/minum sedikit

Timbul demam

Tinja berdarah

Tidak membaik dalam 3 hari.

PROBIOTIK
Probiotik

merupakan

bakteri

hidup

yang

mempunyai

efek

yang

menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik


didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh
bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan
pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian
antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers,s
diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana
diare akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman
dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya
diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua
pemberian sebanyak 1 2 kali. Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam
pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan
anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen
pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus
dan imunno modulasi.
3.7.5.
PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi :

26

a.
b.
c.
d.

Pemeberian ASI yang benar


Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendaping ASI
Penggunaan air bersih
Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis

buang air besar


e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki dya tahan tubuh pejamu (host)
a. Memberi ASI paling tidak smpai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki gizi anak
c. Imunisasi campak.

BAB III
PEMBAHASAN
Pada hasil heteroanmnesis pada ibu pasien didapatkan keluhan sesuai dengan
teori diare dimana definisi diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya, yaitu 3 kali atau
lebih dalam sehari disertai dengan atau tanpa muntah dan dengan atau tanpa darah
atau lendir. Pada By. R usia 2 bulan, BAB cair sejak 4 hari SMRS dengan frekuensi
lebih dari 10x sehari, dengan jumlah kurang lebih setengah gelas belimbing setiap
mencret, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna kekuningan, lendir (-), darah
(-) dan disertai dengan Muntah (+) dengan frekuensi lebih dari 3x sehari SMRS,
berupa cairan putih seperti susu sebanyak kurang lebih setengah gelas belimbing tiap
muntah. Demam timbul mendadak, dan naik turun. Dengan keluhan penyerta Demam

27

tidak disertai dengan menggigil. Hal ini menunjukkan bayi R mengalami diare akut
dimana diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Pada pemeriksaan fisik sesuai teori pembagian derajad dehidrasi menurut WHO
dimana dikatakan dehirasi ringan sedang apabila diatandai dengan keadaan umum
sedang, mata cowong, rasa haus dan turgor kulit melambat. Dikatakan dehirasi ringan
sedang apabila memenuhi 2 tanda dehidrasi semetara pada bayi R memenuhi semua
kriteria tanda dehidrasi ringan sedang dengan hasil saat pemeriksaan dilakukan yaitu
bayi R keadaan umum sedang dan rewel, mata cowong, air mata berkurang, mukosa
mulut kering, turgor kulit lambat. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan
memperhatikan teori yang ada maka pada bayi R dapat didiagnosa dengan diare akut
dengan dehidrasi ringan sedang .
Munculnya gejala mencret dan muntah pada bayi R diakibatkan oleh adanya
invasi mikroorganisme kedalam mukosa usus halus bisa melewati makanan dan
minuman melewati barier asam lambung, mikroorganisme akan berkembang biak
sehingga menyebabkan kerusakan dari villi usus akibatnya sel sel tidak berfungsi
baik menyerap air dan makanan dimana villi usus akan semakin memendek dan
kemampuan absorbsi akan semakin terganggu akibatnya terjadi peningkatan sekresi
cairan melebihi kemampuan absorbsi maksimum dari kolon sehingga terjadi mencret
disertai muntah. Demam pada bayi R terjadi karena adanya invasi mikroorganisme
dan berkembangnya mikroorganisme yang akan muncul reaksi inflamasi
Pengobatan pada bayi R diberikan RL 500 cc/24 jam sesuai dengan kebutuhan
cairan dimana berat badan bayi R 5 kg. Pemberian zinc 1 x tab sesuai umur bayi R
yaitu 3 bulan dan diberikan secara berturut turut selama 10 hari tujuannya untuk
meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya
diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. meningkatkan kecepatan
regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical dan mempercepat
pembersihan pathogen dari usus.

28

Pemberian L bio pada bayi R sebagai probiotik efektif dalam pengobatan


diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare,
dan menurunkan frekuensi diare.
Pemberian ASI atau makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.

BAB IV
KESIMPULAN
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama, karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab
utama diare akut adalah infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika. Pemakaian antibitika hanya
untuk kasus-kasus yang diindikasikan.Masalah utama diare akut pada anak
berkaitan dengan risiko terjadinya dehidrasi. Adapun penatalaksanaan pada
diare melalui program LINTAS DIARE yaitu: Rehidrasi menggunakan Oralit
Baru , Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut , Teruskan pemberian ASI
dan Makanan , Antibiotik Selektif , dan Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Pada kasus diatas dari anmnesa dan pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan didapatkan diagnose kerja dengan diare akut dengan dehidrasi
ringan sedang.

29

DAFTAR PUSTAKA
Juffrie muhammad, UKK gastroennterologi hepatologi, jilid I, cetakan pertama,
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010.
Antonius H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. 2009
Depatemen Kesehatan (2010). Diare Pada Anak . Minggu, 3 agustus 2014
www.depkes.go.id
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Lintas diare.
Depkes RI, 2011.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

30

31

Anda mungkin juga menyukai