Anda di halaman 1dari 41

1

1.

DATA / IDENTITAS

Identitas Pasien

Nama Pasien

: By. SA

Umur

: 13 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

BB

: 8,2 Kg

Masuk RS

: 9 Juni 2014, Jam 19.40

Tgl Pemeriksaan

: 9 Juni 2014, Jam 19.45

Identitas Orang Tua


AYAH

IBU

Nama Ayah

: Tn. M

Nama Ibu

Umur

: 30 tahun

Umur

: 26 tahun

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Alamat ayah ibu

: Junti-Kedokan

2.

: Ny. E

ANAMNESIS

Heteroanamnesis

: Ibu os tanggal 9 Juni 2014, Jam 19.40

Keluhan Utama

: Mencret

Riwayat Keluhan Utama :


Sejak 5 hari SMRS ibu mengeluhkan anaknya mengalami mencret.
Mencret sekitar 3-5 kali sehari, sebanyak gelas belimbing setiap kalinya.
Mencret berupa feses cair berwarna kekuningan disertai sedikit ampas.
Tidak disertai lendir dan darah. Bau feses seperti feses biasanya. Keluhan
baru pertama kali. Belum pernah berobat. Muntah sejak 3 hari yang lalu,

sebanyak 2-3x perhari, muntah yang keluar adalah susu, sebanyak 1 sdm.
Sejak muntah anak jadi rewel, mata cekung, tidak mau makan dan minum
susu, saat menangis tidak ada air mata yang keluar dan lama-kelamaan
terlihat lemas. Demam tinggi dan mengigil sejak 2 hari SMRS. Riwayat
asupan bubur susu sejak usia 4 bulan.

Pola Hidup
Ibu mengatakan, sehari-hari anaknya dirawat oleh neneknya. Ibu
mengakui jarang mencuci tangan ketika akan memberikan ASI dan bubur
susu. Sumber air menggunakan air sumur, khusus minum menggunakan air
mineral. Jarak antara jamban dengan sumber air >10 meter. Pasien memiliki
kebiasaan menggigit mainan dan memasukkan mainan dan tangannya ke
dalam mulutnya.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Selama hamil ibu rutin memeriksakan kandungan ke bidan. Tidak
pernah mengonsumsi jamu ataupun obat-obatan selain yang diberikan oleh
bidan. Pasien merupakan anak dari seorang ibu P1A0 lahir spontan ditolong
oleh bidan dengan usia kehamilan 9 bulan, ketika lahir langsung menangis.
Berat badan dan panjang badan ketika lahir ibu tidak ingat (menurut bidan
normal)

Riwayat Makanan

0 4 bulan

: ASI

4bulan - sekarang

: ASI + bubur susu

Riwayat ASI
Ibu mengatakan telah di imunisasi sesuai dengan yang dijadwalkan
oleh posyandu.

3.

PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan Umum


Sakit berat

Kesadaran Letargik

 Tanda Vital


Nadi

: 120 x/menit, reguler, dalam

TD

Suhu : 38,0C

Pernapasan : 36x/menit, abdominotorakal

 Antropometri


BB : 8,2 kg

PB : 69 cm

LK : 41 cm

 Status Gizi


BB/TB : 0 SD

BB/U : -1SD

TB/U : -3 SD

Kepala


Bentuk : bulat simetris

Rambut : hitam, halus, tidak mudah rontok

Ubun-ubun

Mata

: ubun-ubun anterior sangat cekung

: letak normal, anemis (-), icteric (-), edema palpebra (-), air

mata (-)


Telinga : letak normal, sekret (-)

Hidung : letak normal, deviasi septum (-), sekret (-), PCH (-)

Mulut

: mukosa kering, faring+tonsil tidak dapat dinilai

Leher


Kelenjar Tiroid: tidak ada pembesaran

KGB

: tidak ada pembesaran

Thoraks


Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris, rtraksi intercostal (-)

Palpasi : pergerakan dada normal

Perkusi : Normal

Auskultasi

Bunyi paru VBS kanan=kiri, ronki (-), wheezing (-)

Bunyi jantung S1, S2 murni regular

Abdomen


Inspeksi : cembung, retraksi epigastrik (-)

Palpasi : liver & lien tidak teraba, turgor melambat

Perkusi : tympani, pekak samping & lateral (-)

Auskultasi: bising usus (+) meningkat

Genital : testis turun


Anus : perianal rash (-)
Ekstrimitas


Atas

Bawah : simetris ; akral dingin, CRT > 2 detik

: simetris ; akral dingin, CRT > 2 detik

Neurologis


Refleks fisiologis +/+, Refleks patologis -/-

4.

RESUME

Anamnesis

Seorang bayi 13 bulan dengan status gizi kurang dibawa ke rumah


sakit dengan keluhan utama mencret.

Mencret 5 hari, 3-5 x/hari, kuning; lendir & darah (-)

Muntah 3 hari, 2-3x/hari, keluar susu

Demam 2 hari

Pasien letargik, mata cekung, tidak mau makan dan minum.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum letargik, febris, nadi dalam dan lemah

Status gizi kurang

Ubun-ubun anterior sangat cekung, kelopak mata cekung, air mata (-)

Mukosa mulut dan lidah kering

Turgor kembali sangat lambat

CRT > 2 detik (Sangat Lambat)

Diagnosis Banding
1.

Diare Akut Non Disentri e.c Viral Infection + Dehidrasi Berat

2.

Diare Akut Non Disentri e.c Bacterial Infection + Dehidrasi Berat

Usulan Pemeriksaan

Hematologi (Hb, Leukosit, Eritrosit,Trombosit, Hct, Diff count)

Elektrolit (Natrium, Kalium)

Feces

Makroskopis (warna, konsistensi, lendir, darah)

Mikroskopis (leukosit, eritrosit, bakteri, amoeba, telur cacing)

5.

TATA LAKSANA

Stabilisasi Keadaan Umum  Tangani Dehidrasi

Terapi Simtomatik

Terapi Supportif

Tata Laksana Dehidrasi

Infus Ringer Laktat

Loading cepat 100 cc

Berikan cairan secara cepat 100 cc/KgBB (TPM) 820 cc  850 cc

Dibagi dalam 2 kali pemberian dengan perbandingan 30% (30 menit


awal) : 70% (2,5jam berikutnya)

250 cc dalam 30 menit awal (125tpm makro) dilanjutkan 600 cc dalam


2,5 jam berikutnya (60 tpm makro)

Pemberian ASI tetap dilanjutkan

Terapi Simtomatik

Ibuprofen Sup

: 1X125 mg

Paracetamol Infus

: 4X120 mg

Cefotaxim

: 3X500 mg

Omeprazole

: 2X10 mg

Zinc

: 1X20 mg

Probiotik

: 1X1

6.

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hematologi rutin

Hasil

Nilai Rujukan

Leukosit

12.000/mm3

4.000-10.000/mm3

Eritrosit

4,7juta/l

4,4-5

Hemoglobin

11,3 g/dl

10,7-13,1

Hematokrit

35%

35-43

Trombosit

451.000/mm3

150.000-450.000

Hitung jenis

Hasil

Nilai normal

Basofil

0%

0-1

Eosinofil

2%

1-6

Neutrofil batang

5%

3-5

Neutrofil segmen

45%

37-50

Limfosit

21%

20-40

Monosit

3%

2-8

109 mg/dl

100-200

Kimia klinik
Glukosa
Sewaktu
7.

Darah

DIAGNOSIS KERJA

Diare Akut Non Disentri e.c Bacterial infection + Dehidrasi Berat

8.

Terapi Suportif (Edukasi)

Pemberian ASI tetap dilanjutkan

Minum air dari sumber air yang bersih dan dimasak

Cuci tangan sebelum dan setelah merawat anak serta menyiapkan susu

Lepaskan mainan atau tangan anak ketika dimasukan ke dalam mulut

Tanda-tanda untuk segera dibawa ke petugas kesehatan, jika :


BAB cair lebih sering, Muntah berulang, Mengalami rasa haus,
Makan dan minum sedikit, Demam, Tinjanya berdarah, Tidak
membaik dalam 3 hari

9.

Prognosis

Quo Ad Vitam: Ad Bonam

Quo Ad Functionam: Ad Bonam

DIARE

DEFENISI
Diare adalah buang air besar yang tidak normal dimana terjadi
perubahan konsistensi tinja dengan frekuensi yang lebih dari 3 kali dalam 24
jam atau tanpa darah.Diare akut adalah diare yang terjadi dalam waktu tidak
lebih dari 14 hari.

ETIOLOGI
Sebelum dekade 70-an, hanya 20% penyebab diare akut yang bisa di
ketahui. Saat ini dengan bertambah majunya ilmu kedokteran, telah lebih
dari 90% penyebab diare akut yang telah diidentifikasi.(4) Adapun penyebab
diare akut tersebut adalah:
Infeksi
1.

Virus
Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare aku, antara alain

Rotavirus, Norwalk virus dan Adenovirus.


Rotavirus adalah penyebab utama diare pada anak usia di bawah 5
tahun, terutama usia di bawah 2 tahun. Rotavirus pertama kali di temukan
oleh Bishop di Australia pada biopsi duodenum penderita diare dengan
mneggunakan mikroskop elektron. Ternyata kemudian, Rotavirus di
temukan di seluruh dunia sebagai penyebab diare akut yang paling sering.
Di Indonesia, pada beberapa penelitian di kota-kota besar Jakarta, Bandung,

10

dan Yogyakarta angka kejadian yang disebabkan virus dan Adenovirus


sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan dewasa.

2.

Bakteri
Bebarapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak:
a.

E. coli spp.

b.

Shigella spp.

c.

Campylobacter spp.

d.

Yersinia spp.

e.

Salmonella spp; dan

f.

Vibrio spp.

Berikut ini akan dibahas masing-masing bakteri diatas.


a.

E. coli spp.
Ada 5 subtipe E. coli yang menimbulkan diare akut. E. coli
merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus dengan
frekwensi 20-30%, dan E. coli tersebut adalah:


Entero PathogenicE. Coli (EPEC)


EPEC melekat pada mukosa usus dengan cara khusus.
Perlekatan menyebabkan kenaikan kadar kalsium intraseluler
dan polimerisasiaktin padat pada sisi perlekatan. Bagaimana
perubahan sitoskeletal ini menyebabkan diare belum jelas.

11

Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)


Penyebab penting diare cair akut pada orang dewasa dan
anak-anak dinegara berkembang. ETEC tidak masuk ke
dalam mukosa usus namun diare yang terjadi disebabkan
karena toksin. Ada dua jenis toksin ETEC yaitu toksin yang
tidak tahan panas (heat labile toksin/LT) dan toksin yang
tahan panas (heat stable/ST). Toksin LT sangat mirip dengan
toksin kolera, akan terikat pada ganglioside GM1 pada
dinding sel mukosa usus tapi ikatannya tidak sekuat toksin
kolera.

Kemudian

setelah

terikat

akan

mengaktifkan

adenylate cyclase dengan cara mirip toksin kolera sehingga


mengakibatkan

peningkata

sekresi

cairan

isotonik.

Sedangkan toksin ST menimbulkan aksi yang sangat cepat


dan tidak terikat pada ganglioside dari dinding sel
mukosa,ST bekerja dengan mengaktifkan guanylate cyclase
dan

menghasilkan

cGMP

pada

sel

mukosa

yang

mengakibatkan peningkatan sekresi cairan isotonik.




Entero Invasive E. Coli (EIEC)


Ada lagi satu strain E. Coli yang menimbulkan diare
berdarah, karena strain tersebut dapat menembus sel mukosa
usus besar sehinga terjadi kerusakan dari mukosa usus.

12

Akibat kerusakan ini terjadi gangguan absorbsi cairan.


Patogenesis EIEC ini hampir sama dengan Shigella.


Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)


Dua toksin utama dihasilkan oleh EHEC. Satu identik
dengan shigatoksin, exotoksin Shigella Dysentriae serotipe 1
penghambat-sintesis protein (SLT-I/VT-I). Kedua lebih jauh
terkaot dengan Shigatoksin (SLT-II/VT-II). Kedua toksin
menghambat sintesis protein dan mengakibatkan kematian
sel.

b.

Entero Adherent E. Coli (EAEC)

Shigella spp.
Di negara sedang berkembang, di perkirakan insidens
Shigella sekitar 10% dari penyebab diare akut, tapi di Indonesia
hanya 1-2% saja. Ada spesies yang sering menyebabkan diare
akut, misalnya:


Shigella flexneri

Shigella sonnei

Shigella dysentriae, dan

shigella boydii : shigella spp menimbulkan diare berdarah

13

c.

Campylobacter spp.
Diare akut oleh Campylobacter pertama kali dilaporkan pada
tahun 1972, akan tetapi isolasi kumannya baru dapat dilakukan
oleh Skirrow pada tahun 1977. Di negara berkembang
insidensinya berkisar antara 5-14%. Di RS Cipto, Suharyono
menemukan 5% penyebab diare akut pada tahun 1881,kemudian
di Bandung oleh Myrna, dkk. 8.39%. Campylobacter juga
menyebabkan diare berdarah.

d.

Yersinia spp.
Merupakan bakteri penyebab diare akut berdarah atau
dysentriform, di Indonesia belum diketahui frekwensinya karena
belum ada penelitian mengenai hal ini berhubung susahnya
media untuk perbenihnya.

e.

Salmonella spp.
Di klinik Salmonella yang menyebabkan diare akut disebut
sebagai non typhodial Salmonellosis, dan paling sering
disebabkan oleh Salmonella paratyphi. Lima persen golongan
Salmonella ini menimbulkan diare berdarah.

14

f.

Vibrio spp.
Vibrio sering menimbulkan kejadian luar biasa diare akut.
Ada 2 tipe, yaitu tipe EI Tor dan Klasik dengan dua subtipe
Ogawa dan Inaba. Insidenya berkisar 1-2% dari diare akut.

3.

Parasit
Entamoeba Histolytica, insidenya rendah sekali, kurang dari 1%
Giardia Lamblia biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun, terutama
pada anak dengan KKP. Crytosporidium, di negara berkembang
frekwensinya anatar 4-11%. Di Indonesia angkanya masih belum
diketahui. Sering terjadi pada penderita AIDS

4.

Malabsorbsi
a.

Karbohidrat
-

Disakarida ( laktosa, maltosa, sukrosa )

Monosakarida ( glukosa, fruktosa, galaktosa )

b.

Lemak : terutama Long Chain Triglyceride

c.

Asam amino : - asam amino

d.

B laktoglobulin

e.

Vitamin dan mineral


Biasanya terjadi karena malabsorbsi karbohidrat yang
disebabkan oleh defisiensi enzim laktase sehingga terjadi

15

intoleransi laktosa. Malabsorbsi tersebut menyebabkan diare


osmotik karena terjadi peningkatan tekanan osmotik lumen usus
sehingga cairan tertarik dari intraseluler ke lumen usus. Jarang
sekali diare akut disebabkan oleh malabsorbsi lemak atau
protein. Malabsorbsi lemak bisa disebabkan karena lipolisis
yang tidak memadai misalnya akibat insufisiensi pankreas, dan
juga disebabkan penurunan garam-garam empedu terkonjugasi.

5.

Alergi
Diantaranya adalah alergi susu, alergi makanan dan CMPSE (cows

milk protein sensitive enteropathy)

6.

Keracunan Makanan
Diare yang terjadi karena keracunan makan terjadi karena :

Makanan tersebut mengandung zat kimia beracun.


Makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin,
misalnya: Clostridium spp. dan Staphylococcus spp.

7.

Immunodefisiensi
Misalnya pada penderita Aquired Immuno Deficiency Syndrome

(AIDS)

16

8.

Lain-lain
Misalnya oleh karena defek anatomis, seperti malrotasi, hirschsprungs

disease dan short bowel syndrome. (2-3)

KLASIFIKASI DIARE SECARA KLINIS


1. Diare cair akut
Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari
(bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang
lunak atau cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan
panas. Penyebab yang terpenting diare cair akut pada anak-anak di negara
berkembang adalah: Rotavirus, Escheria coli enterotoksigenik, shigella sp,
Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium sp.

2. Disentri
Adalah diare yang disertai dengan darah dalam tinja. Akibat penting
disentri antara lain ialah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
dan kerusakan mukosa usus akibat bakteri invasive. Penyebab utama
disentri akut adalah shigella. Penyebab lain adalah Campylobacter
yeyuni, EIEC atau Salmonella sp.

3. Diare persisten
Diare yang awalnya bersifat akut namun kemudian berlangsung
lebih dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau

17

disentri. Kehilangan berat badan yang nyata sering terjadi. Penyebab


diare persisten biasanya multipel: EAEC, Shigella, dan Cryptosporum.

PATOMEKANISME DIARE AKUT


1. Diare Sekretorik
Diare Sekretorik adalah diare yang terjadi akibatnya aktifnya enzym
Adenylat siklase. Enzim ini akan mengubah ATP menjadi cycli AMP.
Akumulasi cAMP akan menyebabkan sekresi aktif air, ion CI, Na, K dan
HCO3 ke dalam lumen usus
Adenylcyclase ini diaktifkan atau dirangsang oleh toksin dari
mkroorganisme sebagai berikut:
- Vibrio
- ETEC
- Shigela
- Clostridium
- Salmonella, dan
- Campylobacter
Akan tetapi, toksin yang paling kuat aktifasinya mengaktifkan
Adenylcyclase adalah toksin dari vibrio.

18

2. Diare Invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme
ke dalam mukosa usus sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa
usus tersebut. Diare invasif disebabkan oleh ;

Rotavirus (diarenya tidak berdarah)

Bakteri : Shigella
Salmonella
Campylobacter

diare berdarah

EIEC
Yersina

Parasit : Amoeba
Khususnya pada shigella, setelah kuman melewati barier
asam lamung, kuman masuk ke dalam usus halus dan berkembang
biak sambil mengeluarkan Etorotoksin ini akan merangsang enzim
Adenylsiklase merubah ATP menjadi CAMP sehingga terjadi diare
skretorik (tidak berdarah). Bakteri ini adanya peristaltik usus sampai
di colon. Di colon, bakteri ini akan melakukan invasi, membentuk
mikro-mikro ulkus yang disertai dengan serbuan sel-sel radang PMN
dan menimbulkan gejala diare yang berlendir dan berdarah.
Pada Rotavirus, setelah masuk ke dalam traktus digestivus,
berkembang biak dan masuk ke dalam apikal usus halus, kemudian
bagian apikal dari villu tersebut akan rusak dan diganti dengan

19

bagian kripta yag belum matang (immatus, berbentuk kuboid atau


gepeng). Karena sel ini masih immatur, sel ini tidak dapat berfungsi
normal sehingga menimbulkan diare dan tidak bisa menghasilkan
enzim laktase atau disakardise panas yang tidak begitu tinggi, batuk
pilek,dan muntah-muntah.

9. Diare Osmotik
Diare Osmotik adalah diare yang terjadi kerena tingginya tekanan
osmotik di lumen usus sehingga menarik cairan dari intraseluler ke
dalam lumen, sehingga menimbulkan watery diarhhea. Paling sering di
sebabkan oleh malabsorpsi karbohidrat.

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesa
-

BAB lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi 3x/hr

apakah BAB nya disertai darah (desentri)

muntah +/- nyeriperut, panas badan

Pemeriksaan fisik
-

keadaan umum : tampak lemah

kesadaran : komposmentis/ alert

suhu tubuh tinggi

nadi cepat dan lemah

pernapasan agak cepat

20

inspeksi : mata cekung , mulut dan bibir kering, berat badan


menurun (tanda dan gejala dehidrasi)

perkusi : adanya distensi abdomen

palpasi : turgor kulit kurang elastic

auskultasi :terdengar bising normal

Laboratorium
-

feses ; dapat disertai darah atau lendir, leukosit,

darah :gangguan elektrolit dan gangguan hati

Pemeriksaan penunjang
-

feses rutin

lab darah

MANIFESTASI KLINIS
1. Diare Sekretorik
Gejala berupa:
o diare cair
o disertai dengan muntah-muntah
o tidak ada panas badan
o cepat menyebabkan dehidrasi.
2. Diare invasif
Diare yang disebabkan oleh rotavirus menimbulkan gejala berupa:
o diare cair tanpa berdarah

21

o panas badan yamg tidak begitu tinggi


o disertai batuk pilek, muntah
o biasanya pada usia < 2 tahun.
Diare yang disebabkan oleh infeksi rotavirus biasanya berlangsung
selama 4-5 hari, sedangkam morfologi usus dan kapasitas absorbsi biasanya
kembali normal dalam waktu 2-3 minggu. Sedangkan diare yang bersifat
dysentriform menimbulkan gejala berupa:


Tinja berlendir, berdarah

Diare sering namun sedikit

Disertai panas badan

Tenesmus ani

Nyeri abdomen

Prolapsus ani.

3. Diare Osmotik
Gejala gejala :


Tinja cair

Distensi abdomen (kembung): karena banyaknya gas Hidrogen yang


dihasilkan dari fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme usus.

Diaper rash : karena meningkatnya asam laktat

pH asam, klinitest positif

Breath Hidrogen test (+).

22

KOMPLIKASI DIARE
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak daripada input air.
Untuk menentukan derajat dahidrasi maka dapat dilihat berdasarkan tabel 1.
Penilaian Derajat Dehidrasi
Pemeriksaan
Keadaan Umum
Mata

A
Baik, sadar
Normal

B
Gelisah, rewel*
Cekung

Air mata
Mulut dan lidah
Rasa Haus

Ada
Basah
Minum biasa

Periksa turgor kulit

Kembali cepat

Tidak ada
Kering
Haus,
minum
banyak*
Kembali lambat*

Derajat dehidrasi

TANPA
DEHIDRASI

Terapi

Rencana
A

terapi

DEHIDRASI
RINGAN-SEDANG
Bila ada satu tanda*
ditambah 1 tanda
lain
Rencana terapi B

C
Lesu, tidak sadar*
Sangat cekung dan
kering
Tidak ada
Kering
Malas minum/tidak
bisa minum*
Kembali
sangat
lambat*
DEHIDRASI
BERAT
Bila ada satu tanda*
ditambah 1 tanda
lain
Rencana terapi C

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)


Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak
sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal.

23

e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan


intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan
pernapasan, pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut
pernapasan kuszmaull. Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik
yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH darah.

3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi,
lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal
ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun
sampai 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala
hipoglikemia tersebut berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat,
berkeringat, syok, kejang sampai koma.

4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan
akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan karena :

24

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare


dan/atau muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah
berat.

Kemudian

dapat

mengakibatkan

perdarahan

di

otak

yang

menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila tidak segera


ditangani penderita dapat meninggal.

PENATALAKSANAAN
Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan bagan
Rencana Pengobatan yang sesuai :
- Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi
- Rencana tetapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan sedang
- Rencana tetapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat

25

RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(Penderita diare tanpa dehidrasi )
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :
-

Teruskan mengobati anak diare dirumah

Berikan terapi awal bila terkena diare lagi

MENERANGKAN TIGA CARA TERAPI DIARE DIRUMAH


1.

Berikan anak cairan lebih banyak dari biasanya untuk mencegah

dehidrasi
-

Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan , seperti larutan


oralit,makanan yang cair (seperti sup,air tajin ) dan kalau tidak ada
air matang . Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan
dalam kotak dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan
dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air
matang dari pada makanan yang cair ).

Berikan larutan ini sebanyak anak mau , berikan jumlah larutan


oralit seperti dibawah.

Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi


-

Teruskan ASI

26

Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan,
untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat
, dapat diberikan susu,

Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat

Berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan,


sayur, daging atau ikan , tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak
sayur tiap porsi

Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan


kalium

Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk


makanan dengan baik

Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari

Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan


porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu

3. Bawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari
atau menderita sebagai berikut :
-

Buang Air besar cair lebih sering

Muntah berulang-ulang

Rasa haus yang nyata

Makan atau minum sedikit

Demam

Tinja berdarah

27

ANAK HARUS DIBERI ORALIT DIRUMAH BILA :


-

Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C

Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare memburuk

Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke


petugas kesehatan merupakan kebijakan pemerintah

Jika akan diberikan larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah
oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit yang
cukup untuk 2 hari.
Umur
< 1 Tahun

Jumlah
Oralit
diberikan
50 100 ml

1-4 Tahun

100 200 ml

>5 Tahun

200 300 ml

Dewasa

300 400 ml

yang Jumlah Oralit yang


Disediakan
400 ml /hari ( 2
bungkus)
600 800 ml/ hari ( 34bungkus)
800 1000 ml/hari ( 45bungkus)
1200 2800 ml / hari

Tunjukkan kepada ibu cara memberikan oralit

Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun

Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua

Bila anak muntah, tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan lebih


lama ( misalnya sesendok tiap 2-3 menit

Bila diare berlanjut setelah oralit habis beritahu ibu untuk memberikan
cairan lain seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali kepada
petugas kesehatan untuk mendapat tambahan oralit.

28

RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di
lapangan berikan oralit sesuai tabel dibawah ini :
Umur
<1 Tahun
1-4 Tahun
>5 Tahun
Dewasa

Jumlah Oralit
300 ml
600 ml
1200 ml
2400 ml

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah

Bujuk ibu untuk meneruskan ASI

Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100200 ml air masak selama masa ini

ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan


penderita (kg) dengan 75 ml

AMATI

ANAK

DENGAN

SEKSAMA

DAN

BANTU

IBU

MEMBERIKAN ORALIT
-

Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan

Tunjukan cara memberikannya sesendok the tiap 1 2 menit untuk anak


di bawah 2 tahun beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua

Periksa dari waktu bila ada masalah

Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian


oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2 3 menit

29

Bila kelopak mata anak bengkak hentikan pemberian oralit dan air
masak atau ASI beri oralit sesuai Rencana tetapi A bila pembengkakan
telah hilang

Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian,


kemudian pilih rencana terapi A, B, atau C untuk melanjutkan terapi
-

Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah
hilang anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur

Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B


, tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A

Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C

BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA


TERAPI B
-

Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di


rumah

Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
rencana terapi A

Tunjukkan cara melarutkan oralit

Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah

Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti

Memberi makan anak sebagaimana biasanya

Membawa anak ke petugas kesehatan.

30

RENCANA TERAPI C
UNTUK TERAPI DEHIDRASI BERAT
Ikuti arah anak panah. Jika jawaban dari pertanyaan YA, teruskan ke kanan.
Dapatkah
Saudara
memberikan
cairan i.v. ?

Mulai diberi cairan i.v. segera. Bila

YA
penderita bias minum, berikan
cairan oralit, sewaktu cairan i.v.
dimulai. Beri 100 mL/kg cairan
Ringer Laktat atau cairan normal
Salin bila RL tidak tersedia, dibagi
sbb.

Tidak

Usia

Pemberian

(th)

Kemudian

30 70

mL/kgbb

mg/kgbb

dalam jam

dalam jam

Bayi <1

Anak

0,5

2,5

>= 1

31

Diulangi lagi bila denyut nadi lemah atau tidak teraba


Adakah terapi
terdekat (dalam
30 mnt )

Nilai kembali penderita tiap 1-2


jam. Bila rehidrasi belum tercapai
percepat tetesan i.v.

YA

Juga berikan oralit (5 mL/kg/jam)


bila penderita bisa minum:biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam
(anak)

Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam


(anak)

nilai

lagi

penderita

menggunakan

Tabel

Penilaian.

Kemudian pilihlah rencana terapi

Apakah saudara
dapat menggunakan
pipa nasogastrik

yang sesuai (A, B, C) untuk


melanjutkan terapi
YA

Kirim penderita untuk terapi i.v.

Bila

penderita

bias

minum,

sediakan oralit untuk ibu dan


tunjukkan

cara

memberikannya

selama di perjalanan

32

Apakah penderita
dapat minum?

Mulai
dengan

rehidrasi

melalui

oralit.

mulut

Berikan

20

mL/kgbb/jam selama 6 jam (total


YA

120mL/kgbb)

Nilai penderita tiap 1-2 jam

Bila muntah atau perut kembung


berikan cairan perlahan-lahan

Bila rehidrasi tidak tercapai setelah


3 jam , rujuk penderita untuk terapi
i.v.

Setelah

jam

nilai

kembali

penderita dan pilih rencana

Mulai rehidrasi melalui mulut


dengan oralit

Berikan 20 mL/kgbb/jam selama 6


jam (total 120 mL/kgbb)

Nilai penderita tiap 1-2jam

bila muntah atau perut kembung berikan cairan perlahan-lahan

bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam , rujuk penderita terapi i.v.

setelah 6 jam nilai kembali penderita dan pilih rencana

Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui nasogastrik atau i.v.

33

Catatan

Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi


untuk memastikan bahwa ibi dapat menjaga mengembalika cairan
yang hilang dengan memberikan oralit

Bila usia anak diatas 2 tahun dan kolera baru saja terjankit didaerah
tersebut pikirkan kemungkinan kolera dan beri anti biotic yang tepat
secara oral

Antidiare tidak diberikan, dan antibiotik digunakan hanya untuk :

Diare disentri : Kotrimoksasol 50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2


dosis selama hari.

Kolera : Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis selama


2-3 hari.

Amoeba,

Giardia,

Kriptosporodium

Metronidazol

30-50

mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis selama 5 hari (10 hari untuk kasus


berat)
Tablet Zinc mampu menurunkan durasi dan frekuensi diare pada anak.
Berikan zinc selama 10-14 hari berturut-turut, dengan dosis untuk anak
dibawah usia 6 bulan adalah 10 mg (setengah tablet) per hari, anak diatas
usia 6 bulan 20 mg ( 1 tablet ) per hari.

34

PEMBERIAN MAKAN

Tidak dipuasakan

ASI atau makanan diteruskan

Makanan porsi kecil, sering dan rendah serat

Pada diare osmotik, yang menggunakan susu formula maka susunya


diganti dengan susu yang rendah atau bebas laktosa.

MEDIKAMENTOSA
Banyak macam obat-obatan dan kombinasi obat dijual untuk
pengobatan diare akut. Obat-obat antidiare yang meliputi : antimotilitas
misalnya (loperamid, diphenoxxylate, codein, opium; absorbent ( misal
norit, kaolin, attapulgit, smectie ). Tidak satupun obat-obatan ini terbukti
mempunyai efek yang nyata untuk diare dan beberapa malahan mempunyai
efek yang membahayakan ( seperti ileus paralitik dan bakteri tumbuh
lampau ). (3,4)
Antibiotika digunakan secara selektif pada kasus:
1. Diare berdarah, sebagai obat pilihan pertama adalah kotrimoksazole
dengan dosis 50mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis, selama 5 hari.
2. Kolera, dengan menggunakan tetrasiklin, dosis 50mg/kgbb/hari dibagi34 dosis, selama 3 hari
3. Amuba/giardia, dengan menggunakan mentronidazole, dosis 3050mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis, selama 5-7 hari.

35

PENCEGAHAN DIARE
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi
oral dan pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang
meliputi dehidrasi, kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga
dibutuhkan, untuk mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi yang selain
mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan
resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada
anak, kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian
makanan kepada bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan makanan,
penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7
cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan
pencegahan enteric, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan penderita, penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan

36

pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.


Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan
enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.

KONSELING
Pencegahan diare :
Pemberian ASI
Perbaikan makanan pedamping ASI
Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
Cuci tangan
Pengunaan jamban
Pembuangan tinja bayi yang aman
Imunisasi campak

Pencegahan dehidrasi :

menyediakan oralit dirumah

memberikan informasi bagaimana mencampur oralit

memberikan informasi bagaimana memberikan oralit

meneruskan pemberian ASI

memberikan makanan sebelum dan sesudah diare

kapan harus kembali

37

mengenali tanda-tanda dehidrasi (untk balita, ibu disarankan untuk


meraba fontanelnya apakah sudah tertutup atau belum)

PENCEGAHAN

air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya
dan dimasak

pengolahan makanan yang dimasak dengan baik

cuci tangan dengan sabun setelah BAB, sebelum makan dan sebelum
menyiapkan makanan

38

Kenapa zinc harus tetap diberikan selama 10 hari walaupun


diare sudah selesai?

Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki


mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh
secara keseluruhan. Ketika memberikan konseling pada ibu, petugas
kesehatan harus menekankan pentingnya pemberian dosis penuh
selama 10 hari dengan menyampaikan pada ibu tentang manfaat
jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi lamanya
diare, menurunkan keparahan diare, membantu anak melawan
episode diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama
itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih baik dan
meningkatkan nafsu makan

Zinc merupakan nutrisi esensial yang penting terutama bagi


pertumbuhan anak dan juga bagi anak-anak yang sering mengalami
infeksi.

Banyak anak di negara berkembang memiliki kadar zinc yang


rendah sehingga mengganggu sistem imun mereka.

Defisiensi zinc meningkatkan kecenderungan terjadinya diare dan


pneumonia pada anak, dan pemberian zinc pada anak dapat
mempercepat penyembuhan penyakit ini.

Zinc merupakan mikronutrien esensial yang jumlahnya terbanyak


kedua di dalam sel dan jaringan

39

Zinc diperlukan bagi pembelahan sel, diferensiasi, dan pertumbuhan


sel.

Organ-organ yang tergantung pada pembelahan sel secara terusmenerus untuk menunjang fungsinya, seperti sistem imun dan usus,
sangat sensitif terhadap defisiensi zinc

Zinc merupakan mikronutrien esensial yang jumlahnya terbanyak


kedua di dalam sel dan jaringan

Zinc diperlukan bagi pembelahan sel, diferensiasi, dan pertumbuhan


sel.

organ-organ yang tergantung pada pembelahan sel secara terusmenerus untuk menunjang fungsinya, seperti sistem imun dan usus,
sangat sensitif terhadap defisiensi zinc

Zinc merupakan mikronutrien esensial yang jumlahnya terbanyak


kedua di dalam sel dan jaringan

Zinc diperlukan bagi pembelahan sel, diferensiasi, dan pertumbuhan


sel.

Organ-organ yang tergantung pada pembelahan sel secara terusmenerus untuk menunjang fungsinya, seperti sistem imun dan usus,
sangat sensitif terhadap defisiensi zinc

Pada saat diare terjadi perubahan:


1. Morfologi pada usus (atrofi vilus, penurunan aktivitas brushborder, dan perubahan permeabilitas usus)

40

2. Gangguan pada fungsi imun (seperti atrofi jaringan limfoid,


pengurangan jumlah hitung limfosit dan proporsi sel T helper,
penurunan aktifitas sitotoksik dari limfosit dan aktivitas sel
natural killer).

Mekanisme Kerja Zinc pada Diare:


1. mempercepat regenerasi epitel usus
2. memperbaiki absorpsi air dan elektrolit di usus
3. meningkatkan kadar enzim pada enterosit brush-border
4. menguatkan respon imun yang mengarah kepada peningkatan
bersihan patogen dari usus

41

DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI. Modul pelatihan pemberantasan penyakit diare bagi


supervisor tatalaksana penderita diare. Jakarta; 1994.

Harris F. Paediatric fluid theraphy. Oxford: Blackwell Scientific


Publications; 1972

WHO. Program for control of diarrhea disease supervisory skills-treatment


of diarrhoeal; 1987.

Winter RW. Principles of pediatric fluid therapy. Edisi ke 2. Boston;Little


Brown & Co; 1982.

Anda mungkin juga menyukai