Pembimbing :
Dr. Pramulia Hartadi
Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan refleksi kasus dengan tema
“Diare Akut tanpa dehidrasi” untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Stase
Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam hal penyusunan refleksi kasus ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. dr. Gita Sekar P, M.Pd,Ked dan dr. Djaka Handaja, MPH selaku
pembimbing stase Ilmu kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2. drg. Raya Mulyasari selaku Kepala Puskesmas Kota Wilayah Selatan
Kota Kediri
3. dr. Hartadi Pramulia selaku pembimbing di Puskesmas Poned
Balowerti Kota Kediri
4. Seluruh teman-teman dokter muda kelompok D31
Penulis
ii
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
konsistensi cair, ampas (+), lendir (-), darah (-), sudah diberikan obat zinc
dan sedikit mereda tetapi masih lemas. Selain itu, pasien juga mengeluh
demam sejak 2 hari sebelum diare, demam terus menerus dan sudah
masih sumer-sumer, keluhan batuk (-), pilek (-). Pasien mengeluh mual,
muntah (+) sebanyak 1 kali berupa cairan disertai ampas, sebanyak 1/2
gelas aqua, ibu pasien mengatakan bahwa perut pasien terasa sakit, BAK
Saat ini (27/09/2020 jam 09.30) pasien BAB sebanyak 2x masih cair,
BAK (+) terakhir 1 jam yang lalu. Pasien sudah tidak demam, tidak mual
dan muntah lagi. Pasien mau makan dan minum yang diberikan oleh
ibunya.
3
− Diare (+) 2 bulan yang lalu
● Riwayat Kelahiran
sianosis (-)
● Riwayat Gizi
− Saat ini sudah makan nasi dengan lauk, makan 3x sehari dirumah.
RR 22x/menit
4
BB: 15 kg TB: 86 cm
Status Generalis
b. Pemeriksaan Thoraks
● Paru-paru :
● Jantung :
c. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : flat
Auskultasi : BU (+) ↑
Perkusi : Timpani
d. Pemeriksaan ekstremitas: AHKM +/+, CRT <2s, turgor kulit kembali cepat
5
1.4 Pemeriksaan Penunjang
(-)
− Watery diarrhea
− Demam
− Mual
− Muntah
1.6 Resume
konsistensi cair, ampas (+), lendir (-), darah (-), sudah diberikan obat zinc
dan sedikit mereda tetapi masih lemas. Selain itu, pasien juga mengeluh
demam sejak 2 hari sebelum diare, demam terus menerus dan sudah
berupa cairan disertai ampas, sebanyak 1/2 gelas aqua, ibu pasien
mengatakan bahwa perut pasien terasa sakit, BAK (+) nomal. Sejak
Saat ini (27/09/2020 jam 09.30) pasien BAB sebanyak 2x masih cair,
BAK (+) terakhir 1 jam yang lalu. Pasien sudah tidak demam, tidak mual
dan muntah lagi. Pasien mau makan dan minum yang diberikan oleh
nyeri tekan (+) epigastrium, akral hangat kering merah, turgor kulit
1.7 Diagnosis
6
Diare Akut tanpda dehidrasi
1.8 Planning
Diagnosis: (-)
Terapi:
● Zinc 1x20 ml
Edukasi
obat minum seperti obat anti muntah, obat diare serta oralit yang
● Edukasi kepada ibu atau keluarga pasien cara membuat oralit dirumah
dengan air 1 gelas (200 cc) kemmudian masukkan 1 bungkus oralit dan
aduk sampai larut. Jika memang tidak ada oralit bisa menggunakan
satu sendok teh gula dan 1/4 sendok teh garam kemudian larutkan
7
● Edukasi tentang makan sedikit-sedikit tapi sering, makan makanan
yang tinggi protein dan kalori namun rendah serat, tidak makan sayur
cairan.
1.9 Prognosis
Dubia ad bonam.
TERAPI KOMPERHENSIF
STATUS SOSIAL
N
KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengkap dan jelas)
O
Aktifitas Kegiatan sehari-hari pasien bermain didalam dan di luar
1
sehari-hari rumah dengan teman – temannya jika siang atau sore hari.
8
Di rumah tinggal dengan kedua orang tuanya. Pasien suka
jajan sembarangan di luar rumah. Pasien kurang menjaga
kebersihan dirinya seperti jarang mencuci tangan sebelum
makan atau setelah bermain
2 Status Gizi BB : 15 kg, TB : 86 cm, BB/TB : gemuk
3 Pekerjaan -
Jaminan
4 BPJS
Kesehatan
3 Kimia -
Rumah pasien berdempetan dengan tetangga sekitar,
4 Sosial pasien sering bergaul dengan teman sebaya di
sekitarnya
5 Budaya Pasien suka jajan sembarangan di luar rumah
6 Psikologi -
Untuk saat ini yang bekerja orangtua pasien, dan
7 Ekonomi
berpenghasilan cukup.
8 Ergonomi -
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF:
A. ASPEK PERSONAL
Uraian Masalah: BAB cair 6x, warna kuning konsistensi cair, ampas (+).
Tidak ada lender dan darah (-). Sudah diberikan obat zinc dan sedikit mereda
tetapi masih lemas. 2 hari sebelum diare demam, mual, muntah (+) 1x cairan
dan ampas (1/2 gelas aqua). Saat pemeriksaan diare 2x, cair (+), mual muntah
9
(-), makan dan minum sudah seperti biasanya.
Yang mendasari pasien datang ke dokter : BAB cair
Intervensi/Penatalaksanaan:
a. Promotif: Dokter menyarankan ibu pasien untuk mengikuti penyuluhan
mengenai penyakit, gejala, serta komplikasi yang dapat terjadi pada
pasien ketika diare.
b. Preventif: Menyarankan kepada keluarga pasien untuk mengurangi
membeli makanan diluar yang tidak terjamin kebersihannya. Menjaga
kebersihan diri yaitu mencuci tangan sebelum makan dan setelah
bermain.
c. Kuratif: Rehidrasi Oral Aktif dengan Oralit/diare 1 sachet/diare,
Paracetamol 150 mg jika demam >37,5o C, Zinc 20ml x1. Non
medikamentosa: perbanyak konsumsi cairan dan asupan nutrisi,
d. Rehabilitatif: Makan makanan bergizi dan bersih, serta mengikuti
petunjuk dokter tentang terapi yang diberikan
B. ASPEK KLINIS
Uraian Masalah: BAB cair 6x, warna kuning konsistensi cair, ampas (+).
Tidak ada lender dan darah (-). Sudah diberikan obat zinc dan sedikit mereda
tetapi masih lemas. 2 hari sebelum diare demam, mual, muntah (+) 1x cairan
dan ampas (1/2 gelas aqua). Saat pemeriksaan diare 2x, cair (+), mual muntah
(-), makan dan minum sudah seperti biasanya.
DD: Diare Akut dengan dehidrasi
Intervensi/Penatalaksanaan:
a. Promotif: Dokter menyarankan untuk mengikuti penyuluhan mengenai
penyakit, gejala, serta komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ketika
diare dan penatalaksanaannya.
b. Preventif: Menyarankan kepada keluarga untuk mengurangi makan
makanan yang belum tentu terjamin kebersihannya, membersihkan
lingkungan sekitar dan menjaga kebersihan diri, memasak sendiri supaya
terjamin kebersihannya
c. Kuratif: Rehidrasi Oral Aktif dengan Oralit/diare 1 sachet/diare,
Paracetamol 150 mg jika demam >37,5oC, Zinc 20ml x1. Non
medikamentosa: perbanyak konsumsi cairan dan asupan nutrisi,
d. Rehabilitatif: Makan makanan bergizi, meminum obat secara teratur,
menjaga kebersihan diri dan lingkungan
C. ASPEK INTERNAL
Uraian Masalah:
1. Genetik: -
2. Gaya hidup : kebiasaan pasien makan makanan dari luar rumah dan tidak
mencuci tangan sebelum makan serta setelah bermain
Intervensi/Penatalaksanaan:
a. Promotif: Keluarga pasien mencari informasi mengenai edukasi atau
penyuluhan tentang diare, penyebab, dan penanganannya serta konseling
mengenai kebersihan diri dan lingkungan.
b. Preventif: Menyarankan kepada keluarga untuk mengurangi pembelian
10
makanan yang kebersihannya kurang terjamin, membersihkan
lingkungan sekitar, memasak sendiri supaya terjamin kebersihannya
c. Kuratif: -
d. Rehabilitatif: -
D. ASPEK EKSTERNAL
Uraian Masalah:
1. Psikososial: orang tua pasien tidak mencontohkan cuci tangan sebelum
makan ataupun setelah berpergian dari luar rumah.
2. Lingkungan: cukup baik.
Intervensi/Penatalaksanaan:
a. Promotif: Memberikan konseling atau penyuluhan tentang diare,
penyebab, dan penanganannya serta konseling mengenai kebersihan diri
dan lingkungan.
e. Preventif: Selalu mencuci tangan sebelum makan dan setelah bermain
dari luar rumah
b. Kuratif: -
c. Rehabilitatif: -
11
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan.
Rasulullah pernah memaparkan perihal berobat dalam beberapa haditsnya.
Diantaranya :
1. Dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasullulah bersabda:
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka ia akan sembuh dengan seizing Allah”
2. Dari Abu Hurairah, bahwa Rasullullah bersabda :
“Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan
pula obatnya”
Teori: Dari penjelasan tersebut, maka telah jelas Islam memerintahkan
agar berobat pada saat ditimpa penyakit. Bahkan seandainya tidak ada
perintah rinci dari hadist tentang keharusan berobat, maka prinsip pokok
yang diangkat dari Al Qur’an dan Hadist cukup untuk dijadikan dasar
dalam upaya kesehatan dan pengobatan. Selain itu juga kebersihan
lingkungan menjadi salah satu faktor utama demi berlangsungnya hidup
yang bersih, sehat, dan nyaman. Terhindar dari berbagai macam penyakit
sangat diinginkan oleh setiap orang.
o An. HS sudah sesuai dengan tuntunan Hadist tersebut, bahwa An.
HS berusaha untuk mendapat pengobatan saat ia ditimpa penyakit.
Dan dokter sebagai perantara kesembuhan penyakit An. HS dan
An. HS akan sembuh atas izin Allah subhannahu wa ta’ala.
o Dokter yang mengobati An. HS dapat melakukan pendekatan lagi
kepada pasien dan keluarga pasien dari sisi keagamaan dengan
mengingatkan untuk selalu percaya kepada kuasa Allah SWT agar
pasien semakin mendapatkan keyakinan, keikhlasan, dan kekuatan
dalam dirinya sendiri untuk memperoleh kesembuhan dari Allah
SWT.
Kesenjangan: Pasien masih kurang dalam kebersihan diri ataupun
lingkungan, atau dalam hal pola hidup bersih dan sehat masih kurang.
Setelah bermain, atau sebelum makan pasien tidak mencuci tangan. Serta
12
dari ibu atapun keluarga pasien tidak membiasakan diri untuk mencuci
tangan sebelum makan atau sesudah pasien bermain dari luar.
Saran: Diharapkan pasien menjaga diri dengan berperilaku hidup bersih
dan sehat, serta keluarga yang tinggal bersama dengan pasien juga dapat
menerapkan hal tersebut agar pasien dapat meniru atau mengikuti apa
yang diajarkan oleh keluarga dengan baik apalagi pasien masih dalam
masa pertumbuhan sehingga akan sangat baik jika membiasakan diri sejak
kecil berperilaku baik dengan pola hidup bersih dan sehat.
Selain itu juga sebagai dokter harus dapat melihat dari semua aspek,
dengan adanya kasus diare ataupun kasus lainnya yang muncul didaerah
tersebut kita dapat melakukan upaya penyuluhan atau edukasi sebagai
bentuk promosi kesehatan agar dapat berkurangnya kasus yang sama
sehingga kita dapat meningkatkan kesehatan.
13
Pada kasus An. HS juga diterapkan prinsip non-maleficence yang terlihat
saat planning terapi.
Dokter meresepkan obat yang rasional sesuai indikasi, dan
mempertimbangkan efek samping yang mungkin dialami pasien, serta
mempertimbangkan dosis obat pasien karena masih anak-anak.
3. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan hukum dan norma yang telah
diakui di masyarakat (justice) yaitu seorang dokter memperlakukan semua
pasiennya sama rata dan adil.
Dokter tidak membeda-bedakan dalam menangani pasien, pada era BPJS
sekarang ini. Dan juga tetap bersikap baik, serta menghormati, dan
berempati terhadap kondisi pasien pada saat memeriksa keadaan pasien.
Selain itu, dokter juga menerapkan etika dalam berkomunikasi maupun
bertingkah laku secara baik di depan pasien, teman sejawat, maupun rekan kerja
yang lain.
Dokter yang menangani pasien An. HS sudah mengamalkan aspek
etika/moral sehingga hal tersebut perlu dipertahankan di setiap melayani pasien
agar pasien selalu merasa dihargai dan mendapatkan pelayanan yang baik dari
Dokter.
4. Autonomy: Seorang dokter menghargai kebebasan setiap orang agar selalu
bisa menentukan nasibnya sendiri, artinya seorang dokter menghormati
pasiennya sebagai individu yang memiliki martabat dan berhak
menentukan nasibnya sendiri.
Prinsip autonomy yang diterapkan pada pasien terdapat pada
tindakan dokter yang memberikan penjelasan dan kebebasan pasien
untuk memilih obat apalagi pada anak kecil, seorang ibu pasti ingin efek
samping minimal untuk anaknya.
Refleksi dari Aspek Medikolegal
Medikolegal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga
medis dengan menggunakan ilmu dan teknologi kedokteran atas dasar
kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan hukum dan untuk melaksanakan
peraturan yang berlaku. Aspek tersebut meliputi inform concent kepada pasien.
Dalam pasien ini dokter memberikan inform concent mulai dari memperkenalkan
14
diri, hingga meminta izin untuk memeriksa kondisi pasien dan melihat regio tubuh
yang dikeluhkan pasien.
Selain itu dokter juga menjaga privasi dan merahasiakan segala yang
diketahui tentang An. HS, seperti pada saat diskusi hanya menggunakan nama dan
alamat inisial.
Dokter yang menangani pasien An. HS sudah mengamalkan aspek
medikolegal sehingga hal tersebut perlu dipertahankan di setiap melayani pasien
agar pasien selalu merasa aman ketika periksa ke Dokter karena privasinya
dilindungi dan tidak merasa dilecehkan ketika Dokter memeriksa bagian tubuhnya
yang sakit.
Refleksi dari Aspek Sosio Ekonomi
Teori: Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. KLB diare terjadi 10 kali pada tahun 2018 yang tersebar di 8
provinsi, 8 kabupaten/kota. Jumlah penderita 756 orang dan kematian 36
orang (CFR 4,76%) (Kemenkes RI, 2018). Lebih dari 90% diare akut
disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10 % karena sebab lain
(World Gastroenterology Organisation, 2017).
Kesenjangan: Pasien masih anak-anak yang bermain dengan teman-
temannya diluar rumah yang terkadang tidak ditemani oleh orangtua
pasien (ibu maupun ayah) sehingga kedua orangtua pasien tidak
mengetahui apa yang dimakan atau mungkin apa saja yang pasien lakukan
saat bermain.
Saran: Tindakan kita sebagai dokter dapat memberikan edukasi mengenai
pentingnya menjaga kebersihan diri kepada pasien melalui keluarganya
dan memberikan motivasi kepada ibu pasien agar semangatnya dalam
mengantarkan anaknya berobat tetap terjaga serta dapat membantu
meminumkan obat kepada pasien sehingga dapat membantu kesembuhan
pasien. Selain itu juga sebagai dokter perlu menjelaskan cara tatalaksana
awal penanganan diare dengan menggunakan oralit atau cara membuat
oralit dirumah.
o Ditinjau dari aspek sosial ekonomi pasien, pasien merupakan
golongan menengah dengan rumah sederhana. Pasien merupakan
15
seorang anak yang suka bermain didalam ataupun diluar dengan
teman – temannya pada siang atau sore hari. Pasien suka jajan
sembarangan di luar rumah. Pasien kurang menjaga kebersihan
dirinya seperti jarang mencuci tangannya sebelum makan dan setelah
bermain. Pasien merupakan individu yang jarang mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan, pasien terkadang mencuci tangan
menggunakan air mengalir tetapi tanpa sabun, pasien lebih sering
hanya mengelap tangan di bajunya saja kemudian menyantap
makanan, ketika dirumah. Begitupun yang dilakukan pasien sebelum
terkena diare saat ini. Selain itu rumah pasien berdempetan dengan
tetangga sekitar.
o Ditinjau dari aspek sosial, hubungan pasien dengan masyarakat sekitar
serta keluarga baik. Penderita diare membutuhkan dukungan dari
keluarga terdekat agar tetap mau untuk minum air putih serta obat,
sehingga kondisi diare tidak memburuk. Keluarga An. HS sangat
mendukung dan mensupport An. HS untuk berobat, terbukti dengan
ibu dan ayah pasien yang setia mengantar pasien untuk segera
ditangani oleh dokter.
Refleksi dari Aspek Psikologis
Seorang anak yang mengalami diare akan timbul masalah yang
membutuhkan masa pemulihan baik secara fisik maupun psikis. Pada An. HS
masalah psikologis yang muncul dikarenakan kecemasannya tentang kondisi
tubuhnya yang lemas dan sulit makan. Namun rasa cemas dan ketakutan An. HS
masih dapat ditoleransi oleh psikologis An. HS.
Dokter yang menangani An. HS dapat selalu memberikan motivasi kepada
pasien dan keluarganya agar dapat melalui musibah ini dengan baik sehingga
dapat membantu An. HS beserta keluarga untuk selalu berfikir postif sehingga
mempercepat pemulihan dari penyakitnya tersebut.
16
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari
biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih
lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih
2.2 Epidemiologi
Menurut data dari World Health Organization (WHO) dan UNICEF, terdapat
1,87 juta orang meninggal akibat kasus gastroenteritis setiap tahunnya di seluruh
dunia. Diare merupakan penyakit endemis potensial Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang sering disertai dengan kematian di Indonesia. Tahun 2017 jumlah penderita
diare semua umur yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita
dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 yaitu menjadi 4.504.524 penderita atau
62,93% dari perkiraan diare di sarana kesehatan. Insiden diare semua umur secara
nasional adalah 270/1.000 penduduk. Terjadi 10 kali KLB Diare pada tahun 2018
2.3 Etiologi
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari World
terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi. Lebih dari 90%
17
diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10 % karena sebab lain
a. Virus
gastroenteritis
akut adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara lain Rotavirus, Human
b. Bakteri
c. Parasitic agents
3. Asam amino
4. Protein
b. Imunodefisiensi
18
granulomatose kronik, defisiensi IgA dan imunodefisiensi IgA
heavycombination.
c. Terapi Obat
d. Lain-lain
gastroenteritis akut.
Sanitasi Lingkungan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini
Penyediaan Jamban
19
Sampah Sampah adalah setiap bahan yang untuk sementara tidak dapat
Personal Higiene
kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus
2.5 Patogenesis
elektrolit menjadi sekresi. Gangguan seperti itu bisa merupakan hasil dari
kekuatan osmotik yang bertindak dalam lumen untuk mengarahkan air ke usus
atau hasil dari keadaan sekretori aktif yang diinduksi dalam enterosit. Dalam
kasus sebelumnya, diare bersifat osmolar, seperti yang diamati setelah konsumsi
gula yang tidak dapat diserap seperti laktulosa atau laktosa dalam malabsorber
laktosa. Sebaliknya, dalam keadaan sekretori aktif yang khas, sekresi anion yang
oleh diare yang diinduksi enterotoksin. Pada diare osmotik, keluaran tinja
sebanding dengan asupan substrat yang tidak terserap dan biasanya tidak masif;
tinja diare segera menurun dengan penghentian nutrisi, dan celah ion tinja tinggi,
20
melebihi 100 mOsm / kg. Pada diare sekretori, proses transpor ion sel epitel
berubah menjadi sekresi aktif. Penyebab paling umum dari diare sekretorik onset
akut adalah infeksi bakteri pada usus. Beberapa mekanisme mungkin sedang
bekerja. Setelah kolonisasi, patogen enterik dapat melekat atau menyerang epitel;
dengan meningkatkan messenger kedua intraseluler) atau sitotoksin. Hal itu juga
dapat memicu pelepasan sitokin yang menarik sel-sel inflamasi, yang, pada
puasa, dan celah ion feses yang normal (yaitu, 100 mOsm / kg atau kurang), yang
Diare akut didefinisikan sebagai timbulnya tiba-tiba 3 atau lebih tinja per hari
dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari; diare kronis atau persisten didefinisikan
sebagai episode yang berlangsung lebih dari 14 hari. Perbedaan tersebut memiliki
implikasi tidak hanya untuk klasifikasi dan studi epidemiologi tetapi juga dari
sudut pandang praktis, karena diare yang berkepanjangan sering memiliki etiologi
Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah satu
hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%)
atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan gejala yang
paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu terdapat tanda-tanda
21
dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan
turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10 % pada hasil
(watery diarhhea) dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam
yang umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses
lembek atau cair. Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam
2.7 Diagnosis
22
2.8 Penatalaksanaan
Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan
sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, terapi dapat diberikan dengan:
2. Obat antidiare:
23
Apabila terjadi dehidrasi, ditentukan derajat dehhidrasi, dan ditangani
1. Oralit, berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang
sama pada waktu anak sehat, untuk mencegah kehilangan berat badan serta
4. Antibiotik hanya diberikan pada diare berdarah, kolera dan diare dengan
masalah lain.
muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus diare makin
2.9 Komplikasi
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat
diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut ginjal dan selanjutnya terjadi gagal
multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan
Syndrome (HUS) adalah komplikasi terutama oleh EHEC. Risiko HUS meningkat
24
setelah infeksi EHEC dengan 15 penggunaan obat anti-diare, tetapi hubungannya
2.10 Prognosis
morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia.
25
BAB 3
PEMBAHASAN
Seorang anak laki-laki usia 3 tahun datang dengan keluhan BAB cair
semenjak 1 hari yang lalu, 6 kali. Warna kuning, konsistensi cair, ampas (+),
lendir (-), darah (-), sudah diberikan obat zinc dan sedikit mereda tetapi masih
lemas. Selain itu, pasien juga mengeluh demam sejak 2 hari sebelum diare,
demam terus menerus dan sudah diberikan paracetamol. Kemudian mereda namun
ibu pasien mengatakan masih sumer-sumer, keluhan batuk (-), pilek (-). Pasien
mengeluh mual, muntah (+) sebanyak 1 kali berupa cairan disertai ampas,
sebanyak 1/2 gelas aqua, ibu pasien mengatakan bahwa perut pasien terasa sakit,
Saat ini (27/09/2020 jam 09.30) pasien BAB sebanyak 2x masih cair, BAK
(+) terakhir 1 jam yang lalu. Pasien sudah tidak demam, tidak mual dan muntah
lagi. Pasien mau makan dan minum yang diberikan oleh ibunya. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan mata cowong (-), BU (+) ↑, nyeri tekan (+)
epigastrium, akral hangat kering merah, turgor kulit Kembali cepat dan CRT <2
detik.
Penegakan Diagnosis
adalah diare akut. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (DepKes
RI, 2011). Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, dan tidak didapatkan
26
darah disebut sebagai diare cair akut (WHO, 2009). Pada pasien ini didapatkan
keluhan BAB 6 kali dengan konsistensi cair dan terjadi kurang dari 2 minggu.
Gejala awal dari diare akut biasanya juga diikuti dengan mual, nyeri perut
dan meningkatnya suhu tubuh. Diare akut biasanya terjadi pada anak-anak.
Penyebab tersering dari diare akut adalah infeksi pada gastrointestinal, virus
maupun bakteri, sangat jarang parasit. Infeksi disebarkan dari jalur fecal-oral
menyebabkan diare akut juga dapat di sebarkan melalui jalur udara. Selain infeksi
maupun kondisi terkait stress. Pada diare akut terdapat koloni kuman pada usus
kecil dan atau usus besar. Pada diare akut karena virus, terdapat koloni virus di
usus kecil yang kemudian akan menginvasi dan merusak epitel usus (Radlovic,
2015).
Komplikasi awal dari diare akut adalah dehidrasi yang diakibatkan oleh
menjadi tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang dan dehidrasi berat (Depkes RI,
2011).
27
Berdasarkan tabel tersebut, maka tingkat dehidrasi pada pasien ini masuk
dalam tingkat tanpa dehidrasi karena tidak didapatkan mata cowong pada
pemeriksaan fisik.
Penatalaksanaan diare
● Zinc 20 mlx1
dalam proporsi tepat dapat dihantarkan melalui cairan dari lumen usus ke dalam
misalnya jus apel, susu, air jahe, dan air kaldu ayam karena mengandung glukosa
Rehydration Solution), Defisit cairan harus segera dikoreksi dalam 4 jam dan ORS
harus diberikan dalam jumlah sedikit tetapi sering, untuk meminimalkan distensi
28
Terdapat program LROA (Layanan Rehidrasi Oral Aktif), yaitu salah satu layanan
- tatalaksana diare
- upaya yang harus dilakukan dan harus diketahui apabila terjadi diare
- pencegahan diare
Hal ini merupakan sarana pemberian oralit dan observasi atau pengamatan
selama 4 jam untuk penderita diare dehidrasi ringan/sedang serta penyuluhan atau
kader dan petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. LROA bertujuan
untuk:
mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan sesudah diare
29
Selain itu, perlu juga diperhatikan hal lain seperti perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) pasien. PHBS terkait penyakit diare ini adalah penggunaan air
bersih, mencuci tangan dengan sabun, dan penggunaan jamban sehat. UKM
penyakit seperti Diare, DBD ataupun penyakit yang saat itu sedang meningkat
yang perlu diketahui seperti pentingnya melakukan cuci tangan, penyebab sebuah
penyakit, gejala, penanganan awal dan tanda bahaya dari tiap penyakit yang
pelayanan kesehatan ketika sudah diberi pengobatan awal. Pada kasus diare,
seperti yang tertera pada Buku Bagan MTBS, Ibu diharapkan membawa kembali
anaknya ketika didapatkan tinja campur darah atau anak malas minum.
dari penyuluhan adalah perubahan perilaku serta angka kejadian dari penyakit
terkait. Namun, masihlah sulit untuk melihat perubahan perilaku setiap orang
dikarenakan selain usaha dari luar, seperti diberikannya penyuluhan, juga harus
adanya kesadaran diri untuk merubah perilaku menjadi lebih baik. Pemantauan
lebih lanjut masih sulit dilakukan juga dikarenakan tidak setiap penyuluhan
didatangi oleh audiens yang sama, sehingga sulit untuk dilakukannya follow up
perubahan perilaku.
30
Air merupakan kebutuhan dasar yang digunakan sehari-hari, adapun syarat
air bersih agar tidak terkena penyakit ialah air tidak berwarna, tidak keruh, bebas
pasir, debu, lumpur, busa, dan kotoran lainnya, tidak berasa, serta tidak berbau.
Air yang digunakan di rumah pasien adalah air tanah yang diambil dengan pompa
listrik. Belum diperiksa apakah memenuhi syarat air bersih atau tidak karena
memang tidak dilakukan pengecekan air pada rumah pasien. Orangtua pasien
cukup diberitahu tentang syarat air yang bersih, kemudian dilakukan pengecekan
dan bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Mencuci tangan dilakukan dengan
6 langkah dan harus selalu dilakukan setiap kali tangan kotor seperti setelah
memegang uang, memegang binatang ataupun berkebun, setelah buang air besar,
setelah menceboki bayi atau anak, sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum
yang jarang mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, pasien terkadang
mencuci tangan menggunakan air mengalir tetapi tanpa sabun, pasien lebih sering
terkena diare saat ini. Pasien mengaku sering melihat kedua orangtuanya tidak
mencuci tangan sebelum makan, sehingga anak meniru kedua orangtuanya. Dalam
hal ini, seharusnya orang tua juga mendapatkan penyuluhan terutama tentang
PHBS karena anak dirumah akan meniru perilaku orang tuanya sebagai role
model.
31
Jamban merupakan suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia. Syarat jamban sehat ialah tidak mencemari sumber air minum
(jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter),
tidak berbau, kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak
dan ventilasi cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai, serta tersedia air,
sabun, dan alat pembersih. Rumah pasien memiliki satu toilet jongkok dan satu
toilet duduk yang dipakai untuk seluruh anggota keluarga di rumah dan terletak
didalam rumah.
32
BAB 4
KESIMPULAN
BAB cair semenjak 1 hari yang lalu, 6 kali. Warna kuning, konsistensi cair,
ampas (+), lendir (-), darah (-), sudah diberikan obat zinc dan sedikit mereda
tetapi masih lemas. Selain itu, pasien juga mengeluh demam sejak 2 hari sebelum
diare, demam terus menerus dan sudah diberikan paracetamol. Kemudian mereda
namun ibu pasien mengatakan masih sumer-sumer, keluhan batuk (-), pilek (-).
Pasien mengeluh mual, muntah (+) sebanyak 1 kali berupa cairan disertai ampas,
sebanyak 1/2 gelas aqua, ibu pasien mengatakan bahwa perut pasien terasa sakit,
Saat ini (27/09/2020 jam 09:30) pasien BAB sebanyak 2x masih cair, BAIK
(+) terakhir 1 jam yang lalu. Pasien sudah tidak demam, tidak mual dan muntah
lagi. Pasien mau makan dan minum yang diberikan oleh ibunya. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan mata cowong (-), BU (+) ↑, nyeri tekan (+)
epigastrium, akral hangat kering merah, turgor kulit kembali cepat, dan CRT <
sachet/diare, Paracetamol 150mg jika demam >37,5oC, Zinc 20mlx1, Diet lunak
Perawatan Kota Wilayah Selatan oleh UKM Esensial P2 Diare yang terkait adalah
pemberian terapi oralit. Serta pencegahan diare dengan penyuluhan PHBS melalui
33
DAFTAR PUSTAKA
(11-12):755-762.
34
Rahman HF, et al, 2016, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diare Di Desa Solor Kecamatan Cermee Bondowoso, Nurseline Journal
Vol. 1
Worldgastroenterology, 2017, World Gastroenterology Organisation
http://www.worldgastroenterology.org/guidelines/global-guidelines/acute-
diarrhea/acute-diarrhea-english
WHO, 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Pedoman
35