Anda di halaman 1dari 21

BAB I

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
a. Nama/ Jenis Kelamin/ Umur : Ny. J / Perempuan/30 tahun
b. Pekerjaan/ Pendidikan : IRT/ SMP
c. Alamat : RT. 09 Olak Kemang

2. Latar belakang spasienio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak/ Saudara : anak 1 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : menengah
d. Kondisi Rumah :
Rumah Terletak Di sebuah perkampungan yang padat penduduk, 40 meter
dari pinggir jalan raya. Struktur rumah berbentuk rumah berlantai semen,
Rumah beratap seng, berdinding semen. Terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar
tidur, ruang TV, dan dapur, serta kamar mandi di belakang. Sumber air
keluarga adalah PDAM. ventilasi cukup, WC leher angsa dengan septik
tank, penerangan cukup.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga : pasien tinggal bersama dengan
keluarganya dengan anggota keluarga berjumlah 3 orang terdiri dari
suaminya, 1 orang anaknya, dan pasien sendiri. Keluarga pasien sangat
menyayangi pasien, komunikasi terjalin baik di atara sesama anggota
keluarga.
f. Aspek Psikologis Dalam Keluarga : Pasien merupakan ibu rumah
tangga, sedangkan suami pasien bekerja sebagai pegawai swasta.

3. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan utama mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 1 bulan yang lalu.
Tetapi keluhan dirasakan semakin bertambah sering sejak 1 minggu yang lalu.
Mual dan muntah terjadi hampir sepanjang hari namun dirasakan memberat
terutama pada pagi hari. Muntah sebanyak > lima kali per hari dengan volume ±
1/2 - 3/4 gelas besar. Isi muntahan berupa makanan minuman yang dikonsumsi
sebelumnya, pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah

1
semakin bertambah berat bila setelah makan dan minum, dan berkurang saat
istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa kering, nafsu makan
dirasakan menurun. BAB dan BAK dirasakan agak jarang. Pasien juga mengeluh
nyeri ulu hati. berat badan terjadi penurunan, 2 minggu yang lalu pasiem
menimbang BB 46,5 kg dan pada saat ini BB turun menjadi 44 kg. Pasien mengaku
tidak ada permasalahan dalam kehidupan rumah tangganya maupun dalam
pekerjaan.
5. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga :
 Pasien pernah mengalami gejala yang sama pada kehamilan sebelumnya,
yaitu pada kehamilan pertama
 Ibu dan Adik pasien juga mengalami mual dan muntah dalam kehamilan
 Riwayat abortus : (-)
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
 Riwayat Gastritis :+

Riwayat Obstetri
HPHT : 21-12-2018
TP : 28- 09-2019
UK : 11-12 minggu

Riwayat Persalinan
Anak I : tahun 2011 jenis kelamin laki-laki, lahir spontan, ditolong bidan,
BB:2.650 gram PB : 49 cm, hidup.

Riwayat Perkawinan : pasien menikah satu kali dan sudah berlangsung selama
± 9 tahun.

Riwayat Kontrasepsi : pasien pernah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.


Riwayat haid pasien
 Menarche: 13 tahun
 Usia :13 tahun,
 haid teratur dengan siklus 28 hari,
 lama haid: ± 7 hari,

2
6. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tampak Lemas
2. Kesadaran : compos mentis
3. Vital sign :
TD : 100/70 mmHg
N : 86x/menit
RR : 19 x/menit
T : 36,5˚ C
4. Tinggi badan : 150 cm
5. Berat Badan : 44 kg
6. Kepala : normochepal
7. Mata : conjunctiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, mata cekung (-/-),
8. Telinga: tidak ada secret, tidak ada perdarahan
9. Hidung : tidak ada secret, tidak ada perdarahan
10. Mulut : bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, bibir kering (+)
11. Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), Pembesaran kelenjar getah
bening (-)
12. Dada
Inspeksi : bekas luka (-), retraksi (-)
Perkusi : sonor +/+
Palpasi : pengembangan dada simetris +/+
Fremitus (+) normal
Auskultasi :
Cor : S1 S2 reguler, bising jantung (-)
Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi (-), wheezing (-)
13. Abdomen : bekas operasi (-), TFU setinggi 7 cm, bising usus (+) , nyeri
tekan epigastrium (+)
14. Ekstremitas : akral hangat, edem (-)

7. Pemeriksaan penunjang : HB 10,2 g/dL


8. Usulan : pemeriksaan laboratorium: Darah Rutin, elektrolit, urinalisis, Kadar Gula
darah, pemeriksaan USG obstetric

9. Diagnosis Kerja :
G2P1A0 Gravida 11-12 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum (O.21.0)

10. Diagnosis Banding


- Gastritis (K.25.4)
- Ulcus Peptikum ( K.25.9)

11. Manajemen:
1. Promotif :

3
- Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan.
- Menyediakan obat di rumah apabila asam lambung meningkat
- Memberi informasi tentang kebutuhan nutrisi ibu
2. Preventif :
- Jangan membiarkan diri dalam keadaan terlalu lapar atau dalam
kondisi perut terlalu kenyang
- Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tapi sering
- Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan
air teh
- Menjaga asupan makan dengan baik-baik dan menghindari makanan
pedas
- Menghindari makan terlalu kenyang, makanan yang berminyak dan
berbau lemak seperti goreng-gorengan, makanan berlemak dan
daging berlemak agar tidak merangsang muntah
- Menghindari kekurangan karbohidrat, dianjurkan makanan yang
mengandung gula
- Hindari stress

3. Kuratif :

- Non Farmakologis

 Istirahat yang cukup


 Mengatur pola makan (jumlah, jenis, dan frekuensi) dengan Makan
sesering mungkin, dalam porsi kecil-kecil. Siang hari untuk makan porsi
besar, malam hari cukup porsi kecil. Makan camilan sebelum tidur,
karena akan mengurangi rasa mual esok paginya.
 Menghisap atau mengunyah permen, terutama permen jahe, dapat
membantu menahan rasa ingin muntah.
 Isolasi penderita dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan ventilasi
udara yang baik
 Hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah seperti bau yang
tidak mengenakkan
 Melakukan senam Ibu hamil yang telah dijadwalkan oleh puskesmas.

4
 Makan roti dan biscuit serta buah-buahan sedikit-sedikit sehabis bangun
tidur dan sering dilakukan
 Terapi Psikologi ( perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit ini
dapat disembuhkan, hilangkan rasa mual oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan dan serta menghilangkan masalah dan konflik.

- Farmakologik

 Ondansetron tab mg
 Asam folat 1 x 400 mg
 Kalk tab1x1
 Sulfas ferrous tab 1x1

4. Rehabilitatif :
- Minum obat sesuai anjuran.
- Meningkatkan makanan bergizi dan makan sedikit tetapi lebih sering
- Jika mual dan muntah semakin bertambah berat, maka segera ke RS

Obat Tradisional :
Resep I
Jahe dapat mengatasi mual dan dan muntah pada ibu yang hamil, dengan cara
jahe ditumbuk lalu diseduh dengan air hangat dan gula.

5
6
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang
cukup berat yang lebih dari 5 kali sehari, sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan
awal), dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam
hidroklorida, ketosis dan hipokalemia. muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya
sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1-4

3.2 Etiologi
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet
dan simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum
diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat
hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1,2 Faktor-faktor yang
menjadi predisposisi pasien diantaranya:2,3
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan adalah:
a) Faktor Adapatasi Dan Hormonal
Sering terjadi pada primigravida atau nullipara, mola hidatidosa,
diabetes, dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar hCG. Pada
wanita yang hamil kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi
adalah wanita hamil dengan anemia, primigravida, overdistensi rahim
pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa.9,
b) Faktor Psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis
gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang
menolak hamil, takut akan kehamilan dan persalinan, takut kehilangan

7
pekerjaan, keretakan rumah tangga, diduga dapat menjadi faktor kejadian
hiperemesis gravidarum.4,9,
c) Faktor Organik
Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik. Maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian
hiperemesis gravidarum.9
d) Faktor gizi/ anemia
Kekurangan gizi dan anemia dapat meningkatkan terjadinya
hiperemesis gravidarum.
e) Obesitas
Ibu hamil yang obesitas dapat meningkatkan terjadinya hiperemesis
gravidarum13
f) Riwayat hiperemesis gravidarum
Ibu hamil dengan riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan
sebelumnya dan riwayat keluarga dengan hiperemesis gravidarum
berisiko lebih tinggi mengalami hiperemesis gravidarum.
g) Umur ibu
Ibu hamil yang berusia muda atau kurang dari 20 tahun
meningkatkan risiko terjadinya hiperemesis gravidarum.4,7-9
h) Perilaku merokok selama kehamilan,
Perilaku merokok selama kehamilan dilaporkan menurunkan risiko
terjadinya hiperemesis gravidarum.

3.3 Patofisiologi
Patofisiologi hiperemes gravidarum masih belum jelas, namun peningkatan kadar
human Chorionic Gonadotropin (hCG), hormon estrogen, dan progesteron dapat
menjadi faktor pencetus mual dan muntah.12, Peningkatan hormon progesteron dapat
menyebabkan otot polos pada system gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motilitas menurun dan pengosongan lambung melambat.12, Refluks esophagus,
penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga
berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya
penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan
sosiokultural.12
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam
sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya
kadar hCG yang dihasilkan oleh plasenta, 11 khususnya pada periode mual dan muntah

8
gestasional yang paling umum adalah 12-16 minggu pertama, pada saat itu yang
disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit.12 hCG melewati kontrol ovarium di
hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan
progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. 37
Inilah yang menjadi dasar bagi sebagian besar uji kehamilan.11,13
Perasaan mual dan muntah adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh
karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen
ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.12
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidak
seimbangan elektrolit disertai dengan alkalosis hipokloremik.11-13 Belum jelas mengapa
gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan
mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Selain merupakan refleksi
gangguan intrinsik dari lambung, gejala mual dan muntah dapat disebabkan oleh
gangguan yang bersifat sentral pada pusat muntah di CTZ (chemoreseptor Trigger
Zone).12,11
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan
aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan korida darah turun, demikian pula klorida di air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan
tertimbunnnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium akibat muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih
banyak, dapat merusak hati. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput mukosa esophagus dan lambung

9
(Sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan
transfusi atau tindakan operatif.

3.4 Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh
keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh berikut:2
a) Hepar: pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak
sentilobuler tanpa nekrpasienis.
b) Jantung: jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang dijumpai perdarahan
sub-endokardial.
c) Otak: terdapat bercak perdaran pada otak.
d) Ginjal: tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.

3.5 Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan,

yaitu:1,2

a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap


makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah
pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang
terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan
darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit
berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/
menit,tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor,
kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun.
c) Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianpasienis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria.

10
3.6 Diagnosis
Diagnosis pasien hiperemesis gravidarum diantaranya:1,2
a) Riwayat: biasanya terjadi pada trimester pertama, dapat berlanjut
selama kehamilan.4
b) Tanda dan gejala: 3.4,5
1. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari
terganggu
2. Mual dan muntah yang sering kali
3. Perasaan tenggorokan kering dan haus
4. Kulit dapat menjadi kering (tanda dehidrasi)
5. Berat badan turun dengan cepat
6. Disgeusia (pengecapan buruk dalam mulut)
7. Hipersalivasi (saliva berlebihan)
8. Pada keadaan yang lebih berat dapat timbul ikterus, dan
gangguan saraf
9. Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah
menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan
kesadaran.
10. Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan
menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya
kehamilan, konsistensinya lunak, pada pemeriksaan inspekulo
seviks berwarna biru.
11. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan
kehamilan dan kemungkinan adanya kehamilan kembar
ataupun kehamilan molahidatidosa.
c) Uji laboratorium 12
Pemeriksaan labor pada hiperemesis gravidarum meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Urinalisis untuk menganalisis ketonuria, BJ urin
2. Serum elektrolit: menilai kadar elektrolit untuk mengevaluasi
adanya hiponatremia dan hipokalemia, mengetahui adanya
hipokloremia, asidosis dan alkalosis metabolik, serta menilai
fungsi ginjal dan kadar volume.12,
3. Fungsi hati dan bilirubin: mengevaluasi kadar transaminase
yang dapat terjadi pada 50% kasus hiperemesis gravidarum.
Transaminase ringan ini sering menyebabkan mual. Pada HEG

11
terjadi peningkatan Aspartate Aminotranseferase dan Alanine
Amino Transferase, bilirubin.
4. Enzim Amylase/lipase: kadar enzim amilase meningkat sekitar
10% pada pasien hiperemesis gravidarum. Kombinasi kadar
enzim amylase dan lipase yang meningkat, jika dicurigai
pancreatitis.
5. Pemeriksaan kadar T3, T4, TSH. Hiperemesis gravidarum sering
dikaitkan terhadap keadaan transien hipertiroid dan menekan
kadar TSH pada 50-60% kasus.12,
6. Kultur urin: mengindikasikan adanya infeksi selama kehamilan
jika dicurigai pielonefritis dan dapat dihubungkan dengan mual
dan muntah.12,
7. Kadar kalsium: pada beberapa kasus yang jarang terjadi
dilaporkan bahwa hiperkalsemi berhubungan dengan
hiperemesis gravidarum.12
8. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit,
keton dan proteinuria.

3.7 Gejala Klinis


Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai
adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yang
berlebihan), tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan takikardi. Pemeriksaan
laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan
hematokrit.1,2,3

3.8 Diagnosis Banding


Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai
gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut
antara lain:
a) Appendicitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan perut
sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendicitis akut
keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare
juga bisa dijadikan petunjuk membedakan hamil dengan appendictis akut
dan tanpa appendicitis akut.
b) Ketoasidosis diabetes.

12
Pasien dicurigai menderita ketoasidpasienis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi
disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan kussmaul. Perlu
dilakukan pemeriksaan keton, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan
gas darah.
c) Gastritis dan ulkus peptikum.
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien
mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan
NSAID. Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan
dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena hampir
semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri
epigastrium yang hebat. Pasien dengan gastroenteritis selain menunjukkan
gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien
hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare.
d) Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat
biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai
peningkatan Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan
Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) yang nyata. Kadang-
kadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum tingkat III
(tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita hepatitis
dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah menderita hepatitis.
e) Pankreatitis akut
Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol
berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-
kadang agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke
punggung, kadang-kadang nyeri menyebar di perut dan menjalar ke
abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum amylase dapat membantu
menegakkan diagnpasienis.
f) Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang
hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi
hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai
hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil sebaiknya
dihindari karena berbahaya bagi janin.

13
3.9 Komplikasi 1
a. Pengaruh Hiperemesis Gravidarum pada Ibu dan Janin
Emesis, dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negatif
terhadap kehamilan dan janin, asalkan sebelum mengandung kondisi ibu sehat
dan cukup gizi. Hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan
berubah menjadi hiperemesis gravidarum dapat meningkatkan risiko terhadap
kehamilan.
Wanita hamil dengan gejala hiperemesis gravidarum berpotensi besa
mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh,
dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput lendir esophagus dan lambung atau
Sindrom Mallory-Weiss akibat perdarahan gastrointestinal.12,Komplikasi fatal
akibat penyakit ini dapat terjadi pada susunan saraf pusat yang dikenal sebagai
Wernicke,dengan gejala nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia
(penglihatan ganda) dan perubahan mental.4,12,13,
Menurut Mesics (2008), dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa
kondisi ibu dengan mual dan muntah yang hebat dalam kehamilan berhubungan
dengan pembatasan pertumbuhan janin di dalam uterus atau dikenal dengan
Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) serta kematian janin.1,3 Ditemukan
pula dalam beberapa kasus ibu hamil penderita hiperemesis gravidarum bayi
yang dilahirkan mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dibandingkan
dengan wanita yang mengalami mual dan muntah ringan atau tidak mengalami
mual dan muntah dalam kehamilan.1,3 Biasanya kasus ini banyak ditemukan
pada ibu hamil dengan penurunan berat badan lebih dari 5 %.1
3.10 Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan
dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu prpasienes yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda
dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan
yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur
hendaknya dapat teratur.1,2,3

14
3.11 Penatalaksanaan 1-4
 Obat-obatan.
Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan.
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang
dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistamin juga dianjurkan. Pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti prometazin (avopreg),
proklorperazin, atau mediamer B6.
 Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu, hanya
dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti
dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak
diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

 Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
 Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukpasiena 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari.
Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan
pula asam amino secara intra vena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. urin
perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah
dengan makanan yang tidak cair.
Penghentian kehamilan dilakukan bila keadaan umum memburuk
melalui pertimbangan beberapa aspek meliputi pemeriksaan medik dan
psikiatrik, manifestasi klinis berupa:

15
 Gangguan kejiwaan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, gangguan
jiwa Ensephalopati Wernick.
 Gangguan penglihatan: perdarahan retina, kemunduran visus.
 Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria,
jantung dan pembuluh darah dalam bentuk nadi meningkat dan tekanan
darah menurun.

BAB. IV
ANALISIS KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah


dan lingkungan sekitar

Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan G2P1A0 gravida 11-12 minggu
dengan hiperemesis gravidarum karena berdasarkan anamnesis pada pasien ini
ditemukan adanya gejala mual dan muntah >5x/hari, pasien tampak lemas, lemah,
muntah terjadi hampir setiap saat dan terutama pada pagi hari, segala yang dimakan
dimuntahkan. Keluhan ini memberat sejak 1 minggu yang lalu, sehingga pasien menjadi
lemah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Dari pemeriksaaan fisik didapatkan
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 86x/menit, nafas 19x / menit. pasien terlambat
datang bulan dengan uji gravindex tes pasien ini positif 2 bulan yang lalu. Pasien pernah
mengalami keluhan yang sama pada kehamilan pertamanya, pasien bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi.

Dimana hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal


kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu
hebatnya sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah Pasien, dapat
disimpulkan bahwa keadaan/ kondisi rumah Pasien tidak mempengaruhi atau
memperberat penyakit yang diderita oleh Pasien saat ini, karena penyakit Pasien ini

16
bukan penyakit berbasis lingkungan. Tidak terdapat hubungan antara diagnosis pasien
dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan lingkungan keluarga dan hubungan


keluarga
Pasien merupakan ibu rumah tangga, sedangkan suami bekerja sebagai
pegawai swasta, mempunyai 1 orang anak. Hubungan antar keluarga baik dan
harmonis. Begitu juga dengan hubungan dengan adik, adik ipar dan ibu kandung.
Tidak ada permasalahan konflik yang dihadapi pasien. namun saat hamil, adik
kandung dan ibu kandung pasien juga pernah mengalami hal yang serupa dengan
pasien. Terdapat hubungan diagnosis pasien dengan keadaan keluarga dan hubungan
keluarga.

c. Hubungan diagnosis pasien dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar.
Selama hamil, pasien sering mengidam untuk makan makanan yang asam
seperti rujak. Kebiasaan ini membuat asam lambung meningkat dan menyebab
muntah bertambah sering dan ulu hati terasa perih sehingga akan memperberat
terjadinya mual dan muntah selama kehamilan. Namun untuk saat ini, pasien sudah
mengurangi hal tersebut. Terdapat hubungan antara perilaku kesehatan dengan
penyakit pasien.

d. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini.
Beberapa etiologi dan factor predisposisi hiperemesis gravidarum ini
antara lain primigravida, faktor psikologis, umur muda, < 16 minggu, riwayat
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya dan terdapat hubungan
dengan penyakit keluarga. Pada pasien ini, merupakan kehamilan anak kedua,
dengan usia 30 tahun, dengan usia kehamilan kurang dari 16minggu dan
merupakan kehamilan yang diinginkan. Namun Pada kehamilan pertama pasien
pernah mengalami keluhan seperti ini. Walaupun adanya masalah psikologis
seperti keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap
kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan sebagainya dalam
diri pasien disangkal dari sebagai salah satu faktor predisposisi penting belum
bisa disingkirkan, karena perlu pendekatan yang komprehensif untuk menggali

17
hal ini lebih dalam.Untuk mengetahui adanya faktor risiko lain seperti adanya
penyakit mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan
kadar HCG belum dapat dipastikan dan ini membutuhkan pemeriksaan lanjutan.
Penyebab pada pasien ini diakibatkan cara makan yang salah. Sebaiknya makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering.

e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan


factor risiko atau etiologi pada pasien ini.
Untuk mengurangi mual muntah pada pasien ini disarankan agar istirahat
yang cukup, hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah. Melakukan
senam Ibu hamil yang telah dijadwalkan oleh puskesmas. Dapat pula dengan
terapi psikologis seperti memberikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu
hal yang wajar, normal dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari
dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosioekonomi dan
pekerjaan serta lingkungan.
Mengubah kebiasaan kebiasaan buruk tersebut diatas, membiasakan hidup
sehat dan teratur. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tapi sering, Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan
segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit
dengan air teh, Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan, Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang mengandung gula.
Secara farmakologi dapat diberikan obat antasida tablet 3x1 diberikan
untuk mengatasi nyeri ulu hati, merupakan golongan antihistamin H2 yang
bekerja menghambat histamin menghasilkan asam lambung dengan menduduki
reseptor H2 pada sel parietal lambung. Asam Folat 1x1 tab dan vitamin B6 3x1.

18
LAMPIRAN GAMBAR

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2007. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 814-
818.
2. Mochtar, R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis
Obstetri. Jakarta: EGC. Hal 141-142.

3. Afrianto A. 2013. Hiperemesis Gravidarum. Bagian/SMF Obstetri dan


Ginekologi FK Universitas Muhammadiyah Semarang.

4. Asih DMR, Kampono N, Prihartono J. Hubungan Pajanan Infeksi Helicobater


Pylori Dengan Hiperemesis Gravidarum. Journal Indonesia. Jakarta:
Dept.Obgyn FKUI. 2009 November. Vol.33.No.3;144-50.
5. Gunawan K, Paul Samuel KM, Dwiana O. Diagnosis Dan Tatalaksana
Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc. 2011 November ; 61(11):1-7.
6. Mochtar, Rustam. Editor: Sofian A. Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi, obstetri
patologi. Ed.3. Jakarta: EGC; 2011. Hal.35, 196.
7. Wirakusumah FF, Johanes CM, Budi Handono. Obstetri Patologi Ilmu
Kesehatan Reproduksi. Ed.2. FK.Unpad. Jakarta: EGC; 2010. hal.64-67.
8. Cunningham FG, Gant FG, Leveno KL, et al. Obstetry William. Edisi ke- 21.
Jakarta: EGC. hal.181-213 ,1424-25.
9. Ogunyemi DA, Chelmow C, et al. Hyperemesis Gravidarum. Medscape; 2010.
Diunduh dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/254751-
overview#showall.
10. Mesics S. Hyperemesis Gravidarum. Am J Obstet Gynecol. 2008; p.3-17.
11. Jacquelyn R. Hyperemesis Gravidarum. Severe Morning Sickness; Persistent
Vomiting of Pregnancy; HG. Department of pediatrics. Ebsco: 2011.p.1-5.
Diunduh dari URL: http://pediatrics.med.nyu.edu/conditions-we-
treat/conditions/hyperemesis-gravidarum.

20
12. Lord LM, Palletier K. Editor. Parrish CR. Management of Hyperemesis.
Gravidarum with Enteral Nutrition. Nutrition Issues In Gastroenterology. series
63. 2008; p.16-30.

21

Anda mungkin juga menyukai