Kelompok Tutorial 7
Nn. Channel, seorang wanita, berumur 22 tahun, datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan
epistaksis. Pasien mempunyai riwayat bintik- bintik kemerahan dan kebiruan dikedua tungkai, yang
kadang hilang tanpa diobati. Riwayat menggunakan obat analgetik,antibiotik, antiinflamasi
disangkal. Riwayat demam sebelumnya disangkal. Riwayat trauma disangkal.
Pemeriksaan fisik :
Hidung : tenang
Pemeriksaan laboratorium :
I. Klarifikasi Istilah
- Epistaksis : perdarahan akibat pecahnya pem darah di hidung
- Obat Analgetik : obat untuk mengurangi rasa nyeri
- Obat Antibiotik : obat untuk membunuh atau menghambat mikroorganisme seperti bakteri
- Obat Antiinflamasi : obat untuk menghilangkan peradangan/ inflamasi di dalam tubuh
- Ptekiae : bintik bintik merah karena perdarahan di permukaan kulit/ mukosa ( < 5mm)
- Purpura : bintik bintik merah karena perdarahan yang berukuran > 10 mm
- Megakariosit : sel sel raksasa yang terdapat di sumsum tulang, inti berlobulus
d. Bagaimana mekanisme dari bintik bintik kemerahan dan kebiruan pada kedua tungkai ?
Autoantibody trombosit spesifik yang berikatan dengan trombosit autolog
menyelimuti trombosit dengan autoantibody IgG berikatan dengan sel penyaji
antigen (makrofag/sel dendritik lain) proses internalisasi dan degenerasi serta
fagositosis didalam lien dan hepar oleh system fagosit mononuclear melalui reseptor Fcg
makrofag jar. P pembuangan dan penghancuran/destruksi trombosit dalam sel
penyaji antigen yang dipicu oleh antibody oleh makrofag menimbulkan pacuan
pembentukan neoantigen P prod. Antobodi kembali trombositopenia P↓
fungsi trombosit (pembekuan /koagulasi dan fibrinolisis) ggn. Hemostasis
akibatnya dinding kapiler tidak dapat dibatasi oleh trombosit + P tekanan
perdarahan dibawah kulit pada kedua tungkai titik-titik perdarahan berupa bintik-
bintik kemerahan dipermukaan kulit pada kedua tungkai petekie pada kedua tungkai.
jika terjadi trauma atau cedera vascular akibat gerakan normal perembesan darah dari
vascular ke permukaan kulit perdarahan yang lebih luas bercak-bercak perdarahan
yang tersebar luas pada kedua tungkai purpura.
f. Apa penyebab bintik - bintik merah dan kebiruan pada kedua tungkai ?
o Kelainan vaskuler
o Factor trombosit : ggn. Fungsi dan penurunan jumlah trombosit.
o Ggn. Koagulasi
o Cedera atau trauma vaskuler
o Infeksi dan penyakit tertentu
o Perubahan cuaca
o Dll.
g. Mengapa bintik - bintik merah banyak terjadi pada kedua tungkai ? sylvia
Karena tungkai merupakan penopang tubuh yang memiliki tekanan yang lebih tinggi
maka dengan adanya penurunan jumlah trombosit akan mempengaruhi fungsi
hemostasis terhadap tubuh itu sendiri, sehingga dengan gerakan normal yang dapat
mengakibatkan trauma atau cedera vascular akan menimbulkan petekie dan purpura
pada kedua tungkai tersebut.
j. Apakah ada hubungan epistaksis dengan purpura dan kebiruan pada kedua tungkai ?
Tidak terdapat hubungan sebab akibat secara langsung antara epistaksis, perdarahan
dibawah kulit dengan yang dialami Nn chanel. Namun, gejala ini timbul karena penyebab
yang sama.
o Trombositopenia heparin
o Anemia aplastik
o SLE
o DHF
o Hiperspleinism
PTI Kronik
Awitan PTI kronik biasanya tidak menentu, riwayat perdarahan sering dari ringan sampai
sedang, infeksi dan pembesaran lien jarang terjadi, serta memiliki perjalanan klinis yang
fluktuatif. Episode perdarahan dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu, mungkin intermitten atau bahkan terus menerus. Remisi spontan jarang terjadi
dan tampaknya remisi tidak lengkap.
Manifestasi perdarahan PTI berupa ekimosis, petekie, purpura, pada umumnya berat
dan frekuensi perdarahan berkorelasi dengan jumlah trombosit. Secara umum
hubungan antara jumlah trombosit dan gejala antara lain bila pasien dengan AT
>50.000/µL maka biasanya asimptomatik, AT 30.000-50.000 /µL terdapat luka
memar/hematom, AT 10.000-30.000/µL terdapat perdarahan spontan, menoragia dan
perdarahan memanjang bila ada luka, AT <10.000>6
Pasien secara sistemik baik dan biasanya tidak demam. Gejala yang dikeluhkan berupa
perdarahan pada mukosa atau kulit. Jenis-jenis perdarahan seperti hidung berdarah,
mulut perdarahan, menoragia, purpura, dan petechiae. Perdarahan gusi dan epistaksis
sering terjadi, ini dapat berasal dari lesi petekie pada mukosa nasal, juga dapat
ditemukan pada tenggorokan dan mulut. Traktus genitourinaria merupakan tempat
perdarahan yang paling sering, menoragia dapat merupakan gejala satu-satunya dari PTI
dan mungkin tampak pertama kali pada pubertas. Hematuria juga merupakan gejala
yang sering. Perdarahan gastrointestinal bisanya bermanifestasi melena dan lebih jarang
lagi dengan hematemesis. Perdarahan intracranial dapat terjadi, hal ini dapat mengenai
1% pasien dengan trombositopenia berat.
Pada pemeriksaan, pasien tampak normal, dan tidak ada temuan abnormal selain yang
berkaitan dengan pendarahan. Pembesaran limpa harus mengarah pada
mempertanyakan diagnosis. Tampak tanda-tanda perdarahan yang sering muncul
seperti purpura, petechiae, dan perdarahan bula di mulut.
Nn chanel ( 22 th )
TD : 120/80 mmHg Hb : 11
Anamnesis :
N : 90x/menit Ht : 28
- epistaksis
- R/bintik bintik kemerahan dan Leukosit : 7000
RR : 24x/menit
kebiruan dikedua tungkai
T : 36,7 C - R/ menggunakan obat ( Trombosit : 40000
analgetic,antibiotic,antiinflam
Hidung : tenang asi ) disangkal Biopsy sumsum tulang :
- R/ demam disangkal megakariosit meningkat
Ekstremitas : ditemukan ptekie - R/ trauma disangkal
dan purpura dikedua tungkai
Diagnosis diferensial
V. Hipotesis
PENDAHULUAN
Purpura Trombositopenia Idiopatik ( PTI ) merupakan suatu kelainan di dapat yang berupa
gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran
trombosit secara dini dalam system retikuloendotel akibat adanya autoantibody terhadap
trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin G. (1)
Adanya trombositopenia pada PTI ini akan mengakibatkan gangguan pada system
hemostasis karena trombosit bersama dengan system vaskuler factor koagulasi darah terlibat
secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal. (1)
DEFINISI
Purpura Trombositopenia Idiopatik ( PTI ) adalah suatu gangguan autoimun yang ditandai dengan
trombositopenia yang menetap ( angka trombosit darah perifer kurang dari 150.000/µL ) akibat
autoantibody yang mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi premature trombosit
dalam system retikuloendotel terutama di limpa. (1)
ETIOLOGI
Insiden PTI pada anak antara 4,0-5,3 per 100.000, PTI akut umumnya terjadi pada anak-anak
usia antara 2-6 tahun. 7-28% anak-anak dengan PTI akut berkembang menjadi kronis 15-20%.
Purpura Trombositopenia Idiopatik ( PTI ) pada anak berkembang menjadi bentuk PTI kronik pada
beberapa kasus menyerupai PTI dewasa yang khas. Insidensi PTI kronis pada anak diperkirakan 0,46
per 100.000 anak per tahun. (1)
Insidensi PTI kronis dewasa adalah 58-66 kasus baru per satu juta populasi pertahun ( 5,8-6,6
per 100.000 ) di Amerika dan serupa yang ditemukan di Inggris. Purpura Trombositopenik Idiopatik (
PTI ) kronik pada umumnya terdapat pada orang dewasa dengan median rata-rata usia 40-45 tahun.
Rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada pasien PTI akut sedangkan pada PTI kronik
adalah 2-3:1. (1)
PATOGENESIS
PATOFISIOLOGI
Sindrom PTI disebabkan oleh autoantibodi trombosit spesifik yang berikatan dengan
trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh system fagosit
mononuclear melalui reseptor Fc makrofag. Pada tahun 1982 Van Leeuwen pertama
mengidentifikasi membrane trombosit glikoprotein IIb/IIIa ( CD41 ) sebagai antigen yang dominan
dengan mendemostrasikan bahwa elusi autoantibody dari trombosit pasien PTI berikatan dengan
trombosit normal. (1)
Trombosit yang diselimuti oleh autoantibody IgG akan mengalami percepatan pembersihan
di lien dan di hati setelah berikatan dengan reseptor Fcg yang diekspresikan oleh makrofag jaringan.
Pada sebagian besar pasien, akan terjadi mekanisme kompensasi dengan peningkatan produksi
trombosit. Pada sebagian kecil yang lain, produksi trombosit tetap terganggu, sebagian kecil yang
lain produksi trombosit tetap terganggu, sebagian akibat destruksi trombosit yang diselimuti
autoantibody oleh makrofag di dalam sumsum tulang ( intramedullary ), atau karena hambatan
pembentukan megakariosit ( megakaryocytopoiesis ), kadar trombopoetin tidak meningkat,
menunjukkan adanya masa megakariosit normal. (1)
Antigen pertama yang berhasil diidentifikasi berasal dari kegagalan antibody PTI untuk
berikatan dengan trombosit yang secara genetic kekurangan kompleks glikoprotein IIb/IIIa.
Kemudian berhasil diidentifikasi antibody yang bereaksi dengan glikoprotein Ib/IX, Ia/IIa, IV dan V
dan determinan trombosit yang lain. Juga dijumpai antibody yang bereaksi terhadap berbagai
antigen yang berbeda. Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen yang diperkirakan dipicu oleh
antibody, akan menimbulkan pacuan pembentukan neoantigen, yang berakibat produksi antibody
yang cukup untuk menimbulkan trombositopenia. (1)
Genetic
Idiopathic thrombocytopenic purpura telah didiagnosis pada kembar monozigot dan pada
beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecendrungan menghasilkan autoantibody pada
anggota keluarga yang sama. Adanya peningkatan prevalensi HLA-DRW2 dan DRB*0410 pada
beberapa populasi etnis diketahui. Alel HLA-DR4 dan DRB*0410 dihubungkan dengan respons yang
menguntungkan dan merugikan terhadap kortikosteroid, dan HLA-DRB1*1501 dihubungkan dengan
respons yang tidak menguntungkan terhadap splenektomi. (1)
Antibody-antitrombosit
Autoantibody yang berhubungan dengan trombositopenia ditemukan pada 75% pasien PTI.
Autoantibody IgG antitrombosit ditemukan pada ± 50-85% pasien. Antibody antitrombosit IgA serum
ditemukan sesering IgG dan hamper 50% kasus, kedua serotype immunoglobulin tersebut
ditemukan pada pasien yang sama. Antibody IgM juga ditemukan pada sejumlah kecil pasien tetapi
tidak pernah sebagai autoantibody tunggal. (1)
Peningkatan jumlah IgG telah tampak di permukaan trombositdan kecepatan destruksi
trombosit pada PTI adalah proporsional terhadap kadar yang menyerupai trombosit yang
berhubungan dengan immunoglobulin. Autoantibody dengan mudah ditemukan dalam plasma atau
dalam elusi trombosit pada pasien dengan penyakit yang aktif, tetapi jarang ditemukan pada oasien
yang mengalami remisi. Hilangnya antibody-antibodi berkaitan dengan kembalinya jumlah trombosit
yang normal. (1)
Masa hidup trombosit memendek pada PTI berkisar dari 2-3 hari sampai beberapa menit.
Pasien yang trombositopenia ringan sampai sedang mempunyai masa hidup terukur yang lebih lama
dibandingkan pasien dengan trombositopania berat. (1)
GAMBARAN KLINIS
Adanya perdarahan merupakan gejala yang sering muncul pada PTI berupa ekimosis, epistaksis,
purpura, dan sering juga terlihat seperti luka memar. Mennorhagia biasanya juga ditemukan pada
penderita PTI wanita.(1)
DIAGNOSA
1. Anamnesis
- Perdarahan spontan : perdarahan konjungtiva, perdarahan selaput lendir, epistaksis,
perdarahan gusi, ekimosis, petekie, purpura, menorrhagia. (1.3)
- Pemeriksaan Fisik : petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, dan perdarahan selaput
lendir yang lain. Splenomegali ringan dan tidak ada limfadenopati.(1.3)
- Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Lab.
1. Pem. darah rutin : Hitung trombosit biasanya 10-50 x 109/l. Konsentrasi Hb dan hitung
leukosit biasanya normal kecuali bila terdapat anemia defisiensi besi akibat kehilangan
darah.(1.3)
2. Pem. darah tepi : Sediaan hapus darah menunjukkan jumlah
Trombosit yang berkurang dan sering terlihat megatrombosit.(1.3)
3. Pungsi sumsum tulang : Jumlah megakariosit yang normal atau meningkat.
Megakariosit yang banyak dijumpai agranuler atau tidak mengandung trombosit.(1.3)
4. Uji-uji sensitive. Pengukuran trombosit dihubungkan dengan antibody secara uji langsung
untuk mengukur trombosit yang berikatan dengan antibody yakni dengan Monoclonal-
Antigen-Capture Assay, sensitivitasnya 45-66%, spesifisitasnya 78-92% dan diperkirakan
bernilai positif 80-83%. Uji ini dapat menunjukkan antibody antiglikoprotein GPIIb/IIIa atau
GPIb spesifik pada permukaan trombosit atau dalam serum pada sebagian besar pasien. (1.3)
DIAGNOSA BANDING
Diagnose banding PTI antara lain anemia aplastik, DHF, disseminated intravascular coagulation,
pseudotrombositopenia karna EDTA.(1)
TATA LAKSANA
Terapi PTI lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran aman sehingga
mencegah terjadinya perdarahan mayor. Terapi umum meliputi menghindari aktivitas fisik
berlebihan untuk mencegah trauma terutama trauma kepala, hindari pemakaian obat-obatan yang
mempengaruhi fungsi trombosit. Terapi khusus yakni terapi farmakologis. (1)
Prednison, terapi awal PTI dengan prednisolon atau prednisone dosis 1,0-1,5 mg/kgBB/hari
selama 2 minggu(1)
Respon terapi prednisone terjadi dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi dalam minggu
pertama, bila respon baik kortikosteroid dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian tapering. (1)
Imunoglobulin intravena, immunoglobulin intravena (IgIV) dosis 1 g/kg/hari selama 2-3 hari
berturut-turut digunakan bila terjadi perdarahan internal, saat AT <5000/mL meskipun telah
mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang progresif. (1)
Mekanisme kerja IgIV dan PTI masih belum benyak diketahui, namun meliputi blockade fc
reseptor, anti-idiotype antibodies pada IgIV yang menghambat ikatan autoantibody dengan
trombosit yang bersirkulasi dan imunosupresi. (1)
Transfusi trombosit. Konsentrat trombosit berguna untuk penderita perdarahan akut yang
mengancam jiwa. Khasiatnya hanya akan bertahan selama beberapa jam. (3)
1. Secara profilaksis pada pasien dengan hitung trombosit < 5-10 x 109/l. Jika terdapat infeksi,
tempat perdarahan yang potensial atau koagulopati, jumlah tersebut harus dipertahankan > 20 x
109/l. (4)
Splenektomi, splenektomi untuk terapi PTI pada dewasa dipertimbangkan sebgai terapi lini
kedua yang gagal berespons dengan terapi kortikosteroid atau yang perlu terapi trombosit terus-
menerus. (1)
Efek splenektomi pada kasus yang berhasil adalah menghilangkan tempat-tempat antibody
yang tertempel trombosit yang bersifat merusak dan menghilangkan produksi trombosit anti
thrombin. (1)
Bila AT < 50.000/µLsetelah 4 minggu ( satu studi mengatakan bahwa semua pasien yang
mengalami remisi komplit mempunyai AT >50.000/µL dalam 4 minggu ). (1)
Angka trombosit tidak menjadi normal setelah 6-8 minggu ( karena masalah efek samping ).
(1)
Angka trombosit normal tetapi menurun bila dosis diturunkan ( tapering off ). (1)
- Tak ada respons bila gagal mempertahankan AT ≥ 50.000/µL beberapa waktu setelah
splenektomi. (1)
- Relaps bila AT turun < 50.000/µL. (1)
PROGNOSIS
Respons terapi dapat mencapai 50%-70% dengan kortikosteroid. Pasien PTI dewasa hanya
sebagian kecil dapat mengalami remisi spontan penyebab kematian pada PTI biasanya disebabkan
oleh perdarahan intracranial yang berakibat fatal berkisar 2,2% untuk usia lebih dari 40 tahun dan
sampai 47,8% untuk usia lebih dari 60 tahun. (1)
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W dkk. 2010.Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam jilid 2.Jakarta:Interna Publishing
2. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson.2005. PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Hoffbrand. A. V., J. E. Perrit, P. A. H. Moss. Kelainan Perdarahan Akibat Kelainan
Vaskular dan Trombosit. Hematologi, edisi : 4, Jakarta : EGC, 2005, hal :234-243.
4. Bakta,I Made.Hematologi Klinik Ringkas.Jakarta:EGC,2006,hal: 241-244
5. Hoffbrand. A. V., J. E. Perrit, P. A. H. Moss. Trombosit, Pembekuan Darah, dan
Hemostasis. Hematologi, edisi : 4, Jakarta : EGC, 2005, hal :221-233