Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PENYAKIT SINDROM NEFROTIK

(Adi try wurjatmiko S.Kep., Ns., M.Kes)

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2
ARNILA (D.0021.P.003)
HUSNUL KHATIMA (D.0021.P.006)
IRMA FEBRIANTI (D.0021.P.008)
LISA FEBRIANTI (D.0021.P.010)

NURUL AFNI (D.0021.P.015)


TASNIN (D.0021.P.020)

DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI


TAHUN AJARAN
2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Syndrome nefrotik adalah penyakit dengan gejala oedema proteinulia


hypoalbuminemia dan hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.

Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya berupa


oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinurea
berat. Nefrotik syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya injury glomerular dengan karakteristik : proteinuria, hipoproteinuria,
hypoalbuminemia, hiperlifidemia, dan oedema. Semua penyakit yang mengubah
fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan kebocoran protein (khususnya
albumin) kedalam ruang bowman akan menyebabkan terjadinya syndrome ini.
Etiologi sundrome nefrotik secara garis besar dapat di bagi 3 yaitu:

a. Syndrome nefrotik lesi minimal (MCNS: minimal change nefrotik


syndrome)
Merupakan kondisi yang teersering yang menyebabkan sindroma
nefrotik pada anak usia sekolah
b. Syndrome nefrotik sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen, seperti lupus
eritematosus systemic dan purpura anafilaktoid,glomerulonephritis,
infeksi sistem enokarditis bakterialis dan neoplasma imforoliferatif
c. Syndrome nefrotik kongenital
Faktor herediter syndrome nefrotik disebabkan oleh gen resesif
autosoma. Bayi yang terkena syndrome nefrotik, usia gestasinya pendek
dan gejala awalnya adalah oedema dan proteinurea. Penyakit ini
resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada
tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialisis.
B. Etiologi

Penyebab syndrome nefrotik yang pasti belum diketahui. Akhir-akhir ini


dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibody.
Umumnya etiologi dibagi menjadi :

1. Syndrome nefrotik bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosome atau karena reaksi maternofetal.


Resisten terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonates
pernah di coba pencakokan ginjal pada neonates tetapi tidak berhasil.
Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama
kehidupannya.

2. Syndrome nefrotik sekunder


Disebabkan oleh:
a. Malaria guartana atau parasit lainnya
b. Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c. Glomerulonephritis akut atau glomerulonephritis kronis, thrombosis
vena renalis
d. Bahan kimia seperti; trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
sengatan lebah, racun otot , air raksa.
e. Amyloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolenemia nefritis
membranneproliferatif hipokomlementemik

3. Sindrom nefrotik idipatik

Adalah syndrome nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya atau juga


disebut syndrome nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak
pada biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi
elektone,
C. Patofisiologi
Syndrome nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
menimbulkan protein, hipoalbumin, hyperlipidemia dan oedema. Hilangnya
protein dari rongga vaskuler menyebabkan penurunan tekanan osmotic plasma
dan meningkatkan tekana hidrostatis, yang menyebabkan terjadinya akumulasi
cairan dalam rongga intestisial dan rongga abdomen. Penurunan volume cairan
vaskuler menstimulasi sistem reninangiotensin yang mengakibatkan
diskresikannya hormone antidioretik dan aldosterone. Reaborsi tubular tehadap
natrium (Na) dan air mengalami peningkatan dan akhirnya menambah volume
intravaskuler. Retensi cairan ini mengarah pada peningkatan edema. Koagulasi
dan thrombosis vena dapat terjadi karena penurunan vaskuler yang
mengakibatkan hemokonsentrasi dan hilangnya urin dari koagulasi protein.
Kehilangan immunoglobulin pada urin dapat mengarah pada peningkatan tekanan
terhadap infeksi.

D. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala syndrome nefrotik adalah sebagai berikut: terdapat


adanya proteinuria, retensi cairan, berat badan meningkat, oedema, edema
periorbital, edema parsial, asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urin, urin
tampak berbusan dan gelap, hematuria, napsu makan menurun, dan kepucatan.

E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Uji urin
a. Urinalisis: proteinuria ( dapat mencapai lebih dari dua g/m2/hari),
bentuk hialin dan granular, hematuria,
b. Uji distik urine: hasil ositif untuk protein dan darah
c. Berat jenis urin: meningkat palsu karena proteinuria
d. Osmolalitas urine: meningkat
2. Uji darah
a. Ladar albumin serum: menurun( kurang dari 2g/dll.)
b. Kadar kolestrol serum: meningkat (dapat mencapai 450-1000
mg/dll.)
c. Kadar trigliserid: meningkat
d. Kadar hemoglobin dan hemotoklit: meningkat
e. Hitung trombosit: meningkat ( mencapai 500.00- 1.000.000/ul.)
f. Kadar elektrolit serum: bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan.
3. Uji diagnostic
Diopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin.)

F. Penatalaksaaan medis

Penatalaksaan medis untuk sindrom neprotikmencakup:

1. Pemberian kastikosteroid (predinison atau prednisolone) unruk


mengindukasi remisi dosis akan diturunkan setlah 4-8 minggu terapi.
Kekambuhan diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk bebrapa
hari.
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
3. Pengurangan edema
a. Terapi diaretik (diuretic hendaknya digunakan secara cermat
untuk mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler,
pembentukan thrombus, dana tau ketidakseimbangan elektrolit)
b. Pembatasan natrium (mengurangi edema)
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri untuk mengabatasi ketidaknyamanan yang
berhubungan dengan edema dan terapi invasive)
6. Pemberian antibiotic ( penisilin oral profilaktik atau agens lain)
7. Terapi imunosupresive (siklofoshamid, klorambusil,atau siklosporin)
untuk anak yang gagal berespon terhadap steroid.
ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM NIFROTIK Tn.H DIRUANGAN
IGD NON BEDAH WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

(Adi try wurjatmiko S.Kep., Ns., M.Kes)

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2
ARNILA (D.0021.P.003)
HUSNUL KHATIMA (D.0021.P.006)
IRMA FEBRIANTI (D.0021.P.008)
LISA FEBRIANTI (D.0021.P.010)

NURUL AFNI (D.0021.P.015)


TASNIN (D.0021.P.020)

DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI


TAHUN AJARAN
2022-2023
FORMAT PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama :Tn. H

Umur : 56 Tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Tanggal masuk RS : 6 februari 2020

Alasan masuk RS : Bengkak dirasakan pada eksternitas bawah sampai


wajah

B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengalami bengkak pada seluruh tubuh 2 bulan yang lalu dan
dirawat di RSWS
b. Riwayat kesehatan sekarang (RKS)
Bengkak dirasakan 1 minggu yang lalu, dialami pada kaki
c. Riwayat kesehatan keluarga (RKK)
Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan kesehatan yang sama

C. RIWAYAT DAN MEKANISME TRAUMA

Bengkak dirasakan 1 minggu yang lalu, dialami pada kaki. Pernah mengalami
bengkak pada seluruh tubuh 2 bulan yang lalu dan dirawat di RSWS. Klien juga
mempunyai riwayat DM tipe II.
D. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
a. Kepala
Kulit kepala : bersih
Mata : pupil isokor
Telinga : bersih
Hidung : bersih
Mulut dan gigi : tidak ada lesi
Wajah : pucat

b. Leher : tidak terjadi fraktur vertebra serebral

c. Dada/thoraks

Paru-paru
Inspeksi : simestris dinding dada, jenis pernafasan :
pernafasan dada
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : bunyi resonan
Auskultasi : bunyi nafas brochovesikuler

Jantung
Inspeksi : dada simetris
Palpasi : teraba ictus cordis
Perkusi :-
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2

d. Abdomen
Inspeksi : line nigra dan striane
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi :-

e. Pelvis
Inspeksi :-
Palpasi :-

f. Perineum :-
g. Genitalia :-
h. Ekstremitas
Status sirkulasi : kulit pucat
Keadaan injuri : tidak ada

i. Neurologis
Fungsi sensori : tidak terjadi penurunan fungsi sensori
Fungsi motoric : ekstremitas bawah menurun
E. HASIL LABORATORIUM
- Hb : 11,2 mg/dl
- WBC : 10,3
- Ph : 6,5

Pemeriksaan darah rutin

- HEMATOLOGI
PT : 9,3
INR : 0,89
APPT : 22,0
- KIMIA DARAH
GDS : 488 mg/dl
- FUNGSI GINJAL
Ureum : 48mg/dl
Kreatinin : 2.86 mg/dl
- FUNGSI HATI
SGOT : 26, U/L
SGPT : 17 U/L
Protein total : 5.0 gr/dl
Albumin : 1,8 gr/dl
- Kimia lain
Asam urat : 5,6 mg/dl
- Elektrolit
Natrium : 135 mmol/l
Kalium : 3,5 mmol/l
Klorida : 105 mmol/l

F. TERAPI DOKTER
- Infus NaCI 0,9% 500 cc/20 tetes
- Pemberian obat
Forosemid 40 mg/8jam/iv
Ranitidine 25 mg
Micardis 80 mg/oral

G. DATA TAMBAHAN
TTV : TD : 150/90 MMhG
N : 22X/menit
S : 36,6 C
P : 22x/menit
H. SKORING JATUH
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

No.
Data Etiologi Masalah keperawatan
Dx
1. DS: Gangguan fungsi dan struktur ginjal
- klien mengatakan kakinya bengkak jaringan ginjal
- Klien mengatakan kakinya
bengkak mulai 1 minggu terakhir Ketidakmampuan ginjal
mengeksresikan urine
DO:
- - Tampak ada penumpukan cairan Retensi cairan, Na dan elektrolit hipervolemia
pada bagian ekstremitas bawah
- Klien nampak memegang bagian Cairan tubuh meningkat,edema
yang edema
- Protein 5,0 gr/dl
hipervolemia
2. DS: Demofmitas (Perubahan bentuk)
- Klien mengatakan susah untuk
menggerakkan kakinya
- Klien mengatakan untuk Kaki sulit digerakkan
melakukan mobilitas fisik harus di
bantu dengan keluarga.
Intoleransi aktivitas
DO: Keterbatasan dalam beraktivitas
- Klien nampak lemah
- Klien nampak hanya terbaring di
tempat tidur Intoleransi aktivitas
- Nampak kursi roda di samping
klien

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx Diagnose keperawatan Standar luaran Standar Intervensi

1 hipervolemia Status cairan Manajemen hypervolemia


Setelah dilakukan tindakan 1. Periksan tanda dan gejala
keperawatan,diharapkan edema pada hypervolemia
kaki pasien membaik, dengan (mis.ortopnea,dipsnea,edema,JVP/C
kriteria hasil : VP meningkat,reflex hepatojugular
1. Kekuatan nadi, positif,)
meningkat 2. Identifikasi penyebab hypervolemia
2. Edema perifer, menurun 3. Monitor status hemodinamik
3. Perasaan lemah, menurun 4. Monitor tanda hemokonsentrasi
4. Konsentrasi urine, 5. Monitor tanda onkotiplasma
menurun 6. Monitor kecepatan infus secara
5. Frekuensi nadi, membaik ketat
7. Tinggikan kepala tempat tidur 30-
40 derajat
8. Batasi asupan cairan dan garam
9. Kolaborasi pemberian dioretik
2. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energy
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemampuan
keperawatan, diharapkan imobilitas berpartisipasi
pasien meningkat, dengan kriteria 2. Anjurkan tirah baring
hasil: 3. Anjurkan cara melakukan aktivitas
1. Kemudeahan dalam secara bertahap
melakukan aktivitas 4. Anjurkan menghubungi perawat
sehari-hari, meningkat jika tanda dan gejala kelelahan
2. Kecepatan tidak berkurang
berjalan,meningkat 5. Fasilitasi duduk di sisi tempat
3. Kekuatan tubuh bagian tidur,jika tidak dapat berpindah
bawah,meningkat atau berjalan.
4. Keluhan lemah,menurun

K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Dx Hari/tanggal Jam/pukul implementasi


1 Selasa, 6 februari 2020 10:25 1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia
Hasil:
- klien mengatakan kakinya bengkak mulai 1
minggu yang lalu
- Tampak ada penumpukan cairan pada
eksternitas bawah
2. mengidentifikasi penyebab hypervolemia
Hasil:
- kadar albumin klien rendah
- Albumin : 1,8 gr/dl
3. Memonitor status hemodinamik
Hasil:
- frekuensi jantung : BJ1 dan BJ2
- Tekanan darah : 150/90 mmhg.
4. Memonitor tanda hemokonsentrasi
Hasil:
- Natrium : 135 mmol perhari
- Kalium : 3,5 mmol perhari
5. Memonitor tanda onkotiplasma
Hasil:
- Protein : 5,0 gr/dl
- Albumin : 1,8 gr/dl
6. Memonitor kecepatan infus secara ketat
Hasil: infus NaCl 0,9% 500 cc/20 tetes
7. Meninggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Hasil: memposisikan kepala pasien 30-40 derajat
8. kolaborasi pemberian dioretik
Hasil: foresemide 40 mg/ 8 jam/IV
Micardis 80 mg/oral
3. Selasa, 6 februari 2020 11:43 1. mengidentifikasi kemampuan berpartisipasi aktivitas
Hasil :
untuk melakukan mobilitas fisik klien harus di bantu
keluarga
2. menganjurkan tirah baring
Hasil :
- Meningkatkan istirahat dan ketenangan klien
- Posisi terlentang meningkatkan filtrasi ginjal dan
menurunkan produksi ADH dan meningkatkan
deoresis
3. menganjurkan cara melakukan aktivitas secara bertahap
Hasil:
Melatih kekuatan otot sedikit demi sedikit
4. meganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
hasil :
perawat memenuhi kebutuhan perawatan diri klien selama
intoleransi aktivitas.
5. memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur,jika tidak dapat
berpindah atau berjalan.
Hasil:
Perawat dan keluarga membantu klien berpindah atau
berjalan.

L. EVALUASI
NO.DX HARI/TANGGAL JAM/PUKUL EVALUASI
1. S : Klien mengatakan kakinya bengkak mulai 1 minggu
terakhir
O: - Tampak ada penumpukan cairan pada bagian ekstremitas
bawah
- Klien nampak memegang bagian yang edema
- Protein 5,0 gr/dl
A: - penurunan edema ascites sebagian
- Kadar protein darah meningkat
- Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
- Masalah belum teratasi semua
P: intervensi lanjut
- Memonitor tanda hemokonsentrasi
- Memonitor kecepatan infus secara ketat
- Kolaborasi pemberian dioretik
4. S: - klien mengtakan susah untuk menggerakkan kakinya
- Klien mengatakan untuk melakukan untuk melakukan
mobilitas fisik harus di bantu keluarga
O: - klien nampak lemah
- Klien nampak hanya berbaring di tempat tidur
A: - klien beraktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah,nadi dan RR
- Klien belum mampu melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri
- Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan
- Masalah terartasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
- Kaji kemampuan klien melakukan aktivitas
- Tingkatkan tirah baring/duduk
- menganjurkan cara melakukan aktivitas secara bertahap
- memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur,jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi & rita yuliani.2001.asuhan keperawatan pada anak.PT Fajar
interpratama: Jakarta

Wong, Donna L dkk.2008. Buku ajaran keperawatan pediatric vol 2.


EGC: Jakarta

Masjoer, Arif,dkk.1999.kapita selekta kedokteran,jilid 2. Media


Aesculapius FKUI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai