SINDROM UREMIA
Pembimbing:
dr. Yunanto Dwi Nugroho, Sp.PD
Disusun oleh:
Tika Wulandari
G4A014097
Vici M Akbar
G4A014098
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti program profesi dokter di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Disusun Oleh :
Tika Wulandari
G4A014097
Vici M Akbar
G4A014098
Pada tanggal
September 2015
Mengetahui
Pembimbing,
BAB I
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Tgl. Masuk RS
:
:
:
:
:
:
:
Ny. M
43 tahun
Perempuan
Selakanda, Sumpiuh
Ibu Rumah Tangga
Islam
29 Juli 2015
Tgl Periksa
2015
b. Onset
c. Kuantitas
d. Kualitas
e. Faktor memperingan
: istirahat
f. Faktor memperberat
g. Keluhan penyerta
: disangkal
b. Riwayat hipertensi
: disangkal
c. Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
b. Riwayat hipertensi
: disangkal
c. Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
c. Drug
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
d. Habit
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
Vital Sign
:
:
:
Tinggi Badan
Berat Badan
:
:
Tampak lemas
Compos mentis,
T : 110/70 mmhg
R : 24 x/menit
N : 88 x/menit
S : 36,8 O C
160 cm
47 kg
Status Generalis
1
Pemeriksaan Kepala
.
-
:
:
- Palpebra
- Konjunctiva
- Sklera
- Pupil
Pemeriksaan Telinga
:
:
:
:
:
.
4
Pemeriksaan Hidung
rinore (-/-)
Bibir sianosis (-), tepi hiperemis (-), bibir
Bentuk Kepala
Rambut
Pemeriksaan Mata
.
5
Pemeriksaan Mulut
.
6
Pemeriksaan Leher
.
-
Trakea
Kelenjar Tiroid
:
:
Kelenjar
lymphonodi
JVP
7. Pemeriksaan Dada
PULMO
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen
COR
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Batas jantung
Kanan atas
SIC II LPSD
Kanan bawah
SIC IV LPSD
Kiri atas
SIC II LPSS
Kiri bawah
8.
-
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
:
:
:
Datar
Bising usus (+) normal
Timpani di seluruh regio, Pekak sisi (-), pekak alih
(-)
Palpasi
teraba besar
Pemeriksaan Ekstremitas
- Superior
: Akral dingin (-/-), sianosis (-/-), oedema (-/-),
clubbing finger (-/-), reflek fisiologis (+/+), reflek
-
Inferior
patologis (-/-)
Akral dingin (-/-), sianosis (-/-), oedem (+/+),
: < 2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium tanggal 30 Juli 2015 (dilakukan di RSMS)
Hb
: 5,1 gr/dl
Normal : 11,5
13,5 gr/dl
Leukosit
: 14680 /ul H
Normal
4.500
14.500/ul
Hematokrit
: 13 %
Normal : 35 %
- 45 %
Eritrosit
: 1,7 juta/ul
: 237.000/ul N
Normal:
MCV
: 78,4 fL
Normal : 79 - 99 fL
MCH
: 29,3 pg
Normal : 27 - 31 pg
juta/ul
Trombosit
150.000
450.000/ul
MCHC
: 37,4 gr/dl
Normal
33
37gr/dl
RDW
: 11,3 %
%
MPV
: 10,4 fL
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
: 0,0 %
Normal : 2 4 %
: 0,1 %
Normal : 0 1
: 0,8 %
Normal : 2 5
%
Batang
%
Segmen
: 93,6 %
Normal : 40 70%
Limfosit
: 2,0 %
Normal : 25 - 40%
Monosit
: 3,5 %
Normal : 2 8 %
Kimia Klinik
Ureum
: 227,9 mg/dl
Normal
14,98-38,52 mg/dl
Kreatinin
: 14,33 mg/dl
Normal : 0,60-1,00
GDS
: 44 mg/dl L
Natrium
: 110 mmol/L
mg/dl
mmol/L
Normal:
136-142
Kalium
: 4,6 mmol/l
Normal
Normal:
3,5-
5,1 mmol/l
Klorida
: 74 mmol/L
107 mmol/L
Anti HCV
V.
: Non Reaktif N
ASSESSMENT
1. Diagnosis Klinis:
CKD
Anemia Gravis
Sindrom Uremia
VI.
PLANNING
1. Terapi
a. Non Farmakologi
-
Bed rest
Transfusi PRC
Hemodialisa
b. Farmakologi
-
O2 3 Lpm NK
CaCo3 3x1
Bicnat 3x1
PO Furosemid 3x1
PO Ibesartan 1x30 mg
2. Prognosis
98-
Ad vitam
: dubai ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
sindrom uremia adalah suatu kompleks gejala dan tanda pada insufisiensi
ginjal progresif dan GFR menurun hingga < 10 ml/menit dan puncaknya pada
ESRD (end stage renal disease). Pada hal ini nefron yang masih utuh, tetapi tidak
mampu lagi mengkompensasi dan mempertahankan fungsi ginjal normal.
2. Etiologi
Penyebab dari uremia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu prerenal, renal, dan
postrenal. Uremia prerenal disebabkan oleh gagalnya mekanisme sebelum filtrasi
glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi penurunan aliran darah ke ginjal (shock,
dehidrasi, dan kehilangan darah) dan peningkatan katabolisme protein. Uremia
renal terjadi akibat gagal ginjal (gagal ginjal kronis/chronic renal failure atau juga
pada kejadian gagal ginjal akut/acute renal failure apabila fungsi ginjal menurun
dengan cepat) yang dapat menyebabkan gangguan ekskresi urea sehingga urea
akan tertahan di dalam darah, hal ini akan menyebabkan intoksikasi oleh urea
dalam konsentrasi tinggi yang disebut dengan uremia. Sedangkan uremia postrenal
terjadi oleh obstruksi saluran urinari di bawah ureter (vesica urinaria atau urethra)
yang dapat menghambat ekskresi urin. Obstruksi tersebut dapat berupa
batu/kristaluria, tumor, serta peradangan.
3. Manifestasi klinis
a. Anemia
Anemia ini berkaitan dengan produksi erythropoitin oleh ginjal yang terganggu.
Apabila terjadi kerusakan ginjal maka produksi eythropoitin akan berkurang
atau bahkan terhenti sama sekali, pada hal erythropoitin 90% diproduksi di
ginjal dan sisanya di hati 10% sehingga proses erythropoesis akan terhambat.
b. Coagulopathy
Kondisi gagal ginjal tahap akhir dapat terjadi perdarahan diatesis. Patogenesis
dari perdarahan diatesis uremik berkaitan dengan disfungsi multiple terhadap
platelet. Jumlah platelet akan menurun perlahan, sementara perombakan platelet
terjadi peningkatan. Penurunan adhesi platelet terhadap dinding subendothel
vascular disebabkan oleh GPIb dan perubahan konformasi yang akan merubah
cairan
dan
hipertensi.
Gangguan
irama
jantung
akibat
l. Kelaianan Urinaria
Poliuria, nocturia, oliguria, anuria, proteinuria, hematonuria
4. Patofisiologi uremia
Senyawa yang terdapat pada kejadian sindrom uremik dapat mengganggu
fungsi biokimia tubuh, yaitu pengaktifan reseptor PTH yang akan merespon
terhadap
1,25(OH)2 vitamin
D3.
Pengaktifan
reseptor
PTH
terhadap
akan
mengalami
peningkatan,
dalam
kondisi
ini
terjadi
1) Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan
terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
2) Kebutuhan jumlah kalori
5) Kelainan neuromuscular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis
reguler
yang
adekuat,
medikamentosa
atau
operasi
subtotal
paratiroidektomi.
6) Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
7) Kelainan sistem kardiovaskular
Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang
diderita.
c. Terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,
dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.
1) Hemodialisis
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala
toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu
cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal
ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan
indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu
perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan
kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter,
muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan
kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8
mL/menit/1,73m,
mual,
anoreksia,
muntah,
dan
astenia
berat
dilaksanakan
di
banyak
rumah
sakit
rujukan.
Umumnya
dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah kapilerkapiler selaput semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas hidup yang
diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14
tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang mahal
2) Dialisis peritoneal (DP)
Sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di
pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu
pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien
yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien yang
cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis,
kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT
(gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien
nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi nonmedik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk
melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal
3) Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:
a. Cangkok ginjal (kidney transplant)
Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh
(100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 7080% faal ginjal alamiah
b. Kualitas hidup normal kembali
c. Masa hidup (survival rate) lebih lama
d. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan
dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
BAB III
KESIMPULAN
1. sindrom uremia adalah suatu kompleks gejala dan tanda pada insufisiensi
ginjal progresif dan GFR menurun hingga < 10 ml/menit dan puncaknya pada
ESRD (end stage renal disease)
2. Penyebab dari uremia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu prerenal, renal, dan
postrenal
3. Diagnosis sindrom uremia dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
4. Penatalaksanaan
sindrom uremia
dibagi
menjadi
terapi
konservatif,
DAFTAR PUSTAKA
Ardaya. 2003. Manajemen Gagal Ginjal Kronik. Palembang: Perhimpunan Nefrologi
Indonesia.
Noer, MS. 2002. Gagal Ginjal Kronik. Patofisiologi Kedokteran. Surabaya : Gramik
FK Universitas Airlangga.
Skorecki, K, Green J, Brenner BM. 2005. Chronic Renal Failure. Harrisons
Principles and Internal Medicine. 16th edition.
Suwitra, Ketut. 2009. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II. Jakarta: Interna Publishing
Wilson, M. Lorraine dan Sylvia A. Price. 2012. Gagal Ginjal Kronik. Patofisologi
Konsep klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Wilson, M. Lorraine dan Sylvia A. Price. 2012. Pengobatan Gagal Ginjal Kronik.
Patofisologi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Wilson, M. Lorraine dan Sylvia A. Price. 2012. Penyakit Ginjal Stadium Akhir :
Sindrom Uremik. Patofisologi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta
: EGC