Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu layanan sosial dasar yang harus
dipenuhi oleh pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan
masyarakat. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi
untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan.Dalam
pelaksanaannya, pembangunan kesehatan saat ini harus lebih mengutamakan
paradigma sehat, daripada paradigma sakit. Hal ini berarti pelayanan
kesehatan lebih diarahkan secara terpadu pada proses promotif dan preventif,
tanpa melupakan kuratif dan rehabilitatif.Salah satu langkah untuk mencapai
tujuan tersebut adalah dengan dikembangkannya sarana dan prasarana
kesehatan oleh pemerintah, diantaranya adalah Polindes, Puskesmas dan
Rumah Sakit.
Berdasarkan Kepmenkes No. 128 tahun 2004, Puskesmas adalah
penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat
pertama. Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan
yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu.
Wilayah kerja puskesmas pada mulanya ditetapkan satu kecamatan, kemudian
dengan semakin berkembangnya kemampuan dana yang dimiliki oleh
pemerintah untuk membangun puskesmas, wilayah kerja puskesmas
ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan dan
mobilitasnya.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/
kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan
memegang peranan yang penting karena fungsi dari puskesmas adalah
mengembangkan

dan

membina

kesehatan

masyarakat

serta

menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan


masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di
1

wilayah kerjanya. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada


masyarakat, dalam pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6
program pokok Puskesmas. Namun pada umumnya program pokok
Puskesmas ini belum dapat dilaksanakan secara optimal. Adanya keterbatasan
dan hambatan baik di Puskesmas maupun masyarakat dalam pelaksanaan
program pokok Puskesmas maka untuk mengatasinya harus berdasarkan skala
prioritas sesuai permasalahan yang ada, dengan memanfaatkan potensi yang
ada di masyarakat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat.
Salah satu hal yang menjadi masalah di Puskesmas I Sumpiuh adalah
program Survey Konsumsi Garam Beryodium. Program ini bertujuan untuk
membantu dalam pemantauan gizi yang cukup untuk mencegah Masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Kecamatan Sumpiuh.
Permasalahan yang muncul adalah capaian target yang belum terpenuhi
secara maksimal pada tahun 2014. Berdasarkan masalah diatas maka perlu
dianalisa ulang mengenai kekurangan dalam pelaksanaan program-program
puskesmas terutama program Survey Konsumsi Garam Beryodium di
Puskesmas I Sumpiuh.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum : Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode
pemecahan masalah kesehatan di Puskesmas I Sumpiuh
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas I Sumpiuh.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Survey
Konsumsi Garam Beryodium di Puskesmas I Sumpiuh.
c. Mengetahui

pelaksanaan

dan

keberhasilan

program

Survey

Konsumsi Garam Beryodium di Puskesmas I Sumpiuh.


d. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program
Survey Konsumsi Garam Beryodiumdi Puskesmas I Sumpiuh.

C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan
yang mungkin masih ada dalam program Survey Konsumsi Garam
Beryodium di Puskesmas I Sumpiuh.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang
program kerja Survey Konsumsi Garam Beryodium dalam melakukan
evaluasi dalam kinerja program Survey Konsumsi Garam Beryodium di
Puskesmas I Sumpiuh.
3. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja Survey Konsumsi Garam
Beryodium kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu
pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan individu pada
khususnya di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh.
4. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program kerja
Survey Konsumsi Garam Beryodium oleh Puskesmas I Sumpiuh.

II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS I SUMPIUH


1 Keadaan Geografis
Wilayah Puskesmas I Sumpiuh mencakup 7 desa, seluas 2064,175
Ha yaitu :
Kelurahan Kebokura

: 202.985 Ha

Desa Karanggedang

: 202.458 Ha

Desa Kemiri

: 248,914 Ha

Desa Kuntili

: 327.050 Ha

Desa Pandak

: 275.935 Ha

Desa Lebeng

: 228.656 Ha

Desa Ketanda

: 542.117 Ha

Batas Wilayah Puskesmas 1 Sumpiuh


Utara : Kec. Somagede Kab Banyumas
Selatan: Kec. Nusawungu Kab. Cilacap
Timur : Wilayah Puskesmas II Sumpiuh
Barat : Kec. Kemranjen Kab. Banyumas
Aksesibilitas/Kemudahan
Jarak Puskesmas ke kabupaten

: 100 % aspal 40 km

Jarak Puskesmas ke desa

: 0,5 6 km

Ke 7 desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2


Komunikasi berita : Kantor Pos, Telepone, Radio, TV, Surat Kabar
Keadaan Demografi
Jumlah penduduk keseluruhan 7 Desa wilayah kerja Puskesmas 1
Sumpih 25.755 Jiwa, dengan rincian sebagai berikut:
Kelurahan Kebokura

: 3.737 Jiwa

Desa Karanggedang

: 1.992 Jiwa

Desa Kemiri

: 5.114 Jiwa

Desa Kuntili

: 4.488 Jiwa

Desa Pandak

: 3.255 Jiwa

Desa Lebeng

: 2.723 Jiwa

Desa Ketanda

: 4.446 Jiwa

Jumlah penduduk tertinggi di desa Kemiri sebanyak 5.114 jiwa dan


terendah di Desa Karanggedang sebanyak 1.992 jiwa. Jika kita bandingkan
dengan luas wilayah, kepadatan penduduk tertinggi di Desa Kemiri sebesar
20,55 /Ha., sedangkan Ketanda menempati urutan kepadatan penduduk
terendah sebesar 8,20/Ha.
Jumlah penduduk menurut golongan umur, jumlah terbesar pada
kelompok umur 15-44 tahun sebanyak 1.812 jiwa sedangkan jumlah
terendah pada kelompok umur >65 tahun sebanyak 391 jiwa.
2. Pencapaian Program Kesehatan
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat,
dalam pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6 program pokok
Puskesmas, yang meliputi; promosi kesehatan, pemberantasan penyakit
menular, kesehatan lingkungan, gizi masyarakat, kesehatan ibu anak dan
keluarga berencana (KIA/KB), serta layanan pengobatan. Namun pada
umumnya program pokok Puskesmas ini belum dapat dilaksanakan secara
optimal. Adanya keterbatasan dan hambatan baik di Puskesmas maupun
masyarakat dalam pelaksanaan program pokok Puskesmas maka untuk
mengatasinya harus berdasarkan skala prioritas sesuai permasalahan yang
ada, dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat dengan
melakukan pemberdayaan masyarakat.
a

Promosi kesehatan (Promkes)


Promkes

adalah

program

pelayanan

kesehatan

puskesmas

diarahkan untuk membantu masyarakat sekitar agar hidup lebih sehat

dan optimal melalui kegiatan penyuluhan, baik individu maupun


masyarakat.
Program penyuluhan di wilayah Puskesmas I Sumpiuh pada tahun
2013 meliputi penyuluhan DBD, kesling, KIA, TBC, ASI Eksklusif,
NAPZA, Gizi, dan lain-lain. Cakupan desa siaga aktif pada tahun 2013
terealisasi 100% dari target 100%. Program unggulan dalam
kesehatanlingkungan diwilayah kerja Puskesmas I sumpiuh adalah
mengurangi angka ODF (Open Defecation Free), dan PHBS.
Rendahnya angka ODF di wilayah kerja Puskesmas Sumpiuh
dengan persentase 50% yang telah terealisasi dari target 80% pada
tahun 2013, menyebabkan Desa Ketanda mendapatkan bantuan dana
untuk menguranginya.
b

Pemberantasan penyakit menular (P2M)


1 Diare
Jumlah kasus diare diwilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh terbilang
cukup tinggi. Data Puskesmas I Sumpiuh menunjukkan bahwa
Diare merupakan penyakit yang menempati peringkat kedua dari
sepuluh pola penyakit di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh.
Terdapat 820 kasus diare atau 75,3% yang tertangani selama tahun
2013. Dan masih ada sekitar 24,7% kasus yang terdeteksi namun
tidak mendapatkan pelayanan kesehatan. Cakupan penemuan dan
penanganan diare di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2013 sebanyak
820 (75.3%), lebih rendah dibanding tahun 2012 sebanyak 864
( 92,2%). Penemuan kasus diare pada tahun 2013 di puskesmas I
Sumpiuh masih dibawah target. Target tahun 2013 adalah 100%
namun hanya terealisasi 80,71%. Angka ODF yang masih rendah
sebesar 50% dari target 80% pada tahun 2013 dan penerapan PHBS
yang masih kurang baik dimungkinkan menjadi salah satu
penyebab tingginya angka diare diwilayah kerja Puskesmas I
Sumpiuh.
2

Penyakit Malaria

Jumlah kasus Malaria tahun 2013 sebanyak 7 kasus, menurun


apabila dibandingkan dengan tahun kasus pada tahun 2012
sebanyak 23 kasus.Angka kematian penyakit malaria pada tahun
2013 adalah 0/ 10.000 penduduk.
3

TB Paru
Jumlah kasus TB paru positif tahun 2013 sebanyak 21 kasus,
sementara pada tahun sebelumnya didapatkan 25 kasus TB paru
positif atau mengalami penurunan sebanyak 4 kasus. Penemuan
kasus baru TB BTA positif pada tahun 2013 telah tereealisasi
22,86%. Angka ini masih dibawah target penemuan penderita
penyakit TB paru BTA + Kabupaten Banyumas Tahun 2013 sebesar
>80%. Angka kesembuhan penyakit TB paru pada tahun 2013
sebesar 100% dan ini telah mencapai target.

HIV
Jumlah pasien HIV (+) yang dilaporkan tahun 2014 sebanyak 7
kasus, lebih tinggi dibanding tahun 2013 (3 kasus).Dengan
perincian 2 penderita HIV pasangan suami istri dari desa Kuntili, 1
penderita AIDS berjenis kelamin Perempuan berasal dari desa
Ketanda, 1 penderita HIV berjenis kelamin dari desa lebeng dan 3

penderita HIV dari desa kemiri.


AFP/ Acute Flaccid Paralysis
Selama tahun 2013 tidak didapatkan kasus AFP di wilayah
Puskesmas 1 Sumpiuh.

Demam Berdarah Dengue


Selama tahun 2013 dilaporkan terdapat 4 kasus DBD diwilayah
Puskesmas Sumpiuh 1, meningkat dibanding tahun 2012 yaitu 1
kasus DBD. Penanganan penderita DBD pada tahun 2013
terealisasi 100% dan ini memenuhi target.

Kusta

Selama tahun 2014 diwilayah Puskesmas I Sumpiuh terdapat 2


kasus kusta, yang ditemukan didesa karang gedang pada bulan
oktober tahun 2014
c

Kesehatan lingkungan (Kesling)


Pada tahun 2013 jumlah institusi yang terdiri sarana kesehatan,
sarana pendidikan, sarana ibadah dan perkantoran diwilayah
Puskesmas I Sumpiuh sebanyak. 291 buah, yang dibina 188 (64,4%).
Standar Pelayanan Minimal institusi yang dibina sebesar 70% dengan
demikian institusi yang dibina diwilayah Puskesmas I Sumpiuh belum
mencapai standar.

Rumah Sehat
Berdasarkan tabel 47 diketahui bahwa tahun 2013 dari 6.278
rumah yang diperiksa sebanyak 3.863 (61,5%) rumah. 60,1 %
atau 2.322 rumah diantaranya memenuhi kriteria rumah sehat.
Hasil ini tidakdapat menggambarkan kondisi rumah sehat
seluruh wilayah Puskesmas I Sumpiuh, hal ini karena tidak
seluruh rumah di Puskesmas I sumpiuh tidak diperiksa.

Tempat-tempat Umum
Pada tahun 2012 jumlah tempat-tempat umum (TTU) yang
diperiksa persyaratan kesehatannya sebanyak 51 buah dari 51
buah yang ada. TTU yang memenuhi persyaratan kesehatan
sebanyak 21 buah (67,74%) dari jumlah yang diperiksa.
Dibandingkan tahun 2012 TTU yang memenuhi syarat
kesehatan sebesar 19 buah (57,58%) dari 61 TTU yang
diperiksa. Secara kualitas TTU yang diperiksa mengalami
peningkatan sebesar 10,83%.

d Gizi masyarakat

Status gizi, terutama pada balita perlu mendapatkan perhatian


berupa pemantauan untuk mempertahankan tumbuh kembang yang
baik. Berdasarkan pemantauan status gizi balita pada tahun 2013
terdapat 200 anak gizi kurang ( 11,4%), menurun bila dibandingkan
dengan tahun 2012 sebanyak 160 anak (11,61%). Pada tahun 2013,
tidak ditemukan adanya balita dengan gizi buruk.
e

Kesehatan ibu anak dan keluarga berencana (KIA/KB)


Program MDGs 4 dan 5 atau Program yang dilaksanakan untuk
menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu
tergabung kedalam program Kesehatan Ibu, Anak dan, Keluarga
Berencana (KIA/KB). Kejadian kematian dapat digunakan sebagai
indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada
umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan
penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit
yang terjadi pada periode tahun 2013 akan diuraikan di bawah ini.
Terdapat beberapa gambaran output dari pelaksanaan program
KIA/KB di wilayah kerja Puskesmas Sumpiuh I pada tahun 2014
yaitu:
1

Angka Kematian Bayi


Pada tahun 2013 terdapat 206 kelahiran hidup di 7 desa
wilayah kerja puskesmas 1 Sumpiuh. Jumlah Angka Kematian
Bayi (AKB) sebesar 6,7 per 1000 kelahiran hidup yang terjadi
di Desa Kemiri, Desa Pandak, Desa Lebeng, Desa Ketanda
(still birth 0 kasus). Angka kunjungan bayi terealisasi sebesar
94,22% selama tahun 2013. Hal ini masih berada di bawah
target karena target 2013 adalah 100%.

Angka Kematian Ibu


Jumlah wanita yang melahirkan pada tahun 2013 di wilayah
kerja Puskesmas I Sumpiuh sebanyak 445 ibu melahirkan, dan

proporsi angka kematian ibu adalah 0 per 100.000 kelahiran


hidup selama tahun 2013.
3

Angka Kematian Balita


Proporsi angka kematian balita di wilayah kerja Puskesmas I
Sumpiuh sebesar 6,7 per 1000 kelahiran hidup dari 1754 balita
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sumpiuh 1 selama tahun
2013. Angka cakupan pelayanan balita terealisasi 100% dari
target 90% selama tahun 2013.

Layanan pengobatan
Layanan pengobatan adalah pelayan yang meliputi kuratif dan
rehabilitatif.Bentuk

pelayanan

ini

adalah

diagnosis

kemudian

dilakukan pengobatan oleh seorang dokter.


Selama tahun 2013 terdapat 606 kasus penyakit tidak menular di
wilayah Puskesmas I Sumpiuh. Lima penyakit tidak menular dengan
angka prevalensi terbesar sesuai angka kunjungan, antara lain:
Hipertensi esensial, Asma Bronkiale, DM Tipe 2, Dekompensasio
Cordis dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Kasus tertinggi
PTM adalah kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar
52,6% (319 kasus) dan 65,52% diantaranya adalah Hipertensi esensial.
Dari hasil data sekunder, diperoleh hasil bahwa sebagian besar
penyakit yang diderita oleh pengunjung Puskesmas Sumpiuh I
merupakan menular dan penyakit degeneratif. Antara lain penyakit
Diare, ISPA, TBC, Hipertensi, Radang sendi, dan DM Tipe 2. Hal ini
menunjukkan adanya besar masalah yang cenderung seimbang antara
terjadinya penyakit menular dan penyakit yang diakibatkan oleh faktor
perilaku diwilayah kerja Puskesmas Sumpiuh 1.
B. INPUT
Man
1

Dokter dan Dokter Gigi


Jumlah dokter umum yang ada di Puskesmas I Sumpiuh pada tahun
2015 sebanyak 2 orang dan jumlah dokter gigi sebanyak 1 orang.
10

Tenaga Perawat dan Bidan


Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2015 mempunyai tenaga perawat
dan bidan sebanyak 25 orang yang terdiri dari 10 bidan, 14 perawat,
dan 1 perawat gigi.

Tenaga Farmasi
Di Puskesmas I Sumpiuh Pada tahun 2015 mempunyai tenaga
kefarmasian sebanyak 1 orang (Apoteker)

Tenaga Gizi
Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2015 mempunyai tenaga gizi
sebanyak 1 orang

Tenaga Penyuluhan Kesehatan


Puskesmas I Sumpiuh memiliki seorang tenaga promosi kesehatan

Tenaga Sanitasi
Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2015 mempunyai tenaga sanitasi
sebanyak 1 orang
Money
Sumber dana untuk kegiatan program-program Puskesmas I
Sumpiuh berasal dari APBD Kabupaten Banyumas dan ABPN
Material
Logistik dan obat

berasal dari BLUD, sedangkan untuk

penyediaan vaksin puskesmas berasal dari dinas kesehatan. Jumlah dan


jenisnya disesuaikan dengan perencanaan yang telah diajukan oleh
Puskesmas.Alat-alat kesehatan untuk yang diperlukan untuk puskesmas
sudah cukup memadai.
Metode
Keterampilan petugas diperoleh dari pendidikan perguruan tinggi dan dari
pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
yang diadakan sewaktu-waktu dan berkala.
Minute

11

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan besarnya kasus


dan demographi/wilayah terdapatnya kasus. Rutin dilakukan satu tahun sekali
dalam survey.
Market
Sasaran masyarakat pada program promosi kesehatan tentang
kejadian GAKY adalah kepada seluruh masyarakat wilayah kerja
Puskesmas 1 Sumpiuh.

C. Proses
Perencanaan (P1) :
Arah : Terwujudnya

Pelayanan Kesehatan Dasar Paripurna Menuju

Masyarakat Sehat Mandiri. Untuk mempermudah mencapai tersebut,


perencanaan mengacu pada Standart Pelayanan Minimal (SPM) untuk
program Kesehatan Lingkungan yang sudah ditetapkan di tingkat Provinsi.
Pengorganisasian (P2)
1. Penggalangan kerjasama dalam Tim Penanggulangan Gangguan Akibat
Kurang Yodium (TPGAKY)
2. Rakor bulanan Puskesmas Sumpiuh
3. Penggalangan kerjasama lintas sektoral
4. Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja dan sarana
Penggerakan dan pelaksanaan program
Tim Puskesmas Sumpiuh bekerjasama dengan bagian PKK, Bidan Desa,
Kepala Desa, dan Lurah guna menindaklanjuti Gangguan Akibat Kurang Yodium.
Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan
1. PWS = Pemantauan wilayah setempat
2. Puskesmas Sumpiuh khususnya bagian TPGAKY
3. Dinas Kesehatan wilayah Bayumas
4. Perangkat desa setempat
D. OUT PUT :

12

Angka kejadian masih ditangani secara sektoral, bila ada kasus


langsung dirujuk ke Rumah Sakit. Oleh sebab itu diperlukan masyarakat yang
aktif dan peduli terhadap pemakaian garam beryodium dan masalah kesehatan
yang muncul.
E. EFFECT :
Dengan adanya angka kejadian GAKY yang terkena dalam suatu
daerah diharapkan masyarakat lebih berperan aktif dalam menjaga kesehatan
lingkungan, mengutamakan kebersihan pribadi, sehingga faktor lingkungan
yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit menular
(diare) di masyarakat.
F. OUTCOME (IMPACT)
Dampak program yang harapkan adalah menurunnya angka kejadian
gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Untuk mempermudah menilai
outcome digunakan indikator, yaitu: tingkat dan jenis morbiditas (kejadian
sakit).

13

BAB IV
IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT
A. Swot
1. Strenght
a. Tenaga
Program TPGAKY tidak hanya diberikan tanggung jawab kepada 1 orang,
tetapi seluruh tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker,
petugas laborat) dapat menjadi sumberdaya untuk keberlangsungan
kegiatan promosi kesehatan.
b. Sarana dan Prasarana
Puskesmas I Sumpiuh memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang
cukup lengkap, seperti laboratorium dan instalasi gawat darurat.
Puskesmas Sumpiuh 1 mempunyai alat Iodina test untuk memeriksa garam
secara kualitatif. Bahan-bahan yang digunakan untuk promosi kesehatan
cukup baik yaitu leaflet, dan penyuluhan.
c. Motivasi
Memiliki tenaga kesehatan yang loyal, keterampilan dan koordinasi satu
sama lain yang baik serta motivasi yang kuat untuk bekerja keras demi
kemajuan Puskesmas.
d. Pengetahuan dan Keterampilan
Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas kesehatan baik, tanggap, dan
terampil.
B.

C.

Weakness
a.

Perilaku menggunakan garam beryodium di masyarakat kurang

b.

Partisipasi masyarakat untuk menggunakan garam beryodium kurang

c.

Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah

Opportunity

14

Pemantauan dari dinas kesehatan tentang pemberantasan penyakit akibat


kurangnya yoidum dan dukungan penuh dari dinas kesehatan Kabupaten
Banyumas.
D.

Treat
Masyarakat sukar diajak kerja sama dalam menggunakan garam beryodium
sehingga terjadinya penderita kekurangan yodium. Jumlah penderita
kekurangan yodium selalu ada dan memiliki jumlah yang berbeda pada setiap
tahun.
Tabel 1. Jumlah Penderita Puskesmas Sumpiuh
Tahun
2012

Jumlah Penderita
Bumil 1

2013
2014
2015

Bumil 1
Bayi 1 : NHI (+)
Bayi 1 : NHI (+) desa Kemiri

Dewasa 4 orang
Alternatif pemecahan dari masalah peningkatan kejadian penyakit akibat
kekurangan yodium dengan meningkatkan kesadaran di masyarakat terutama
penggunaan garam beryodium. Hal ini dimaksudkan supaya menurunkan
angka kejadian penyakit karena kekurangan yodium.

BAB V
PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

15

Berdasarkan analisis SWOT yang sudah dilakukan maka survey konsumsi


garam beryodium merupakan sasaran utama yang diambil oleh kelompok kami di
program TPGAKY puskesmas. Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk
meningkatkan mutu gizi serta konsumsi pangan, sehingga berdampak pada
perbaikan keadaan atau status gizi, terutama status gizi kurang dan status gizi
buruk, serta mempertahankan keadaan status gizi baik. Puskesmas merupakan
sarana kesehatan terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan yang
mempunyai program dasar yaitu Perbaikan Gizi karena masalah gizi merupakan
masalah kesehatan yang masih perlu ditanggulangi.
Saat ini, konsumsi garam beryodium masih rendah. Hasil survey konsumsi
garam beryodium tingkat rumah tangga secara nasional pada tahun 2002
menunjukkan bahwa 18,53% rumah tangga mengkonsumsi garam dengan
kandungan yodium > 30 ppm, masih sedikit rumah tangga yang menggunakan
garam beryodium sesuai dengan anjuran kandungan yodium yang baik yang telah
ditetapkan oleh dinas kesehatan yaitu 90%. Hasil survey konsumsi garam
beryodium rumah tangga di provinsi Jawa Tengah tahun 2007 menunjukkan ibu
rumah tangga yang mengkonsumsi garam yang mengandung yodium sebanyak
58,6% dan menurut data Puskesmas Sumpiuh 1 penduduk di suatu desa/kelurahan
pada tahun 2014 yang mengkonsumsi garam beryodium adalah 71,43%.
Kekurangan konsumsi garam beryodium akan mengakibatkan gangguan
akibat kurang yodium atau GAKY. GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul
karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam
jangka waktu cukup lama. menurut Depkes RI (2004), GAKY merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia yang
mencakup 3 aspek yaitu perkembangan kecerdasan, perkembangan sosial dan dan
perkembangan ekonomi.

A. Definisi Yodium

16

Yodium sendiri adalah adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di
tanah maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup. Dalam tubuh manusia Yodium
diperlukan untuk membentuk Hormon Tiroksin yang berfungsi untuk
mengatur pertumbuhan dan perkembangan termasuk kecerdasan mulai dari
janin sampai dewasa. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan
bioaktivitas hormon ini, yaitu trijodotyronin (T3) dan tetrajodotyronin (T4)
atau thyroxin. Iodium dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok (glandula
thyroxin) untuk dipergunakan dalam sintesa hormon thyroxin. Hormon ini
ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein
(globulin) yang disebut thyroglobulin yang merupakan bentuk yodium yang
disimpan dalam tubuh, apabila diperlukan, thyroglobulin dipecah dan akan
melepaskan hormon thyroxin yang dikeluarkan oleh folikel kelenjar ke dalam
aliran darah (Yuastika, 1995).
Kekurangan yodium memberikan kondisi hypothyroidism dan tubuh
mencoba untuk mengkompensasikan dengan penambahan jaringan kelenjar
gondok yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid tersebut. Jumlah
iodium dalam tubuh manusia relatif sangat kecil dan kebutuhan untuk
pertumbuhan normal hanya 100-150 mikrogram (0,1-0,15 mg) perhari.
Kebutuhan ini dapat dipenuhi dari konsumsi 6 gram garam beriodium dengan
kandungan minimal 40 ppm, sekitar 60 mikrogram iodium yang dikonsumsi
tersebut akan ditangkap oleh kelenjar tiroid untuk pembentukan hormon
thyroxin (Permaesih, 2000).
B. Gangguan akibat kekurangan yodium
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah rangkaian efek
kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya
terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai
terutama

oleh

gangguan

mental,

gangguan

pendengaran,

gangguan

pertumbuhan pada anak dan orang dewasa.


Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) juga merupakan defisiensi
yodium yang berlangsung lama akibat dari pola konsumsi pangan yang kurang

17

mengkonsumsi yodium sehingga akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid,


yang

secara

perlahan

menyebabkan

kelenjar

membesar

sehingga

menyebabkan gondok.
Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangi
produksi tetraiodotironin/T4. Penurunan kadar T4 dalam darah memicu
sekresi Thyroid Stimulating Horrmon (TSH) yang selanjutnya menyebabkan
kelenjar tiroid bekerja lebih giat sehingga fisiknya kemudian membesar
(hiperplasi). Pada saat ini efisiensi pemompaan yodium bertambah yang
dibarengi dengan percepatan pemecahan yodium dalam kelenjar.
Kekurangan

yodium

pada

masa

kehamilan

dan

awal

kehidupan

menyebabkan perkembangan otak terhambat. Titik paling kritis GAKY adalah


trimester ke-2 kehamilan sampai dengan 3 tahun setelah lahir.
KELOMPOK RENTAN
Ibu Hamil
Janin

DAMPAK
Keguguran
Lahir mati, Meningkatkan
kematian janin,Kematian bayi,
Kretin ( Keterbelakangan mental,
Tuli, Mata juling, Lumpuh spatis ),

Neonatus
Anak dan Remaja

Cebol, Kelainan fungsi psikomotor


Gondok dan Hipotiroid
Gondok, Gangguan pertumbuhan
fisik dan mental, Hipotiroid

Dewasa

juvenile
Gondok dan Hipotiroid

C. Faktor Penyebab Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)


Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan terjadinya pembesaran kelenjar gondok (kelenjar tiroid) dan
diderita oleh sejumlah besar penduduk yang tinggal di suatu daerah tertentu.

GAKY dapat sebabkan oleh beberapa faktor, yakni:


a. Defisiensi Iodium dan Iodium Excess

18

1. Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah


GAKY. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses
adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam
makanan dan minuman yang dikonsumsinya.
2. Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar
secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di
Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam
jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan
terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan
proses coupling.
b. Lokasi (Geografis dan non geografis)
Faktor lokasi dapat berpengaruh terhadap kejadian GAKY, hal ini
disebabkan kandungan yodium yang berbeda di setiap daerah. Penderita
GAKY secara umum banyak ditemukan di daerah perbukitan atau
dataran tinggi, karena yodium yang berada dilapisan tanah paling atas
terkikis oleh banjir atau hujan dan berakibat tumbuh-tumbuhan, hewan
dan air di wilayah ini mengandung yodium rendah bahkan tidak ada.
c. Asupan Energi dan Protein
Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung dapat
disebabkan oleh asupan energi yang rendah, karena kebutuhan energi
akan diambil dari asupan protein. Protein (albumin, globulin,
prealbumin) merupakan alat transport hormon tiroid. Protein transport
berfungsi mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dan sebagai
cadangan hormon. Dengan adanya defisiensi protein dapat berpengaruh
terhadap berbagai tahap dalam sintesis hormon tiroid terutama tahap
transportasi hormone.
d. Pangan Goitrogenik
Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan
fungsi hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung zat goitrogenik menghambat uptake yodida anorganik oleh
kelenjar tiroid. Seperti tiosianat dan isotiosianat menghambat proses
tersebut karena berkompetisi dengan yodium. Ada dua jenis zat
goitrogenik yang berasal dari bahan pangan yaitu:
1. Tiosianat terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi,
rebung, ketela rambat dan jewawut

19

2. Isotiosianat terdapat pada kobis.


Berdasarkan mekanis kerjanya, zat goitrogenik dipengaruhi oleh
proses sintesis hormon dan kelenjar tiroid trhadap bahan bahan
goitrogenik. Bahan tersebut adalah: rebung, ubi jalar, bawang
merah, bawang putih.
e. Genetik
Faktor genetik dalam hal ini merupakan variasi individual terhadap
kejadian GAKY dan mempunyai kecenderungan untuk mengalami
gangguan kelenjar tiroid. Faktor genetic banyak disebabkan karena
keabnormalan fungsi faal kelenjar tiroid. Penyebab genetic lain adalah
sejumlah cacat metabolic yang diturunkan. Cacat ini adalah cacat pada
pengangkutan yodium, cacat pada iodinasi, cacat perangkaian,
defisiensi deiodinasi, dan produksi protein teriodinasi yang abnormal
E. Cara

Penanggulangan

Gangguan Akibat

Kekurangan

Yodium

(GAKY)
Menurut modul Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium Direktorat
Bina Gizi Masyarakat Depkes RI 2004, di Indonesia terdapat beberapa
strategi (baik jangka pendek maupun jangka panjang) sebagai upaya
penanggulangan Dampak Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
sebagai berikut :
1. Strategi Jangka Panjang
a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), merupakan sebuah
strategi pemberdayakan masyarakat dan komponen terkait agar
mempunyai visi dan misi yang sama untuk menanggulangi GAKY
melalui

kegiatan

pemasyarakatan

informasi,

advokasi,

pendidikan/penyuluhan tentang ancaman GAKY bagi kualitas


sumber daya manusia. Juga terkait pentingnya mengkonsumsi garam
beryodium, hak memperoleh kapsul beryodium bagi daerah endemik
dan penganekaragaman konsumsi pangan.
b. Surveillans, merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara
berkesinambungan

terhadap

beberapa

indikator

untuk

dapat

melakukan deteksi dini adanya masalah yang mungkin timbul agar


dapat dilakukan tindakan/intervensi sehingga keadaan lebih buruk
dapat dicegah. Kegunaan surveillans yaitu mengetahui luas dan

20

beratnya masalah pada situasi terakhir, mengetahui daerah yang


harus mendapat prioritas, memperkirakan kebutuhan sumber daya
yang diperlukan untuk intervensi, mengetahui sasaran yang paling
tepat dan mengevaluasi keberhasilan program.
c. Iodisasi garam, merupakan kegiatan fortifikasi garam dengan
Kalium Iodat (KOI3). Tujuan kegiatan ini agar semua garam yodium
yang dikonsumsi masyarakat mengandung yodium minimal 30 ppm.
Target program ini 90% masyarakat mengkonsumsi garam
beryodium yang cukup (30 ppm).
2. Strategi Jangka Pendek
Sedangkan strategi jangka pendek sebagai upaya penanggulangan GAKY
yaitu dengan melakukan kegiatan distribusi kapsul minyak beryodium.
Program yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1992 ini dilakukan
untuk mempercepat perbaikan status yodium masyarakat bagi daerah
endemik sedang dan berat pada kelompok rawan. Kapsul minyak
beryodium 200 mg diberikan pada Wanita Usia Subur (WUS) sebanyak 2
kapsul/tahun, sedangkan untuk ibu hamil, ibu menyusui dan anak SD
kelas 1-6 sebanyak 1 kapsul/tahun.

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Melihat hasil analisis SWOT, didapatkan isu strategis yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, meliputi :
1 Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya konsumsi garam
beryodium.
2 Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya konsumsi garam
beryodium melalui banner, pamplet, leaflet atau penyuluhan yang rutin
dilakukan oleh promkes maupun gizi di puskesmas.
3 Pemantauan yang dilakukan secara berkesinambungan tentang penggunaan
garam beryodium di rumah tangga.
21

4 Puskesmas bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral untuk
mengadakan garam beryodium di rumah tangga.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pemilihan program TPGAKY sebagai salah satu masalah dalam program
Puskesmas Sumpiuh I adalah rendahnya angka konsumsi garam
beryodium dan terdapat 4 orang penderita.
2. Beberapa hal yang menjadi dasar kurang tercapainya program TPGAKY
di Puskesmas Sumpiuh I adalah :
a. Aspek penegakkan hukum, terdapat peraturan yang mengikat kepada
perusahaan besar untuk menjual garam beryodium.
b. Kesadaran masyarakat masih kurang terhadap pentingnya konsumsi
garam beryodium
c. Banyumas bukan merupakan produsen yodium namun merupakan
konsumen. Jadi banyak garam yang beredar tidak ada yodium.

22

3. Kekuatan yang paling mendukung program TPGAKY di Puskesmas


Sumpiuh I adalah :
a. Program TPGAKY tidak hanya diberikan tanggung jawab kepada 1
orang, tetapi seluruh tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, ahli
gizi, apoteker, petugas laborat) dapat menjadi sumberdaya untuk
keberlangsungan kegiatan promosi kesehatan.
b. Puskesmas I Sumpiuh memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang
cukup lengkap, seperti laboratorium dan instalasi gawat darurat.
Puskesmas Sumpiuh 1 mempunyai alat Iodina test untuk memeriksa
garam secara kualitatif. Bahan-bahan yang digunakan untuk promosi
kesehatan cukup baik yaitu leaflet, dan penyuluhan.
c. Memiliki tenaga kesehatan yang loyal, keterampilan dan koordinasi
satu sama lain yang baik serta motivasi yang kuat untuk bekerja keras
demi kemajuan Puskesmas.
d. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas kesehatan baik, tanggap,
dan terampil.

4. Alternatif pemecahan dapat berupa :


a.

Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya konsumsi


garam beryodium.

b.

Peningkatan

pengetahuan

masyarakat

mengenai

pentingnya

konsumsi garam beryodium melalui banner, pamplet, leaflet atau


penyuluhan yang rutin dilakukan oleh promkes maupun gizi di
puskesmas.
c.

Pemantauan yang dilakukan secara berkesinambungan tentang


penggunaan garam beryodium di rumah tangga.

B. SARAN
1. Untuk

mengatasi

permasalahan

yang

ditemukan

adalah

dengan

melaksanakan sosialisasi secara terus-menerus kepada masyarakat


mengenai Pentinganya konsumsi garam beryodium yang dilaksanakan

23

oleh petugas Puskesmas bekerja sama dengan lintas program dan lintas
sektoral.
2. Monitoring dan evaluasi kegiatan secara rutin untuk dapat diketahui
perkembangan kegiatan yang telah dilaksanakan .

24

Anda mungkin juga menyukai