PENDAHULUAN
Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia sebagau
satu organ pengatur keseimbangan tubuh dan organ pembuangan zat-zat yang
tidak berguna serta bersifat toksis. Fungsi ginjal yang terpenting adalah untuk
mempertahankan homeostasis biokimiawi yang normal di dalam tubuh, hal ini
dilakukan dengan cara mengekresikan zat-zat yang tidak diperlakukan lagi
melalui proses filtrasi glomerulus, reabsorbsi, dan sekresi tubulus.
Sindrom nerotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering
dijumpai pada anak, merupakan kumpulan gejala-ejala klinis yang terdiri dari
preoteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia serta edema. Sekitar 90%
kasus anak adalah sindrom nefrotik primer. Sinrom nefrotik yang paling banyak
ditemukan adalah jenis kelainan minimal yaitu sekitar 76%.
Angka kejadian di Indonesia pada sindrom nefrotik mencapai 6 kasus
pertahun dari 100.000. Jumlah penderita sindrom nefrotik bertambah tiap
tahunnya dibeberapa negara. Angka kejadian di Amerika dan Inggris berkisar
antara 2-7 per 100.000 anak
Data studi dan epidemiologi tentang sindrom nefrotik di Indonesia belum
ada, namun di luar negeri yaitu Amerika Serikat, sindrom nefrotik merpakan salah
satu penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah kesehatan yang utama
dengan jumlah penderita mencapai 225 (11,86 %) orang pertahun dari 2150 orang
yang berobat ke rumah sakit.
Umumnya pada sindrom nefrotik fungsi ginjal normal kecuali pada bagian
kasus yang berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir. Pembengkakan yang
terjadi pada mata, kaki maupun badomen bisa diidentifiksikan sebagai salah satu
tanda- tanta dari sinrom nefrotik. Apapun tipe sindrom nefrotik, manifestasi klinis
utama adalah sembab, yang tampak pada sekitar 95% anak dengan sindrom
nefrotik. Seringkali sembab timbul secara lambat sehingga keluarga mengira anak
bertambah gemuk.
Sindrom nefrotik berkembang menjadi gagal ginjal total apabila tidak
dilakukan perawatan dan usaha penyembuhan yang baik dari tenaga kesehatan.
Maka dari itu perlu pengetahuan yang baik mengenai sindrom nefrotik agar dapat
mengatasi gejala dan mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang lebih lanjut serta
serta komplikasi lainnya.
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
ANAMNESIS
1. IDENTIFIKASI
Seorang laki-laki, Tn. P, usia 16 tahun, agama Islam, alamat
Kebun Tebeng Kota Bengkulu, pekerjaan satpam, dirawat diruang
Melati RSUD DR. M. Yunus Bengkulu sejak tanggal 9 Februari 2016
dengan keluhan utama bengkak diseluruh badan sejak 15 jam SMRS.
2. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Sejak 15 jam yang lalu pasien mengaku badannya sembab.
sembab muncul dipagi hari saat bangun tidur dimulai pada area muka
terutama disekitar mata, kaki dan tangan kemudian di seluruh badan.
Sembab tidak disertai dengan sesak. Sembab tidak disertai batuk.
Keluhan tidak disertai demam. Pasien juga mengalami muntah
sebanyak 5 kali yang berisi makanan yang dimakan sebanyak 1
setengah gelas air mineral. Pasien merasa nafsu makannya menurun.
Pasien juga mengeluhkan badannya lemas. BAK lancar, 1 gelas air
mineral 3-4 kali dalam sehari. BAK berwarna coklat, keruh dan
berbusa. Nyeri saat BAK tidak ada. BAB lancar 1 kali setiap hari.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Riwayat kencing manis disangkal
b. Riwayat batu ginjal dan saluran kemih disangkal
c. Riwayat infeksi saluran kemih disangkal
d. Pasien pernah di rawat karena sindrome nefrotik 5 bualn lalu.
Setelah dirawat pasien tidak pernah kontrol ulang.
e. Riwayat hipertensi disangkal
f. Riwayat sakit maagh
II.
PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS PRAESENS
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran
: Kompos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 82x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Pernapasan
: 18x/menit, abdominotorako
Suhu Aksila
: 36.50 C
Berat Badan
: 70 kg
Tinggi Badan
: 168 cm
2. STATUS GENERALIS
Kepala
Mata
rontok
: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
eksoftalmus (-/-), edema palpebra (+/+)
Hidung
Telinga
: Sekret -/-, nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-
Mulut
Leher
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Perkusi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Genital:
Inspeksi
Palpasi
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LABORATORIUM
Hb
: 15,3 g/dl
Ht
: 45%
Leukosit
: 9.100 mm3
Trombosit
: 369.000 sel/mm3
Kolestrerol
: 536
Ureum
: 38 mg/dl
Creatinin
: 1,4 mg/dl
IV.
RESUME
Dari anamnesis didapatkan informasi dari pasien berupa keluhan
sebagai berikut; Pasien mengalami bengkak di seluruh tubuh, muntah 5
kali sebanyak 1,5 gelas air mineral. Nafsu makan menurun dan disertai
lemas. BAK lancar warna orange dan keruh. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan kelainan berupa edema anasarka dan nyeri tekan abdomen pada
regio epigastrium. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan kadar kolesterol : 536 mg/dl, penurunan kadar protein total:
4,3, penurunan kadar albumin 1,9, peningkatan kadar globulin 7,4.
V.
MASALAH
1. DAFTAR MASALAH
a. Sindroma nefrotik
b. Dispepsia
2. PENGKAJIAN MASALAH
a. Sindroma Nefrotik
Pada pasien ini dipikirkan mengalami sindroma nefrotik karena
dari anamnesis adanya gejala seperti edema anasarka, dan BAK
keruh. Selain itu pasien juga pernah dirawat dengan keluhan yang
sama dengan diagnosis sindroma nefrotik. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan edema paada palpebra, wajah dan ekstremitas. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar kolesterol yang
meningkat, dan penurunan jumlah protein total.
Rencana Diagnostik
-
USG ginjal
SGOT
SGPT
Profil lipid
Biopsi ginjal
Rencana Terapi
Non- Farmakologi
-
Istirahat
Farmakologi
-
IVFD RL Asnet
Simvastatin 1 x 10 mg
Rencana Edukasi
- Menjelaskan kepada
pasien
dan
keluarganya
tentang
b. Dispepsia
Berdasarkan keluhan pasien didapatkan mual dan muntah
sebanyak 5 kali berisi makanan yang dimakan dan nyeri tekan di
regio epigastrium serta riwayat sakit maagh sebelumnya.
Rencana diagnostik:
-
Endoskopi
Rencana terapi:
Domperidone 3 x 1 mg
Rencana edukasi:
VI.
DIAGNOSA SEMENTARA
Sindroma nefrotik dan Dispepsia
VII.
DIAGNOSIS BANDING
- Glomerulonefritis Kronik dan dispepsia
10 Februari 2016
mual (+), muntah (+) 4 kali berisi makanan 1 gelas air
mineral, badan lemas (+), demam (-), BAK (+) normal,
nyeri BAK (-), BAB (+) Normal, bengkak pada mata,
wajah, kaki, dan tangan (+)
O
Keadaan umum
Kesadaran
Kompos Mentis
Tekanan darah
120/80 mmHg
Nadi
90 x/ menit
Frekuensi napas
20x/ menit
Suhu
36,5C
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
pucat (-/-)
Perbaikan Sindroma nefrotik
A
P
(terapi
ruangan)
Perbaikan Dispepsia
di Terapi :
IVFD RL Asnet
Rencana
Enalapril 2 x 17,5 mg PO
Urinalisis
Pemeriksaan
Tanggal
S
11 Februari 2016
mual (+), muntah (-), badan lemas (+), demam (-), BAK
mulai jernih, nyeri BAK (-), bengkak pada mata, wajah,
kaki, dan tangan (+)
O
Keadaan umum
Kesadaran
Kompos Mentis
Tekanan darah
120/80 mmHg
Nadi
80 x/ menit
Frekuensi napas
20x/ menit
Suhu
37,0 C
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Akral hangat (+/+), edema (+/+), CRT <2 detik, akral pucat
(-/-)
Hasil
Pemeriksaan Laboratorium
pemeriksaan
Urinalisis:
Makroskopis
Kimiawi
Protein
: +3
Bilirubin
: +1
Mikroskopis
Epitel
:+
Leukosit
: 3-6/ LPB
Eritrosit
: 1-2/LPB
Silinder
:-
Kristal
:-
Bakteri
:Perbaikan Sindrom Nefrotik
A
P
(terapi
ruangan)
Perbaikan Dispepsia
di Terapi :
IVFD RL Asnet
Enalapril 2 x 17,5 mg PO
Simvastatin 1 x 10mg PO
Sucralfat syrup 3 x C1 PO
Rencana
Tanggal
S
12 Februari 2016
Mual (-), muntah (-), demam (-), BAK jernih, bengkak
pada kaki (+)
O
Keadaan umum
Kesadaran
Kompos Mentis
Tekanan darah
120/70 mmHg
Nadi
82 x/ menit
Frekuensi napas
21x/ menit
Suhu
37,2C
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Akral hangat (+/+), edema (+) pada tungkai, CRT <2 detik,
akral pucat (-/-)
A
P
ruangan)
Perbaikan Dispepsia
di Terapi :
Methylprednisolon 8 mg (4-3-3) PO
Simvastatn 1 x 10mg
Pasien boleh pulang
Rawat jalan poli penyakit dalam tanggal 15 Februari 2016
BAB III
ANALISIS KASUS
SINDROMA NEFROTIK
Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering
dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah sekumpulan manifestasi klinis yang
ditandai oleh proteinuria masif (lebih dari 3,5 gram/1,73 m 2 luas permukaan tubuh
per hari), hipoalbuminemia (albumin kurang dari 3 gram/dl), edema anasarka,
hiperlipidemia. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang dijumpai pula
hipertensi, hematuria, bahkan kadang-kadang azotemia Sindroma nefrotik
merupakan salah satu manifestasi klinis glomerulonefritis. Pada proses awal
sindrom nefrotik atau sindrom nefrotik ringan untuk menegakkan diagnosis tidak
perlu semua gejala tersebut ditemukan. 2,3,4,8
A.
Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel berpadu.
Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG pada dinding
kapiler glomerulus.
c. Glomerulonefritis proliferatif
Glomerulonefritis proliferatif esudatif difus.
Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus.
Pembengkanan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler
tersumbat.
Dengan penebalan batang lobular.
Terdapat prolefirasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan batang
lobular.
Dengan bulan sabit (crescent)
Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel sampai
Tuberculosis, lepra
Keganasan
-
diseases)
Efek obat dan toksin
-
Lain-lain
-
B.
Patogenesis
1. Permeabilitas Glomerulus
Pada orang sehat, kurang dari 0,1% albumin plasma melewati
barier filtrasi glomerulus. Hingga saat ini, masih ada perdebatan
mengenai saringan yang dilewati albumin pada barier filtrasi
glomerulus. Perdebatan tersebut mengenai albumin yang terus-menerus
berada di dalam urin yang ekuivalen dengan uptake albumin di
glomerulus. Hasilnya, jumlah albumin di urin kurang lebih 80 mg atau
kurang setiap hari. Perdebatan ini didasarkan pada studi yang dilakukan
pada binatang percobaan. Namun, studi yang dilakukan pada manusia
dengan defek transport tubular mengesankan bahwa jumlah konsentrasi
albumin di urin adalah 3,5 mg/l. Dengan jumlah sebesar ini, dan
glomerular filtration rate (GFR) per hari 150 liter, diperkirakan tidak
lebih dari 525 mg albumin yang ada di urin per hari. Jumlah di atas
merupakan batas nilai albumin yang mengarah ke glomerular diseases.
Kapiler glomerulus dilapisi oleh endotelium fenestrasi yang
menduduki membran basement glomerulus dan ditutupi oleh epitel
glomerulus atau podosit. Podosit merupakan selubung kapiler dengan
perpanjangan seluler yang disebut foot processes. Diantara foot
processes merupakan celah filtrasi. Barier filtrasi glomerulus terdiri atas
3 struktur, yaitu endotelium fenestrasi, podosit, dan epitel glomerulus.
Gambar 1 merupakan gambaran skematik dari barier filtrasi
glomerulus.
Gambar 4.
integritas
membran
basalisglomerulus
menyebabkan
charge
selective
barrier, sedangkan
pada
nefropati
dan
intermediate
density
lipoprotein
dari
darah).
peptide
(ANP).
Pemberian
infus
albumin
akan
6. Lipiduria
Lemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan pada sedimen
urin. Sumber lemak ini berasal dari filtrat lipoprotein melalui
membrana basalis glomerulus yang permeabel.7
7. Hiperkoagulabilitas
Keadaan ini disebabkan oleh hilangnya antitrombin (AT) III,
protein S, C dan plasminogen activating factor dalam urin dan
meningkatnya faktor V, VII, VIII, X, trombosit, fibrinogen, peningkatan
agregasi trombosit, perubahan fungsi sel endotel serta menurunnya
faktor zimogen (faktor IX, XI).7
8. Kerentanan terhadap infeksi
Penurunan kadar imunoglobulin Ig G dan Ig A karena kehilangan
lewat ginjal, penurunan sintesis dan peningkatan katabolisme
menyebabkan
peningkatan
kerentanan
terhadap
infeksi
bakteri
C.
Manifestasi Klinis
Gejala utama yang ditemukan adalah:8,
1.
2.
3.
Edema anasarka.
5.
Akhirnya
sembab
menjadi
menyeluruh
dan
masif
(anasarka/generalisata).8
Sembab berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak
sebagai sembab muka pada pagi hari waktu bangun tidur dan
kemudian menjadi sembab pada ekstremitas bawah pada siang
harinya. Bengkak bersifat lunak, meninggalkan bekas bila ditekan
(pitting edema). Pada penderita dengan sembab hebat, kulit menjadi
lebih tipis.8
Sembab paling parah biasanya dijumpai pada sindrom nefrotik
tipe kelainan minimal (SNKM). Bila ringan, sembab biasanya terbatas
pada daerah yang mempunyai resistensi jaringan yang rendah, misal
daerah periorbita, skrotum, labia. Sembab bersifat menyeluruh,
dependen dan pitting. Asites umum dijumpai, dan sering menjadi
anasarka. Anak-anak dengan asites akan mengalami restriksi
D.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah sembab di ke dua kelopak mata,
perut, tungkai, atau seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang
hematuria.
Pada
pemeriksaan
darah
didapatkan
DISPEPSIA11
gejala berupa kembung pada abdomen bagian atas yang umum ditemui
sebagai gejala dispepsia fungsional.
Dispepsia menurut kriteria Roma III adalah suatu penyakit dengan
satu atau lebih gejala yang berhubungan dengan gangguan di gastroduodenal:
a. Nyeri epigastrium
b. Rasa terbakar di epigastrium
c. Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan
d. Rasa cepat kenyang
C. Tata laksana
Tata laksana dispepsia dimulai dengan usaha untuk identifikasi patofisiologi
dan faktor penyebab sebanyak mungkin. Terapi dispepsia sudah dapat dimulai
2.
2011].
Diunduh
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/982920-clinical#a0256.
4. Gunawan CA. Sindroma nefrotik patogenesis dan penatalaksanaan.
Cermin Dunia Kedokteran 2006; 150: 50-3.
5. Pardede SO. Sindrom nefrotik infantil. Cermin Dunia Kedokteran 2002;
134: 32-7.
6. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD, editor. Buku ajar pediatri
rudolph. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2007.h.1503-7.
7. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J.
Harrison's: Principles of internal medicine. 18th Ed. Volume 1. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
8. Behrman, RE, Kliegman, RM and Jenson, HB. Nelson Textbook of
Pediatrics 16th Edition. Philadelphia : WB Saunders Company, 2002.
9. Djuanita E, Joseph E. Sindroma nefrotik patofisiologi
dan
HALAMAN PENGESAHAN
Nama Mahasiswa
NIM
: H1AP10004
Fakultas
: Kedokteran
Judul
Bagian
Pembimbing
Bengkulu,
April 2016
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Yunus,
Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
2.
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis
sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
LAPORAN KASUS
Oleh:
Tria Claresia Bungarisi
H1AP10004
Pembimbing
dr. Etty Febrianti, Sp. PD
DAFTAR ISI
ii
iv
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................
3
3
3
4
3
3
3
5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Laboratorium..........................................................................
IV.
RESUME...................................................................................
V.
MASALAH
1.
2.
Daftar Masalah.......................................................................
Pengkajian Masalah................................................................
6
6
7
7
VI.
DIAGNOSIS SEMENTARA
............................................................
8
VII.
VIII.
DIAGNOSIS BANDING..................................................................
14
14
20
24
26
27
27
28
29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 32