HIPOKALEMIA
Pembimbing :
Dr. A. Fachron, Sp.PD.
Oleh :
M. Hafidz Ramadhan (2306.834.2011)
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama
Pekerjaan
: Pelajar
No. RM
: 93-30-94
Tanggal MRS
: 11 Juni 2016
Anamnesis
Keluhan Utama
Seluruh badan terasa lemas sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan Tambahan
Mual muntah, dan keram di bagian kaki.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSIJ CP dengan keluhan lemas-lemas memberat sejak dua hari
sebelum masuk rumah sakit. Lemas pertama kali dirasakan pasien sejak satu bulan sebelum
masuk rumah sakit, dirasakan sebagai kelemahan terutama pada kedua kaki, tidak ada
keluhan kelemahan sesisi, dan menyebabkan pasien tidak masuk sekolah selama satu bulan.
Pasien terkadang merasakan keram di kaki, timbul tiba-tiba tidak terkait olahraga,
menghilang dengan sendirinya. Pasien juga mengeluhkan mual muntah, timbul terkadang,
tidak setiap hari, setiap kali muntah sekitar satu gelas aqua (250cc) isi makanan dan cairan.
Mual muntah ini memberat satu hari sebelum masuk rumah sakit. Diare disangkal,
penggunaan obat- obatan yang membuat kencing banyak disangkal. Sebelumnya, pasien juga
terkadang merasakan adanya demam- demam, tidak tinggi, timbul tiba-tiba, menggigil
disangkal, sembuh dengan makan obat penurun panas.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan lemas memberat, sulit bangun dari
tempat tidur, terasa berkunang-kunang dan tidak ada tenaga. Pasien perlu dipapah oleh
anggota keluarga jika ingin ke kamar mandi. Nafsu makan baik, jumlah asupan makanan
seperti biasa. Pasien juga mengeluhkan kencing yang sering, sehari bisa 8 kali kencing,
terutama setelah minum air, terkadang terbangun saat tidur 1-2 kali permalam untuk bangun
kencing. Jumlah dan warna setiap kali kencing dilaporkan biasa. Buang air besar tidak ada
keluhan, penggunaan obat pencahar disangkal. Keluhan keram juga masih dirasakan, disertai
dengan nyeri otot, terutama pada betis dan lengan atas, memberat saat disentuh, sedikit
membaik dengan obat penurun panas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kelainan ginjal sebelumnya disangkal, riwayat lemas dan lumpuh sebelumnya
disangkal, riwayat penggunaan obat-obatan sebelumnya selain penurun panas disangkal,
riwayat memuntahkan kembali makanan disangkal. Keterlambatan pertumbuhan dan belajar
disangkal. Riwayat tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, asma dan kuning
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga untuk penyakit ginjal, kelainan pertumbuhan, diabetes,
jantung, kuning dan asma disangkal. Riwayat keluarga untuk lumpuh dan kelemahan otot
sewaktu muda disangkal.
Riwayat Psikososial
Pasien adalah seorang pelajar SMA dan sejak sakit, pasien sangat jarang masuk ke sekolah.
Pasien tidak merokok, mauupun minum alkohol.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah dirawat pada Januari 2016 karena keluhan yang sama, dan didiagnosis dengan
hipokalemia oleh dokter yang merawat.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Composmentis
Tekanan Darah
: 110 / 70 mmHg
Nadi
: 68 x/m
Suhu
: 36,5C
Pernapasan
: 16 x/m
Status Generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
Hidung
: Sekret (-)
Leher
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Atas
Bawah
Hangat : (+/+)
Hangat : (+/+)
CRT
CRT
Edema : (-/-)
Edema : (-/-)
Motorik: 4 / 4
Motorik: 3 / 3
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tanggal
11-06-2016
12-06-2016
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
Na
K
Cl
GDS
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
Hasil
13,4
9,97
40
358
4,40
143
2,0
103
94
27
11
118
69
Satuan
g/dL
103/uL
%
103/uL
106/uL
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mg/dL
mg/dL
mg/dL
U/L
U/L
Nilai Rujukan
13,2 17,3
4,5 12,5
40 52
140 392
4,4 5,9
135 147
3,5 5,0
94 111
70 200
10 50
<1,4
10 34
9 43
Radiologi
Foto Thoraks : Cor tidak tampak membesar. Paru tidak tampak kelainan,
Resume
Laki laki, 16 tahun, datang dengan keluhan lemas-lemas memberat sejak dua hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien sulit bangun dari tempat tidur, terasa berkunang-kunang dan
tidak ada tenaga. Lemas pertama kali dirasakan pasien sejak satu bulan sebelum masuk
rumah sakit, dirasakan sebagai kelemahan terutama pada kedua kaki, terkadang merasakan
keram disertai dengan nyeri otot, terutama pada betis dan lengan atas, memberat saat
disentuh. Keluhan juga disertai dengan mual muntah, timbul terkadang, tidak setiap hari,
setiap kali muntah sekitar satu gelas aqua (250cc) isi makanan dan cairan. Mual muntah ini
memberat satu hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan kencing yang
sering, sehari bisa 8 kali kencing terutama setelah minum air, terkadang terbangun saat tidur
1-2 kali permalam untuk bangun kencing. Riwayat hipokalemia sebelumnya (+).
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan nyeri tekan epigastrium (+), dan kekuatan motorik
ekstremitas atas dan bawah 4 4 3 3.
Daftar Masalah
1.
2.
3.
4.
Paralisis
Malaise
Keram
Mual muntah
Asessment
S : Paralisis, Malaise, keram, tidak bertenaga sejak dua hari smrs, mual dan muntah
O : Pem. Fungsi motorik
K+ 2,0 mEq/L
A : Hipokalemia e.c. susp. RTA
P : IVFD NS 500 cc + KCl 25 mEq/L/ 6 jam
Aspar K tablet 3 x 1
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV
Inj. Ondancentron 3 x 4 mg IV
R/ EKG
Follow up
13 06 2016
S : Paralisis, malaise, tidak bertenaga, mual <, muntah <
O : TD : 110/ 70 mmHg; K+ 2,0 mEq/L
A : Hipokalemia e.c. susp. RTA
P : IVFD NS 500 cc + KCl 25 mEq/L/ 6 jam
Aspar K tablet 3 x 1
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV
Inj. Ondancentron 3 x 4 mg IV
14 06 2016
S : Malaise, tidak bertenaga, mual<<
O : TD : 100/ 70 mmHg; K+ 1,7 mEq/L
A : Hipokalemia e.c. susp. RTA
P : IVFD NS 500 cc + KCl 25 mEq/L/ 6 jam
Aspar K tablet 3 x 1
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV
Inj. Ondancentron 3 x 4 mg IV
15 06 2016
S : Malaise, sudah dapat berdiri sebentar.
O : TD : 100/ 70 mmHg; K+ 1,8 mEq/L
A : Hipokalemia e.c. susp. RTA
P : IVFD NS 500 cc + KCl 25 mEq/L/ 6 jam
Aspar K tablet 3 x 1
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV
Inj. Ondancentron 3 x 4 mg IV
16 06 2016
S : Malaise, sudah dapat ke kamar mandi sendiri.
O : TD : 110/ 70 mmHg; K+ 1,8 mEq/L
A : Hipokalemia e.c. susp. RTA
P : IVFD NS 500 cc + KCl 25 mEq/L/ 6 jam
Aspar K tablet 3 x 1
17 06 2016
S : Malaise <
O : TD : 110/ 70 mmHg; K+ 1,9 mEq/L
A : Hipokalemia e.c. susp. RTA
P : IVFD NS 500 cc + KCl 25 mEq/L/ 6 jam
Aspar K tablet 3 x 1
Rencana rujuk ke RSCM
BAB I
PENDAHULUAN
Kalium adalah penting untuk fungsi normal dari otot, jantung, dan saraf. Hal ini
memainkan peran penting dalam mengontrol aktivitas otot polos, otot rangka, serta otot
jantung. Hal ini juga penting untuk transmisi normal sinyal listrik seluruh sistem saraf dalam
tubuh. Kadar normal kalium sangat penting untuk menjaga irama jantung normal listrik.
Hipokalemia adalah ketidakseimbangan elektrolit dan diindikasikan oleh tingkat
rendah kalium dalam darah. Nilai dewasa normal untuk kalium 3,5-5,3 mEq / L.
Walaupun kadar kalium dalam serum hanya sebesar 2% dari kalium total tubuh dan
pada banyak kasus tidak mencerminkan status kalium tubuh; hipokalemia perlu dipahami
karena semua intervensi medis untuk mengatasi hipokalemia berpatokan pada kadar kalium
serum. (1)
Kalium biasanya dapat dengan mudah digantikan dengan mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung kalium atau dengan mengkonsumsi garam kalium per oral. Kalium
dapat mengiritasi saluran pencernaan, sehingga diberikan dalam dosis kecil, beberapa kali
sehari.
Studi lebih lanjut di Amerika Serikat angka kejadian hipokalemia pasien rawat inap
adalah 20%, walaupun hanya 4-5 % dari pasien hipokalemia tersebut yang gejala klinisnya
terlihat. Pada hipokalemia yang ringan ( Serum K + : 3,0 3,5) gejala klinisnya asimptomatik.
Namun, pada hipokalemia yang berat (serum kalium sangat rendah) bisa sangat berbahaya,
apalagi pada pasien jantung.(2)
BAB II
PEMBAHASAN HIPOKALEMIA
A. Definisi
2. Disfungsi Ginjal
Ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut Asidosis
Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat
yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna. Pencahar
dapat menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu dicurigai
pada pasien-pasien yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan lain
yang bisa mengakibatkan deplesi kalium adalah drainase lambung (suction),
muntah-muntah, fistula, dan transfusi eritrosit.
endokrin,
seperti
aldosteronisme,
atau
sindrom
Cushing,
dapat
intraseluler, antara lain beban glukosa, insulin, obat adrenergik, bikarbonat, dsb.
Insulin dan obat katekolamin simpatomimetik diketahui merangsang influks
kalium ke dalam sel otot. Sedangkan aldosteron merangsang pompa Na+/K+ ATP
ase yang berfungsi sebagai antiport di tubulus ginjal. Efek perangsangan ini
adalah retensi natrium dan sekresi kalium (1).
Pasien asma yang dinebulisasi dengan albuterol akan mengalami penurunan kadar
K serum sebesar 0,20,4 mmol/L2,3, sedangkan dosis kedua yang diberikan
dalam waktu satu jam akan mengurangi sampai 1 mmol/L 3. Ritodrin dan
terbutalin, yakni obat penghambat kontraksi uterus bisa menurunkan kalium
serum sampai serendah 2,5 mmol per liter setelah pemberian intravena selama 6
jam.
Teofilin dan kafein bukan merupakan obat simpatomimetik, tetapi bisa
merangsang pelepasan amina simpatomimetik serta meningkatkan aktivitas
Na+/K+ ATP ase. Hipokalemia berat hampir selalu merupakan gambaran khas dari
keracunan akut teofilin. Kafein dalam beberapa cangkir kopi bisa menurunkan
kalium serum sebesar 0,4 mmol/L. Karena insulin mendorong kalium ke dalam
sel, pemberian hormon ini selalu menyebabkan penurunan sementara dari kalium
serum. Namun, ini jarang merupakan masalah klinik, kecuali pada kasus overdosis
insulin atau selama penatalaksanaan ketoasidosis diabetes.
E. Derajat Hipokalemia
Hipokalemia moderat didefinisikan sebagai kadar serum antara 2,5--3 mEq/L,
sedangkan hipokalemia berat didefinisikan sebagai kadar serum < 2,5 mEq/L.
Hipokalemia yang < 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan
mengancam jiwa.
a. Jumlah Kalium
Walaupun perhitungan jumlah kalium yang dibutuhkan untuk mengganti
kehilangan tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung jumlah kalium
yang dibutuhkan pasien. Namun, 40100 mmol K+ suplemen biasa diberikan
pada hipokalemia moderat dan berat.
Pada hipokalemia ringan (kalium 33,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20 mmol per
hari dan pasien dianjurkan banyak makan makanan yang mengandung kalium.
KCL oral kurang ditoleransi pasien karena iritasi lambung. Makanan yang
mengandung kalium cukup banyak dan menyediakan 60 mmol kalium (6).
Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan kecepatan 40 mEq/jam melalui vena sentral
dan monitoring ketat di ICU. Untuk koreksi cepat ini, KCl tidak boleh dilarutkan
dalam larutan dekstrosa karena justru mencetuskan hipokalemia lebih berat.
KCL biasa digunakan untuk menggantikan defisiensi K+, karena juga biasa
disertai defisiensi Cl-.
Jika penyebabnya diare kronik, KHCO3 atau kalium sitrat mungkin lebih
sesuai.
Terapi oral dengan garam kalium sesuai jika ada waktu untuk koreksi dan
tidak ada gejala klinik.
d. Kalium iv
KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan mengalami
hipokalemia berat.
Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus. Gunakan sediaan
siap-pakai dari pabrik. Pada koreksi hipokalemia berat (< 2 mmol/L),
sebaiknya gunakan NaCl, bukan dekstrosa. Pemberian dekstrosa bisa
menyebabkan penurunan sementara K+ serum sebesar 0,21,4 mmol/L
karena stimulasi pelepasan insulin oleh glukosa.
Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40 mmol
K+ /L. Ini harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.
Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan.
Jika ada aritmia jantung, dibutuhkan larutan K + yang lebih pekat diberikan
e. Diet Kalium
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100
mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang,
aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan kentang).
H. Prognosis
Dengan mengkonsumsi suplemen kalium biasanya dapat mengkoreksi
hipokalemia. Pada hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat,
penurunan kadar kalium secara drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang
serius yang dapat berakibat fatal. (7)
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Zwanger
M.
Hypokalemia.
Available
at:
Hiperkalemia
dan
Hipokalemia.
Available
at:
http://nsyadi.blogspot.com/2011/12/hiperkalemia-dan-hipokalemia.html.
Accessed on October 3rd 2012.
4. Cohn JN, Kowey PR, Whelton PK, Prisant LM. New Guidelines for potassium
Replacement in Clinical Practice. Arch Intern Med 2000;160:2429-2436.
5. Price & Wilson. Gangguan Cairan & Elektrolit. Patofisiologi Vol.1. 6 th ed.
Jakarta: EGC; 2006; p. 344.
6. Halperin ML, Goldstein MB. Fluid Electrolyte and Acid-Base Physiology. A
problem-based approach. WB Saunders Co. 2nd ed., p 358
7. David
C.
Hypokalemia.
Available
at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000479.htm. Accessed on
October 3rd 2012.