Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

PERIODIK PARALISIS EC HIPOKALEMIA

Pembimbing :
dr. Rini Restiyati

Oleh :
dr. Nurul Fahrena

RSUD DATU SANGGUL RANTAU


TAPIN, JANUARI 2020
Identitas Pasien

Nama : Ny. M
Umur : 36 Tahun
Alamat : Lawahan, Kec. Tapin Selatan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 16-53-20
Tanggal MRS : 18 Jan 2020

Anamnesis
Keluhan Utama : kelemahan anggota gerak

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak sejak 10 jam SMRS, memberat sejak
2 jam SMRS, keluhan muncul mendadak langsung menyebabkan pasien tidak bisa bergerak
sama sekali karena seluh badan seperti lumpuh. Keluhan penyerta 3 hari yll SMRS pasien
mengalami rasa kram dan kaku seperti rasa kesemutan di betis dan kaki namun pasien masih
bisa berjalan dan beraktifitas, mual muntah (-), sesak napas (-), kelumpuhan yang bertahap
dari bawah ke atas (-), demam (-), BAB BAK dbn, makan minum (+) tetapi tidak adekuat,
riwayat konsumsi obat-obatan yang menyebabkan sering kencing (-).
Pasien habis melahirkan kurang lebih 1 bulan yll dan sekarang aktif menyusui

Riwayat Penyakit Dahulu :


Keluhan serupa (-)
Penyakit Ginjal (-)
HT (-), Jantung (-), DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga lumpuh dan kelemahan otot sewaktu muda disangkal.

Riwayat Kebiasaan :
Pasien adalah seorang ibu menyusui, habis melahirkan kurang lebih 1 bulan. Riwayat makan
dengan kualitas (lauk, buah, sayur) jarang dan kuantitas yang sedikit
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis / E4V5M6
Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg
Nadi : 68 x/m
Suhu : 36,5ºC
Laju Napas : 20 x/m
SpO2 : 99 % tanpa O2
BB : 47 kg
TB : 150 cm

Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-); Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-)
Telinga : Serumen (-)
Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-); Pembesaran tiroid (-), Peningkatan JVP (-)

Thoraks
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Vocal fremitus sama di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas
Atas Bawah
Hangat : (+/+) Hangat : (+/+)
CRT : < 2 detik (+/+) CRT : < 2 detik (+/+)
Edema : (-/-) Edema : (-/-)
Motorik: +2/+2 Motorik: +2/+2

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
18/01/20 Hemoglobin 13,4 g/dL 13,2 – 17,3
Leukosit 9,97 103/uL 4,5 – 12,5
Hematokrit 40 % 40 – 52
Trombosit 358 103/uL 140 – 392
Eritrosit 4,40 106/uL 4,4 – 5,9
Na 148,5 mEq/L 135 – 147
K 1,85 mEq/L 3,5 – 5,0
Ca 1,32 mEq/L 94 – 111
GDS 94 mg/dL 70 – 200
Ureum 27 mg/dL 10 – 50
Kreatinin 1,0 mg/dL <1,4
SGOT 25 U/L 10 – 34
SGPT 23 U/L 9 – 43

EKG : Sinus ritme, HR 77 bpm, U wave (+), T tool (-)  kesan : Hipokalemia

Foto Thoraks : Cor tidak tampak membesar. Paru tidak tampak kelainan
Resume
PR, 36 tahun, paralisis (+) mendadak, muncul langsung menyeluruh, tidak bertahap, nausea
vomitus (-) BAK BAB dbn, Febris (-), Konvulsi (-), asupan makanan kurang (+), post
partum+ menyusui

Asessment
S : Paralisis
O : Pem. Fungsi motorik +2 +2
+2 +2
K+ 1,85 mEq/L
A : Periodik Paralisis ec Hipokalemia
P : IVFD NS 500 cc + KCl 25 mEq/L/ 6 jam / 20 tpm
Aspar K tablet 3 x 1
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV
Inj. Neurobat 2x1
R/ EKG ulang setelah 8 jam
BAB I
PENDAHULUAN

Kalium adalah penting untuk fungsi normal dari otot, jantung, dan saraf. Hal ini
memainkan peran penting dalam mengontrol aktivitas otot polos, otot rangka, serta otot
jantung. Hal ini juga penting untuk transmisi normal sinyal listrik seluruh sistem saraf dalam
tubuh. Kadar normal kalium sangat penting untuk menjaga irama jantung normal listrik.
Hipokalemia adalah ketidakseimbangan elektrolit dan diindikasikan oleh tingkat
rendah kalium dalam darah. Nilai dewasa normal untuk kalium 3,5-5,3 mEq / L.
Walaupun kadar kalium dalam serum hanya sebesar 2% dari kalium total tubuh dan
pada banyak kasus tidak mencerminkan status kalium tubuh; hipokalemia perlu dipahami
karena semua intervensi medis untuk mengatasi hipokalemia berpatokan pada kadar kalium
serum. (1)
Kalium biasanya dapat dengan mudah digantikan dengan mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung kalium atau dengan mengkonsumsi garam kalium per oral. Kalium
dapat mengiritasi saluran pencernaan, sehingga diberikan dalam dosis kecil, beberapa kali
sehari.
Studi lebih lanjut di Amerika Serikat angka kejadian hipokalemia pasien rawat inap
adalah 20%, walaupun hanya 4-5 % dari pasien hipokalemia tersebut yang gejala klinisnya
terlihat. Pada hipokalemia yang ringan ( Serum K+ : 3,0 – 3,5) gejala klinisnya asimptomatik.
Namun, pada hipokalemia yang berat (serum kalium sangat rendah) bisa sangat berbahaya,
apalagi pada pasien jantung.(2)
BAB II
PEMBAHASAN HIPOKALEMIA

A. Definisi
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah
dibawah 3.5 mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total di
tubuh atau adanya gangguan perpindahan ion kalium ke sel-sel. Penyebab yang
umum adalah karena kehilangan kalium yang berlebihan dari ginjal atau jalur
gastrointestinal.

B. Etiologi
Penyebab Hipokalemia diantaranya ialah:
1. Deplesi Kalium
Hipokalemia juga bisa merupakan manifestasi dari deplesi cadangan kalium
tubuh. Dalam keadaan normal, kalium total tubuh diperkirakan 50 mEq/kgBB dan
kalium plasma 3,5--5 mEq/L. Asupan K+ yang sangat kurang dalam diet
menghasilkan deplesi cadangan kalium tubuh. Walaupun ginjal memberi
tanggapan yang sesuai dengan mengurangi ekskresi K+, melalui mekanisme
regulasi ini hanya cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium berat. Pada
umumnya, jika asupan kalium yang berkurang, derajat deplesi kalium bersifat
moderat. Berkurangnya asupan sampai <10 mEq/hari menghasilkan defisit
kumulatif sebesar 250 s.d. 300 mEq (kira-kira 7-8% kalium total tubuh) dalam
7—10 hari4. Setelah periode tersebut, kehilangan lebih lanjut dari ginjal minimal.
Orang dewasa muda bisa mengkonsumsi sampai 85 mmol kalium per hari,
sedangkan lansia yang tinggal sendirian atau lemah mungkin tidak mendapat
cukup kalium dalam diet mereka(3).

2. Disfungsi Ginjal
Ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut Asidosis
Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat
yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.

3. Kehilangan K+ Melalui Jalur Ekstra-renal


Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna. Pencahar
dapat menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu dicurigai
pada pasien-pasien yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan lain
yang bisa mengakibatkan deplesi kalium adalah drainase lambung (suction),
muntah-muntah, fistula, dan transfusi eritrosit.

4. Kehilangan K+ Melalui Ginjal


Diuretik boros kalium dan aldosteron merupakan dua faktor yang bisa menguras
cadangan kalium tubuh. Tiazid dan furosemid adalah dua diuretik yang terbanyak
dilaporkan menyebabkan hipokalemia.

5. Endokrin atau Hormonal


Aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari
sistem endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat
menyebabkan kehilangan kalium. (3)

C. Patofisiologi Keseimbangan Elektrolit


Perpindahan Trans Selular
Hipokalemia bisa terjadi tanpa perubahan cadangan kalium sel. Ini disebabkan
faktor-faktor yang merangsang berpindahnya kalium dari intravaskular ke
intraseluler, antara lain beban glukosa, insulin, obat adrenergik, bikarbonat, dsb.
Insulin dan obat katekolamin simpatomimetik diketahui merangsang influks
kalium ke dalam sel otot. Sedangkan aldosteron merangsang pompa Na+/K+ ATP
ase yang berfungsi sebagai antiport di tubulus ginjal. Efek perangsangan ini
adalah retensi natrium dan sekresi kalium (1).
Pasien asma yang dinebulisasi dengan albuterol akan mengalami penurunan
kadar K serum sebesar 0,2—0,4 mmol/L2,3, sedangkan dosis kedua yang
diberikan dalam waktu satu jam akan mengurangi sampai 1 mmol/L3. Ritodrin dan
terbutalin, yakni obat penghambat kontraksi uterus bisa menurunkan kalium
serum sampai serendah 2,5 mmol per liter setelah pemberian intravena selama 6
jam.
Teofilin dan kafein bukan merupakan obat simpatomimetik, tetapi bisa
merangsang pelepasan amina simpatomimetik serta meningkatkan aktivitas
Na+/K+ ATP ase. Hipokalemia berat hampir selalu merupakan gambaran khas dari
keracunan akut teofilin. Kafein dalam beberapa cangkir kopi bisa menurunkan
kalium serum sebesar 0,4 mmol/L. Karena insulin mendorong kalium ke dalam
sel, pemberian hormon ini selalu menyebabkan penurunan sementara dari kalium
serum. Namun, ini jarang merupakan masalah klinik, kecuali pada kasus overdosis
insulin atau selama penatalaksanaan ketoasidosis diabetes.

D. Derajat Hipokalemia
Hipokalemia moderat didefinisikan sebagai kadar serum antara 2,5--3 mEq/L,
sedangkan hipokalemia berat didefinisikan sebagai kadar serum < 2,5 mEq/L.
Hipokalemia yang < 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan
mengancam jiwa.

E. Gejala Klinis Hipokalemia(5)


a. CNS dan neuromuskular
Lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.
b. Pernapasan
Otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
c. Saluran cerna
Menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual muntah.
d. Kardiovaskuler
Hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
e. Ginjal
Poliuria,nokturia.

F. Penatalaksanaan Hipokalemia
Untuk bisa memperkirakan jumlah kalium pengganti yang bisa diberikan, perlu
disingkirkan dulu faktor-faktor selain deplesi kalium yang bisa menyebabkan
hipokalemia, misalnya insulin dan obat-obatan. Status asam-basa mempengaruhi
kadar kalium serum.

a. Jumlah Kalium
Walaupun perhitungan jumlah kalium yang dibutuhkan untuk mengganti
kehilangan tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung jumlah kalium
yang dibutuhkan pasien. Namun, 40—100 mmol K+ suplemen biasa diberikan
pada hipokalemia moderat dan berat.
Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20 mmol per
hari dan pasien dianjurkan banyak makan makanan yang mengandung kalium.
KCL oral kurang ditoleransi pasien karena iritasi lambung. Makanan yang
mengandung kalium cukup banyak dan menyediakan 60 mmol kalium (6).

b. Kecepatan Pemberian Kalium Intravena


Kecepatan pemberian tidak boleh dikacaukan dengan dosis. Jika kadar serum > 2
mEq/L, maka kecepatan lazim pemberian kalium adalah 10 mEq/jam dan
maksimal 20 mEq/jam untuk mencegah terjadinya hiperkalemia. Pada anak, 0,5—
1 mEq/kg/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum
dewasa.
Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan kecepatan 40 mEq/jam melalui vena sentral
dan monitoring ketat di ICU. Untuk koreksi cepat ini, KCl tidak boleh dilarutkan
dalam larutan dekstrosa karena justru mencetuskan hipokalemia lebih berat.

c. Koreksi Hipokalemia Perioperatif


 KCL biasa digunakan untuk menggantikan defisiensi K+, karena juga biasa
disertai defisiensi Cl-.
 Jika penyebabnya diare kronik, KHCO3 atau kalium sitrat mungkin lebih
sesuai.
 Terapi oral dengan garam kalium sesuai jika ada waktu untuk koreksi dan
tidak ada gejala klinik.
 Penggantian 40—60 mmol K+ menghasilkan kenaikan 1—1,5 mmol/L dalam
K+ serum, tetapi ini sifatnya sementara karena K+ akan berpindah kembali ke
dalam sel. Pemantauan teratur dari K+ serum diperlukan untuk memastikan
bahwa defisit terkoreksi.

d. Kalium iv
 KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan mengalami
hipokalemia berat.
 Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus. Gunakan sediaan
siap-pakai dari pabrik. Pada koreksi hipokalemia berat (< 2 mmol/L),
sebaiknya gunakan NaCl, bukan dekstrosa. Pemberian dekstrosa bisa
menyebabkan penurunan sementara K+ serum sebesar 0,2—1,4 mmol/L
karena stimulasi pelepasan insulin oleh glukosa.
 Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40 mmol K+
/L. Ini harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.
 Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan.
Jika ada aritmia jantung, dibutuhkan larutan K+ yang lebih pekat diberikan
melalui vena sentral dengan pemantauan EKG. Pemantauan teratur sangat
penting. Pikirkan masak-masak sebelum memberikan > 20 mmol K+/jam.
 Konsentrasi K+ > 60 mmol/L sebaiknya dihindari melalui vena perifer, karena
cenderung menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.

e. Diet Kalium
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100
mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang,
aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan kentang).

G. Prognosis
Dengan mengkonsumsi suplemen kalium biasanya dapat mengkoreksi
hipokalemia. Pada hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat,
penurunan kadar kalium secara drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang
serius yang dapat berakibat fatal. (7)
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

1. Berdasarkan dari keluhan utama pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota

gerak yang terjadi mendadak yang disertai kelemahan secara langsung tanpa bertahap,

yang beberapa hari sebelumnya di ikuti dengan keluhan kram dan kaku, tidak ada

demam, mual muntah dan BAB cair atau sering kencing.

2. Objektif pasien menunjukkan TTV dalam batas normal, pemeriksaan fisik abnormal

terdapat pada extremitas motorik +2 +2

+2 +2

3. Pemeriksaan penunjang : K+ 1,85 mEq/L berdasarkan klasifikasi derajat hipokalemia

pada kasus ini tergolong dalam keadaan hipokalemia berat. Pada gambaran EKG

terdapat ada gelombang U yang bermakna sebagai keadaan hipokalemia.

4. Pada kasus ini terjadinya hipokalemia di sebabkan karena tidak adekuatnya asupan

makan pasien terutama untuk zat sumber makanan yang mengandung kalium,

disamping tidak adekuat asupan makan pasien, zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh

pasien terbagi untuk anaknya karena pasien sedang dalam tahap aktif menyusui.

5. Pasien dirawat di RS di terapi sebagai pasien periodik paralisis ec hipokalemi dengan

pemberian terapi :

 IVFD NS 500 cc + KCl 25 mEq/L/ 6 jam / 20 tpm

 Aspar K tablet 3 x

 Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV

 Inj. Neurobat 2x1

 R/ EKG ulang setelah 8 jam


BAB IV
KESIMPULAN

Telah disimpulkan pasien pada laporan kasus ini atas nama Ny. M / usia 36
tahun dengan diagnosis periodik paralisis ec hipokalemia yang disebabkan oleh
karena asupan makanan yang tidak adekuat ( kalium) dan pasien post partum 1 bulan
aktif menyusui.
DAFTAR PUSTAKA

1. Zwanger M. Hypokalemia. Available at:


http://emedicine.com/emerg/topic273.html. Accessed on October 1st 2012.
2. Sriwaty A. Prevalensi dan Distribusi Gangguan Elektrolit Pada Lanjut Usia.
Available at: http://eprints.undip.ac.id/22684/1/Sriwaty.pdf. Accessed on
October 2nd 2012.
3. Daryadi. Hiperkalemia dan Hipokalemia. Available at:
http://nsyadi.blogspot.com/2011/12/hiperkalemia-dan-hipokalemia.html.
Accessed on October 3rd 2012.
4. Cohn JN, Kowey PR, Whelton PK, Prisant LM. New Guidelines for potassium
Replacement in Clinical Practice. Arch Intern Med 2000;160:2429-2436.
5. Price & Wilson. Gangguan Cairan & Elektrolit. Patofisiologi Vol.1. 6th ed.
Jakarta: EGC; 2006; p. 344.
6. Halperin ML, Goldstein MB. Fluid Electrolyte and Acid-Base Physiology. A
problem-based approach. WB Saunders Co. 2nd ed., p 358
7. David C. Hypokalemia. Available at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000479.htm. Accessed on
October 3rd 2012.

Anda mungkin juga menyukai