Anda di halaman 1dari 20

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Dewi Puspa
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 05 Maret 1997
Alamat : Jln. Sebengkok Tiram RT 15 No.04
Pekerjaan : Belum bekerja
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Ruang : Dahlia 3A5
No. RM : 290591
Tgl. MRS : 16 Desember 2017

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Lemah pada anggota gerak tubuh yang semakin berat sejak 8 jam SMRS.

Riwayat Perjalanan Penyakit:


Sejak ± 1 hari SMRS pasien merasa badan lemah secara perlahan,
yang dimulai dari kaki, kemudian sampai ke tangan. Pasien jadi susah
berjalan. Keluhan seperti ini sudah 2 kali dirasakan.
Keluhan juga disertai mual dan muntah sebanyak 3 kali, isi apa yang
dimakan, darah (-), lendir (-). Keluhan nyeri ulu hati (-), perut terasa
kembung (-), demam (-), diare (-), batuk (-), pilek (-), sesak (-), nyeri saat
BAK (-), kejang (-), bicara pelo (-).
Sejak ± 8 jam SMRS keluhan dirasakan semakin berat. Pasien
tidak kuat untuk berjalan lagi dan sempat terjatuh, anggota gerak sulit untuk
digerakkan (+), mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (-), perut kembung (-),
demam (-). Pasien kemudian dibawa berobat ke RSUD Tarakan.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan keluhan serupa. Keluhan badan
lemah telah dirasakan sejak bulan Agustus 2017. Sebelum ini pasien
dirawat sebanyak 2 kali, yaitu pada bulan September dan bulan November.
- Riwayat sakit asma tidak ada
- Riwayat wajah jadi kemerahan ketika terkena sinar matahari dan nyeri
sendi tidak ada.

Riwayat Konsumsi Obat


- Sejak dirawat pertama kali pada bulan September, pasien rutin
mengkonsumsi KSR 2x1 dan Neurodex 1x1.
- Riwayat penggunaan obat-obat diuretik, obat asma, atau steroid tidak ada.

Riwayat Kebiasaan
- Pasien tidak terlalu senang berolahraga
- Pasien minum kurang lebih 2 liter/hari, BAK dalam batas normal
- Pasien sering mengkonsumsi mie instan dan jarang mengkonsumsi buah-
buahan atau sayuran.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat anggota keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Kompos mentis
- Tekanan darah : 122/80 mmHg
- Nadi : 82x /menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- Pernapasan : 18x /menit, regular
- Suhu : 36.90 C
- Tinggi badan : 150 cm
- Berat badan : 52 kg
- IMT : 23,1 kg/m2
- Status gizi : Normoweight

Keadaan Spesifik
KEPALA
- Bentuk : Normosefali, simetris
- Rambut : Rambut hitam, tidak mudah dicabut.
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Telinga : Bentuk normal, simetris
- Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, deviasi (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), faring hiperemis
(-), nyeri menelan (-), tonsil T1/T1

LEHER
JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar Thyroid (-/-)
THORAKS
Bentuk toraks normal simetris kanan dan kiri, sela iga tidak melebar,
retraksi dinding thoraks tidak ada.

Paru-paru
Inspeksi : Simetris kanan = kiri saat statis dan dinamis, retraksi -/-,
sela iga tidak melebar
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua hemithoraks. Batas paru hati pada linea
midclvavicula dextra ICS VI
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung atas ICS II sinistra,
Batas kanan linea parasternalis dextra,
Batas kiri ICS VI linea axilaris anterior sinistra.
Auskultasi : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-

ABDOMEN
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), turgor kembali cepat (<2”), hepar
dan lien tak teraba
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) normal

GENITALIA
Tidak diperiksa
EKSTREMITAS
- Superior : Hangat (+)
Tremor (-)
Eritema palmaris (-/-)
Sianosis (-/-)
Clubbing finger (-/-)
edema (-/-)
Kekuatan motorik kanan/kiri 4/4
- Inferior : Hangat (+)
Edema pretibial (-/-)
Sianosis (-/-)
Kekuatan motorik kanan/kiri 3/3
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. LABORATORIUM DARAH
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Darah Lengkap
- Hemoglobin 13,9 gr/dl 12-16 gr/dl
- Eritrosit 4.740.000/µl 4,0-5,5 jt/µl
- Leukosit 14.600/ µl 4000-12000/µl
- Platelet 379.000/ µl 150-450 ribu/µl
- Hematokrit 39,2% 37-43%
- MCV 82,7 fl 82-98 fl
- MCH 29,3 pg 27-31 pg
- MCHC 35,5 gr/dl 32-37%
- Limfosit 20,1% 20-40%
- Monosit 5,9% 2-8%
- Neutrofil 74% 50-70%
Glukosa
- GDS 84 mg/dl Normal < 140 mg/dl
Faal Ginjal
- Ureum 24,8 gr/dl 10-50 gr/dl
- Kreatinin 1,11 gr/dl 0,5-1,0 gr/dl
Elektrolit
- Kalium 2,17 mmol/l 3,48-5,5 mmol/l
- Natrium 144 mmol/l 135-145 mmol/l
- Klorida 115 mmol/l 96-106 mmol/l
Fungsi Tiroid
- FT4 11,85 pmol/l 9-23 pmol/l
- TSH 12,31 uIU/ml 0,25-5 uIU/ml

2. EKG (16 DESEMBER 2017)


V. DIAGNOSIS KERJA
Periodik Paralisis ec Hipokalemia

VI. TATALAKSANA
- Drip KCl 50 mEq dalam NaCl 0,9% 500 cc per 12 jam diulang 2 kali
- Cabang infus WIDA KN 2 20 tpm
- Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
- KSR 2x1

VII. FOLLOW UP
Tanggal Pemeriksaan Lab Terapi
17/12/17 S: Badan lemas Drip KCl 50 mEq dalam NaCl
O: KU: sedang 0,9% 500 cc per 12 jam
Kes: composmentis Cabang infus Wida KN2 20 tpm
TD : 120/80 KSR 2x1
N : 82 x/menit Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
A: Periodik paralisis ec
hipokalemia
18/12/17 S: Badan lemas Drip KCl 50 mEq dalam NaCl
O: KU: sedang 0,9% 500 cc per 12 jam diulang
Kes: composmentis 2x
TD : 105/71 Cabang infus Wida KN2 20 tpm
N : 80 x/menit KSR 2x1
A: Periodik paralisis ec Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
hipokalemia Besok pagi cek DL dan elektrolit
19/12/17 S: Badan lemas Darah lengkap Loading NaCl 0.9% 250 cc
O: KU: sedang Hb : 14,0 Obs. TTV
Kes: composmentis RBC : 4,67 x 106 Drip KCl 50 mEq dalam NaCl
TD : 97/51 WBC : 12200 0,9% 500 cc per 12 jam
N : 92 x/menit PLT : 204000 Cabang infus Wida KN2 20 tpm
A: Periodik paralisis ec HT : 39,4% KSR 2x1
hipokalemia Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Elektrolit Cek Magnesium Darah
K : 3,92 Cek AGD
Na : 143 Urin tampung/24 jam
Cl : 117,2 Cek elektrolit urin

20/12/17 S: Keluhan (-) Urin lengkap IVFD NaCl 0,9% 20 tpm


O: KU: sedang Warna: kuning jernih Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Kes: composmentis pH: 7,0 Cek elektrolit urin
TD : 107/ 67 epitel 0-2/LPB
N : 88 x/menit Leukosit 0-1/LPB
A: Periodik paralisis ec Eritrosit 0-1/LPB
hipokalemia
Kimia Darah
Mg : 2,04 mg/dl

AGD:
pH : 7,164
pCO2 : 28,5
pO2 : 149
HCO3 : 10,4
BE : -18
SO2 : 99%

ANA test
Pola: Nucleolar
Titer: 1:100

HASIL CT SCAN ABDOMEN


Kesan :
- Hepar, VF, pankreas, lien, ren dextra dan sinistra, VU, dan uterus dalam
batas normal
- Tak tampak gambaran massa di supra ren dextra dan sinistra.

Tanggal Pemeriksaan Laboratorium Tatalaksana


21/12/17 S: Keluhan (-) Elektrolit urin 24 jam IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
O: KU: sedang K: 60 mmol/24 jam Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Kes: composmentis Na: 213 mmol/24 jam KSR 2x1
TD : 113/ 80 Cl: 250 mmol/24 jam Bicnat 50 mEq dalam NaCl 100
N : 88 x/menit cc/12 jam diulang 2x via vena
A: RTA Tipe I brachialis
27/12/17 S: Keluhan (-) Elektrolit KSR 2x1
O: KU: sedang K : 3,45 Spironolakton 50-0-0
Kes: composmentis Na : 142,6 Bicnat 50 mEq dalam NaCl 100
TD : 105/60 Cl : 114,9 cc/12 jam
N : 74 x/menit
A: RTA Tipe I AGD:
pH : 7,318
pCO2 : 30,2
pO2 : 147
HCO3 : 15,3
BE : -11
SO2 : 99%
31/12/17 S: Keluhan (-) AGD: KSR 2x1
O: KU: sedang pH : 7,270 Spironolakton 50-0-0
Kes: composmentis pCO2 : 35,4 Nabic tab 3x1
TD : 110/66 pO2 : 96 ACC Rawat jalan
N : 80 x/menit HCO3 : 16,4
A: RTA Tipe I BE : -11
SO2 : 97%

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Hipokalemia
3.1.1 Pengertian
Hipokalemia diartikan sebagai kadar serum kalium <3,5 mEq/L,
merupakan salah satu gangguan elektrolit yang paling sering ditemukan.
Hipokalemia ditemukan pada lebih dari 20% pasien yang dirawat. Pada dasarnya,
hipokalemia dibagi menjadi 3, yaitu:
- Ringan : K+ 3,0-3,5 mEq/L
- Sedang : K+ 2,5-3,0 mEq/L
- Berat : K+ <2,5 mEq/L

Gejala dari hipokalemia biasanya semakin terlihat dari tingkat keparahan


dan kecepatan menurunnya konsentrasi kalium. 1 Mengetahui mekanisme
penyebab terjadinya hipokalemia dapat membantu dalam menegakkan diagnosis
dan menentukan terapi terapeutik.2
3.1.2 Fisiologi Kalium
Kalium merupakan kation intrasesuler terbanyak yang memerankan peran
penting dalam menjaga fungsi sel. Hampir semua sel memiliki Na-K-ATP ase
yang memompa Na+ keluar dan K+ masuk ke dalam sel yang bertanggung jawab
menjaga perbedaan potensial pada membran. Perbedaan potensial ini penting
untuk fungsi sel, terutama jaringan yang mudah tereksitasi seperti saraf dan otot. 3,4
Dari 3500 mEq kalium yang terdapat dalam tubuh, sekitar 98% tersimpan dalam
cairan intraseluler (ICF), dengan konsentrasi 140-150 mEq/L. Hanya 2% (sekitar
70 mEq) yang terletak dalam cairan ektraseluler (ECF), dengan konsentrasi 3,5-
5,0 mEq/L. Karena kandungan K+ di intraseluler lebih tinggi daripada di
ektraseluler, perubahan nyata dari jumlah total K+ atau distribusinya menyebabkan
fluktuasi yang lebih dramatis di ekstraseluler dari pada intraseluler. 4 Sekitar 90%
intake kalium harian diekskresikan melalui urin, sedangkan 10% sisanya
diekskresikan melalui saluran gastrointestinal. Karena itu, ginjal merupakan organ
yang paling berperan untuk homeostatis dari kalium di dalam tubuh.5

Gambar 1. Representasi Skematik Keseimbangan K+ 4

Menjaga keseimbangan kalium melibatkan 3 hal penting, yaitu pergantian


di seluler, ekskresi dari ginjal, dan ekskresi dari gastrointestinal. 6 Insulin,
katekolamin, dan aldosteron juga merupakan faktor penting yang membantu
menjaga distribusi kalium normal.5

3.1.3 Etiologi
Pada dasarnya, penyebab dari hipokalemia dapat dibagi menjadi 3
kategori, yaitu: 1) Intake kalium yang tidak adekuat, 2) Kehilangan kalium secara
berlebihan, 3) Transcellular shift kalium.1 Kehilangan kalium secara berlebihan
merupakan penyebab yang paling sering. Karena ginjal dapat merendahkan
ekskresi kalium secara signifikan sebagai respon rendahnya intake. Intake yang
tidak adekuat jarang menjadi penyebab tunggal hipokalemia, tetapi dapat menjadi
faktor yang berkontribusi pada hipokalemia pasien rawat inap.7

Gambar 2. Penyebab dari Hipokalemi7

Intake Kalium tidak Adekuat


Intake yang tidak adekuat sendiri jarang menyebabkan hipokalemia. Ginjal
mampu mengurangi ekskresi kalium di urin < 15 mEq/L/hari, menyebabkan
selang waktu 2-3 minggu sebelum kalium di serum berkurang hingga 3mEq/L.
Namun, intake kalium yang kurang dapat memicu hipokalemia dari penyebab
lainnya. Saat pemasukan kalium yang rendah dikombinasikan dengan peningkatan
pengeluaran kalium, hipokalemia berat dapat terjadi, terutama pada pengkonsumsi
alkohol atau malnutrisi.1

Pengeluaran Berlebihan Kalium


Pengeluaran dari renal dan gastrointestinal merupakan penyebab paling
sering hipokalemia. Kehilangan dari kulit jarang terjadi, namun pada kasus luka
bakar atau keringat berlebih, hipokalemia dapat terjadi. Peningkatan aktivitas
mineralokortikoid dapat meningkatkan sekresi kalium di urin.1

Pengeluaran dari Ginjal


Penyebab paling sering hipokalemia adalah peningkatan pengeluaran
kalium dari urin, disebut hilangnya kalium akbiat aliran urin atau pengantaran
natrium ke nefron distal. Penggunaan diuretik merupakan penyebab hipokalemia
yang utama. Sekitar 56% pasien yang menggunakan diuretik akan mengalami
hipokalemia pada saat tertentu. Penyebab yang jarang dari hipokalemia termasuk
Renal Tubular Asidosis (RTA) tipe 1 dan 2, Sindrom Gitelman, dan Sindrom
Barter. RTA merupakan salah satu dari sedikit kelainan dimana hipokalemia dan
asidosis metabolik terjadi secara simultan.1

Pengeluaran dari Gastrointestinal


Hipokalemia akibat pengeluaran dari gastrointestinal merupakan penyebab
tersering kedua. Ekskresi kalium dari feses memang rendah, yaitu sekitar 10
mEq/hari. Akan tetapi, dalam kondisi patologis, dimana volume feses meningkat,
seperti diare, pasien dapat kekurangan kalium. Pada kasus dehidrasi akibat diare
dan muntah, hipokalemia dapat semakin berat.1
Transcellular Shift Kalium
Transcellular shift kalium jarang dapat menyebabkan hipokalemi yang
tampak secara klinis. Pada umumnya, jumlah kalium total dalam tubuh normal
walaupun kadar dalam serum rendah. Hipokalemia juga tidak terlalu perlu untuk
dikoreksi bila disebabkan oleh transcellular shift. Sebagian besar transcellular
shift biasanya disebabkan oleh medikasi, hiperventilasi, ataupun asidosis
metabolik.1

3.1.4 Manifestasi Klinis


Pasien biasanya mulai menunjukkan gejala saat konsentrasi serum di
bawah 2,5 mEq/L, walaupun gejala dapat muncul lebih awal bila ada penurunan
cepat konsentrasi kalium. Organ yang ikut terlibat dari hipokalemi, adalah jantung
dan otot. Manifestasi kardiovaskular berupa palpitasi, hipotensi postural, ektopi,
disritmia, tetapi pasien tanpa riwayat sakit jantung jarang menunjukkan gejala
terkait jantung. Hipokalemia dapat mengganggu aktivitas otot polos usus dan
dapat menyebabkan nausea, muntah, distensi abdomen, dan ileus. Gejala renal
dapat berupa poliuri, polidipsi, dan ketidak mampuan untuk mengkonsentrasikan
urin atau asam. Hipokalemia berat dapat menyebabkan rabdomiolisis, paralisis,
dan bahkan apneu.1,2

3.1.5 Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Perlu ditanyakannya riwayat termasuk kemungkinan kehilangan dari
gastrointestinal, pemakaian obat-obatan, penilaian adanya komorbiditas dari
kardiak. Riwayat adanya paralisis, hipertiroid, atau penggunaan insulin atau beta
agonis menandakan adanya kemungkinan transcellular shift yang menyebabkan
hipokalemia. Pemeriksaan fisik harus fokus pada temuan aritmia kardiak dan
manifestasi kardiologis, mulai dari kelemahan seluruh tubuh atau ascending
paralysis.7

Laboratorium
Diagnosis harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan kalium serum berulang.
Pemeriksaan lab lainnya termasuk serum glukosa dan magnesium, elektrolit urin,
kreatinin, dan analisis gas darah. Metode paling akurat adalah evaluasi kalium dari
urin tampung 24 jam. Ginjal normal mengekskresikan tidak lebih dari 15-30
mEq/L kalium per hari sebagai respon dari hipokalemia. Jika tidak ada penyebab
terdeteksi dari pemeriksaan awal, periksa tiroid dan fungsi adrenal.7
Gambar 3. Algoritma Evaluasi Hipokalemi7
EKG
Perubahan EKG terkait hipokalemia adalah penurunan panjang gelombang
T. Seiring dengan penurunan kalium, segmen ST depresi dan inversi gelombang T
dapat terlihat, interval PR memanjang bersamaan dengan meningkatnya panjang
gelombang P. Gelombang U diartikan sebagai defleksi positif setelah gelombang
T, sering terlihat di lead mid-prekordial (V2 dan V3). Saat gelombang U
melampaui panjang gelombang T, kadar kalium < 3 mEq/L. Pseudo-prolong
interval QT dapat terlihat, yang sebenarnya merupakan interval QU akibat tidak
adanya gelombang T. Hipokalemia berat juga dapat menyebabkan takiaritmia,
termasuk ventrikular takikardi/fibrilasi dan atrioventrikular blok.8

Gambar 4. Gelombang U pada EKG Pasien Hipokalemi1

Gambar 5. Gelombang T Datar pada EKG Pasien Hipokalemi1


BAB III
PEMBAHASAN

Nn. DP, 20 tahun, berobat ke RSUD tarakan dengan keluhan kelemahan


anggota tubuh. Kelemahan anggota tubuh dirasakan sejak 1 hari SMRS.
Kelemahan dimulai dari anggota gerak bawah dan kemudian ke atas. Hal ini telah
dialami pasien sejak bulan Agustus 2017. Pasien sempat dirawat 2 kali pada bulan
September dan November dan setiap hari mengkonsumsi KSR 2x1 dan Neurodex
1x1. Riwayat anggota keluarga dengan keluhan sama tidak ada.
Dari keluhan, maka pasien dapat dicurigai mengalami hipokalemia. Hal ini
juga didukung oleh hasil pemeriksaan lab yang menunjukkan kadar kalium 2,17,
yang berarti pasien mengalami hipokalemia berat dan hasil EKG yang
menunjukkan adanya ST depresi dan gelombang T yang mendatar. Hipokalemia
dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari penggunaan obat-obatan, gangguan
pencernaan, gangguan ginjal, dan intake kalium yang kurang. Pada kasus ini,
pasien hanya mengkonsumsi KSR dan neurodex, tidak ada riwayat penggunaan
obat-obat lainnya, tidak ada riwayat gangguan pencernaan selain sempat muntah
sebanyak 3 kali, intake kalium yang kurang jarang menyebabkan kondisi
hipokalemia berat, sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab dari
kondisi hipokalemianya adalah dari ginjal, mengingat 90% kalium diekskresikan
melalui ginjal. Pasien juga diperiksakan FT4 dan TSH untuk melihat adanya
kemungkinan hipertiroid, namun hasilnya normal, sehingga dicari kemungkinan
lain penyebab hipokalemia.
Di ruang perawatan, dilakukan pemeriksaan elektrolit dari urin tampung
24 jam dan pemeriksaan magnesium. Dari hasil, didapatkan jumlah kalium pada
urin tampung yaitu 60 mmol/24 jam (Normal 25-125 mmol/24 jam), magnesium
2,04 mg/dl dalam batas normal. Hal ini memperkuat kemungkinan bahwa
penyebab hipokalemi berasal dari ginjal. Pasien tidak ada tanda-tanda
hipervolemia atau peningkatan tekanan darah. Dilakukan pemeriksaan analisis gas
darah dan didapatkan kesan asidosis metabolik. Berdasarkan algoritma evaluasi
hipokalemi, makan dapat ditarik kesimpulan pasien mengalami Renal Tubular
Asidosis (RTA), suatu kondisi dimana ginjal gagal mengekskresikan asam ke
dalam urin, sehingga darah tetap dalam kondisi asam. RTA dapat dibagi ke dalam
4 golongan. Untuk menentukan tipe RTA, yang dilakukan berikutnya adalah
menghitung anion gap dari urin, yaitu perbedaan antara total kation (Na + dan K+)
dan total anion (Cl-). Pada kasus ini, anion gap adalah positif (Cl-<Na++K+), dari
pemeriksaan urin pH 7,0 (> 5,3) menunjukkan bahwa RTA pada pasien ini tipe
distal.

Gambar 4. Pembagian RTA9


Gambar 5. Penegakkan Diagnosis Jenis RTA10

Dari tabel dan diagram didapatkan pasien mengalami RTA tipe distal.
Kemudian dilakukan foto CT-Scan untuk mencari adanya kemungkinan batu di
ginjal. Kesan foto CT Scan tidak ditemukan kelainan. Untuk mengetahui lebih
lanjut tipe dari RTA maka dapat dilakukan loading dengan furosemid atau
amonium klorida.
Dari IGD pasien diberi tatalaksana koreksi kalium, KSR, dan ranitidin.
Pengobatan dilanjutkan sampai ke ruangan. Di ruangan pemberian antibiotik
dihentikan karena leukosit normal, pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Pasien juga mendapatkan tambahan obat spironolakton 50 mg setiap pagi.
BAB IV
KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus, Nn. DP, usia 20 tahun, datang berobat ke
rumah sakit dengan keluhan kelemahan pada anggota tubuh yang dimulai dari
kaki, kemudian sampai ke tangan. Pasien mengeluh muntah 3 kali, tidak
ditemukan adanya infeksi saluran nafas atau saluran kemih, atau kelainan pada
sistem saraf. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital dalam batas normal,
pada pemeriksaan motorik, didapatkan kekuatan tangan 4 dan kaki 3.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan elektrolit,
didapatkan kalium rendah 2,17, sehingga disimpulkan bahwa kelemahan anggota
tubuh disebabkan oleh hipokalemia. Kemudian pasien diperiksa lebih lanjut untuk
mengetahui penyebab hipokalemia berulang, dilakukan pemeriksaan elektrolit
urin tampung 24 jam, magnesium, dan AGD. Dari pemeriksaan tersebut,
didapatkan kesimpulan pasien mengalami asidosis metabolik sehingga pasien
didiagnosa RTA tipe distal. Pada pasien telah diberikan terapi dengan KCL,
Natrium bicarbonat, dan pemberian spironolakton. Pasien dipulangkan dengan
kondisi Kalium 3,45 dan Asidosis metabolik perbaikan. Keadaan umum pasien
baik.

Anda mungkin juga menyukai