STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Dewi Puspa
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 05 Maret 1997
Alamat : Jln. Sebengkok Tiram RT 15 No.04
Pekerjaan : Belum bekerja
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Ruang : Dahlia 3A5
No. RM : 290591
Tgl. MRS : 16 Desember 2017
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Lemah pada anggota gerak tubuh yang semakin berat sejak 8 jam SMRS.
Riwayat Kebiasaan
- Pasien tidak terlalu senang berolahraga
- Pasien minum kurang lebih 2 liter/hari, BAK dalam batas normal
- Pasien sering mengkonsumsi mie instan dan jarang mengkonsumsi buah-
buahan atau sayuran.
Keadaan Umum
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Kompos mentis
- Tekanan darah : 122/80 mmHg
- Nadi : 82x /menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- Pernapasan : 18x /menit, regular
- Suhu : 36.90 C
- Tinggi badan : 150 cm
- Berat badan : 52 kg
- IMT : 23,1 kg/m2
- Status gizi : Normoweight
Keadaan Spesifik
KEPALA
- Bentuk : Normosefali, simetris
- Rambut : Rambut hitam, tidak mudah dicabut.
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Telinga : Bentuk normal, simetris
- Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, deviasi (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), faring hiperemis
(-), nyeri menelan (-), tonsil T1/T1
LEHER
JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar Thyroid (-/-)
THORAKS
Bentuk toraks normal simetris kanan dan kiri, sela iga tidak melebar,
retraksi dinding thoraks tidak ada.
Paru-paru
Inspeksi : Simetris kanan = kiri saat statis dan dinamis, retraksi -/-,
sela iga tidak melebar
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua hemithoraks. Batas paru hati pada linea
midclvavicula dextra ICS VI
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung atas ICS II sinistra,
Batas kanan linea parasternalis dextra,
Batas kiri ICS VI linea axilaris anterior sinistra.
Auskultasi : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
ABDOMEN
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), turgor kembali cepat (<2”), hepar
dan lien tak teraba
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
GENITALIA
Tidak diperiksa
EKSTREMITAS
- Superior : Hangat (+)
Tremor (-)
Eritema palmaris (-/-)
Sianosis (-/-)
Clubbing finger (-/-)
edema (-/-)
Kekuatan motorik kanan/kiri 4/4
- Inferior : Hangat (+)
Edema pretibial (-/-)
Sianosis (-/-)
Kekuatan motorik kanan/kiri 3/3
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LABORATORIUM DARAH
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Darah Lengkap
- Hemoglobin 13,9 gr/dl 12-16 gr/dl
- Eritrosit 4.740.000/µl 4,0-5,5 jt/µl
- Leukosit 14.600/ µl 4000-12000/µl
- Platelet 379.000/ µl 150-450 ribu/µl
- Hematokrit 39,2% 37-43%
- MCV 82,7 fl 82-98 fl
- MCH 29,3 pg 27-31 pg
- MCHC 35,5 gr/dl 32-37%
- Limfosit 20,1% 20-40%
- Monosit 5,9% 2-8%
- Neutrofil 74% 50-70%
Glukosa
- GDS 84 mg/dl Normal < 140 mg/dl
Faal Ginjal
- Ureum 24,8 gr/dl 10-50 gr/dl
- Kreatinin 1,11 gr/dl 0,5-1,0 gr/dl
Elektrolit
- Kalium 2,17 mmol/l 3,48-5,5 mmol/l
- Natrium 144 mmol/l 135-145 mmol/l
- Klorida 115 mmol/l 96-106 mmol/l
Fungsi Tiroid
- FT4 11,85 pmol/l 9-23 pmol/l
- TSH 12,31 uIU/ml 0,25-5 uIU/ml
VI. TATALAKSANA
- Drip KCl 50 mEq dalam NaCl 0,9% 500 cc per 12 jam diulang 2 kali
- Cabang infus WIDA KN 2 20 tpm
- Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
- KSR 2x1
VII. FOLLOW UP
Tanggal Pemeriksaan Lab Terapi
17/12/17 S: Badan lemas Drip KCl 50 mEq dalam NaCl
O: KU: sedang 0,9% 500 cc per 12 jam
Kes: composmentis Cabang infus Wida KN2 20 tpm
TD : 120/80 KSR 2x1
N : 82 x/menit Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
A: Periodik paralisis ec
hipokalemia
18/12/17 S: Badan lemas Drip KCl 50 mEq dalam NaCl
O: KU: sedang 0,9% 500 cc per 12 jam diulang
Kes: composmentis 2x
TD : 105/71 Cabang infus Wida KN2 20 tpm
N : 80 x/menit KSR 2x1
A: Periodik paralisis ec Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
hipokalemia Besok pagi cek DL dan elektrolit
19/12/17 S: Badan lemas Darah lengkap Loading NaCl 0.9% 250 cc
O: KU: sedang Hb : 14,0 Obs. TTV
Kes: composmentis RBC : 4,67 x 106 Drip KCl 50 mEq dalam NaCl
TD : 97/51 WBC : 12200 0,9% 500 cc per 12 jam
N : 92 x/menit PLT : 204000 Cabang infus Wida KN2 20 tpm
A: Periodik paralisis ec HT : 39,4% KSR 2x1
hipokalemia Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Elektrolit Cek Magnesium Darah
K : 3,92 Cek AGD
Na : 143 Urin tampung/24 jam
Cl : 117,2 Cek elektrolit urin
AGD:
pH : 7,164
pCO2 : 28,5
pO2 : 149
HCO3 : 10,4
BE : -18
SO2 : 99%
ANA test
Pola: Nucleolar
Titer: 1:100
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Hipokalemia
3.1.1 Pengertian
Hipokalemia diartikan sebagai kadar serum kalium <3,5 mEq/L,
merupakan salah satu gangguan elektrolit yang paling sering ditemukan.
Hipokalemia ditemukan pada lebih dari 20% pasien yang dirawat. Pada dasarnya,
hipokalemia dibagi menjadi 3, yaitu:
- Ringan : K+ 3,0-3,5 mEq/L
- Sedang : K+ 2,5-3,0 mEq/L
- Berat : K+ <2,5 mEq/L
3.1.3 Etiologi
Pada dasarnya, penyebab dari hipokalemia dapat dibagi menjadi 3
kategori, yaitu: 1) Intake kalium yang tidak adekuat, 2) Kehilangan kalium secara
berlebihan, 3) Transcellular shift kalium.1 Kehilangan kalium secara berlebihan
merupakan penyebab yang paling sering. Karena ginjal dapat merendahkan
ekskresi kalium secara signifikan sebagai respon rendahnya intake. Intake yang
tidak adekuat jarang menjadi penyebab tunggal hipokalemia, tetapi dapat menjadi
faktor yang berkontribusi pada hipokalemia pasien rawat inap.7
3.1.5 Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Perlu ditanyakannya riwayat termasuk kemungkinan kehilangan dari
gastrointestinal, pemakaian obat-obatan, penilaian adanya komorbiditas dari
kardiak. Riwayat adanya paralisis, hipertiroid, atau penggunaan insulin atau beta
agonis menandakan adanya kemungkinan transcellular shift yang menyebabkan
hipokalemia. Pemeriksaan fisik harus fokus pada temuan aritmia kardiak dan
manifestasi kardiologis, mulai dari kelemahan seluruh tubuh atau ascending
paralysis.7
Laboratorium
Diagnosis harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan kalium serum berulang.
Pemeriksaan lab lainnya termasuk serum glukosa dan magnesium, elektrolit urin,
kreatinin, dan analisis gas darah. Metode paling akurat adalah evaluasi kalium dari
urin tampung 24 jam. Ginjal normal mengekskresikan tidak lebih dari 15-30
mEq/L kalium per hari sebagai respon dari hipokalemia. Jika tidak ada penyebab
terdeteksi dari pemeriksaan awal, periksa tiroid dan fungsi adrenal.7
Gambar 3. Algoritma Evaluasi Hipokalemi7
EKG
Perubahan EKG terkait hipokalemia adalah penurunan panjang gelombang
T. Seiring dengan penurunan kalium, segmen ST depresi dan inversi gelombang T
dapat terlihat, interval PR memanjang bersamaan dengan meningkatnya panjang
gelombang P. Gelombang U diartikan sebagai defleksi positif setelah gelombang
T, sering terlihat di lead mid-prekordial (V2 dan V3). Saat gelombang U
melampaui panjang gelombang T, kadar kalium < 3 mEq/L. Pseudo-prolong
interval QT dapat terlihat, yang sebenarnya merupakan interval QU akibat tidak
adanya gelombang T. Hipokalemia berat juga dapat menyebabkan takiaritmia,
termasuk ventrikular takikardi/fibrilasi dan atrioventrikular blok.8
Dari tabel dan diagram didapatkan pasien mengalami RTA tipe distal.
Kemudian dilakukan foto CT-Scan untuk mencari adanya kemungkinan batu di
ginjal. Kesan foto CT Scan tidak ditemukan kelainan. Untuk mengetahui lebih
lanjut tipe dari RTA maka dapat dilakukan loading dengan furosemid atau
amonium klorida.
Dari IGD pasien diberi tatalaksana koreksi kalium, KSR, dan ranitidin.
Pengobatan dilanjutkan sampai ke ruangan. Di ruangan pemberian antibiotik
dihentikan karena leukosit normal, pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Pasien juga mendapatkan tambahan obat spironolakton 50 mg setiap pagi.
BAB IV
KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus, Nn. DP, usia 20 tahun, datang berobat ke
rumah sakit dengan keluhan kelemahan pada anggota tubuh yang dimulai dari
kaki, kemudian sampai ke tangan. Pasien mengeluh muntah 3 kali, tidak
ditemukan adanya infeksi saluran nafas atau saluran kemih, atau kelainan pada
sistem saraf. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital dalam batas normal,
pada pemeriksaan motorik, didapatkan kekuatan tangan 4 dan kaki 3.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan elektrolit,
didapatkan kalium rendah 2,17, sehingga disimpulkan bahwa kelemahan anggota
tubuh disebabkan oleh hipokalemia. Kemudian pasien diperiksa lebih lanjut untuk
mengetahui penyebab hipokalemia berulang, dilakukan pemeriksaan elektrolit
urin tampung 24 jam, magnesium, dan AGD. Dari pemeriksaan tersebut,
didapatkan kesimpulan pasien mengalami asidosis metabolik sehingga pasien
didiagnosa RTA tipe distal. Pada pasien telah diberikan terapi dengan KCL,
Natrium bicarbonat, dan pemberian spironolakton. Pasien dipulangkan dengan
kondisi Kalium 3,45 dan Asidosis metabolik perbaikan. Keadaan umum pasien
baik.