DISUSUN OLEH:
Lingkan Bimoro
030.11.169
PEMBIMBING:
dr. Reni Ari Martani, Sp.P, M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Lingkan Bimoro
030.11.169
: 9 Oktober 2015
Dosen pembimbing,
PENDAHULUAN
Kanker paru secara umum dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu
kanker paru sel kecil (small cell lung cancer) and non-small cell lung cancer
(NSCLC). NSCLC berkisar 85% dari seluruh kasus kanker paru. Secara histologi,
NSCLC dibagi menjadi adenokarsinoma, squamous cell carcinoma (SCC) dan
large cell carcinoma.(1)
Kanker paru merupakan kasus yang jarang terjadi pada awal tahun 1900an, namun semakin lama semakin meningkat prevalensinya. Prevalensi kanker
paru adalah urutan keda dari kanker prostat pada pria dan kanker payudara pada
wanita. Sekita akhir 1900-an, kanker paru menjadi penyebab utama dari kematian
yang sebenarnya dapat dicegah di Amerika Serikat, dan akhir-akhir ini kanker
paru
mengungguli
penyakit
jantung
sebagai
penyebab
kematian
yang
Amerika,
lebih
dari
kanker
kolorektal,
payudara,
dan
prostat
dikombinasikan. Tipe kanker paru di Amerika, dan juga di negara lain, juga telah
berubah pada dekade terakhir, frekuensi adenokarsinoma meningkat, dan sel
skuamosa menurun.(1)
Sebagian besar kanker paru-paru didiagnosis pada stadium yang lanjut,
yang artinya menuju pada prognosis yang buruk. Kebutuhan untuk diagnosis
kanker paru secara dini dan pada stadium yang dapat disembuhkan meningkat.
Sebagai tambahan, sebagian besar pasien yang memiliki kanker paru adalah
perokok dan memiliki penyakit jantung dan paru, yang semakin membuat pilihan
operasi maupun terapi multimodalitas tidak dapat dilakukan.(1)
Kanker paru sering tidak dapat dideteksi, sifatnya asimtomatis hingga
penyakit itu sudah parah. Sekitar 7-10% kasus, kanker paru didiagnosis secara
tidak sengaja, pada pasien asimtomatis, ketika radiografi toraks dilakukan untuk
tujuan lainnya, yang menyatakanpenyakitnya. Beberapa tanda berkaitan paru
mungkin dapat ditemukan pada NSCLC. Tanda sistemik yang mungkin ditemukan
adalah berat badan turun tanpa sebab dan demam yang tidak terlalu tinggi.(1)
Karena penentuan stadium sangat menentukan terapi, maka setiap pasien
harus ditentukan stadiumnya secara adekuat. Terapi yang mungkin dilakukan
adalah operasi, kemoterapi, dan radiasi. Karena sebagian besar kanker paru sudah
tidak dapat disembuhkan dengan modalitas terapeutik, maka terapi paliatif sangat
diperlukan.(1)
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
Status Pernikahan
Tanggal Masuk RS
Ruangan
No. RM
Tanggal dikasuskan
: Tn. D
: 69 tahun
: laki-laki
: Islam
: Desa Kecipir, Brebes
: Petani
: Sudah menikah
: 14 September 2015
: Rosella (Bed D6)
: 797466
: 14 September 2015
ANAMNESIS
Dilakukan pada tanggal 14 September 2015, secara autoanamnesis kepada
pasien dan alloanamnesis kepada anak pasien.
Keluhan utama
: Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Paru RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 14
September 2015 dengan keluhan batuk kering yang sudah dirasa sejak 3 bulan
yang lalu. Tiga bulan yang lalu, pasien mulai merasa pusing disertai sedikit
batuk darah. Oleh karena itu, pasien datang berobat ke dokter umum, diambil
foto dada, dan dinyatakan mengalami Tuberkulosis Paru. Setelah itu pasien
direncanakan terapi 6 bulan, namun setelah terapi selama 1 bulan, pasien
tidak kunjung membaik. Maka, pasien pun berobat ke puskesmas dan
mendapatkan obat selama 2 bulan. Satu bulan kemudian, pasien pun datang
berobat ke BP4 (Badan Pengobatan Penyakit Paru-Paru), dan dari BP4
dirujuk ke Poliklinik Paru RSUD Kardinah. Dalam perjalanan selama 3
bulan, pasien merasa semakin sesak saat menarik napas. Batuk kering
dirasakan terus menerus, tidak ada perubahan walau sudah diberi obat. Ada
demam yang tidak tinggi pada perabaan. Sejak kurang dari satu bulan yang
lalu, pasien merasa kadang-kadang keluar keringat pada malam hari disertai
menggigil. Pasien merasa lemas akhir-akhir ini, namun nafsu makan yang
berkurang disangkal, serta berat badan yang turun pun disangkal. Tidak ada
diare, BAB dan BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami hal yang sama. Riwayat penyakit
paru lain disangkal, kencing manis, asma, maupun tekanan darah tinggi
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami hal yang sama, atau
memiliki penyakit paru lainnya. Tidak ada riwayat keganasan pada keluarga.
Riwayat Kehidupan Pribadi dan Ekonomi:
Pasien tinggal bersama istrinya saja, yang bekerja sebagai petani. Pasien
berobat dengan menggunakan asuransi jamkesmas. Di lingkungan sekitarnya
pasien mengaku tidak ada yang pernah atau sedang mengalami hal yang
serupa. Pasien mengaku sudah berhenti merokok selama 2 tahun, namun
sebelumnya pasien memiliki kebiasaan merokok, sejak usia 30 tahun sampai
67 tahun. Setiap harinya pasien dapat menghisap satu bungkus rokok per hari.
Riwayat meminum alkohol disangkal.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, sedikit sesak tidak pucat/sianosis.
Kesan gizi cukup.
Kesadaran
: Compos Mentis GCS E4 M6 V5
Tanda vital
:
Tekanan darah : 140/70mmHg
Nadi : 72 x/menit, reguler, isi cukup, ekual sisi kiri dan kanan
Pernafasan : 20x/menit, irama teratur, tipe pernapasan
abdominotorakal
Suhu : 36,5C
Antropometri
Kepala
Mata
tidak
langsung
(+/+),
fotosensitivitas
(-/-),
Hidung
Mulut
: Bibir kering (-), pucat (-), sianosis (-), mukosa mulut berwarna
merah (+), sariawan (-), gusi bengkak (-), lidah dalam batas
normal, warna merah, lidah kotor (-), papil atrofi (-), tremor (-),
karies gigi (+), faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, arkus faring
simetris.
Leher
: JVP 5+2 cmH2O, trakea teraba letak ditengah, deviasi (-), kelenjar
tiroid dalam batas normal, tidak ada pembesaran. Pembesaran
kelenjar getah bening (-).
Aksila
Thoraks :
A. Inspeksi : Bentuk rongga dada normal, simetris. Ikterik (-), pucat (-),
sianosis (-), kemerahan (-), spider nevi (-), retraksi intercosta (-/-), sela iga
dalam batas normal tidak melebar dan tidak menyempit. Areola mamae
normal.
PARU
Anterior
Inspeksi
Kanan
Kiri
Pengembangan dada saat Pengembangan dada statis
statis
Palpasi
Auskultasi
dinamis maupun
tampak simetris
Vokal fremitus
lebih
Perkusi
maupun
dinamis
tampak
simetris
teraba Vocal fremitus teraba normal,
lemah,
tidak tidak
tertinggal
saat
(+) (1:1)
vesikular Suara napas vesikuler (+)
melemah
Suara
napas
(3:1)
tambahan Suara
napas
tambahan
Posterior
Inspeksi
Kanan
Kiri
Pengembangan dada saat statis Pengembangan dada saat statis
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
tidak
tertinggal
bernapas.
Redup pada
lapang
saat lemah,
napas
tertinggal
saat
bernapas.
paru Sonor pada seluruh lapang paru
bawah
Suara napas trakeal (+) (1:3)
Suara napas bronkial (+) (1:2)
Suaran napas sub-bronkial (+)
(1:1)
Suara
tidak
kiri
Suara napas trakeal (+) (1:3)
Suara napas bronkial (+) (1:2)
Suaran napas sub-bronkial (+)
(1:1)
vesikular Suara napas vesikular (+) (3:1)
Suara napas tambahan rhonki (-),
melemah
Suara napas tambahan rhonki (-), wheezing (-)
wheezing (-)
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Superior
Kanan
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
< 2 detik
< 2 detik
(-)
(-)
(-)
(-)
N
N
N
N
Inferior
Kanan
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
< 2 detik
< 2 detik
(-)
(-)
(-)
(-)
N
N
N
N
Menurut Karnofsky Scale: 70-80, yaitu: Ada keluhan, tapi masih aktif, dan
dapat mengurus diri sendiri
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI : 14 September 2015
CBC
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
RDW
MCV
MCH
MCHC
Diff count
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
LED
LED 1 jam
LED 2 jam
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Sero Imunologi
HbsAg
HIV (Rapid Test)
Tumor Marker
CEA
Hasil
13,1 g/dL
17.100 /L
38,1 %
421.000/L
4,5 x 106/L
14%
85 U
29,2 Pcg
34,4 g/dL
Nilai Rujukan
13,7-17,7
4,4-11,3
42-52
150-521
4,5-5,9
11,5-14,5
80-96
28-33
33-36
Keterangan
Menurun
Meningkat
Menurun
80,4 %
13,0 %
6,9 %
0%
0,1 %
50-70
25-40
2-8
2-4
0-1
Meningkat
Menurun
65 mm/jam
87 mm/jam
0-15
0-25
Meningkat
Meningkat
132mg/dL
12,5 U/L
6,4 U/L
55 mg/dL
1.02 mg/dL
70-140
15-40
10-40
12,8-42,8
0,9-1,3
Menurun
Menurun
Meningkat
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
304,51 ng/mL
<4
Menurun
Meningkat
FOTO THORAKS:
Identitas :
Nama
: Tn. D
Umur
: 65 tahun
Tanggal pengambilan:
Juli 2015
No.RM : 797466
Proyeksi foto : Thorax
PA
Deskripsi :
Fraktur (-)
Trakea di tengah
CTR tidak dapat
ditentukan
Sudut kostofrenikus
CT
SCAN
THORAX
DENGAN
KONTRAS
Interpretasi:
Tampak bayangan konsolidasi pada pulmo kanan bawah, bentuk donut,
ireguler.
Pada kontras enhancement CT,
masa tidak enhance.
Efusi pleura (-)
Corakan paru normal, cor tidak
membesar
Kesan: Massa pulmo dextra
10
V.
DAFTAR ABNORMALITAS
1. Batuk kering selama 3 bulan
2. Pada pemeriksaan fisik, vocal fremitus menurun, perkusi redup pada
lapang paru kanan bawah, serta vesikuler melemah pada paru dextra.
3. Pada pemeriksaan darah ditemukan: Leukosit meningkat, Neutrofil
meningkat, LED meningkat, SGOT/SGPT menurun, serta CEA
meningkat tajam.
4. Pada foto toraks ditemukan tumor paru dextra dan PPOK dan dari CTscan thorax ditemukan masa pulmo dekstra.
VI.
VII.
VIII.
DIAGNOSIS BANDING
1. Tuberculosis Paru
2. Efusi pleura
3. Bronkopneumoni
4. PPOK
DIAGNOSIS KERJA
Tumor paru kanan jenis ? PS 70-80
ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Biopsi paru : untuk mengetahui histologi dan jenis tumor
2. Sputum (BTA)
3. Spirometri
IX.
X.
XI.
11
Intial plan:
Terapi
:
Terapi simtomatis:
o Pereda nyeri dan penenang:
MST 10 mg 2x1 tab, mengandung morphin sulfate.
Duragesic patch 1x1, mengandung fentanil (opoid)
Alprazolam (antidepresan) 0,25 mg 2 kali sehari (0-
)
Ketorolac (untuk nyeri akut jangka pendek < 5hari) 2
ampul/drip
o Anti-mual: Omeprazol 20mg 1x1
o Untuk sesak:
Etaphilline ampul (isi Acefylline piperazine) untuk
spasme bronkus, sesak. Sediaan 500mg/mL 1 ampul/drip
Pasang O2
o Antibiotik spektrum luas: Levofloxacin 500 mg 1x1 selama 7
hari.
o Anti inflamasi: Metilprednisolon 125 mg 3 kali/hari
o Obat pereda batuk : Codein 20 mg 1x1
o Obat sakit kepala: Analsik 3x1 (mengandung metampiron
500mg dan diazepam 2 mg)
o Memperbaiki nafsu makan, menjaga fungsi hati, dan
melancarkan BAB : Curcuma 3x1 tab
Terapi kausal : kemoterapi
Rujuk ke bagian onkologi dan bedah
Monitorng
: KU, TTV, kesadaran, berat badan, perkembangan
gejala klinis, dan CEA.
Edukasi
:
Edukasi pasien dan keluarga tentang tumor paru
Edukasi mengenai komplikasi dan prognosis yang
mungkin terjadi
Edukasi mengenai terapi dan efek samping yang mungkin
terjadi
XII.
MONITORING
Tanggal
Tanda Vital
Senin,
TD: 140/70
14 Sept HR: 72x/mnt
Anamnesis
Batuk sejak 3 bulan
Problem
Batuk (+)
SMRS (masuk tanggal Vocal fremitus
12
Tanggal
2015
Tanda Vital
RR: 20x/mnt
Anamnesis
14 September 2015),
S: 36,5C
Selasa,
TD: 140/70
15 Sept HR: 90x/mnt
RR: 20x/mnt
2015
S: 36,8C
Rabu,
TD: 160/100
16 Sept HR: 80x/mnt
RR: 20x/mnt
2015
S: 36,5C
Kamis,
TD: 140/70
17 Sept HR: 90x/mnt
RR: 20x/mnt
2015
S: 36,5C
Jumat,
TD: 130/90
18 Sept HR:
2015
95x/menit
RR: 16x/mnt
S: 36C
Problem
mmelemah di paru
kanan
Vesikuler
melemah di
sesak napas (+), lemas
paru kanan
(+).
Pusing (+), batuk (+), Batuk (+)
sesak napas (+), lemas Vocal fremitus melemah
(+).
di paru kanan
Vesikuler melemah di
paru kanan
Batuk (+)
Vocal fremitus melemah
di paru kanan
Vesikuler melemah di
paru kanan
Sesak napas (+), batuk Batuk (+)
(+) berkurang, demam Suara serak (+)
Vocal fremitus melemah
(-), suara serak timbul
di paru kanan
sejak pagi (+)
Vesikuler melemah di
paru kanan
Sesak napas (+), suara Batuk (+)
serak (+), lemas. Sakit Suara serak (+)
Vocal fremitus melemah
dada sedikit
di paru kanan
Vesikuler melemah di
paru kanan
XIII.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
13
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR PARU
DEFINISI
Kanker paru adalah penyakit dengan ciri khas adanya pertumbuhan sel yang
tidak terkontrol pada jaringan paru-paru.(2)
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kanker paru merupakan kanker paling sering, setelah
kanker prostat pada pria dan kanker payudara pada wanita. American Cancer
Society memproyeksikan ada 221.220 kanker pada paru dan bronkus akan
didiagnosis di Amerika Serikat pada tahun 2014, dengan 158.040 kematian.
Sekitar 85% dari kanker ini adalah NSCLC. Di Amerika Serikat, insiden kanker
paru semakin menurun sejak pertengahan tahun 1980-an. Di Inggris prevalensi
kejadiannya mencapai 40.000/tahun, sedangkan Indonesia menduduki peringkat 4
kanker terbanyak, di RS Dharmais jakarta tahun 1998 menduduki peringkat ketiga
setelah kanker payudara dan rahim. Angka kematian akibat kanker paru di seluruh
dunia mencapai kurang lebih satu juta penduduk tiap tahunnya. Karena sistem
pencacatan kita yang belum baik prevalensi pastinya belum diketahui pasti, tapi
klinik tumor dan paru di Rumah Sakit merasakan benar peningkatannya. Di
negara berkembang lain dilaporkan insidennya naik denngan cepat antara lain
karena konsumsi rokok berlebihan seperti di China yang mengkonsumsi 30%
rokok dunia. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65%).(2)
ETIOLOGI
Penyebab dari kanker paru, adalah sebagai berikut:
1. Rokok (78% pada laki-laki, dan 90% pada wanita).
Prevalensi rokok pada Amerika menurun pada 4 dekade terakhir ini. Pada
tahun 2012, diestimasikan terdapat 42,1 juta perokok aktif di Amerika
Serikat. Prevalensi perokok secara keseluruhan menurun dari 20,9% tahun
14
15
diketahui, kanker paru dikenal sebagai penyakit yang disebabkan oleh rokok
sebanyak 90% pasien. Karena tidak semua perokok berkembang menjadi kanker
paru, dan tidak semua pasien kanker paru memiliki riwayat merokok, maka faktor
lain juga memiliki peran sebagai penyebab, baik secara mandiri ataupun berkaitan
dengan merokok. Studi oleh Bagnardi et al menemukan bahwa alkohol bukanlah
etiologi secara mandiri pada kanker paru. Faktor genetik mungkin berkontribusi
pada semua populasi, namun kontribusi faktor lain adalah spesifik pada populasi
tertentu.
PATOFISIOLOGI
Kedua paparan (secara lingkungan maupun okupasional) pada partikel agen
serta sensitivitas individu pada partikel ini berkontribusi terhadap terjadinya
kanker paru. Pada Amerika Serikat, merokok secara akatif bertanggung jawab
sekitar 90% pada terjadinya kasus kanker paru. Paparan okupasi yang bersifat
karsinogenik ada sekitar 9-15% penyebab karsinoma paru.(1)
Rokok mengandung lebih dari 300 substansi berbahaya dengan sedikitnya
40 yang diketahui poten karsinogenik. Poliaromatik hidrokarbon dan nicotinederived nitrosamine ketone diketahun menyebabkan kerusakan DNA pada
binatang percobaan. Benzo-A-pyrine juga terlihat menyebabkan mutasi pada p53
dan gen supresor tumor lainnya. Sebagai tambahan, penyakit paru lain seperti
PPOK, fibrosis pulmonel idiopatik, dan tuberkulosis terlihat berhubungan dengan
meningkatnya frekuensi kanker.(1)
16
17
tidak
ditemukannya
keratinisasi
(seperti
pada
KSS)
atau
sekitar 45%-75%
Batuk darah 57%
Sesak napas
Suara serak
Sakit dada
18
(hiperkalsemia)
o Dermatoologik: eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
Asimtomatis dengan kelainan radiologis:
o Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang
terdeteksi secara radiologis
o Kelainan berupa nodul soliter(1)
19
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul akibat kompresi hebat
di otak, pembesaran hepar, atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang
tidak khas, seperti:
seperti
Hypertropic
pulmonary
20
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil
yang didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor
paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada
pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai
akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan meberikan
hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk
penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor di luar paru.
Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan
funduksopi untuk mendeteksi peninggian tekanan intrakranial dan terjadinya
fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang.(2)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gambaran Radiologis
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang
yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan
metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM.
Pemeriksaan radiologi paru yaitu foto toraks PA/lateral, bila mungkin
CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT
dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan
metastasis.
a.
Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat
dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm.
Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler,
disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor
juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura,
efusi
perikar
dan
metastasis
intrapulmoner.
Sedangkan
foto
toraks
saja.
Kewaspadaan
dokter
terhadap
21
c.
metastasis intrapulmoner.
Pemeriksaan radiologik lain : Kekurangan dari foto toraks dan
CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah terjadinya
metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik
lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang
kepala / jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey dapat
mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG
22
kerokan bronkus.
Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan,
misalnya karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin
berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum,
karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil
c.
negatif.
Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina)
pada posisi jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan
informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan
d.
e.
f.
harus
dilakukan
bila
teraba
pembesaran
KGB
h.
dibiopsi.
Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah
dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di
perifer, penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan dan
pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan
bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum
dapat
ditingkatkan.
Semua
bahan
yang
diambil
dengan
90%.
Semua
bahan
jaringan
harus
difiksasi
dalamformalin 4%.(2)
3. Pemeriksaan Invasif Lain
Pada kasus kasus yang rumit terkadang tindakan invasif seperti
Torakoskopi
dan
tindakan
bedah
mediastinoskopi,
torakoskopi,
24
25
adalah CEA, yaitu dalam faktor klinis (nyeri dada, dispnoe, dan hemoptosis),
ukuran tumor, ataupun analitikal (CA-125, SCC, albumin, dan LDH).
b. Pemeriksaan biologi molekuler. Pemeriksaan biologi molekuler telah
semakin berkembang, cara paling sederhana dapat menilai ekspresi
beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan kanker
paru,seperti protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari
pemeriksaan biologi molekuler adalah menentukan prognosis
penyakit.
5. Jenis histologis
Untuk menentukan jenis histologis, secara lebih rinci dipakai klasifikasi
histologis menurut WHO tahun 1999, tetapi untuk kebutuhan klinis
cukup jika hanya dapat diketahui:
1. Karsinoma skuamosa (karsinoma epidermoid)
2. Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma)
3. Adenokarsinoma (adenocarcinoma)
4. Karsinoma sel besar (large Cell carcinoma) Berbagai keterbatasan
sering menyebabkan dokter specialis Patologi Anatomi mengalami
kesulitan menetapkan jenis sitologi/histologis yang tepat.
Karena itu, untuk kepentingan pemilihan jenis terapi, minimal
harusditetapkan, apakah termasuk kanker paru karsinoma sel kecil
(KPKSK atau small cell lung cancer, SCLC) atau kanker paru jenis
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK, nonsmall cell lung cancer,
NSCLC)
5. Penderajatan
Penderajatan untuk KPKBSK ditentukan menurut International System
For Lung Cancer 1997, berdasarkan sistem TNM. Pengertian T adalah
tumor yang dikatagorikan atas Tx, To s/d T4, N untuk keterlibatan
kelenjar getah bening (KGB) yang dikategorikan atas Nx, No s/d N3,
sedangkan M adalah menunjukkan ada atau tidaknya metastasis jauh.
26
Stage
Occult Carcinoma
0
IA
IB
II A
II B
III A
III B
IV
T
Tx
Tis
T1
T2
T1
T2
T3
T3
Seberang T
T4
Seberang T
TNM
N
N0
N0
N0
N0
N1
N0
N2
N3
N3
Seberang N
Seberang N
M
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
Keterangan:
T
: Tumor Primer
T0 : Tidak ada bukti adanya tumor primer.
Tx : Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari
penemuan sel tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak
Tis
T1
T2
T3
T4
Nx
N0
N1
N2
N3
Karnofsky
90-100
70-80
50-60
30-40
WHO
0
1
2
3
Batasan
Aktivitas normal
Ada keluhan, tapi masih aktif, dapat mengurus sendiri
Cukup aktif, namun kadang memerlukan bantuan
Kurang aktif, perlu perawatan
28
10-20
0-10
RS
Tidak sadar
Tumor mediastinum
Tuberculosis paru
Bronkopneumoni
PPOK
Metastasis tumor di paru
Tuberkuloma (1,3)
PENATALAKSANAAN
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti
terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan
pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi nonmedis seperti fasiliti yang dimiliki rumah sakit dan ekonomi penderita juga
merupakan faktor yang amat menentukan. Indikasi pembedahan pada kanker paru
adalah untuk KPKBSK stadium I dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari
combine modality therapy, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK
stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi
bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena kava superiror berat. Prinsip
pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap berikut jaringan
KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi. Segmentektomi
atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk lobektomi.
Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan bahwa batas
sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan diseksi
sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis.(1)
PROGNOSIS
29
Angka kematian karena kaner paru tinggi. Di Eropa, survival 5 tahun sekitar
11%. Angka survival 5 tahun yang paling tinggi yang dilaporkan terdapat di
Amerika Serikat. Amerika Serikat mencatat dari tahun 2004-2010 bahwa angka
survival selama 5 tahun dari kanker paru sekitar 16,8%, yang merefleksikan
perkembangan yang membaik walaupun lambat yaitu dari 12,5 % di tahun 1975.
Namun, tingkat survival seseorang tergantung dari stage kanker paru yang
dideritanya. Estimasi survival 5 tahun berdasarkan stage penyakit adalah sebagai
berikut:
Stage IA - 75%
Stage IB - 55%
PENCEGAHAN
Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang
dikandung asap rokok itu bersifat karsinogenesis. Secara epidemiologik juga
terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan insidens kanker paru, maka
tidak dapat disangkal lagi menghindarkan asap rokok adalah kunci keberhasilan
pencegahan yang dapat dilakukan. Keterkaitan rokok dengan kasus kanker paru
diperkuat dengan data bahwa risiko seorang perempuan perokok pasif akan
terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan kepada asap
rokok. Dengan dasar penemuan di atas adalah wajar bahwa pencegahan utama
kanker paru berupa upaya memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan
seorang perokok aktif adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok
pasif. Pencegahan Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 3
harus diusahakan sebagai usaha perang terhadap rokok dan dilakukan terus
30
menerus. Program pencegahan seharusnya diikuti dengan tindakan nyata antirokok yang melibatkan tenaga medis dan mahasiswa FK dan non-FK.(3)
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Winston W. Non-Small Cell Lung Cancer. Medscape 2015 [updated: 16
July
2015,
cited:
30
September
2015]
Aveailable
from:
http://emedicine.medscape.com/article/279960-overview#a5
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Kanker Paru Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. 2003.
3. Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Nasional Penanganan
Kanker Paru versi 1,0 2015. Komite Penanggulangan Kanker. 2015.
4. Molina R, Fillella X, Auge J, Fuentes R, Bover I, Rifa J, et al. Tumor
Markers (CEA, CA 125, CYFRA 21-1, SCC dan NSE) in Patients with
Non-Small Cell Lung Cancer as an Aid in Histological Diagnosis and
Prognosis. Tumor Biology 2003;24 (4): 209-18
32