TUMOR PARU
Disusun Oleh :
IRMA PRYUNI AINANDA
I11109008
BAB I
PENDAHULUAN
Dispnea atau sesak napas merupakan suatu istilah yang menggambarkan
suatu persepsi subjektif mengenai ketidaknyamanan bernapas yang terdiri dari
berbagai sensasi yang berbeda intensitasnya. Sesak napas merupakan hasil
interaksi berbagai faktor baik fisiologi, psikologi, social maupun lingkungan dan
dapat menginduksi respons fisiologi dan perilaku sekunder. Sesak napas
merupakan suatu gejala yang memiliki banyak kemungkinan etiologi dibaliknya.
Dispnea atau breathlessness atau sesak napas biasa dikenal awam dalam
bentuk tidak bisa menghirup cukup udara, udara tidak masuk sempurna, rasa
penuh didada, dada terasa berat/sempit, napas pendek ataupun napas berat. Salah
satu penyakit yang memiliki gejala sesak napas adalah tumor paru. Sesak napas
yang diakibatkan oleh tumor paru terjadi akibat adanya penekanan oleh massa
pada rongga paru tersebut.
Tumor paru adalah penyakit yang ditandai dengan tidak terkontrolnya
pertumbuhan sel di jaringan paru. Paru primer yang berasal dari saluran
pernapasan. Lebih dari 90% tumor paru primer merupakan tumor ganas, dan 95%
tumor ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Bila kita menyebut kanker paru
maka yang dimaksud adalah karsinoma bronkogenik.
Menurut data WHO tahun 2000, setiap tahun di seluruh dunia terdapat 1,2
juta penderita karsinoma paru baru, atau 12,3% dari seluruh tumor ganas,
meninggal dunia 1,2 juta, atau 17,8% dari mortalitas total tumor. Yang lebih serius
adalah, di semua negara pemakai tembakau, kasus baru karsinoma paru terus
meningkat, menjadi penyakit umum yang semakin mengancam jiwa dan
kesehatan penduduk.
Dari data WHO tersebut, terlihat bahwa kanker paru adalah jenis penyakit
keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian
akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan.
Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya
penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal
penyakit.
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada
kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru
pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis
dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas
hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat
menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat
buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam
beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin
meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah
semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam
pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker
paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma
bronkus (bronchogenic carcinoma).
Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal
dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan
antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan
kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya
hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor
menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan
dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis.
Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH
juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel
kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang
berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras
sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan
perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker
paru.
BAB II
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
Identitas
Nama
: Ny. M
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 70 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Baik
Keadaan sakit
: Tampak lemah
Kesadaran
Tanda vital
-
Nadi
: 124 x/menit
Napas
: 28 x/menit
Suhu
: 37,2 C
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
: sekret (-)
Hidung
Mulut
Leher
Torak
Paru
- Inspeksi : statis
: simetris
Perkusi
Jantung
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas atas
Batas kanan
Batas kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
: akral hangat (+), edema (-/-), sianosis (-), Capillary Refill Time
< 2 detik.
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen thorak
RESUME
Pasien perempuan 70 tahun datang dengan keluhan utama sesak napas.
Sesak napas dirasakan sejak sekitar 3 bulan yang lalu, sesak semakin hebat sejak
sekitar 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas kadang diikuti dengan
nyeri dada. pasien juga mengeluhkan adanya batuk sejak 1 tahun yang lalu,
berdahak, berwarna putih dan kadang terdapat bercak darah warna merah.
Pasien juga mengeluhkan bahwa tubuhnya terasa lemah, nafsu makan menurun,
dan badan dirasakan semakin kurus.
Pasien mengatakan bahwa ia tidak dapat melihat dan hanya dapat melihat bercas
cahaya. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak bertahun-tahun yang lalu.
Mual (-), muntah (-), pusing (-), demam (+) hilang timbul, penurunan nafsu
makan (+), penurunan berat badan (+), keringat malam hari (-), kebiasaan
merokok (+) sejak muda sekitar 1 bungkus perhari, namun sudah berhenti sejak
2 tahun yang lalu.
Riwayat Hipertensi (+) tidak terkontrol. Diabetes melitus , asma, penyakit
jantung dan riwayat konsumsi OAT juga disangkal serta tidak ada pihak
keluarga yang mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh pasien.
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan adanya ronkhi +/+ dan lainnya dalam
batas normal. Hasil laboratorium dalam batas normal. Hasil foto thorak PA
ditemukan adanya opasitas inhomogen pada parakardial kanan suspek massa
paru.
IV. DIAGNOSIS
Diagnosis
V.
TATALAKSANA
Non Medikamentosa :
-
Medikamentosa:
-
VI.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad functionam
: dubia ad malam
Ad sanactionam
: dubia ad malam
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang perempuan 70 tahun datang dengan keluhan sesak napas. Sesak
napas dirasakan sejak sekitar 3 bulan yang lalu, sesak semakin hebat sejak sekitar
4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas kadang diikuti dengan nyeri dada.
pasien juga mengeluhkan adanya batuk sejak 1 tahun yang lalu, berdahak,
berwarna putih dan kadang terdapat bercak darah warna merah. Pasien juga
mengeluhkan bahwa tubuhnya terasa lemah, nafsu makan menurun, dan badan
dirasakan semakin kurus. Pasien mengatakan bahwa ia tidak dapat melihat dan
hanya dapat melihat bercas cahaya. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak
bertahun-tahun yang lalu.
Keluhan mual, muntah dan pusing disangkal, adanya demam yang hilang timbul,
adanya penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan, sedangkan adanya
keringat malam hari juga disangkal. Pasien mengaku memiliki ebiasaan merokok
sejak muda sekitar 1 bungkus perhari, namun sudah berhenti sejak 2 tahun yang
lalu.
Pasien tampak sakit ringan dan terlihat lemah. pada pemeriksaan paru
didapatkan hasil bahwa pada keadaan statis maupun dinamis kedua dada masih
terlihat simetris. Pada auskultasi didapatkan suara dasar vesikuler disertai dengan
suara napas tambahan rhonki pada lapang paru kanan dan kiri.
Pada follow up yang dilakukan selama pasien di rawat di rumah sakit
didapatkan pada anamnesis keluhan batuk dan sesak serta kelemahan tubuh pada
pasien yang menetap dan cenderung memberat. Pasien merasa semakin lemah dan
sulit berkatifitas meskipun untuk kebutuhan sendiri seperti makan, minum
ataupun ke toilet. Pasien mengalami penurunan nafsu makan namun BAB dan
BAK masih seperti biasa.
Dari foto toraks didapatkan gambaran adanya perselubungan inhomogen
pada pada parakardial kanan suspek massa. Pada pasien ini belum adanya
dilakukan pemeriksaan histopatologi sehingga belum diketahui apakah termasuk
kedalam keganasan atau tidak.
Pada pasien ini, usia merupakan faktor risiko terjadinya keganasan pada
paru. Kemungkinan seseorang untuk mendapatkan kanker paru pada pria dimulai
di usia 40 tahun dan akan meningkat pada usia 75 tahun. Pada wanita insiden
lebih kecil tetapi mengikuti pola yang sama, mulai terkena di usia 40 dan
mencapai puncak di usia 70 tahun dengan rata-rata penderita 155 orang / 100.000
penduduk. Lebih kurang 75% kanker paru sudah bermanifestasi pada dekade
kelima sampai keenam dari umur penderita.
Faktor risiko terbesar untuk terjadinya kanker paru sampai saat ini adalah
tembakau, dimana lebih dari 80% kanker paru ditemukan pada perokok dan
insidennya 10 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok. Pada pasien ini
memiliki riwayat merokok yaitu sejak usia muda sekitar 1 bungkus perhari.
Namun pasien mengaku sudah berhenti merokok sejak dua tahun yang lalu.
Gejala sesak napas yang dialami pasien disebabkan tumor yang berada
intrapulmoner menekan saluran napas serta dapat menyebabkan atelektasis dan
penurunan faal paru. Sesak napas terjadi karena refleks neurogenik paru dan
dinding dada karena penurunan keteregangan (compliance) paru, penurunan
volume paru ipsilateral, pendorongan mediastinum ke arah kontralateral dan
penekanan diafragma ipsilateral. Sesak napas juga terjadi karena berkurangnya
kemampuan meregang otot inspirasi akibat terjadi restriksi toraks oleh cairan
jika terdapat adanya efusi pleura. Nyeri dada mengisyaratkan adanya keterlibatan
pleura parietalis, dan dirasakan saat inspirasi. Batuk terjadi karena adanya
berbagai rangsangan pada reseptor batuk intratoraks antara lain terdapat di
bronkus. Batuk merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan oleh penderita
kanker paru (70% - 90% kasus).
Gejala tidak spesifik seperti penurunan berat badan dan penurunan nafsu
makan merupakan gejala paraneoplastik sering ditemukan pada penderita dengan
karsinoma paru.
Untuk menilai stadium dari suatu keganasan diperlukan penilaian TNM
sebagai berikut.
T1
T2`
T3
T4
N
Nx
N0
N1
N2
N3
M
Mx
M0
M1
Stage
Occult
Carsinoma
0
IA
IB
IIA
Tx
Tis
T1
T2
T1
M0
M0
M0
M0
IIB
IIIA
IIIB
IV
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
Sembarang T
N3
M0
T4
Sembarag N
M0
Sembarang T
Sembarang N
M1
Pengobatan tumor paru adalah combined modality therapy
ranitidin
untuk
mencegah
adanya
gejala
nyeri
perempuan,
70
tahun,
berdasarkan
anamnesis,
DAFTAR PUSTAKA
Syed, Huq, Irfan Maghfoor and Michael Perry. Lung Cancer, Non-Small Cell.
Available at : http://emedicine.medscape.com/article/279960-overview.
Abid, Irshad, James G. Ranevel and Susan Ackerman. Lung Cancer, Small Cell.
Available at http://emedicine.medscape.com /article/ 358274 -overview.