Anda di halaman 1dari 38

PLEUROPNEUMONIA

oleh
GUSPRITA NINGTYAS

Pembimbing: dr. Riana Sari, Sp.P


IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. OP
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 73 tahun
Alamat : Grobogan
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 11 Agustus 2017
Tanggal Pemeriksaan: 11 Agustus 2017
ANAMNESIS

Riwayat penyakit pasien


diperoleh secara
Keluhan Sesak
autoanamnesis dan Utama nafas
alloanamnesis dilakukan pada
tanggal 11 Agustus 2017.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien seorang laki laki usia 73 Selain mengeluhkan sesak nafas, pasien juga
tahun datang ke poli triase Balai mengeluhkan batuk dan dahak yang sulit
Besar Kesehatan Paru Surakarta, keluar, jika dahak keluar berwarna kuning
kecoklatan dan kental, terkadang saat batuk
pasien mengeluhkan sesak nafas pasien juga mengeluhkan nyeri dada. Pasien
yang dirasakan sejak 1 bulan yang merasakan badannya lemas dan mudah lelah
lalu, pasien mengeluhkan sesak serta pasien juga nafsu makannya berkurang,
pasien juga merasakan mual tapi tidak muntah
nafasnya kumat kumatan dan dan tidak pusing. Pasien mengaku di keluarga
diperberat saat pasien beraktifitas yaitu kakaknya mempunyai keluhan yang
berlebih dan kecapekan. Pada saat sama yaitu sesak nafas tetapi tetangga
sesak, suara nafas tidak disertai maupun lingkungan sekitar tidak ada yang
mengalami keluhan yang sama. Sebelumnya
dengan mengi. pasien belum pernah berobat dengan keluhan
sesak nafas yang diderita pasien.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat penyakit serupa : disangkal


Riwayat asma : disangkal
Riwayat pengobatan OAT : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat penyakit serupa : kakak kandung (sesak nafas)


Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit TB paru : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
RIWAYAT PRIBADI

Merokok : diakui
Kontak penderita TB : disangkal
Konsumsi alkohol : disangkal
Konsumsi obat bebas : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Cukup


Kesadaran : Compos mentis, E4 V5M6
Berat badan : 49kg

Tekanan RR: Suhu:


Nadi:
VITAL SIGN darah :
78x/menit
120/70 mmHg 28 x/menit 36,40C
Bentuk Konjungtiva Napas

KEPALA

MATA

HIDUNG
KULIT
Ikterik (-),
normoce anemis (-/-), cuping
petekie (-), sklera ikterik
phal, hidung (-),
purpura (-), (-/-),
rambut deformitas
hiperpigm pupil isokor (-),
entasi (-), warna diameter 3
mm/3 mm, darah (-/-),
turgor hitam,
cukup, reflek sekret (-/-)
Tidak cahaya
kulit mudah (+/+),
kering(-), rontok edema
hiperemis luka (-) palpebra (-
(-), /-),
sikatriks (-) mata
cekung (-/-)
Deformitas (- Sianosis (-), Deviasi
TELINGA

MULUT

LEHER
/-) stomatitis (-), trakea (-)
darah (-/-) gusi berdarah peningkatan
(-),
sekret (-/-) JVP(-)
kering (-),
papil lidah pembesaran
atrofi (-) kelenjar limfe
mukosa (-)
pucat(-),
luka pada
sudut bibir (-),
karies gigi (-)
THORAX
PARU
- INSPEKSI Kelainan bentuk (-), simetris ka/ki, ketinggalan gerak (-/-)
- PALPASI Ketinggalan gerak fremitus
depan belakang Depan Belakang
Kanan Kiri Kanan Kiri
- - - -
N N N N
- - - -
N N N N
- - - -
N N

Depan Belakang
- PERKUSI Kanan Kiri Kanan Kiri
- AUSKULTASI SDV

Sonor Sonor Sonor Sonor RH(-/-) Depan Belakang

Sonor Sonor Sonor Sonor WH(-/-) Kanan Kiri Kanan Kiri

Redup Sonor Redup Sonor N N N N


N N N N
N N
ABDOMEN
Inspeksi : dinding abdomen sejajar dengan dinding dada,
distended(-),venektasi(-)
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : timpani, undulasi (-), hepatomegali(-), splenomegali (-)
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba membesar, defans
muskuler (-), nyeri tekan epigastrium (+)

EKSTREMITAS
Superior : clubbing finger (-/-), edema (-/-), akral hangat (+/+)
Inferior : clubbing finger (-/-), edema (-/-), akral hangat(+/+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
(11 AGUSTUS 2017)
Cor = batas kanan turun
Pulmo = Corakan vaskuler kasar,
paru kanan turun suram, diafragma
turun 1cm.
Kesan = Pleuropneumonia Dextra
DIAGNOSIS

Diagnosis : plueropneumonia

Diagnosis Banding : TB Paru, tumor paru, efusi


pleura
PENATALAKSANAAN
Mikroorganisme Terapi
1. - Streptococcus dan Penicilin G 50.000-100.000 unit/
staphylococcus
hari IV atau Penicillin Prokain
- M. Pneumonia
- H. Influenza 6.000.000 unit/hari IM atau
Ampicillin 100-200 mg/kgBB/
hari atau

Klebsiella Ceftriaksone 75-200 mg/kgBB/


hari
Eritromisin 15 mg/kgBB/ hari
Sefalosforin

2. Salbutamol mg 1 3x1 prn


3. Mukolitik:
- Ambroxol mg 30 3x1
4. Antipiretik dan analgesik:
- paracetamol mg 500 3x1
5. Ranitidin 2x1
PROGNOSIS

DUBIA AD BONAM
RESUME

Pleuropneumonia merupakan proses inflamasi akut yang meliputi pluera,


alveolus dan jaringan intestisial yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan sesak nafas, panas badan, ronkhi
basah sedang nyaring (crackles), foto thoraks menunjukkan gambaran
proses peradangan pada pleura dan jaringan paru, ditandai opasitas di
mana diafragma menjadi kabur serta gambaran kalsifikasi dari pleura atau
penebalan pleura. Terapi yang diberikan berupa antibiotik dan terapi
suportif.
BAB II
Definisi
Pleuropneumonia adalah peradangan pada selaput pleura dan juga
jaringan paru-paru. Ini merupakan diagnosis berdasarkan pemeriksaan foto
ronsen dimana adanya bayangan atau bercak pada jaringan paru
disertai adanya cairan pada pleura (efusi pleura), dimana pada foto
ronsen terlihat adanya bayangan pada sinus costofrenikus, yaitu sudut
pada sisi paru. Penyebab tersering dari peradangan pada paru-paru
adalah infeksi, seperti infeksi bakteri dan virus
Pneumonia merupakan proses inflamasi akut yang meliputi alveolus dan
jaringan intestisial yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Menurut PDPI
suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, parasit).
Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk.
Peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia,
radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.2
EPIDEMIOLOGI

Penyebaran pneumonia hampir mencakup semua usia, dengan prevalensi


tertinggi terjadi pada usia lebih dari 65 tahun atau kurang dari 2 tahun, dan pada
pasien dengan gangguan kesehatan.

Pada tahun 2013, pneumonia diperkirakan telah membunuh 935.000 anak


dibawah usia 5 tahun.

Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam Pneumonia: The Forgotten


Killer of Children, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus
pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.
ETIOLOGI
Gram(+) : Streptococcus pneumoniae (pnemokokus),
Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus

Bakteri

Gram(-) : Klebsiela pneumonia, Legionella, Haemophilus


influenza.
beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang
ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti

Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial adenovirus,


Virus chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus
herpes simpleks, Hanta virus.

Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisetes dermatitidis,


Fungi
Histoplasma kapsulatum.

Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan


Aspirasi
amnion, benda asing
KLASIFIKASI

Menurut Berdasarkan Berdasarkan


Berdasarkan
sifatnya, Kuman klinis dan
lokasi infeksi
yaitu: penyebab epidemiologi

Pneumonia
Pneumonia Pneumonia Pneumonia
bakterial /
primer komuniti lobaris
tipikal

Pneumonia Pneumonia Penumonia Bronko


sekunder atipikal nosokomial pneumonia

Pneumonia Pneumonia Pneumonia


virus aspirasi interstisial

Pneumonia
jamur
PATOGENESIS

Beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan:


Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi dipermukaan mukosa

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas:


Stadium Kongesti (4 12 jam pertama)
Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Stadium Akhir (Resolusi)
PATOGENESIS
DIAGNOSIS
Gejala 1.Batuk
2.Sputum produktif
Mayor: 3. Demam (suhu>38 0c)

Gejala 1. sesak napas


2. nyeri dada

Minor: 3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik


4. jumlah leukosit >12.000/L

Gambaran
didahului oleh ISPA selama beberapa hari demam,
menggigil, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40 C,
sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai
klinis: batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-
kadang berdarah.2

I: dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas


P: fremitus dapat mengeras,

Pf: Pi: redup


A: suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang
kadang-kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang
kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.
Pada pemeriksaan laboratorium: leukosit, LED.
Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
Pemeriksaan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak

Laboratorium diobati.
Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.

Perselubungan/konsolidasi homogen atau inhomogen sesuai


dengan lobus atau segment paru secara anantomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
Volume paru tidak berubah
Silhouette sign (+) : untuk menentukan letak lesi paru ; batas
Gambaran lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut
berdampingan dengan jantung atau di lobus medius kanan.

Radiologis Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.


Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus
phrenicocostalis yang paling akhir terkena.
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign
(terperangkapnya udara pada bronkus karena tidanya
pertukaran udara pada alveolus).
DIAGNOSIS BANDING

Tuberculosis Paru (TB) : Gejala klinis TB antara lain


batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu),
nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam, menggigil, keringat malam, lemas,
hilang nafsu makan dan penurunan berat badan.
Atelektasis: Atelektasis adalah istilah yang berarti
pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru
yang terserang tidak mengandung udara dan
kolaps. Memberikan gambaran yang mirip dengan
pneumonia tanpa air bronchogram. Namun
terdapat penarikan jantung, trakea, dan
mediastinum ke arah yang sakit karena adanya
pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau
sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga akan
tampak thorax asimetris
Efusi Pleura: Memberi gambaran yang mirip
dengan pneumonia, tanpa air bronchogram.
Terdapat penambahan volume sehingga
terjadi pendorongan jantung, trakea, dan
mediastinum kearah yang sehat. Rongga
thorax membesar. Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+)
tanda khas pada efusi pleura
Tabel 3. Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

TATALAKSANA
Kategori I Usia penderita -S.pneumonia, -M.pneumonia, - Klaritromisin - Siprofloksasin 2x500mg atau
< 65 tahun C.pneumonia -H.influenzae 2x250 mg Ofloksasin 2x400mg
-Penyakit Penyerta (-) -Legionale sp -S.aureus - -Azitromisin 1x500mg - Levofloksasin 1x500mg atau
-Dt berobat jalan -Batang Gram (-) - Rositromisin 2x150 mg Moxifloxacin 1x400mg
atau 1x300 mg - Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia penderita > 65 -S.pneumonia H.influenzae -Sepalospporin generasi 2 -Makrolid


tahun Batang gram(-) Aerob -Trimetroprim +Kotrimoksazol -Levofloksasin
- Peny. Penyerta (+) S.aures M.catarrhalis Legionalle -Betalaktam -Gatifloksasin
-Dapat berobat jalan sp -Moxyfloksasin

Kategori III -Pneumonia berat. -S.pneumoniae -H.influenzae - Sefalosporin Generasi 2 -Piperasilin + tazobaktam
- Perlu dirawat di -Polimikroba termasuk Aerob atau 3 -Sulferason
RS,tapi tidak perlu di ICU -Batang Gram (-) - Betalaktam +
-Legionalla sp Penghambat Betalaktamase
-S.aureus -M.pneumoniae +makrolid

Kategori IV -Pneumonia berat -S.pneumonia -Legionella sp - Sefalosporin generasi 3 -Carbapenem/


-Perlu dirawat di ICU -Batang Gram (-) aerob (anti pseudomonas) + meropenem
-M.pneumonia -Virus makrolid -Vankomicin
-H.influenzae - - Sefalosporin generasi 4 -Linesolid
M.tuberculosis - Sefalosporin generasi 3 + -Teikoplanin
-Jamur endemic kuinolon
TATALAKSANA
Terapi Suportif Umum
1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah.
2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai
nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme.
3. Fisioterapi dada
4. Pengaturan cairan
5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan
6. Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal.
Ventilasi mekanis, indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia adalah:
a. Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100% dengan menggunakaan
masker.
b. Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau
didapat asidosis respiratorik.
c. Respiratory arrest.
d. Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
8. Drainase empiema bila ada.
9. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang didapatkan
terutama dari lemak (>50%), hingga dapat dihindari pembentukan CO2 yang berlebihan.
Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan
perubahan obat suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal
ini untuk mengurangi biaya perawatan dan mencegah infeksi
nosokomial.
Perubahan ini dapat diberikan secara sequential (obat sama, potensi
sama), switch over (obat berbeda, potensi sama) dan step down
(obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah). Kriteria untuk
Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah : 12
1. Temp 37,8 C, Kesadaran baik
2. Denyut jantung 100 denyut / menit,
3. Respirasi rate 24 napas / menit
4. Tekanan darah sistolik 90 mmHg
5. Saturasi O2 arteri 90% atau pO2 60 mmHg pada ruang udara,
6. Kemampuan untuk mengambil asupan oral.
KOMPLIKASI

Efusi pleura dan empiema. Terjadi pada sekitar 45% kasus. Cairannya transudat dan steril. Terkadang pada
infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat.

Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa meningitis. Dapat juga
terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peninggIan ureum dan enzim hati. Kadang-
kadang terjadi peninggian fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik.

Hipoksemia akibat gangguan difusi.

Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi oleh kuman anaerob dan
bakteri gram negative.

Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman
anaerob S. aureus, dan kuman Gram (-) seperti Pseudomonas aeruginosa.

Bronkiektasis. Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi dapat juga oleh infeksi
berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia, tuberkulosis, atau
pneumonia nekrotikans. 10
PROGNOSIS

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak


ditemukannya antibiotik. Faktor yang berperan adalah patogenitas
kuman, usia, penyakit dasar dan kondisi pasien. Secara umum angka
kematian pneumonia pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat
meningkat menjadi 60% pada orang tua dengan kondisi yang buruk
misalnya gangguan imunologis, sirosis hepatis, penyakit paru obstruktif
kronik, atau kanker. Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 3 atau lebih
lobus dan komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang
buruk. Kuman gram negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek.
PENCEGAHAN

Pola hidup sehat termasuk tidak merokok

Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin


influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang
efektivitinya. Pemberian vaksin tersebut diutamakan untuk
golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut, penyakit kronik ,
diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll. Vaksinasi
ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun.
Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan
reaksi yang jarang terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3.
KESIMPULAN

Infeksi parenkim paru yang


Paling banyak disebabkan
Pneumonia dapat menyerang segala
oleh infeksibakteri
usia

Prognosisnya baik jika


mendapat terapi antibiotik
yang adekuat, faktor Tatalaksana antibiotik Diagnosis gejala klinis,
predisposisi pasien dan ada yang sesuai & terapi suportif p.fisik, p.penunjang
tidaknya komplikasi yang
menyertai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai