Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

STASE ILMU PENYAKIT PARU

HEMOPTYSIS

Oleh :
Yohana Pandora R. S
J500110090
Pembimbing :dr. Niwan Tristanto M., Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARU


BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ILMU PENYAKIT PARU

HEMOPTYSIS
Diajukan oleh :
Yohana Pandora R. S
J500110090

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada hari Kamis , 27 Agustus
2015.
Pembimbing :
dr. Niwan Tristanto M., Sp.P

(..........................)

Dipresentasikan di hadapan :
dr. Niwan Tristanto M., Sp.P

(..........................)

Disyahkan Ka. Program Profesi :


dr. Dewi Nirlawati

(..........................)

BAB I
LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS
Pasien Nama

: Ny. S

Umur

: 52 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Pepe RT 2/5 Langenharjo Grogol Sukoharjo

Status perkawinan

: Menikah

Agama

: Kristen

Suku

: Jawa

Tanggal pemeriksaan : 28 Agustus 2015


No. RM
II.

: 076600

ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Batuk darah
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD BBKPM kiriman dari RS Dr. OEN tanggal 28
Agustus 2015 pukul 21.00 dengan keluhan batuk darah. Batuk darah
sejak 3 hari yang lalu sebanyak 200 cc. Batuk darah berwarna merah
segar, konsistensi kental dan cair. Batuk darah disertai penurunan
kesadaran, sesak, nyeri dada. gemrebeg, nafsu makan menurun.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa
Riwayat OAT
Riwayat asma
Riwayat hipertensi
Riwayat diabetes melitus
Riwayat penyakit paru
Riwayat penyakit jantung
Riwayat penyakit ginjal
Riwayat penyakit liver

: disangkal
: diakui
: disangkal
: diakui
: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa
Riwayat OAT
Riwayat asma
Riwayat hipertensi
Riwayat diabetes melitus
Riwayat penyakit paru
Riwayat penyakit jantung
Riwayat penyakit ginjal
Riwayat penyakit liver
Riwayat alergi

III.

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum : baik
Kesadaran
: kompos mentis (E4V5M6)
Berat badan
: 55 kg
Tinggi badan
: 158 cm
Vital Sign
:
-

Tekanan darah : 154/79 mmHg

Frekuensi Nafas : 22 x/ menit

Frekuensi Nadi : 109 x/ menit

Suhu : 36,2o C

B. Pemeriksaan Fisik :
Kepala

: Normocephal, Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera

Leher

Ikterik (-/-), Sianosis (-)


: Leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi
trachea (-), massa (-), JVP (-), Pembesaran Kelenjar
Limfe (-)

Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : kelainan bentuk dada (-),gerak dada kiri
tertinggal, tidak ditemukan retraksi intercostae, spider

nervi (-), pelebaran vena superficial (-), benjolan/massa


(-)
Palpasi :
Tidak terdapat ketinggalan gerak :
Depan
Belakang
-

Fremitus :
Depan
N
N
N

Belakang
N
N
N

N
N
N

Perkusi :
Depan

N
N
N

Belakang

S : Sonor
R : Redup
Auskultasi :
SDV : Depan
+
+
+

+
+
+

Belakang
+
+
+

+
+
+

Suara tambahan :
Wheezing: (-/-)
Ronkhi : (+/+)
Jantung :
Jantung
Inspeksi

Hasil pemeriksaan
Dinding dada pada daerah pada daerah pericordium
tidak cembung/cekung, tidak ada memar maupun

Palpasi

sianosis, ictus cordis tampak


Ictus cordis kuat angkat

Perkusi

Batas Jantung :
Batas Kiri Jantung
^ Atas : SIC II di linea sternalis sinistra.
^ Bawah : SIC V1 cm ke medial linea midclavicula
sinistra.
Batas Kanan Jantung
^ Atas : SIC II lineasternalis dextra

Auskultasi

^ Bawah : SIC IV linea sternalis dextra


BJ I/II murni reguler, bising (-), gallop (-)

Abdomen :
Abdomen
Inspeksi

Hasil pemeriksaan
Perut tidak buncit, Ascites (-), Distended (-), sikatriks

Auskultasi
Palpasi

(-)
Suara peristaltik (normal), suara tambahan (-)
Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,

Perkusi

ginjal tidak teraba, defans muskular (-)


Suara timpani (+), nyeri ketok costovertebrae (-)

Extremitas : clubbing finger (-), edema ekstremitas (-)


IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin 25/8/15
Darah Rutin
Hemoglobin
PCT
Leukosit
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin
Glukosa
Sewaktu

Nilai
12.9
0,223
14.220
25
15
27,2
0,92
206

Pemeriksaan foto thorak


1. Tanggal 26 agustus 2015

Nilai normal
12,3-15,3
0,108-0,282
4000 1000
45
35
<40
0.5 1.5
76-115

Satuan
g/dl
%
/L
u/L
u/L
Ml/gr
Ml/gr
Mg/dL

Cor

= normal

Pulmo

= terdapat gambaran konsolidasi di paru sebelah


kiri. Sinus paru kiri tidak tampak dengan diafragma yg
tidak tampak.

Kesan

V.

= tampak fibro infiltrat

DIAGNOSIS KERJA
Hemoptosis pada pasien bekas TB paru

VI.

Terapi
Vit K tab 3x1
Metilprednisolone tab 4 mg 3x1
Vit C 1x1
As. Traneksamat tab 500 mg 1x1
NAC tab 200 mg 3x1
Forasma tab 2x1
Retaphyl SR - 0

VII.Prognosis
Ad sanam
: Dubia ad bonam
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Ad fungsional : Dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Batuk darah (hemoptoe atau hemoptysis) adalah darah atau dahak berdarah
yang dibatukkan, berasal dari saluran pernapasan bagian bawah (mulai dari
glotis ke arah distal), bukan berasal dari saluran pernapasan bagian atas atau
saluran pencernaan.
Berdasarkan jumlah darah yang keluar dari pursel membagi batuk darah
menjadi :
Derajat 1 : bloodstreak
Derajat 2 : 1-30 cc
Derajat 3 : 30-150 cc
Derajat 4 : 150-500 cc
Massive : > 500cc
Johnson membuat pembagian lain menurut darah yang keluar yaitu :
1. Single hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung kurang dari 7 hari
2. Reapeted hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung lebih dari 7 hari
dengan interval 2-3 hari
3. Frank hemoptysis yaitu bila keluar darah tanpa dahak
Berdasarkan banyaknya darah yang keluar, dibagi menjadi 2 yaitu hemoptisis
masif dan non masif
B. Etiologi
Penyebab hemoptysis secara umum dapat dibagi menjadi 4, yaitu infeksi,
neoplasma, kelainan kardiovaskular, dan hal lain yang jarang terjadi kejadiannya
a. Inflamasi

1) Bronkitis
2) Tuberkulosis
3) Bronkiektasis
4) Fibrosis kistik
5) Abses paru
6) Pneumonia, terutama klebsiella
7) Emboli paru septic
8) Penyakit parenkim akibat jamur
b. Neoplasma
Kanker paru : sel skuamosa adenokarsinoma
Adenoma bronkial
c. Kelainan kardiovaskular
d. Lain lain
Tromboemboli paru
Stenosis mitral
Gagal jantung kiri
Trauma trakeobronkial termasuk benda asing dan benturan paru
Bronkolitiasis
Fistula
C. Patofisiologi
Arteri arteri bronkialis adalah sumber darah utama bagi saluran napas,
pleura, jaringan limfoid intra pulmonar, serta persarafan didaerah hilus. Arteri
pulmonalis yang membawa darah dari vena sistemik, memperdarahi jaringan
parenkim paru, termasuk bronkiolus respiratorius. Anastomosis arteri dan vena
bronkopulmonar, yang merupakan hubungan antara kedua sumber perdarahan
diatas, terjadi didekat persambungan antara bronkiolus respiratorius dan
terminalis. Anastomosis ini memungkinkan kedua sumber darah untuk saling
mengimbangi. Apabila aliran dari salah satu sistem meningkat maka pada
sistem yang lain akan menurun. Studi arteriografi menunjukkan bahwa 92 %
hemoptisis berasal dari arteri arteri bronkialis. Secara umum bila perdarahan
berulang, maka perdarahan seringkali berhubungan dengan peningkatan
vaskularitas dilokasi terlibat.
Mekanisme terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut:
1. radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah
menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk
menimbulkan batuk darah.

2. infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada
pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
3. pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti
pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.
4. kelainan memban alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran seperti membran, seperti
pada goodpastures syndrome
5. perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan
aneurisma rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang
pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan
pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial.
Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah
bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat
menimbulkan hemoptisis masif.
6. invasi tumor ganas
7. cidera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudai
ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah
D. Pathogenesis
Hemoragik pada hemoptisis berasal dari arteri pulmonal dan atau arteri
bronkialis. Penyakit (kondisi paru) yang menyebabkan hemoptisis dapat
terjadi pada keadaan sebagai berikut dibawah ini :
1. perdarahan intra alveol dan diapesis sel eritrosit dari kapiler kedalam alveoli
(odem paru akut)
2. nekrose jaringan paru yang disertakan dengan perdarahan kedalam alveoli
3. pecahnya pembuluh darah endobronkial akibat adanya regangan (mitral
stenosis)

4. ulserasi dan erosi epitel bronkus (bronkitis, bronkolitiasis)


5. tertumpahnya ini dari lesi kaseosa kedalam percabangan trakeobronkial (TB
paru)
6. invasi tumor paru kedalam pembuluh darah
7. pecahnya fistula arterio-veous (Osler-weber-Rendu disease) pecahnya
hubungan kollateral pembuluh darah arteri-vena bronkus (bronkiektasis) atau
pecahnya kollateral sistem pembuluh darah arteri vena paru
8. nekrose jaringan paru akibat adanya peradang dan pecahnya pembuluh
darah (nekrotisasi parenkim paru karena pneumonia dan infeksi parasit.
9. pecahnya aneurisma aort kedaam percabngan trakheobronkhialis
10. pemakaian anti koagulan dan obat-obat imunosupresif yang menyebabkan
terjadinya perdarahan intra paenkimal.
TB PARU
Infeksi paru oleh M. Tuberkulosis reaksi imun necrosis kaseosa
terbentuknya tuberkel tuberkel pecah darah masuk ke bronkiolus
reflek batuk hemoptysis

E. Manifestasi klinis
Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan perdarahan
tersebut berasal dari saluran napas bawah bukan dari nasopharing atau dari GI
track. Maka kita harus membedakan antara batuk darah dengan muntah darah.
Keadaan

Batuk Darah

Muntah Darah

Prodromal

Rasa
tidak
ditenggorokan,
batuk

Onset

Darah dibatukkan, dapat Darah dimuntahkan dapat


disertai dengan muntah
disertai dengan batuk

Tampilan

Darah berbuih

Tidak berbuih

Warna

Merah segar

Tidak berbuih

Isi

Leukosit,

Sisa makanan

enak Mual, stomach distress


ingin

mikroorganisme,
hemosiderin, makrofag
pH

Alkalis

asam

RDP

Penyakit paru

Peminum alkohol, ulkus


peptik, kelainan paru

Anemis

Kadang

Sering

Tinja

Blood test (-)

Blood test (+)

F. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan jantung :
- S1, S2, murmur, gallop
- JVP meningkat/tidak
2. pemeriksaan abdomen : hepatomegali
3. kulit : echimosis, petechie, telangiektasia, gingivitis atau perdarahan dari
mulut atau hidung
4. tungkai : edema / tidak

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tepi lengkap, peningkatan hematokrit menunjukkan adanya
kehilangan darah yang akut. Jumlah sel darah putih yang meninggi
mendukung adanya infeksi. Tombositopenia mengisyaratkan kemugkinan
koagulopati; trombositosis mengisyaratkan kemungkinan kanker paru. Kajian
koagulasi, pemeriksaan hemostase berupa waktu protombin (PT) dan waktu
tromboplastin partial (aPTT)

apabila dicurigai adanya koagulopati atau

apabila pasien tersebut menerima warfarin/heparin. Analisis gas darah arterial


harus diukur apabila pasien itu sesak yang jelas dan sianosis. Pemeriksaan
dahak, pasien dengan darah bercampur dahak, pewarnaan gram, BTA atau

preparasi kalium hidroksida dapat mengungkapkan penyebab infeksi dan


pemeriksaan sitologi untuk kanker.
Pencitraan (imaging). Radiografi dada akan menunjukkan adanya massa paru,
kavitas atau infiltrat yang mungkin menjadi sumber perdarahan. Sedangkan
sebab perdarahan yang sukar dilihat pada bronkiektasis, dapat dilihat dengan
pemeriksaan bronkografi. Tindakan bronkoskopi sebaiknya dilakukan sebelum
perdarahan berhenti untuk mengetahui asal perdarahan. Arteriografi bronkial
selektif dilakukan bla bonkoskopi tidak dapat menunjkan lokasi perdaraha
masif.
Bronkoskopi. Saluran napas dapat divisualisasi dengan menggunakan
bronkoskopi kaku atau fibrtik. Bronkoskopi fibotik dengan anestesia topikal
paling sering digunakan karena instrumen fleksibel ini dapat memvisualisasi
bronki subsegmental dan saluran napas serta lebih nyaman pasien.
Bronkoskopi kaku perlu bagi pasien dengan hemoptisis masif dan ketika
dicurigai terjadi aspirasi benda asing. Indikasi bronkoskopi untuk batuk darah
adalah: (1) bila tidak didapatkan kelainan radiologik; (2) batuk darah yang
berulang; (3) batuk darah masif, sebagai tindakan terapeutik yaitu
membersihkan gumpalan darah yang keluar/ penghisapan dan untuk
menghentikan perdarahan.
H. Diagnosis Banding
1. Pneumonia (demam, nyeri dada dan sesak)
2. TB (batuk lama, keringat malam, BB turun & malas)
3. Pulmonary embolism (edema dan nyeri tungkai)
I. Penatalaksanaan
Batuk yang berkurang/tidak masif dapat ditangani secara konservatif sedang
batuk darah masif memerlukan tindakan yang lebih agresif-intensif seperti
bronkoskopi

atau

operasi.

Tujuan

pokok

terapi

adalah

mencegah

tersumbatnya saluran pernapasan oleh bekuan darah, mencegah kemungkinan


penyebaran infeksi dan menghentikan perdarahan.
1. Streaking dan hemoptisis ringan
a. Terapi dasar berupa mengistirahatkan pasien, dengan posisi paru yang
mengalami perdarahan dibawah. Reflek batuk harus ditekan dengan
kodein fosfat 30 60 mg IM setiap 4-6 jam selama 24 jam.

Obat penekan batuk hanya diberikan bila terdapat batuk yang


berlebihan dan merangsang timbulsanya perdarahan lebih banyak
b. Terapi spesifik berdasarkan atas penyakit dasar penyebab perdarahan
tersebut
2. Hemoptisis masif
a. Terapi umum
Mempertahankan terbukanya saluran napas. Pemasangan selang
endotrakeal memungkinkan kita melakukan pengisapan darah dari
saluran pernapasan dan kemudian menghubungkan dengan suatu
ventilator (Sudoyo dkk, 2006).
Apabila diketahui lokasi perdarahan, maka pasien harus ditempatkan
dengan paru yang mengalami perdarahan dibawah untuk melindungi
paru yang baik
Menekan batuk dengan kodein fosfar 30-60 mg secara intramuskular.
Mempertahankan tekanan darah dengan darah segar ekspander.
Apabila dicurigai terjadinya koagulopati, maka dapat diberikan plasma
segar beku (fresh-frozen plasma)
b. Terapi bedah
Indikasi tindakan bedah menurut Busroh adalah batuk darah > 600
cc/24 jam dan dalam pengamatan batuk darah tidak berhenti atau batuk
darah 250 600 cc/24 jam, Hb > 10gr %dan dalam pengamatan 48 jam
perdarahan tidak berhenti
Tindakan bedah meliputi
1) Reseksi paru, ditujukan untuk membuang sisa sisa kerusakan
akibat penyakit dasarnya, berdasarkan foto toraks dan pemeriksaan
faal paru, luasnya operasi dapat ditentukan sebelum operasi.
Prinsipnya adalah mempertahankan sebanyak mungkin jaringan
paru yang dianggap sehat.
Macamnya ada lubektomi (reseksi satu lobus), pneumonektomi
(reseksi satu paru seluruhnya), enukleasi (bila jaringan patologis
kecil dan jinak), dll.
c. Terapi kolaps
Bertujuan untuk mengistirahatkan bagian paru yang sakit dengan cara
membuat kolaps jaringan paru yang sakit tersebut. Pendapat ini benar
untuk kelainan berbentuk kavitas, tetapi cara ini banyak ditinggalkan
karena komplikasi banyak.
Prosedurnya
diantaranya
ada
pneumoperitonium
(tindakan
memasukkan udara ke rongga peritoneum dengan tujuan menaikkan
diafragma agar terjadi kolaps pada jaringan paru dengan harapan lesi
diapikal akan menyembuh); pneumotoraks artificial (memasukkan
udara ke rongga pleura, kemudian secara bertahap ditambahkan udara
sehingga tercapai kolaps pada jaringan paru yang sakit. Karena sering

terjadi empiema, tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi); paralise n.


Phrenicus (dengan anastesi lokal nervus phrenicus dibebaskan dari
perlekatan di m. Scalenus anterior, kemudian saraf dirusak (crushed)
sehingga timbul paralise diafragma); dll.
d. Lain lain
Tindakan embolisasi artifisial atau Bronchial Artery Embolization
(penyuntikan gel-foam melalui katerisasi pada arteri bronkialis.
Menurut Ingbar emobolisasi berhasil menghentikan 95%perdarahan.
J.

Prognosis
Dubia et bonam

BAB III
KESIMPULAN
1) Hemoptysis adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan, berasal dari
saluran pernapasan bagian bawah, bukan berasal dari saluran pernapasan
bagian atas atau saluran pencernaan.

2) Berdasarkan jumlah darah yang terkandung dalam dahak, hemoptysis dibagi


menjadi:
Derajat 1 : bloodstreak
Derajat 2 : 1-30 cc
Derajat 3 : 30-150 cc
Derajat 4 : 150-500 cc
Massive : > 500cc
3) Tujuan dari terapi hemoptysis adalah mencegah terjadinya sumbatan jalan
napas oleh karena jendalan darah, dan untuk mencegah perluasan infeksi jika
etiologi dari hemoptysis adalah infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Halim,H. 2007. Hemoptysis . Dalam buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Sudoyo
et al. Pusat penerbitan Departemen IPD FKUI : Jakarta

2.

Dahlan Zul. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S,


editors. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Buku

3.

kedokteran EGC
Alsagaff, Hood dan Mukty, Abdul. 2011. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.

4.

Jakarta : EGC
Rubbins, Jeffrey MD, PhD; Chief Editor: George T Griffing, MD http://

5.

http://emedicine.medscape.com/article/299959-overview
PDPI, 2015. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia.
http://www.klikpdpi.com/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=4

Anda mungkin juga menyukai