Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM PRAKTEK KLINIK

KEPERAWATAN ANAK

Pasphoto

4x6

NAMA : ANGELIN DEACY NATALI

NIM : PO.71.3.201.18.1.056

PROGRAM : Diploma III Keperawatan (Reguler)

KELOMPOK : C

ALAMAT : GRIYA SUDIANG PERMAI

NO HP : 082190224890

PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT
DEMAM BERDARAH
A. KONSEP TEORI
1) PENGERTIAN
DBD adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan
dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah
Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

2) ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan koleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti betina. Virus ini menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
kapiler dam sistem pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat
menimbulkan kematian. Penyebab penyakit adalah virus yang mengganggu
pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
DHF juga disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus yang berbeda
antigen. Virus ini adalah kelompok flavirus dan serotipenya adalah DEN-1, DEN-
2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan
kekebalan seumur hidup, tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe
yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami
infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.

3) PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-
kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti
pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura
dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,
bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan
umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan
system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya
DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.

4) KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( ≤120 mmHg ), tekanan darah menurun,( 120/80
120/100 120/110 90/70 80/70 80/0 0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ³ 140x/mnt )
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
5) KOMPLIKASI
Komplikasi dari DHF diantaranya :
a. Syock atau renjatan
b. Efusi pleura
c. Penurunan kesadaran

6) PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeksiaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a) IgG dengue positif (dengue blood).
b) Trombositipenia.
c) Hemoglobin meningkat >20%.
d) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema,
hiponatremia, hypokalemia.
f) SGOT dan SGPT mungkin meningkat.
g) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
h) Waktu perdarahan memanjang.
i) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2<35-
40 mmHg, HCO3 rendah.
2. Pemeriksaan urine.
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3. Pemeriksaan serologi.
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien yang
diduga terkena DHF adalah:
a) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test).
b) Uji komplemen fiksasi (CF test).
c) Uji neutralisasi (N test).
d) IgM Elisa (Mac. Elisa).
e) IgG Elisa.
4. Pemeriksaan radiology
a) Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
b) Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.

7) MEDIKASI (TINDAKAN MEDIS,PENGOBATAN)


a. Tindakan Medis
1) Tirah baring/istirahat baring.
2) Diet makan lunak.
3) Minum banyak (2-2,5 Liter/24 jam) dapat berapa susu, teh manis, sirup.
4) Pemberian cairan intra vena (RL,NaCI)
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, respirasi)
Jika kondisi memburuk, observasi ketat tiap jam.
6) Pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit tiap hari
7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asitamenofen, eukinin
atau dipiron (kolaborasi dengan dokter) juga pemberian kompres dingin.
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9) Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
(kolaborasi dengan dokter)
10) Monitor tanda-tanda dini rejatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang
memburuk.
11) Pemberian O2 pada pasien yang mengalami rejatan.
12) Antibiotik diberikan atas indikasi misalnya komplikasi infeksi bacterial.
13) Eksponder plasma/dextan ( pada kasus rejatan hebat ).
b. Pengobatan
1) Untuk mengatasi demam sebaiknya diberikan parasetamol. Salisit tidak
digunakan karena memicu perdarahan asidosis.
2) Parasetamol diberikan selama demam masih mencapai 39 OC, paling
banyak 6 dosis dalam 24 jam.
3) Kadang-kadang diperlukan obat penenang pada anak-anak yang sangat
gelisah,kegelisahan ini dapat terjadi karena dehidrasi atau gangguan fungsi
hati.
4) Haus dan dehidrasi merupakan akibat dari demam tinggi, tidak adanya
nafsu makan dan muntah.
5) Untuk mengganti cairan yang hilang, harus diberikan cairan yang cukup
melalui mulut atau intravena. Cairan yang dimium sebaiknya mengandung
elektrolit seperti oralit. Cairan yang lain yang bias juga diberikan adalah
jus buah-buahan.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Tuliskan Pengkajian apa saja yang dilakukan untuk memperoleh data untuk
menegakkan diagnosis keperawatan sesuai kaidah penulisan.
a. Anamnesis
1) Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Suku Dan Bangsa :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
No.RM :
Tanggal Masuk Rs :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa Medis :

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hub Dengan Pasien :

3) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama :
b) Riwayat Keluhan Utama :
c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
d) Riwayat Kesehatan Keluarga :
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien
(inspeksi adanya lesi pada kulit).
2) Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke
jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ
tubuh.
3) Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien.
4) Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop
(auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Keadaan umum :
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut:
- Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah.
- Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
- Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen,
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
- Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin
berkeringat dan kulit tampak sianosis.
b) Kepala dan leher.
- Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
- Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-
kadang) sianosis.
- Hidung : Epitaksis
- Tenggorokan : Hiperemia
- Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior.
c) Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.Pada Stadium IV :
- Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
- Perkusi : Suara paru pekak.
- Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
d) Abdomen (Perut).
- Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi
turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment point
(Stadium IV).
e) Anus dan genetalia.
- Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
- Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
f) Ekstrimitas atas dan bawah.
- Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
- Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
- Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada
jari tangan dan kaki.
c. Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
2) Trambositopenia (≤100.000/ml).
3) Leukopenia.
4) Ig.D. dengue positif.

Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,


dan hiponatremia.

5) Urium dan Ph darah mungkin meningkat.


6) Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
7) SGOT/SGPT mungkin meningkat

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Hipertermi b.d Proses Infeksi virus dengue d.d Suhu Tubuh Meningkat
b. Risiko Gangguan Pertumbuhan d.d Proses Infeksi
c. Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan d.d Keluarga Pasien ingin
Anaknya Meningkatkan cairan, Jumlah cairan dan Turgo kulit normal kembali.

3. TUJUAN
a. Hipertermi b.d Proses Infeksi virus dengue d.d Suhu Tubuh Meningkat
Setelah dilakukan perawatan selama 3 × 24 jam diharapkan Hipertermi
teratasi. Kriteria Hasil :
1) Termoregulasi Normal
2) Status Cairan Meningkat
3) Status Nutrisi Meningkat
4) Status Kenyaman Meningkat
b. Risiko Gangguan Pertumbuhan d.d Proses Infeksi
Setelah dilakukan perawatan selama 3 × 24 jam diharapkan Risiko
gangguan pertumbuhan teratasi. Kriteria Hasil :
1) Status Pertumbuhan Normal
2) Berat Badan Meningkat
3) Status Nutrisi Meningkat
c. Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan d.d Keluarga Pasien ingin
Anaknya Meningkatkan cairan, Jumlah cairan dan Turgo kulit normal kembali.
Setelah dilakukan perawatan selama 3 ×24 jam diharapkan kesiapan
peningkatan Kesimbangan cairan teratasi. Kriteria Hasil :
1) Keseimbangan cairan Meningkat
2) Perilaku kesehatan Meningkat
3) Tingkat Pengetahuan Meningkat

d. INTERVENSI
1) Hipertermi b.d Proses Infeksi virus dengue d.d Suhu Tubuh Meningkat
Intervensi :
a) Observasi Tanda-tanda vital
b) Berikan kompres air hangat pada kepala dan axilla
c) Edukasi program pengobatan
d) Kolaborasi pemberian obat intravena/obat oral
2) Risiko Gangguan Pertumbuhan d.d Proses Infeksi
Intervensi :
a) Observasi Risiko gangguan pertumbuhan
b) Berikan pengontrolan pada infeksi
c) Edukasi Nutrisi parenteral
d) Kolaborasi terapi keluarga
3) Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan d.d Keluarga Pasien ingin
Anaknya Meningkatkan cairan, Jumlah cairan dan Turgo kulit normal
kembali.
Intervensi :
a) Observasi intake dan output cairan
b) Manejemen demam
c) Edukasi terapi cairan
d) Kolaborasi terapi intravena

4. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan
langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai