MAKALAH FRAKTUR
DISUSUN OLEH :
NIM : PO713201181051
KELAS : 2.B
PRODI D3 KEPERAWATAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah yang paling sering terjadi pada tulang adalah fraktur (patah tulang). Hal
ini bisa terjadi kapan saja dan oleh siapa saja. Biasanya fraktur ini terjadi akibat
cedera, misalnya pukulan, terjatuh atau mungkin akibat gerakan memuntir saat
bermain sepak bola atau lainnya.Tulang manapun bisa patah, tapi keretakan paling
sering terjadi pada lengan, kaki, dan telapak tangan. Terkadang kecelakaan secara
tiba-tiba dapat menyebabkan fraktur juga sering membuat orang panic dan tidak
tahu apa yang harus dilakukan. Karena kurangnya informasi dan pengetahuan
yang dimiliki, akibatnya banyak orang pergi ke dukun pijat karena mereka
beranggapan bahwa gejala fraktur sama dengan gejala terkilir. Oleh karena
penting bagi kita untuk mengetahui apa itu fraktur agar tidak terjadi masalah yang
lebih fatal.
2
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau
patah tulang yang utuh (Reeves C.J , Roux G & Lockhart R, 2001)
Fraktur juga merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda
Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang diserap oleh tulang.
Fraktur sendiri merupakan kerusakan structural dalam tulang, lapisan epifisis
atau permukaan sendi tulang rawan. Sementara kerusakan pada tulang sering kali
langsung terlihat nyata, kerusakan pada jaringan lunak sekitarnya dapat luput dari
deteksi klinis yang dini. Kerusakan jaringan lunak yang berhubungan dengan
suatu fraktur sangat bermakna secara klinis dan akhirnya dapat memengaruhi hasil
klinis.
Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, di
bagi menjadi beberapa kelompok :
A. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
1) Fraktur tertutup (closed/sederhana), dikatakan tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut
juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Atau
permukaan fraktur tidak bersinggungan dengan kulit atau selaput
lendirnya. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang
berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera
jaringan lunak sekitarnya.
b) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit
dan jaringan subkutan.
c) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio
jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
3
d) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak
yang nyata dan ancaman sindroma kompartement.
2) Fraktur terbuka (open/compound/majemuk), dikatakan fraktur terbuka
bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang memungkinkan
untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk kedalam
luka sampai ke tulang yang patah.
Derajat patah tulang terbuka :
a) Derajat I , Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi
fragmen minimal.
b) Derajat II , Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan
sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
c) Derajat III , Luka lebar, rusak hebat, atau hilang
jaringan sekitar.
B. Berdasarkan komlit atau ketidakkomplitan fraktur dibedakan menjadi :
1) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang atau
melalui kedua korteks tulang.
2) Fraktur inkomplit,bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Fraktur tempaan (Buckle/Torus),bila terjadi lipatan dari satu
korteks dengan tulang spongiosa dibawahnya. Atau suatu fraktur
yang satu korteknya terkompresi sementara korteks yang
berlawanan intak. Terjadi pada anak-anak.
c) Green stick fraktur, suatu fraktur tak sempurna yng ditimbulkan
oleh tenaga angulasi. Konteks yang berlawanan masih intak.
Terjadi pada anak-anak.
C. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma
1) Fraktur Transversal, fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi/langsung. Atau, sumbu panjang
tulang tegak lurus degan bidan fraktur. Biasanya disebabkan karena
cedera lipat dan kecepatan rendah.
4
2) Fraktur Oblik, fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.
3) Fraktur Spiral, fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi dan tenaga putar yang menyebabkan tulang
patah di sepanjang gars robek.
4) Fraktur Kompresi, fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain dan berkurangnya panjang
atau lebar segmen tulang yang disebabkan impaksi dari tulang
trabekula.
5) Fraktur Avulsi, fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang. Atau, fraktur yang dihasikan
oleh tenaga traksi pada tulang melalui enthesis
D. Berdasarkan jumlah garis patah
1) Fraktur Komunitif, fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental, fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3) Fraktur Multiple, fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
E. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser), garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2) Fraktur Displaced (bergese), terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen.
F. Berdasarkan posisi fraktur, sebatang tulang terbagi menjadi 3 bagian
1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal
G. Fraktur Kelelahan, fraktur akibat tekanan yang berulang ulang
H. Fraktur Patologis, fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
5
2.2 Etiologi Fraktur
Tulang paling kuat bila dikenai tenaga kompresi yang simetris. Beban tekuk
atau torsi menyebabkan gagalnya tegangan dan fraktur.
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang dan retak pada titik
terjadinya kekerasan. Frakttur demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tepat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagianyang
paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukuan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya
dan penarikan.
6
2) Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut
tidak mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimpanya.
3) Fraktur Patologis
Fraktur ini adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya
proses pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang
bermetastase atau osteoporosis.
Sedangkan etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3yaitu :
1) Cidera atau benturan
2) Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang
telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
3) Fraktur beban Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-
orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di
terima dalam angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai
latihan lari.
7
4) Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derki tulang yang
dinamakan krepitasi/krepitus yang teraba akibat gesekan antara frakmen
satu dengan yang lain.
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cidera.
6) Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.
Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linier atau fraktur impaksi
(permukaan patahan saling terdesak satu sama lain).
8
dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan
fiksasi internal maupun eksternal.
c) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk
mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan
tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi
kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan
beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi
medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat
kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang
telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan
fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang
yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki
fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain
meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol
ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas
hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap
9
3) Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan fraktur multibel tiba di RS dengan syok,
sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya
sendiri berupa pemberian transfusi darah dan cairan lainnya serta obat-obat
anti nyeri.
Fraktur langsung mulai pulih setelah peristiwa patah terjadi. Kalus (kapalan)
terbentuk di sekitar bagian yang patah untuk melindungi tulang selama proses
penyembuhan berlangsung. Proses ini dapat terlihat pada foto rontgen paling
cepat 2 minggu setelah kecelakaan terjadi.
Perawatan utama untuk fraktur adalah menstabilkan tulang agar dapat pulih
keposisi yang benar. Gips dari plester/resin sangat umum digunakan. Namun
kadang-kadang batang atau baut logam bisa disispkan untuk menyatukan bagian
yang patah/kerangka eksternal bisa ditanamkan pada tulang.
Proses penyembuhan ini memakan waktu satu sampai tiga bulan, tergantung
pada usia dan kesehatan, serta jenis fraktur. Antibiotic biasanya diperlukan jika
terjadi fraktur terbuka, karena fraktur jenis itu rentan terhadap infeksi.
10
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau
patah tulang yang utuh (Reeves C.J , Roux G & Lockhart R, 2001)
Fraktur juga merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda
Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang diserap oleh tulang.
Perawatan utama untuk fraktur adalah menstabilkan tulang agar dapat pulih
keposisi yang benar. Gips dari plester/resin sangat umum digunakan. Namun
kadang-kadang batang atau baut logam bisa disispkan untuk menyatukan bagian
yang patah/kerangka eksternal bisa ditanamkan pada tulang.
3.2 Saran
Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) fraktur sangat perlu
untuk diketahui. Hal ini mengantisispasi adanya kecelakaan secara tiba-tiba dan
menyebabkan fraktur. Dengan adanya pengetahuan tersebut, kita bisa memberikan
pertolongan secara darurat jika tidak ada pos kesehatan atau rumah sakit terdekat
agar korban kecelakaan bisa diselamatkan.
11
LAMPIRAN
1 2 3 4 5
Keterangan
No 1. Fraktur Tertutup
No.2 Fraktur Terbuka
No.3 Fraktur Transversal
No.4 Fraktur Spiral
No.5 Fraktur Oblik
12
DAFTAR PUSTAKA
Davies Kim: 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot, Dina Mardiana,
Erlangga. Jakarta
http://www.scribd.com/doc/86545197/makalah-askep-fraktur
http://makalahperawat.blogspot.com/2011/02/fraktur.html
http://aceh.tribunnews.com/2013/06/23/pengobatan-patah-tulang
http://heyaristi.tumblr.com/post/21492219673
13