Anda di halaman 1dari 12

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Teori


1.1.1 Pengertian
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot / nyeri sendi yang disertai ruam,
trombositopenia dan diatesis hemoragik (Amin dan Hardi, 2015). DBD adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue arbovirus yang masuk kedalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Suriadi & Yuliani, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), Dengue Hemmorhagic Fever
(DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (WHO, 2011).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun
dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2016).
1.1.2 Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD),
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk
dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN-
2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2016). Di Indonesia pengamatan virus dengue yang di
lakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan ke empat serotipe di
temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang
dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat
(Depkes RI, 2016).
1.1.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue
(DD) dan DBD, ditandai dengan :
1. Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari di
kebanyakan kasus.
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan
melena.
3. Pembesaran hati (hepatomegali).
4. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi,
hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
1.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi DBD menurut WHO (2011), yaitu :
1. Derajat I tanda dan gejala demam, dan manifestasi perdarahan (Uji bendung
positif) dan tanda perembasan plasma.
2. Derajat II tanda dan gejala seperti derajat I ditambah perdarahan spontan.
3. Derajat III tanda dan gejala seperti derajat I dan II ditambahkan kegagalan
sirkulasi (nadi lemah, tekanan nadi ≤ 20 mmHg, hipotensi, gelisah, diuresis
menurun).
4. Derajat IV tanda dan gejala syok hebat dengan tekanan darah dan nadi yang
tidak terdeteksi
1.1.5 Patofisiologi

Arbovirus (melalui Infeksi virus


nyamuk aedes aegypti) Beredar dalam darah dengue(viremia)

Membentuk dan melepaskan Mengaktifkan


PGE 2 hipotalamus zat C3a, C5a sistem

Peningkatan reabsorpsi Permeabilitas


Hipertermi Na+ dan H2O membran meningkat

Agresi trombosit Kerusakan endotel Dengue Shock


pembuluh darah Syndrome
trombositopeni

Trombositopeni Merangsang & mengaktivasi Renjatan hipovolemik


faktor pembekuan dan hipotensi

DIC Kebocoran plasma

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi
Asidosis Metabolik jaringan tidak efektif

Resiko syok Hipoksia jaringan


(hypovolemik)

Kekurangan volume cairan Ke ekstravaskuler

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegali Asites

Penekanan intra abdomen


Ketidakefektifan Mual, muntah
Pola nafas
Nyeri Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
1.1.6 Pentalaksanaan
1. Terapi
a. Memenuhi kebutuhan cairan
b. Memberikan antipiretik dari golongan asetaminofen
2. Penatalaksanaan medis
Menurut Marni (2016) tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan dan
pemeriksaan diagnostik yaitu:
a. Pemasangan CVP (Central Venous Pressure)
CVP dipasangkan ketika anak mengalami renjatan berat untuk mengukur
tekanan vena central melalui vena safena magna atau vena jugularis.
b. Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang
banyak dan hebat Hb biasanya menurun. Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL.
c. Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi
kebocoran plasma. Nilai normal: 33- 38%.
d. Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia kurang
dari 100.000/ml. Nilai normal: 200.000-400.000/ml.
e. Leukosit mengalami penurunan dibawah normal. Nilai normal: 9.000-
12.000/mm³.

1.1.7 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Susalaningrum,R (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF akan
dijumpai sebagai berikut
1. Hb dan PCV meningkat (>20%).
2. Trombosite (< 35-40 mmHg HCO3 rendah.
3. IgD degue positif.
4. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponateremia.
5. Urin dan pH darah mungkin meningkat.
6. Asidosis metabolic: pCO2< 35-40 mmHg HCO3 rendah.
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
Menurut Nursalam, Susilaningrum & Utami. (2013), pengkajian yang muncul
pada pasien dengan DBD antara lain:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DBD adalah anak demam tinggi
dan kondisi anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil, saat demam
kesadaran komposmentis. Panas menurun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7,
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Pada DBD, anak bisa mengalami serangan ulang DBD dengan tipe virus
yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Bila anak mempunyai kekebalan tubuh yang baik, kemungkinan timbul
komplikasi dapat dihindari.
6. Riwayat gizi
Semua anak dengan status gizi yang baik maupun buruk dapat beresiko
apabila terdapat faktor predisposisinya. Pada anak menderita DBD sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
adekuat anak dapat mengalami penurunan berat badan, sehingga status
gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, lingkungan yang kurang
kebersihanya (air yang menggenang) dan gantungan baju dikamar.
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolik yaitu frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang.
b. Eliminasi alvi (BAB) yaitu kadang-kadang anak mengalami diare. DBD
pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urin yaitu perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak. Pada grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat yaitu anak sering mengalami kurang tidur karena sakit
atau nyeri otot dan persendian.
e. Kebersihan yaitu upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama tempat tempat sarangnya nyamuk
Aedes Aegypti.
f. Tanggapan bila ada keluarga yang sakit dan upaya untuk menjaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DBD, keadaan fisik
anak sebagai berikut:
a. Grade I: kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah; tanda-tanda
vital nadi lemah.
b. Grade II: kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah; adanya
perdarahan spontan petekia; perdarahan gusi dan telinga; nadi lemah,
kecil tidak teratur.
c. Grade III: kesadaran apatis; somnolen; keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil, tidak teratur; tensi menurun.
d. Grade IV: kesadaran koma; nadi tidak teraba; tensi tidak terukur;
pernafasan tidak teratur; ekstrimitas dingin; berkeringat dan kulit tampak
biru.
10. Sistem integumen
a. Kulit adanya petekie, tugor kulit menurun, keringat dingan, lembab.
b. Kuku cyanosis atau tidak.
11. Pemeriksaan diagnostik
a. Hb dan PCV meningkat (≥20%).
b. Trombositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
d. Ig. D dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponatrimia.
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik: pCO2

1.2.2 Diagnostik
1. Hipertermi
HIPERTERMIA D.0130
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
Penyebab :
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit ( mis.infeksi, kanker )
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolism
6. Respon trauma
7. Aktifitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
Gejala dan Tanda mayor Objektif :
Subjektif : 1. Suhu tubuh di atas nilai normal
( tidak tersedia )
Gejalra dan Tanda Minor Objektif :
Subjektif : 1. Kulit merah
( tidak tersedia ) 2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait :
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematurasi

SLKI
TERMOREGULASI
L.14134
Definisi :
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal.
Ekspektasi Membaik
Kriteria Hasil
Meningkat Cukup sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
Menggigil 1 2 3 4 5
Kulit merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrosianosis 1 2 3 4 5
Konsumsi
1 2 3 4 5
oksigen
Piloereksi 1 2 3 4 5
Vasokonstriksi
1 2 3 4 5
perifer
Kutis memorata 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Dasar kuku
1 2 3 4 5
sianolit
Hipoksia 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk membaik
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Kadar glukosa 1 2 3 4 5
darah
Pengisian kapiler 1 2 3 4 5
Ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5

2. Nyeri akut
D.0077 Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
Penyebab:
a) Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan tanda minor
Subjektif Subjektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)
Objektif Objektif
1. Tampak meringis 1. Tekanan darah meningkat
2. Bersikap protektif (mis. waspada, 2. pola napas berubah
posisi menghindari nyeri) 3. nafsu makan berubah
3. Gelisah 4. proses berpikir terganggu
4. Frekuensi nadi meningkat 5. Menarik diri
5. Sulit tidur 6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

SLKI
Tingkat Nyeri L.08066
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosioanal yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
hingga berat dan konstan.
Ekspetasi : Menurun
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
aktivitas
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap proktektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri 1 2 3 4 5
sendiri
Diaforesis 1 2 3 4 5
Perasaaan depresi 1 2 3 4 5
Perasaan takut 1 2 3 4 5
mengalami cedera
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum terasa 1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Focus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

1.2.3 Rencana Intervensi Keperawatan


1. Hipertermi
MANAJEMEN HIPERTERMIA I.15506
Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi
Tindakan :
Observasi :
1. Idintifikasi penyebab hipertemia ( mis, dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan incubator )
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluan urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis ( keringat
berlebih )
6. Lakukan pendinginan ekstrenal ( mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin
padadahi, leher,dada, abdomen, aksila )
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Nyeri akut
Manajemen Nyeri (1.08238)
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat badan dan konstan
Tindakan Observasi Tindakan Terapeutik
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Berikan teknik nonfarmakologis
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas untuk mengurangi rasa nyeri
nyeri 2. Kontrol lingkungan yang
2. Identifikasi skala nyeri memperberat rasa nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Identifikasi faktor yang memperberat 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
dan memperingan nyeri nyeri dalam pemilihan strategi
5. Identifikasi pengetahuan dan meredakan nyeri
keyaninan tentang nyeri
6. Idenifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri Tindakan Kolaborasi
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada Kolaborasi pemberian analgetik bila
kualitas hidup perlu
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgesic

Tindakan Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgestik
secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup
penerapan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi
keperawatan.
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Samarinda. 2016. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi,


Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan. Profil Kesehatan Kota Samarinda :
Kalimantan Timur.

Marni. (2016). Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. Jakarta: Erlangga.

Ngastiyah. (2014). Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Suriadi, Y, R. (2010). Buku pegangan praktis klinik asuhan keperawatan pada anak.
Edisi
2, Penerjemah Haryanto, EGC, Jakarta, hal 122.

Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak untu Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta : Salema Medika.

WHO. (2011). World health statistics 2011. Diakses tgl 9 Februari 2019. from
World Health Organization: https://www.who.int/gho/publicati
ons/world_health_statistics/EN_ WHS2 11_Full.pdf. Pukul 23.00 WIB.

World Health Organization (WHO). 2015. Impact of Dengue. Http://www.who.int/


csr/disease/dengue/impact/en/. diakses 25 November 2018

Anda mungkin juga menyukai