Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DHF ( Dengue Hemoragic Fever ) Di POLI ANAK
RSUD KAB BULELENG

Oleh :

GEDE SUKANTARA
16089014101

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2018
Laporan Pendahuluan

A. Konsep Dasar

1. Definisi
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan
Demam Berdarah Dengue (DBD). (NANDA NIC-NOC,2015).
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut,
ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes. (andra dan yessie KMB2,2013)
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa DHF
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan
melalui gigita nyamuk Aedes Aegypti, biasanya menyerang anak di bawah
usia 15 tahun dan dapat menimbulkan kematian.
2. Epidemiologi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis
yang bervariasi antara yang paling ringan, demam dengue (DD), DBD dan
demam dengue yang disertai renjatan atau dengue shock syndrome (DSS) ;
ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang terinfeksi.10 Host
alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke
dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-
1, Den-2, Den3 dan Den-4.1 Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat
30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negara - negara baru
dan, dalam dekade ini, dari kota ke lokasi pedesaan. Penderitanya banyak
ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia
Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia.
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara,
terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di
Brazil dan bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India.
Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang,
setengahnya dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian
setiap tahun; diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi
dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus
dengue melalui gigitan nyamuk setempat.
3. Etiologi
Penyebab dengue hemoragic fever (DHF) dinamakan virus dengue
tipe 1, tipe 2, tipe 3, tipe 4. Vektor dari DHF adalah Aedes Aegypti, aedes
albopictus, aedes aobae, aedes cooki, aedes hakanssoni, aedes plynesis, aedse
pseudoscutellaris, aedes rotumae (Sumarmo, 2005).
Virus dengue termasuk Flavivirus secara serologi terdapat 4 tipe yaitu
tipe 1, tpe 2, tipe 3, tipe 4. Dikenal 3 macam arbovirus Chikungunyan Onyong
– onyong dari genus Togavirus dan West Nile Fever dari genus Flavivirus,
yang mengakibatkan gejala demam dan ruam yang mirirp DB (Widagdo,
2011).
4. Klasifikasi
Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan
menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala peerdarahan spontan.
c. Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg).
d. Derajat IV : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur.
5. Tanda dan gejala
Kriteria kliniknya yaitu demam tinggi mendadak dan terus menerus
selama 2 – 7 hari dengan sebab yang tidak jelas dan hamper tidak dapat
dipengaruhi oleh antipiretika, manifestasi perdarahan: manipulasi (uji
tourniquet positif) dan spontan (petekie, ekimose, perdarahan gusi,
hemetemesis atau melena), pembesaran hati, dan syok. Sedangkan kriteria
laboratoriknya adalah trombositopenia: jumlah trombosit kurang lebih
100.000/mm3 dan hemokonsentrasi meningiinya nilai hematokrit atau Hb
lebih dari 20% dibandingkan dengan nilai pada masa konvalesense
(Rampaengan, 2007).
Tanda – tanda lanjut kelebihan cairan yang berat (WHO,2009) :
- Edema paru
- Sianosis
- Syok ireversibel
6. Patofisiologi
Manifestasi terjadi DHF ialah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoregic. Pada kasus berat, renjatan terjadi
secara akut nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah pada penderita dengan renjatan berat,
volume plasma dapat menurun sampai lebih 30%. Renjatan hipovolemik yang
terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat
mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Kelainan
yang paling sering ditemukan ialah perdarahan di kulit berupa ptekie,
perdarahan di saluran pencernaan, paru, dan jaringan periodrenal, hati
membesar, terdapat perlemakan, yang disertai perdarahan atau sarang nekrosis
hemoregik (IKA-FKUI, 2005: 610).
7. Pathway DHF
Nyamuk mengandung virus
Dengue

Menggigit manusia

Virus masuk aliran darah


Mekanisme tubuh Masuk ke pembuluh darah
Untuk melawan virus Viremia otak melalui aliran darah
sehingga mempengaruhi
Peningkatan asam Komplemen antigen hipotalamus
lambung antibody meningkat

Suhu tubuh
Mual, muntah Pelepasan peptida meningkat

Gangguan Pembebasan histamine


pemenuhan
nutrisi : kurang
dari kebutuhan Peningkatan permeabilitas
tubuh
dinding pembuluh darah

Kebocoran plasma Plasma banyak


Mengumpul Pada
Jaringan Interstitial
tubuh

Hb turun Perdarahan Oedema


ekstraseluler
Nutrisi dari O2 Menekan syaraf C
kejaringan menurun
Resiko Syok
hipovolemik
Gangguan rasa
Tubuh lemas Nyaman : nyeri

Intoleransi
Aktivitas
8. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum dan Tanda – Tanda Vital
Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tinggi; nadi
cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba; sesak nafas; tekanan darah menurun
(sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
2. Sistem Tubuh
2.1. Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem
pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak
napas sehingga memerlukan pemasangan oksigen. Pemeriksaan fisik : Pada
derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan pharingitis karena demam yang
tinggi, terdapat suara napas tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4
napas dangkal dan cepat disertai penurunan kesadaran.
2.2. Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi 2 – 7 hari,
mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah; derajat 3 dan 4 orang tua
/ keluarga melaporkan pasien mengalami penurunan kesadaran, gelisah dan
kejang. Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satu-
satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura, ekimosis,
dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin padadaerah akral, nadi
cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya volume plasma, meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, trombositopenia dan diatesis
hemorhagic. Derajat 4 shock, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
2.3. Persarafan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel karena
demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat kesadaran.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva mengalami perdarahan,
dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat kesadaran, gelisah, GCS
menurun, pupil miosis atau midriasis, reflek fisiologis atau patologis sering
terjadi.
2.4. Perkemihan – Eliminasi Urinaria
Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing.
Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria), warna
berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4.
2.5. Pencernaan – Eliminasi Fekal
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu makan,
haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu hati, konstipasi. Pemeriksaan
fisik : Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hiperemia tenggorokan, derajat 3
dan 4 terdapat pembesaran hati dan nyeri tekan, sakit menelan, pembesaran
limfe, nyeri tekan epigastrium, hematemisis dan melena.
2.6. Muskuloskeletal
Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot, persendian dan
punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajah memerah, pada derajat 3 dan
4 terdapat kekakuan otot / kelemahan otot dan tulang akibat kejang atau tirah
baring lama. Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi, otot,
punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah dapatdisertai
tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4 pasien mengalami parese atau
kekakuan bahkan kelumpuhan.
9. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia (100.000/UL
atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari meningginya nilai
hematokrit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit
pada masa konvalensi. (IKA FKUI, 2005: 612).
10. Penatalaksanaan
a. Tirah baring atau istirahat baring
b. Diet makan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirop dan
beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting
bagi penderita DHF.
d. Pemberian caairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl) Ringer Laktat
merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan, mengandung
Na+ 130 mEq/liter Cl 109 mEq/liter dan Ca++ 3 mEq/liter
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam
f. Periksa Hb,Ht dan trombosit setiap hari
g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golonganasetaminofen, eukinin
atau dipiron (kolaborasi dengan dokter). Juga pemberian kompres dingin
h. Monitor tanda-tanda pendarahan lebih lanjut
i. Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi
dengan dokter)
j. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
11. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) komplikasi DBD sebagai berikut :
a. Gagal Ginjal
b. Efusi Pleura
c. Hepatomegali
d. Gagal jantung
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Umum
 Identitas Pasien : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan,
Agama, Suku Bangsa, Pekerjaan, Alamat, Nomber Regristrasi.
 Identitas Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status
Perkawinan, Suku/Bangsa, Pekerjaan, Alamat, dan Hubungan dengan
Pasien.
 Riwayat Kesehatan Sekarang : Keluhan umum yang dirasakan pasien,
alasan masuk rumah sakit dan riwayat rumah sakit.
 Riwayat kesehatan masa lalu :
 Pemyebab apakah pernah mengalami penyakit yang serius atau
tidak
 Riwayat perawatan jika pasien sudah pernah dirawat dengan
penyakit yang sama
 Riwayat operasi untuk mengetahui apakah pasien sudah pernah
operasi atau tidak
 Riwayat pengobatan untuk mengetahui pengobatan apa saja
yang sudah dilakukan pasien dari kesembuhan penyakitnya.
b. Pola – Pola fungsi menurut Gordon
 Pola manajemen kesehatan : keluarga pasien mengatakan sebelum
sakit klien sering memeriksakan kesehatanya.
 Pola nutrizi dan metabolism : sebelum sakit pasien makan minum
dengan normal.
 Pola eliminasi : pasien mengatakan BAB dan BAK secara normal
 Pola istirahat tidur : pasien mengatakan istirahat tidur sedikit
terganggu
 Pola aktivita dan latihan : pasien mengatakan aktivitas tidak seperti
sebelumnya
 Pola persepsi kognitif : pasien mampu menginggat sesuatu yang
dilakukan
 Pola mekanisme koping : pasien selalu meminta pertimbangan dengan
keluarga
 Pola peran dan hubungan : pasien berhubungan dengan baik dengan
orang lain
 Pola reproduksi seksual : pasien berjenis kelamin laki – laki
 Pola konsep diri dan persepsi diri : pasien sebagai seorang anak kecil
 Pola keyakinan diri : pasien selalu melakukan kegiatan keagamaan
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a) Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi
virus dengue.
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
c) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d) Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria evaluasi
1 Peningkatan Setelah diberikan Nic:
Fever Treatment
suhu tubuh asuhan
O:
(hipertermi) keperawatan - Kaji saat - Untuk
timbulnya mengidentifik
berhubungan selama ...X... jam
demam. asi pola
dengan diharapkan :
demam pasien.
infeksi virus Peningkatan suhu - Tanda-tanda
- Observasi
dengue. tubuh dapat tanda – tanda vital
vital setiap 3 merupakan
teratasi.
jam. acuan untuk
Noc : mengetahui
Thermoregulation keadaan
umum pasien.
Kriteria Hasil :
N:
- Suhu normal
- Beri kompres
(35° C- 37,5° - Kompres
hangat pada
hangat dapat
C) dahi.
mengembalika
- Pasien bebs n suhu normal
dari demam memperlancar
sirkulasi.
- Mengurangi
- Beri banyak
panas secara
minum ( ± 1-
konveksi
1,5 liter/hari)
(panas
sedikit tapi
terbuang
sering.
bersama urine
dan keringat
sekaligus
mengganti
cairan tubuh
karena
penguapan).

E:
- Beri penjelas - Penjelasan yang
an pada diberikan pada
keluarga klien keluarga klien
tentang bisa mengerti
penyebab dan kooperatif
meningkatnya dalam
suhu tubuh. memberikan
tindakan
keperawatan.

C:
- Kolaborasi - Dapat
pemberian menurunkan
obat anti demam
piretik.

2 Nutrisi Setelah diberikan Nic:


Nutrition
kurang dari asuhan
Management
kebutuhan keperawatan
O:
berhubungan selama ...X... jam
- Kaji keadaan - Memudahkan
dengan mual, diharapkan.
umum klien. untuk intervensi
muntah, Kebutuhan nutrisi
selanjutnya.
anoreksia. klien terpenuhi.
N:
Noc:
- Anjurkan - Makanan dalam
Nutrional Status
orang tua klien porsi kecil tapi
Kriteria Hasil :
untuk sering
- Adanya
peningkatan memberi memudahkan
berat badan
makanan organ
sesuai dengan
tujuan sedikit tapi pencernaan
- Berat badan
sering. dalam
ideal sesuai
dengan tinggi metabolisme.
badan
- Mampu
mengidentifik E:
asi kebutuhan
- Anjurkan - Makanan
nutrisi
orang tua klien dengan
memberi komposisi
makanan TKTP berfungsi
TKTP dalam membantu
bentuk lunak mempercepat
proses
penyembuhan
C:
- Kolaborasi - Menambah
pemberian nafsu makan.
obat
reborantia.
3 Nyeri Setelah diberikan Nic:
Pain management
berhubungan asuhan
dengan keperawatan O:
- Kaji tingkat - Mengetahui
proses selama ...X... jam
nyeri dengan tingkat nyeri
patologis diharapkan
rentang nyeri yang dialami
mampu
skala 1-10. klien sesuai
mengontrol nyeri.
dengan respon
Noc:
Pain Level individu
terhadap nyeri.
Keriteria Hasil :
N:
- Mampu
- Beri posisi dan - Lingkungan
mengenali
suasana yang yang nyaman
nyeri (skala,
nyaman. akan
intensitas,
membantu
frekuensi dan
proses
tanda nyeri) .
relaksasi.
- Menyatakan
E:
rasa nyaman
setelah nyeri - Ajarkan pada - Relaksasi akan
berkurang. klien metode mengalihkan
distraksi perhatian
selama nyeri. selama nyeri.
- Ajarkan - Mengurangi
tindakan nyeri tanpa
penurunan beban/rasa
nyeri invasiv. yang
menyakitkan.
C:

- Kaloborasi - Menurunkan
pemberian oba nyeri secara
t analgetik. optimal
4 Resiko Setelah diberikan Nic:
Syok managenent
terjadinya asuhan
O:
perdarahan keperawatan - Monitor
- Untuk
lebih lanjut selama ...X... jam keadaan
memantau
berhubungan diharapkan tidak umum klien.
kondisi klien
dengan terjadi tanda-
selama masa
trombositope tanda perdarahan.
perawatan.
nia. Noc: - Obsevasi
Syok prevention - Mengantisivasi
tanda-tanda
adanya syok.
Keriteria hasil: vital tiap 2-3
- Jumlah
jam.
trombosit
meningkat N:
- Cek hb ,HT,
AT setiap 6 - Untuk
jam.
mengganti
darah (volume
darah) serta
komponen
darah yang
hilang.
E:
- Jelaskan pada
- Untuk
klien dan
mengetahui
keluarga
tingkat
tentang tanda
kebocoran
tanda
pembuluh
perdarahan
darah.
yang terjadi.
C:

- Kaloborasi
- Untuk
pemberian
mengganti
transfusi.
darah
(volume
darah) serta
komponen
darah yang
hilang.
Daftar Pustaka

Nurarifhudaanim, 2015 Nanda Nic-Noc(jilid2). Jogjakarta:medation jogja

Saferi andra, mariza yessie, 2013, keperawatan Medical Bedah 2.


Yogyakarta:NuhaMedica

http://repository.ump.ac.id/1097/3/LITA%20KRESTI%20NOVALIANA%20
BAB%20II.pdf (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2018)

Anda mungkin juga menyukai