Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DHF (DENGUE HEMORRHAGIC FEVER)

OLEH

ERICK YOEL BAHANIMBULO


NIM.711490121011

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MANADO


PRODI POFESI NERS
2021

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dengue Hemorrhage Fever (DHF)

1. Definisi DHF

Infeksi virus dengue merupakan penyebab Dengue Hemorrhage Fever

(DHF). Virus dengue merupakan virus kelompok B (Arthopod-Bornevirus).

Penularan penyakit DHF terjadi ketika nyamuk yang terinfeksi virus dengue

menggit atau menghisap darah manusia yang sakit ke manusia yang sehat.

Nyamuk tersebut merupakan nyamuk yang termasuk dalam keluarga

Flavafiridae dan golongan flavivirus. Jadi nyamuk merupakan vektor atau

transmisi virus dari manusia ke manusia atau menusia kehewan atau hewan

kemanusia. Nyamuk yang membawa virus dengue sendiri terbagi dalam

beberapa jenis yaitu DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4 yang banyak

ditemukan diseluruh plosok Indonesia (Kardiyudiani, 2019). WHO dalam

buku Keperawatan Medikal Bedah 1 (Kardiyudiana, 2019) mendefinisikan

DHF sebagai penyakit yang memiliki keriteria: suhu tubuh naik turun tanpa

sebab yang jelas, tampak perdarahan (ptekia, gusi berdarah, melena,

muntah darah), jumlah trombosit mengalami penurunan dalam periksaan

laboratorium, serta permebilitas pembuluh darah mengalami peningkatan

yang ditandai dengan meningkatnya hematokrit.

2. Klasifikasi DHF

Menurut WHO, 2011 dalam buku “asuhan keperawatan praktis

berdasarkan penerapan diagnosa nanda, nic, noc” (Nurarif, 2016)

klasifikasi derajat DHF dibagi menjadi:

1) Derajat 1

Demam secara terus menerus disertai menggigil, pada pemeriksaan

torniquet atau uji bendung positif dan disaat dilakukan pemeriksaan

laboratorium didapatkan hasil trombisit mengalami penurunan sedangkan

hematokrit meningkat.

2) Derajat 2
Tanda dan gejala sama seperti derajat 1, selain itu ditemukan adanya

pendarahan pada gusi, ptekie, pendarahan pada lambung yang dapat

mengakibatkan melena dan muntah darah

3) Derajat 3

Tanda dan gejala sama seperti derajat 1 dan derajat 2 serta pasien

mengalami perburukan keadaan dengan tekanan darah mengalami

penurunan, frekuensi nadi cepat, nadi teraba lemah, akral dingin.

4) Derajat 4

Pasien mengalami penurunan kesadaran, terjadi syok hipovolemik.

3. Etiologi DHF

Virus dengue merupakan penyebab dari penyakit DHF. Virus dengue

merupakan virus kelompok B atau arthropode-bornevirus. Virus dengue

menular melalui suntikan nyamuk Aedes Aegepty atau nyamuk Aedes

Albopictus yang terinfeksi oleh virus saat menghisap darah seseorang yang

sehat. Penularan penyakit DHF bisa terjadi pada manusia kemanusia atau

manusia kehewan ataupun sebaliknya. Manusia yang sedang sakit DHF

kemungkinan bisa menularkan kemanusia lainnya yang sehat, tergantung

dari sistem imunitas dari masing-masing individu untuk melawan virus

tersebut. Dalam waktu 3 sampai 14 hari setelah virus masuk kedalam tubuh,

tubuh akan memberikan tanda dan gejala sebagai perlawanan alami dari

dalam. Gejala umum yang dialami penderita peyakit DHF yakni demam

disertai menggigil, pusing, pegal-pegal (Handayani, 2019).

4. Manifestasi Klinis

1) Panas tinggi disertai menggigil pada saat serangan

2) Uji turniquet positif

3) Lemah

4) Nafsu makan berkurang

5) Anoreksia
6) Muntah

7) Nyeri sendi dan otot

8) Pusing

9) Trombistopenia (<100.000/ul)

10) Manifestasi perdarahan seperti: ptekie, epitaksis, gusi bedarah,

melena, hematuria masif (Renira, 2019)

5. Pathofisiologi

Nyamuk Aedes yang terinfeksi atau membawa virus dengue menggigit

manusia. Kemudian virus dengue masuk kedalam tubuh dan berdar dalam

pembuluh darah bersama darah. Virus kemudian bereaksi dengan antibody

yang mengakibatkan tubuh mengaktivasi dan melepaskan C3 dan C5.

Akibat dari pelepasan zat-zat tersebut tubuh mengalami demam, pegal dan

sakit kepala, mual, ruam pada kulit. Pathofisiologi primer pada penyakit

DHF adalah meningkatnya permeabilitas membran vaskuler yang

mengakibatkan kebocoran plasma sehingga cairan yang ada diintraseluler

merembes menuju ekstraseluler. Tanda dari kebocoran plasma yakni

penurunan jumlah trombosit, tekanan darah mengalami penurunan,

hematokrit meningkat. Pada pasien DHF terjadi penurunan tekanan darah

dikarenakan tubuh kekurangan hemoglobin, hilangnya plasma darah selama

terjadinya kebocoran, Hardinegoro dalam buku keperawatan medikal bedah

1 (Kardiyudiana, 2019).
6. Pathway

Arbovirus (melalui nyamuk Beredar dalam Infeksi


virus aedes aegepti) aliran darah dengue

PGE2 Hipotalamus Membentuk dan melepaskan Mengaktifkan


Melepaskan zat C3a, C5a system komplemen

Permeabilitas
Hipertermi Peningkatan reabsorbsi Na+
dan H2O membran
meningkat

Kerusakan endotel Resiko Syok


Agresi trombosit
Pembuluh darah

Trombositopenia
Merangsang & mengaktivas Renjatan
hipovolemik
faktor pembekuan dari hipotensi

DIC
Resiko perdarahan
Perdarahan

Resiko perfusi
jaringan tidak efektif

Asidosis metabolic Hipoksia jaringan

Resiko syok Kekurangan


(hipovolemik) Volume cairan Ke ekstraseluler

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegali Ascites

Mual muntah
Ketidakefektifan pola
napas Penekanan intra abdomen

Ketidakseimbangan
Nyeri akut nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Gambar Pathway DHF (Dengue Hemorrhage Fever) (Nurarif & Kusuma, 2011)
7. Pemeriksaan Penunjang

Price and Wilson (2016) berpendapat, pada pemeriksaan laboratorium pada

pasien DHF didapatkan hasil:

1) Penurunan jumlah trombosit (normalnya 100.000/mm3).

2) Hemoglobin dan hematokrit mengalami peningkatan 20% dari nilai normal.

3) Terjadi penurunan leukosit atau dalam batas normal.

8. Penatalaksanaan

Pada pasien DHF terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul.

Masalah yang muncul dapat ditemukan pada saat pengkajian. Pada

umumnya masalah yang ada pada pasien DHF yakni demam tinggi disertai

menggigil. Pada pasien demam dapat dilakukan pemberian kompres hangat

untuk menurunkan demam. Selain itu pasien DHF juga mengalami

kekurangan volume cairan dikarenakan demam karena pindahnya cairan

interavaskuler ke ekstravaskuler. Pada pasien DHF yang mengalami

kekurangan volume cairan, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan

yaitu mengganti cairan yang hilang dengan meningkatkan asupan secara

oral misalnya makan dan minum air yang cukup, pemberian oralit serta

pemberian cairan secara parenteral (Jannah, 2019).

9. Kompilkasi

Komplikasi pada DHF menurut Nur Wakhidah (2015) yaitu:

1) Dehidrasi sedang sampai berat.

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan.

3) Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus menerus.

Selain itu komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan

menyebabkan gagal nafas, gangguan pada elektrolit, gula darah menurun,

kadar natrium, kalsium juga menurun, serta dapat mengakibatkan gula darah

diatas normal atau mengalami peningkatan (Jannah, 2019).


10. Masalah Keperawatan pada DHF

Masalah keperawatan pada pasien DHF (Dengue Hemorrhage Fever).

(Nanda, 2015)

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

2) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual, muntah.

B. Konsep Dasar Kekurangan Volume Cairan pada DHF

1. Definisi Kekurangan Volume Cairan

Kekurangan volume cairan atau hipovolemia merupakan kondisi

dimana tubuh mengalami penurunan asupan cairan dikarenakan adanya

muntah yang banyak, kehilangan nafsu makan yang mengakibatkan asupan

yang masuk kedalam tubuh berkurang. Selain itu, penyebab kekurangan

volume cairan bisa diakibatkan demam yang sangat tinggi dan adanya luka

bakar pada derajat 2-4. Cairan yang ada dibawah kulit keluar atau menguap

karena demam atau adanya luka, sehingga cairan yang ada didalam

intrseluler akan keluar menuju intrvaskuler untuk menggantikan cairan

inravaskuler yang hilang secara terus menerus. Hal ini juga dapat

mengakibatkan kekurangan volume cairan (Nilam, 2018).

2. Etiologi Kekurangan Volume Cairan

Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya volume cairan (Nanda, 2015)

meliputi:

1) Penurunan asupan cairan atau intake yang diakibatkan oleh mual,

muntah, penurunan kesadaran.

2) Hambatan mengakses cairan.

3) Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan.

4) Kehilangan cairan yang aktif.


3. Manifestasi Klinis Kekurangan Volume Cairan

Klien yang mengalami kekurangan volume cairan pada umumnya

ditemukan tanda dan gejala berikut: terjadi penurunan pada elstisitas kulit,

tekanan darah menurun, frekuensi nadi cepat, kencing sedikit atau miksi,

membran bibir tampak kering, kulit kering, suhu tubuh meningkat,

hematokrit meningkat, berat badan menurun, haus, kelemahan (NANDA,

2018).

4. Pathofisiologi Kekurangan Volume Cairan

Kekurangan volume cairan atau hipovolemia adalah suatu kondisi

diamana tubuh mengalami penurunan asupan cairan atau bisa juga

disebabkan tubuh kehilangan cairan dan elektrolit secara proporsional.

Kekuarangan cairan terjadi ketika cairan yang ada di intravaskuler hilang

yang diakibatkan oleh suhu tubuh yang terlalu tinggi , adanya luka dengan

derajat 2-4. Untuk mengganti cairan intravaskuler yang hilang tubuh

mengkompensasi dengan mengeluarkan atau memindahkan cairan

intrerseluler ke intravaskuler. Sehingga hal ini mengakibatkan tubuh

mengalami penurunan cairan ekstraseluler (Nilam, 2018).

5. Komplikasi

1) dehidrasi sedang hingga berat.

2) syok hipovolemik.

3) kejang.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien DHF dengan Masalah

Kekurangan Volume Cairan

1. Pengkajian keperawatan

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan

dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali

masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit

(Widyorini et al. 2017).

a. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan

usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama

orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang

kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah

c. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil

dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi

antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang

disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia,

diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu

hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi

perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya

mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.

e. Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat Gizi

Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi

baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor

predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami

keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan. Apabila kondisi

berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang

mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan

sehingga status gizinya berkurang.

g. Kondisi Lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang

kurang bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju

dikamar)

h. Pola Kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang

dan menurun.

2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami

diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi

hematuria.
3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena

mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas

dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.

4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan

tempat sarang nyamuk Aedes aegypty.

5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya

untuk menjaga kesehatan.

i. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF,

keadaan anak adalah sebagai berikut :

1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,

tanda-tanda vital dan nadi lemah.

2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta

nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,

nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.

4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak

teraba, tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur,

ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

j. Sistem Integumen
1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul

keringat dingin, dan lembab

2) Kuku sianosis atau tidak

3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan

karena demam, mata anemis, hidung kadang mengalami

perdarahan atau epitaksis pada grade II,III,IV. Pada mulut

didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi,

dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia

pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).

4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada

poto thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah

kanan (efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat

pada grade III dan IV.

5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau

hepatomegaly dan asites

6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.

k. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

1) HB dan PVC meningkat (≥20%)

2) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)

3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)

4) Ig. D dengue positif


5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia

6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat

7) Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah

8) SGOT /SGPT mungkin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan

bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa

keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018) (SDKI

DPP PPNI 2017) :

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu

tubuh diatas nilai normal

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai

dengan pasien mengeluh nyeri

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk

makan)

e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler


ditandai dengan kebocoran plasma darah

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI

DPP PPNI 2019).

a. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler

Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

Kriteria Hasil :

1) Turgor kulit meningkat

2) Output urine meningkat

3) Tekanan darah dan nadi membaik

4) Kadar Hb membaik

Intervensi :

Observasi

a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat,

nadi terasa lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,

turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin

menurun, hematokrit meningkat, haus lemah)

b) Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

c) Berikan asupan cairan oral


Edukasi

d) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

Kolaborasi

e) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, NaCl, RL)

f) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis, glukosa 2,5%, NaCl

0,4%)

g) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis, albumin, plasmanate)

h) Kolaborasi pemberian produk darah


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nor Vikri. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


DENGAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DHF ) DI RUMAH SAKIT.
Samarinda. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/283/1/Untitled.pdf.
Ali. 2016. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Asri, Khanitta Nuntaboot, and Pipit Festi Wiliyanarti. 2017. “Community Social
Capital on Fi Ghting Dengue Fever in Suburban Surabaya , Indonesia : A
Qualitative Study.” International Journal of Nursing Sciences 4(4): 374–77.
Candra, Aryu. 2017. “Dengue Hemorrhagic Fever : Epidemiology , Pathogenesis ,
and Its Transmission Risk Factors.” 2(2): 110–19.
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai