DISUSUN OLEH :
NAMA : DELLA AYU SETYORINI
NIM : 1020183128
SEMESTER : 5
Resiko Perdarahan
Kebocoran plasma
Abdomen
Paru-paru Hepar
Asites
Efusi pleura Hepatomegali
Mual, muntah
Penekanan intra abdomen
Ketidakefektifan Pola
Nafas Nyeri Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan
Tubuh
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis DHF
adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, serologi dan isolasi virus. Yang signifikan
dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, selain itu untuk mendiagnosis DHF
secara definitif dengan isolasi virus, identifikasi virus dan serologis.
2. Uji Komplement Fiksasi ( Complement Fixation test = CF test )
Uji serologi yang jarang digunakan sebagai uji diagnostik secara rutin oleh karena
selain cara pemeriksaan agak ruwet, prosedurnya juga memerlukan tenaga periksa
yang sudah berpengalaman. Berbeda dengan antibodi HI, antibodi komplemen fiksasi
hanya bertahan sampai beberapa tahun saja ( 2 – 3 tahun )
3. Uji neutralisasi ( Neutralisasi Tes = NT test ) 6,7 Merupakan uji serologi yang paling
spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Biasanya uji neutralisasi memakai cara yang
disebut Plaque Reduction Neutralization Test ( PRNT ) yaitu berdasarkan adanya
reduksi dari plaque yang terjadi. Saat antibodi neutralisasi dideteksi dalam serum
hampir bersamaan dengan HI antibodi komplemen tetapi lebih cepat dari antibodi
fiksasi dan bertahan lama (48 tahun). Uji neutralisasi juga rumit dan memerlukan
waktu yang cukup lama sehingga tidak dipakai secara rutin.
4. IgM Elisa ( IgM Captured Elisa = Mac Elisa)
Pada tahun terakhir ini, mac elisa merupakan uji serologi yang banyak sekali dipakai.
Sesuai namanya test ini akan mengetahui kandungan IgM dalam serum pasien
5. IgG Elisa Pada saat ini juga telah beredar uji IgG elisa yang sebanding dengan uji HI ,
hanya sedikit lebih spesifik. Beberapa merek dagang kita uji untuk infeksi dengue
IgM / IgG dengue blot, dengue rapid IgM, IgM elisa, IgG elisa, yang telah beredar di
pasaran. Pada dasarnya, hasil uji serologi dibaca dengan melihat kenaikan titer
antibodi fase konvalesen terhadap titer antibodi fase akut (naik empat kali kelipatan
atau lebih).
Metode Diagnosis Baru (RTPCR) : Akhir-akhir ini dengan berkembangnya ilmu biologi
molekular, diagnosis infeksi virus dengue dapat dilakukan dengan suatu uji yang disebut
Reverse Transcriptase Polymerase Chai Reaction (RTPCR). Cara ini merupakan cara
diagnosis yang sangat sensitif dan spesifik terhadap serotipe tertentu, hasil cepat didapat
dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari spesimen
yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia , dan nyamuk. Meskipun sensitivitas
PCR sama dengan isolasi virus, PCR tidak begitu dipengaruhi oleh penanganan spesimen
yang kurang baik (misalnya dalam penyimpanan dan handling), bahkan adanya antibodi
dalam darah juga tidak mempengaruhi hasil dari PCR.
2. Pemeriksaan Radiologi
Kelainan yang bisa didapatkan antara lain:
1. Dilatasi pembuluh darah paru
2. Efusi pleura
3. Kardiomegali atau efusi perikard
4. Hepatomegali
5. Cairan dalam rongga peritoneum
6. Penebalan dinding vesika felea
G. Penatalaksanaan Medis
H. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada anak dengan DHF adalah panas tinggi dan anak
lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, diare/konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena
atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada anak DHF bisa mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak diseertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiaasan
i. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan makin menurun.
ii. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementaar DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
iii. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apkanh sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
iv. Tidur dan istarahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
v. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegepty.
vi. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan (grade DHF), keadaan fisik anak adalah sebagai berikut.
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umun lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan
petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tekanan darah menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak
biru.
j. Sistem integument
1) Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
lembab.
2) Kuku sianosis/tidak.
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusi), mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, IIII, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia faring, dan terjadi perdarahan telinga
(pada grade II, III, IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi +, yang
biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen.
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly), dan asites.
6) Ekstremitas
Akral dingin, serta menjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan faktor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni).
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efusi pleura.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler
ke ektravaskuler.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (penekanan intra abdomen).
(NANDA 2015).
J. Intervensi Keperawatan
Herman, T.H & Kamitsuru,S. (Eds). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses :
Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell
Amin, Hadi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA
Nurlaila, Utami & Cahyani. 2018. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta :
LeutikaPrio
Iskandar, 2012. Sosiologi Kesehatan (Suatu Telaah Teori dan Empirik). Bogor : IPB
Press
Nasronudin, Usman, dkk. 2011. Penyakit Infeksi di Indonesia & solusi kini mendatang.
Ed.2. Surabaya : Airlangga University Press
Siboro. 2013. Arang Aktif Penyembuh Ajaib Berbagai Penyakit. Siboro Institute