Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

DHF (Dengue Haemoragic Fever )


LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi DHF
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus,
famili flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp, aedes aegypti, dan
aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit DHF dapat muncul
sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua
orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering menimbulkan
wabah. Sampai sekarang penyakit demam berdarah dengue masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit dengue hemorrhagic fever tercatat pertama
kali di Asia pada tahun di 1954, sedangkan di Indonesia penyakit demam berdarah
dengue pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya mencatat 58 kasus DHF
dengan 24 kematian (CFR: 41,5%) dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di
Indonesia. (Wylęgała, 2010)
Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau biasa yang dikenal dengan Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, famili flaviviridae.
DBD dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes
aegypti, atau Aedes albopictus. Penyakit DBD biasanya muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh manusia diberbagai kelompok umur. Penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. (Rofifah, 2020)
2. Etiologi DHF
Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk penular dengue
tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang ketinggiannya
lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Rahayu & Budi, 2017). Penyebab penyakit adalah
virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-bornevirus atau virus yang disebabkan
oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini
dikenal ada 4 serotipe virus yaitu :
a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang terbanyak
adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3 merupakan serotipe
virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat (Masriadi, 2017). Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody
yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
3. Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
tubuh, hyperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi
pada system retikolo endhothelial seperti pembesaran kelenjarkelenjar getah bening,
hati dan limpa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi
berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal 11 itu, akan timbul the
secondary heterologous infection atau the sequential infection of hypothesis. Re-infeksi
akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan
konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai
berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
a. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat
dilepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,
suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorphosis.
Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh system
retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan vasoaktif (histmin dan serotonini) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang
merangsang koagulasi intravascular.
c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan
menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran
fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivas akan merangsang
sistim klinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah
5. Web Of Caution
Nyamuk mengandung virus
Dengue

Menggigit manusia

Virus masuk aliran darah Masuk ke pembuluh darah


Mekanisma tubuh untuk
otak melalui aliran darah
melawan virus Viremia sehingga mempengaruhi
hipotalamus
Peningkatan asam
Komplemen antigen
lambung
antibodi meningkat Suhu tubuh
meningkat
Mual, muntah
Pelepasan peptida

Gangguan pemenuhan
nutrisi: kurang dari Pembebasan
kebutuhan tubuh histamin

Peningkatan permeabilitas Plasma banyak

dinding pembuluh darah mengumpul pada


jaringan interstitial
tubuh
Kebocoran plasma
Hb turun

Perdarahan ekstraseluler Oedema

Nutrisi dan O2 ke jaringann


menurun
Menekan sya
Risti syok
Tubuh lemas
hipovolemik
Gangguan rasa
nyaman: nyeri
Intoleransi aktivitas
6. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
1. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan
dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran
cerna, hematemesis, dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran balik
vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi
atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan
curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan
organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleu
dan adanya dipsnea.
7. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan serologi.2 Dengan pemerikaan serologi,
maka akan dapat menetukan bagaimana respon imun tubuh oleh adanya virus dengue. Masuknya
virus menyebabkan tubuh membentuk antibodi IgM dan IgG. Pada studi epidemiologi di Asia
Tenggara menunjukkan bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Sindrom Syok Dengue
(SSD) banyak terjadi selama infeksi sekunder, yaitu oleh serotipe virus yang berbeda daripada
virus penyebab infeksi primer. Penampakan klinis infeksi virus dengue sekunder lebih berat
dibandingkan dengan infeksi primer. Pada infeksi primer hanya menyebabkan suatu keadaan
yang disebut febrile self limiting disease, sedangkan infeksi sekunder dapat menimbulkan
komplikasi yang berat.

8. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan infeksi dengue bersifat simtomatis dan suportif, yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan
biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Diagnosis dini
dan memberikan nasehat untuk segera dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal yang
penting untuk mengurangi angka kematian.
A. Pertolongan Pertama Penderita
Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda tidak spesifik, oleh karena itu masyarakat/keluarga
diharapkan waspada jika terdapat gejala dan tanda yang mungkin merupakan awal perjalanan
penyakit tersebut. Gejala dan tanda awal DBD dapat berupa panas tinggi tanpa sebab jelas yang
timbul mendadak, terus-menerus selama 2-7 hari, badan lemah/lesu, nyeri ulu hati, tampak
bintik-bintik merah pada kulit seperti bekas gigitan nyamuk disebabkan pecahnya pembuluh
darah kapiler di kulit. Untuk membedakannya kulit diregangkan bila bintik merah itu hilang,
bukan tanda penyakit DBD.
a. Tirah baring selama demam
b. Antipiretik (parasetamol) 3 kali 1 tablet untuk dewasa, 10-15 mg/kgBB/kali untuk
anak. Asetosal, salisilat, ibuprofen jangan dipergunakan karena dapat menyebabkan nyeri
ulu hati akibat gastritis atau perdarahan.
c. Kompres hangat
d. Minum banyak (1-2 liter/hari), semua cairan berkalori diperbolehkan kecuali cairan
yang berwarna coklat dan merah (susu coklat, sirup merah).
e. Bila terjadi kejang (jaga lidah agar tidak tergigit, longgarkan pakaian, tidak
memberikan apapun lewat mulut selama kejang) Jika dalam 2-3 hari panas tidak turun
atau panas turun disertai timbulnya gejala dan tanda lanjut seperti perdarahan di kulit
(seperti bekas gigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera
dibawa berobat/periksakan ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan untuk segera
mendapat pemeriksaan dan pertolongan.
B. Tatalaksana Demam Dengue (DD)
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat inap. Pada fase demam pasien
dianjurkan:

1) Tirah baring, selama masih demam.


2) Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
3) Untuk menurunkan suhu menjadi <39°C, dianjurkan pemberian parase-tamol.
Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh karena dapat meyebabkan gastritis,
perdarahan, atau asidosis.
4) Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih,
dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
5) Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesens. Pada pasien DD,
saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan. Meskipun demikian semua
pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun.
Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan kita sulit membedakan antara DD dan DBD pada
fase demam.
C. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Tatalaksana DBD Tanpa Syok
Perbedaan patofisilogik utama antara DBD dan penyakit lain adalah adanya peningkatan
permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dan gangguan hemostasis.Secara
umum perjalanan penyakit DBD dibagi menjadi 3 fase yaitu fase demam, fase kritis dan fase
penyembuhan (konvalesens):
a) Fase Demam
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat simtomatik
dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak
dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka
cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu
diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD.
b) Fase Kritis
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya hari ke 3-5 fase
demam. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang mungkin terjadi. Pemeriksaan
kadar hematokrit berkala merupakan pemeriksaan laboratorium yang terbaik untuk pengawasan
hasil pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan
cairan intravena. Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi sebelum dijumpai perubahan tekanan
darah dan tekanan nadi. Hematokrit harus diperiksa minimal satu kali sejak hari sakit ketiga
sampai suhu normal kembali.

2. Tatalaksana DBD dengan Syok (Sindrom Syok Dengue/ SSD)


Syok merupakan keadaan kegawatan. Cairan pengganti (volume replacement) adalah
pengobatan yang utama, berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak
cepat mengalami syok dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam. Pasien harus
dirawat dan segera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok yaitu gelisah, letargi/lemah,
ekstrimitas dingin, bibir sianosis, oliguri, dan nadi lemah, tekanan nadi menyempit (≤ 20mmHg)
atau hipotensi, dan peningkatan mendadak dari kadar hematokrit atau kadar hematokrit
meningkat terus menerus walaupun telah diberi cairan intravena.Pada penderita SRD dengan
tensi tak terukur dan tekanan nadi ≤20 mm Hg segera berikan cairan kristaloid sebanyak 20
ml/kg BB selama 30 menit, bila syok teratasi turunkan menjadi 10 ml/kgBB/jam.Tatalaksana
DBD dengan Syok meliputi:

a) Penggantian Volume Plasma Segera Cairan resusitasi awal adalah larutan kristaloid 20
ml/kgBB secara intravena dalam 30 menit. Pada anak dengan berat badan
lebih, diberi cairan sesuai berat BB ideal dan umur, bila tidak ada perbaikan pemberian cairan
kristoloid ditambah cairan koloid. Apabila syok belum dapat teratasi setelah 60 menit, berikan
cairan koloid 10-20 ml/kg BB secepatnya dalam 30 menit. Pada umumnya pemberian koloid
tidak melebihi 30ml/kgBB/hari atau maksimal pemberian koloid 1500ml/hari, dan sebaiknya
tidak diberikan pada saat perdarahan. Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid,
syok masih menetap sedangkan kadar hematokrit turun, maka pikirkan adanya perdarahan
internal. Maka dianjurkan pemberian transfusi darah segar/ komponen sel darah merah. Apabila
nilai hematokrit tetap tinggi, maka berikan darah dalam volume kecil (10ml/kgBB/jam) dapat
diulang sampai 30ml/kgBB/24jam, Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi
bertahap sesuai keadaan klinis dan kadar hematokrit.
a) Penggantian Volume Plasma Segera
b) Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume Plasma.
c) Koreksi Ganggungan Metabolik dan Elektrolit.
d) Pemberian Oksigen
e) Transfusi Darah
f) Monitoring

b) Ruang Rawat Khusus Untuk DBD/SSD


Untuk mendapatkan tatalaksana DBD lebih efektif, maka pasien DBD seharusnya dirawat di
ruang rawat khusus, yang dilengkapi dengan perawatan untuk kegawatan. Ruang perawatan
khusus tersebut dilengkapi dengan fasilitas laboratorium untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, dan trombosit yang tersedia selama 24 jam.
Kriteria Memulangkan Pasien
Pasien dapat dipulangkan, apabila memenuhi semua keadaan dibawah ini:

(1) Tampak perbaikan secara klinis


(2) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
(3) Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)
(4) Hematokrit stabil
(5) Jumlah trombosit >50.000/μl dan menunjukan kecenderungan meningkat
(6) Tiga hari setelah syok teratasi (hemodinamik stabil)
(7) Nafsu makan membaik

c. Tatalaksana Expanded Dengue Syndrom

1. Tatalaksana kelebihan cairan (volume overload).


2. Tatalaksana Gangguan Elektrolit.
3. Tatalaksana Ensefalopati.
4. Tatalaksana Perdarahan Masif.
5. Tatalaksana Gagal Ginjal Akut.
6. Tatalaksana Sindrom Gangguan Pernapasan Akut.
7. Tatalaksana Ensefalitis Dengue.
8. Tatalaksana Miokarditis.
9. Tatalaksana Pasien dengan Risiko Tinggi

9. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue) adalah :


a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat penyakit sekarang


Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke
3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue,
anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan
tipe virus yang lain.

e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat
beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan


yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan
baju di kamar).

h. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu


makan berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak
mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah
Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.

i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering
kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah
Dengue grade IV sering terjadi hematuria.

j. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena


mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.

k. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan


lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat
sarang nyamuk Aedes Aegypti.

l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.
m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau
(grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai
berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.

n. Sistem integument

Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul


keringat dingin, dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak

2) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam


(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan
nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada
Grade II, III, IV).
3) Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto


thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang
biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen

Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali),


asites.
5) Ekstremitas

6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit
infeksi Demam Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan,
diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.

b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah


perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
d. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
f. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
PENUTUP

4. Kesimpulan
Infeksi virus dengue merupakan penyebab Dengue Hemorrhage Fever (DHF).
Virus dengue merupakan virus kelompok B (Arthopod-Bornevirus). Penularan penyakit
DHF terjadi ketika nyamuk yang terinfeksi virus dengue menggit atau menghisap darah
manusia yang sakit ke manusia yang sehat. Nyamuk tersebut merupakan nyamuk yang
termasuk dalam keluarga Flavafiridae dan golongan flavivirus. Jadi nyamuk merupakan
vektor atau transmisi virus dari manusia ke manusia atau menusia kehewan atau hewan
kemanusia. Nyamuk yang membawa virus dengue sendiri terbagi dalam beberapa jenis
yaitu DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4 yang banyak ditemukan diseluruh plosok Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Rofifah, D. (2020). 済無 No Title No Title No Title. Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents, 12–26.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Wylęgała, L. (2010). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に
関する共分散構造分析 Title. 2005, 1–12.

Anda mungkin juga menyukai