Oleh :
NI MADE RATNIAWATI
203213207
A14-A
DENPASAR
2020
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing Akademik
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Nyamuk mengandung
virus dengue
Menggigit manusia
Komplemen antigen
andibodi meningkat
Peningkatan asam Suhu tubuh
lambung meningkat
Pelepasan peptida
Mual, Hipertermia
muntah Kebocoran plasma Odema
Pembebasan histamin
Defisit Nutrisi
Peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah
Plasma banyak
mengumpul pada
Hb turun jaringan interstisial tubuh
Nutrisi dan O2 ke
jaringan menurun Perdarahan ektraseluler
Nyeri Akut
Intoleransi
aktivitas
4. Klasifikasi
6. Penatalaksanaan
1) DHF Tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th
dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak <1th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF Dengan Renjatan
- Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20–
30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
7. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3. Observasi intake output
4. Diet makan lunak
5. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per
hari, beri kompres.
6. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
7. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
8. Resiko Perdarahan
Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
Catat banyak, warna dari perdarahan
Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
9. Peningkatan suhu tubuh
Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
Beri minum banyak
Berikan kompres
8. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari DHF adalah :
1) Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie,
ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2) Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga
disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas
sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi
darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4) Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.
9. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi.
(1) Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) IgG dengue positif (dengue blood)
2) Trombositipenia
3) Hemoglobin meningkat >20%
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema,
hiponatremia, hipokalemia
6) SGOT dan SGPT mungkin meningkat
7) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
8) Waktu perdarahan memanjang
9) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2 <35-
40mmHg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3. Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien yang
diduga terkena DHF adalah:
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
2) Uji komplemen fiksasi (CF test)
3) Uji neutralisasi (N test)
4) IgM Elisa (Mac. Elisa)
5) IgG Elisa (Hadinegoro, 2006: 19).
Melakukan pengukuran antibodi pasien dengan cara HI test
(Hemoglobin Inhibiton test) atau dengan uji pengikatan komplemen
(komplemen fixation test) pada pemeriksaan serologi dibutuhkan dua
bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada masa penyembuhan.
Untuk pemeriksaan serologi diambil darah vena 2-5 ml.
4. Pemeriksaan radiology
1) Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
2) Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.
2. Diagnosa
TUJUAN DAN
NO INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
(NOC)
1. Perawatan Demam
Setelah dilakukan
tindakan 1. Pantau suhu dan 1. Untuk mengetahui
keperawatan tanda tanda vital perubahan suhu,
selama ...x 24 jam lainnya pernafasan, nadi dan
diharapkan suhu 2. Dorong konsumsi tekanan darah pasien
tubuh pasien cairan agar dapat diberikan
kembali normal 3. Lakukan kompres medikasi yang tepat
dengan kiteria hasil : hangat pada lipatan 2. Untuk memenuhi
1. Terjadi penurunan aksila kebutuhan cairan
pada suhu kulit 4. Kolaborasi dengan sehingga tidak
pasien yaitu saat pemberian obat mengalami dehidrasi
disentuh tidak terasa paracetamol atau 3. Dengan vasodilatasi
panas 37 C o
cairan IV dapat meningkatkan
2. Warna kulit pasien penguapan yang dapat
kembali ke warna mempercepat penurunan
aslinya suhu tubuh
3. Pasien tidak 4. Untuk mengurangi
mengalami dehidrasi demam dan pemberian
selama hipertermi cairan sangat penting
bagi pasien dengan suhu
tinggi
2. Setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan keperawatan 1. Pengkajian nyeri yang 1. Variasi penampilan dan
4. Implementasi
No dx Evaluasi hasil
1. Terjadi penurunan pada suhu kulit pasien yaitu saat disentuh tidak terasa
panas 37 o C
2. Warna kulit pasien kembali ke warna aslinya
3. Pasien tidak mengalami dehidrasi selama hipertermi
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI