Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DENGUE HEMORAGIC FEVER


(DHF)

Oleh :

NI MADE RATNIAWATI
203213207
A14-A

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR
2020
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing Akademik

(Ns. Ni Kadek Yuni lestari, S.Kep.,M.Fis)


NIK : 2.04.10.511 ( Ni Luh Putri Rahayu )
NIM : 18.321.2895
Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue


haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif &
Hardhi, 2015).

Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat
menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus
dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti
dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di
seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh
curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO,
2015).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aides aegypti. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak
dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan
dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA
NIC NOC , 2013).

2. Etiologi

Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam


berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk
yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang
menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah
setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi
demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari
negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki
antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et
al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 d an DEN-4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi,
2015).

3. Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusi melalui gigitan nyamuk


sehingga terjadi viremia yang dapat merangsang hipotalamus anterior
sehingga menebabkan suhu tubuh meningkat dan terjadi hipertermia. Selain
itu, viremia menyebabkan komplemen antigen antibodi meningkat dan
terjadi pelepasan peptida. Pembebasan histamin menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadi kebocoran plasma
dan pendarahan ekstraseluler yang menyebabkan hipovolemi. Kebocoran
plasma juga dapat menyebabkan plasma banyak mengumpul pada jaringan
interstisial tubuh sehingga terjadi odema yang akan menekan syaraf C dan
dapat menyebabkan nyeri akut. Selain itu, kebocoran plasma dapat
menyebabkan Hb turun sehingga nutrisi dan O2 ke jaringan menurun
menyebabkan tubuh menjadi lemas dan terjadi intoleransi aktivitas.
Terjadinya viremia akan menurunkan mekanisme tubuh untuk melawan
virus sehingga akan terjadi peningkatan asam lambung yang menyebabkan
mual, muntah sehingga terjadi defisit nutrisi.
PATHWAY

Nyamuk mengandung
virus dengue

Menggigit manusia

Virus masuk aliran


darah

Mekanisme tubuh Merangsang


untuk melawan Viremia hipotalamus
virus anterior

Komplemen antigen
andibodi meningkat
Peningkatan asam Suhu tubuh
lambung meningkat

Pelepasan peptida
Mual, Hipertermia
muntah Kebocoran plasma Odema
Pembebasan histamin

Defisit Nutrisi
Peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah
Plasma banyak
mengumpul pada
Hb turun jaringan interstisial tubuh

Nutrisi dan O2 ke
jaringan menurun Perdarahan ektraseluler

Tubuh lemas Hipovolemik


Menekan
syaraf C
Energy berkurang

Nyeri Akut
Intoleransi
aktivitas
4. Klasifikasi

Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue menurut (Nurarif &

Hardhi, 2015) yaitu :

DD/DBD Derajad Derajad Laoratorium


DD Demam disertai Leukopenia Serologi
2 atau lebih Trombositopenia, dengue
tanda : mialgia, tidak ditemukan positif
sakit kepala, bukti ada
nyeri kebocoran plasma
retroorbital,
artralgia
DBD I Gejala diatas Trombositopenia (<100.000/ul)
ditambah uji bukti ada kebocoran plasma
bendung positif
DBD II Gejala diatas
ditambah
perdarahan
spontan
DBD III Gejala diatas
ditambah
kegagalan
sirkulasi (kulit
dingin dan
lembab serta
gelisah)
DBD IV Syok berat
disertai dengan
tekanan darah
dan nadi tidak
teratur
5. Manifestasi Klinis
1) Suhu tubuh meningkat tiba-tiba / demam tinggi selama 2-7 hari
2) Terjadi perarahan di bawah kulit seperti petekia, ekimosis, hematoma
3) Epiktasis, hematemesis, melena dan hematurja
4) Muntah, mual tidak ada nafsu makan, diare,konstipasi
5) Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
6) Sakit kelapa
7) Pembengkakan sekitar mata
8) Pembesaran hati, limfe dan kelenjar getah bening
9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)

6. Penatalaksanaan
1) DHF Tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal  ( antionvulsan ) untuk anak <1th
dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak <1th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF Dengan Renjatan
- Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20–
30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun

7. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3. Observasi intake output
4. Diet makan lunak
5. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3  
jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per
hari, beri kompres.
6. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
7. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
8. Resiko Perdarahan
 Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
 Catat banyak, warna dari perdarahan
 Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
9. Peningkatan suhu tubuh
 Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
 Beri minum banyak
 Berikan kompres

8. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari DHF adalah :
1) Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie,
ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2) Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga
disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas
sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi
darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4) Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.

9. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi.
(1) Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) IgG dengue positif (dengue blood)
2) Trombositipenia
3) Hemoglobin meningkat >20%
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema,
hiponatremia, hipokalemia
6) SGOT dan SGPT mungkin meningkat
7) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
8) Waktu perdarahan memanjang
9) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2 <35-
40mmHg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3. Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien yang
diduga terkena DHF adalah:
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
2) Uji komplemen fiksasi (CF test)
3) Uji neutralisasi (N test)
4) IgM Elisa (Mac. Elisa)
5) IgG Elisa (Hadinegoro, 2006: 19).
Melakukan pengukuran antibodi pasien dengan cara HI test
(Hemoglobin Inhibiton test) atau dengan uji pengikatan komplemen
(komplemen fixation test) pada pemeriksaan serologi dibutuhkan dua
bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada masa penyembuhan.
Untuk pemeriksaan serologi diambil darah vena 2-5 ml.
4. Pemeriksaan radiology
1) Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
2) Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut
(Nurarif & Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah
Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak
lemah.

c. Riwayat penyakit sekarang


Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil, dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya
panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah
Dengue, anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah
Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk
dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan
baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu
makan berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak
mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah
Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering
kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam
Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
j. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
k. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat
sarang nyamuk Aedes Aegypti.
l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.

m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan


perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan
tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik
anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran k oma, tanda-tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
j. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan
nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia
pharing ( pada Grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang
biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali),
asites.
5) Ekstremitas
6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

2. Diagnosa

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia) ditandai dengan


suhu tubuh diatas nilai normal, tampak kulit merah,kejang, takikardi,takipnea,
kulit terasa hangat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi
nadi meningkat, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaphoresis.
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk memasukkan atau
mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi ditandai
dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah rentan ideal, cepat
kenyang setelah makan, nyeri abdomen, nafsu makan menurun,bising usus
hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membrane mukosa
pucat, sariawan, serum albumin turun, diare, tampak rontok rambut yang
berlebih.
4. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai
dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit, merasa lemah, mengeluh haus, pengisian
vena menurun, status mental berubah, suhu tubuh meningkat, konsentrasi urin
meningkat, berat badan turun tiba-tiba.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat,
dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,
merasa lemah, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran
EKG menunjukkan aritmia saat/ setelah beraktivitas, gambaran EKG
menunjukkan iskemia, sianosis.
3. Rencana Tindakan

TUJUAN DAN
NO INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
(NOC)
1. Perawatan Demam
Setelah dilakukan
tindakan 1. Pantau suhu dan 1. Untuk mengetahui
keperawatan tanda tanda vital perubahan suhu,
selama ...x 24 jam lainnya pernafasan, nadi dan
diharapkan suhu 2. Dorong konsumsi tekanan darah pasien
tubuh pasien cairan agar dapat diberikan
kembali normal 3. Lakukan kompres medikasi yang tepat
dengan kiteria hasil : hangat pada lipatan 2. Untuk memenuhi
1. Terjadi penurunan aksila kebutuhan cairan
pada suhu kulit 4. Kolaborasi dengan sehingga tidak
pasien yaitu saat pemberian obat mengalami dehidrasi
disentuh tidak terasa paracetamol atau 3. Dengan vasodilatasi
panas 37 C o
cairan IV dapat meningkatkan
2. Warna kulit pasien penguapan yang dapat
kembali ke warna mempercepat penurunan
aslinya suhu tubuh
3. Pasien tidak 4. Untuk mengurangi
mengalami dehidrasi demam dan pemberian
selama hipertermi cairan sangat penting
bagi pasien dengan suhu
tinggi
2. Setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan keperawatan 1. Pengkajian nyeri yang 1. Variasi penampilan dan

selama ...x 24 jam komprehensif meliputi prilaku pasien karena

diharapkan tingkat nyeri lokasi, karakteristik, nyeri terjadi sebagai

berkurang dengan onset/durasi, temuan pengkajian

kriteria hasil : frekuensi, kualitas, 2. Untuk memberikan

1. Nyeri yang di intensitas beratnya informasi kepada pasien

laporkan nyeri dan factor dan memudahkan

berkurang skala pencetus. perawat mengetahui

1-3 2. Berikan informasi perkembangan nyeri


2. Ekspresi wajah mengenai nyeri seperti pasien
pasien tidak penyebab nyeri berapa 3. Penggunaan metode
meringis lama nyeri yang di farmakologi dapat
3. Pasien dapat rasakan dan antisipasi meredakan nyeri yang di
beristirahat ketidaknyamanan rasakan pasien
dengan nyaman akibat prosedur 4. Untuk mengatasi nyeri
3. Ajarkan metode yang di alami pasien
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
4. Kolaborasi pemberian
obat analgetik sesuai
indikasi

3. Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


tindakan 1. Identifikasi alergi atau 1. Untuk mengetahui alergi

keperawatan intoleransi makanan yang di alami pasien

selama ...x 24 jam yang dimiliki pasien 2. Agar pasien dapat

diharapkan status 2. Berikan pilihan memilih makanan yang

nutrisi pasien makanan sambil tepat sesuai kebutuhan

meningkat dengan menawarkan 3. Untuk meningkatkan

kriteria hasil : bimbingan terhadap intake nutrisi pada

1. Porsi makan pilihan makanan yang pasien sesuai dengan

dapat pasien lebih sehat, jika di kebutuhan

habiskan perlukan 4. Untuk mengurangi rasa

2. Tidak dirasakan 3. Ajarkan diet program nyeri dan rasa mual

nyeri abdomen yang di anjurkan


3. Nafsu makan 4. Kolaborasi pemberian
meningkat medikasi sebelum
makan ( mis. Pereda
nyeri, antiemetic)

4. Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia


tindakan 1. Periksa tanda dan 1. Untuk memastikan
keperawatan gejala hypovolemia pasien mengalami
selama ...x 24 jam 2. Berikan posisi hypovolemia
diharapkan modified 2. Untuk menghindari
keseimbangan cairan Trendelenburg terjadinya syok
kembali normal 3. Berikan asupan cairan hypovolemia dan
dengan kriteria oral memberikan
hasil : 4. Kolaborasi pemberian kenyamanan kepada
1. Tekanan cairan IV pasien
darah pasien 3. Memenuhi kebutuhan
dalam rentan cairan pasien
normal yaitu 4. Pasien yang kekurangan
120/80 cairan harus
mmHg mendapatkan cairan
2. Turgor kulit intravena
pasien normal
3. Kelembapan
membrane
mukosa
5. Setelah dilakukan Manajemen Energi
tindakan 1. Monitor 1. Untuk mengetahui

keperawatan intake/asupan nutrisi asupan nutrisi pasien

selama ...x 24 jam untuk mengetahui 2. Melatih gerak pasien

diharapkan pasien sumber energy yang agar pasien terbiasa

mengalami adekuat untuk bergerak

penurunan intoleransi 2. Lakukan latihan 3. Guna meningkatkan

aktivitas dengan rentang gerak pasif aktivitas pasien dan

kriteria hasil : atau aktif melatih gerakan pasien

1. Frekuensi 3. Anjurkan melakukan secara bertahap

nadi kembali aktivitas secara 4. Untuk menambah

normal yaitu bertahap energy pasien saat

60-100x/meni 4. Konsulkan dengan beraktivitas

t ahli gizi mengenai


2. Pasien tidak cara meningkatkan
mengeluh asupan energy dari
lelah makanan
3. Mampu
berjalan ke
kamar mandi

4. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan


yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan
intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan
teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh,
pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan
klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa
aman, nyaman dan keselamatan klien.
5. Evaluasi

No dx Evaluasi hasil

1. Diagnosa hipertermi evaluasi yang di harapkan memenuhi kriteria hasil :

1. Terjadi penurunan pada suhu kulit pasien yaitu saat disentuh tidak terasa
panas 37 o C
2. Warna kulit pasien kembali ke warna aslinya
3. Pasien tidak mengalami dehidrasi selama hipertermi

2. diagnosa nyeri akut evaluasi yang di harapkan memenuhi kriteria hasil :


1. Nyeri yang di laporkan berkurang skala 1-3
2. Ekspresi wajah pasien tidak meringis
3. Pasien dapat beristirahat

3. diagnosa defisit nutrisi evaluasi yang di harapkan memenuhi kriteria hasil :


1. Porsi makan dapat pasien habiskan
2. Tidak di rasakan nyeri abdomen
3. Nafsu makan meningkat
4. Diagnosa hipovolemia evaluasi yang di harapkan memenuhi kriteria hasil :
1. Tekanan darah pasien dalam rentan normal yaitu 120/80 mmHg
2. Turgor kulit pasien normal
3. Kelembapan membran mukosa
5. Diagnosa intoleransi aktivitas evaluasi yang di harapkan memenuhi kriteria
hasil :
1. Frekuensi nadi kembali normal yaitu 60-100x/menit
2. Pasien tidak mengeluh lelah
3. Mampu berjalan ke kamar mandi
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Prasetyono, D.S. (2013). Daftar Tanda & Gejala Ragam Penyakit. Jogjakarta:
FlashBooks.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai