Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER


DOSEN PENGAMPU : RINI ERNAWATI S.Pd M.Kes.

DISUSUN OLEH :
DINA APRILIA
HENDRAWAN AKBAR HARTANTO
NAIDA YULIA PUTRI
NURHANIA AFIFAH
VIOLA LARASATI SUKMA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
SAMARINDA 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena
berkat dan petunjuknya kami dapat menyusun Makalah dengan judul ‘Asuhan
keperawatan DHF pada anak “ untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan anak
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk penyusun maupun yang
membacanya.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yamg telibat dalam
penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan
dan kelemahan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun, sangat saya
harapkan untuk memperbaiki penulisan berikutnya.

Samarinda , februari 2020

Penyusun

2
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGUE HAEMORHAGIC FEVER

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Demam dengue DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorhagic fever //DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disetai
leucopenia, ruam,limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik .Pada DBD
terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi(peningkatan hemotokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatandengue (dengue
shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau
syok(Sudoyo Aru, dkk 2010) Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang
menyerang anak dan orangdewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi
berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi.

. Dengue Hemoragic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus.
Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan
perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara,In
dia, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
dengan ketinggian lebih dari 1000m diatas permukaan air laut. Demam 9 berdarah
dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus
dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui
nyamuk(Prasetyono 2012).

B. ETIOLOGI
Etiologi dari Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah

3
penyebab utama :
1. virus dengue tergolong dengue arbovirus (virus
Vektor utama :
1. Aedes Aegypti (nyamuk aedes aegypti)
2. Aedaes Arbopictus
Adanya vektor berhubungan dengan :
1. kebiasaan masyarakat menampung air untuk keperluan sehari-hari
2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik
3. Penyediaan air bersih yang langka
4. Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar rumah
jaraknya berdekatan yang berkemungkinan penularan karena jarak terbang aerdes
aegypti 40-100 m.
5.Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang yaitu menggigit
beberapa orang beberapa orang dalam waktu singkat.

C. PATOFISOLOGI

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena proses
infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi
yang akan meningkat kan reabsorsi NA dan air sehingga terjadi hypovolemi selain itu
juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan permeabilitas membran
yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia
jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel dapat menyebabkan trobositopemia yang akan
mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan
gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.

4
D. PATHWAY

Infeksi virus Dangue Hipotalamus

Reaksi AntigenAntibodi - Demam, suhu tubuh tinggi


(>37oC) - Menggigil
Hipertermi
Komplek Antigen antibody yang tinggi
Pelepasan
mediator kimia

Aktivasi system komplemen Agresi trombosit Merangsang


ujung saraf
Hospitalisasi bebas

Trombositopeni Nyeri otot/


sendi
Resiko pendarahan
Permeabilitas dinding
Pembuluh darah meningkat Nyeri

Kekurangan volume cairan

Kebocoran plasma
Risiko syok

Kebocoran cairan pada Kebocoran pada rongga perut Kerja hati meningkat
paru dan pleura
Ascites
Penurunan ruang difusi O2 & CO2 , Hepatomegali
Penurunan compliance paru Penekanan
intraabdomen Mendesak diafragma

Sesak, penggunaan otot


nafas
Mual, muntah

Ketidak seimbangan nutrisi


Ketidakefektifan
dari kebutuhan tubuh
pola nafas
5
E. MANISFESTASI KLINIS
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demqam akut selama 2-7 hari, di tandai dengan dua lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital (nyeri dibelakang mata)
- Mialgia/artalgia (badan terasa pegal-pegal)
- Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif)
- Leucopenia (rendahnya sel darah putih)
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah di
konfirmassi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue
diagnosa DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini di penuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie(bintik merah), ekimosis(bercak kehitaman), atau
purpura(ekstravasasi darah)
- Perdarahan mukosa (perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntik
- Hematemesis atau melena (perdarahan saluran cerna atas sehingga
menyebabkan feses hitam)
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang di tandai dengan :

6
- Peningkatan nilai hematocrit > 20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin
- Penurunan nilai hematocrit > 20% setelah pemberian cairan adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
- Hipoproteinemia (kekurangan protein pada darah)
- Asites (penumpukan cairan pada perut)
- Efisi fleura (menumpuknya cairan di paru-paru)
3. Dengue syok syndrom
Seluruh kriteria DBD di atas ditandai dengan tanda kegagalan sikulasi yaitu:
- Penurunan kesadaran, gelisah
- Nadi cepat, lemah
- Tekanan darah < 20mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin lembab

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang di jadikan pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau di sebut serial yang terdiri dari hemoglobin,
PCV, dan trombosit.
b. Hematocrit meningkat > 20% merupakan indicator akan timbulnya
renjatan
c. Leukosit (sel darah putih) menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari > 20%
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT (enzim yang bertugas mencerna protein) bisa meningkat
h. Asidosis metabolic (asam basa)
i. Eritrosit (sel darah merah) dalam tinja hamper sering ditemukan

7
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (vasanwala,2012) sumsum tulang
awal sakit , kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan
maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua system
3. Foto thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi
lateral decubitus kanan (pasien tidur disisi kanan ) lebih baik dalam mendeeksi
cairan di banding dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena
tidak menggunnakan system pengion (sinar x) dan dapat diperiksaa sekaligus
berbagai organ pada abdomen.

G. PENATALAKSANAAN

Perjalanan penyakit DBD terbagi atas 3 fase :

1. Fase demam yang berlangsung selama 2-7 hari.


2. Fase kritis/ bocornya plasma yang berlangsung umumnya hanya 24-48
jam.3.
3. Fase penyembuhan (2-7 hari).Berdasarkan perjalanan penyakit tersebut
maka tatalaksana kasus DBDsecara umum dapat dibagi atas 3 fase tadi :1.

1.1 Fase demam


Terapi simtomatik dan suportif
a) Parasetamol 10 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam , kompres hangat
diberikanapabila pasien masih tetap panas.
b) Terapi suportif yang dapat diberikan antara lain larutan oralit, jus
buah ataususu dan lain-lain.

8
Apabila pasien memperlihatkan tanda dehidrasi dan muntah hebat, berikancaira
n sesuai kebutuhan dan apabila perlu, berikan cairan intravena.
Semua pasien tersangka dengue harus diawasi dengan ketat setiap hari
sejak hari sakit ke-3.

1.2 Pemantauan
1. Pemeriksaan fisik :
- Tanda vital waspadai gejala syok
- Perabaan hati : Hati yang membesar dan lunak merupakan indikasi
mendekati fase kritis,pasien harus diawasi ketat dan dirawat di rumah sakit.

2. Pemeriksaan laboratorium :
- Darah tepi
Leukopenia : (rendahnya jumlah sel darah putih yang ada di dalam tubuh.) <
5000 sel/µl dan limfositosis relative (Limfositosis adalah peningkatan jumlah
atau proporsi limfosit dalam darah . Limfositosis absolut adalah kondisi di
mana ada peningkatan jumlah limfosit di luar kisaran normal sedangkan
limfositosis relatif mengacu pada kondisi di mana proporsi limfosit relatif
terhadap jumlah sel darah putih berada di atas kisaran normal. ), peningkatan
limfositatipikal (mengindikasikan dalam waktu 24 jam pasien akan bebas
demam serta memasuki fase kritis).
Trombositopenia : (kondisi saat jumlah keping darah (trombosit) rendah, di
bawah nilai normal) mengindikasikan pasien memasuki fase kritis dan
memerlukan pengawasan ketat di Rumah Sakit.

Peningkatan nilai Ht 10-20% mengindikasikan pasien memasuki fasekritis dan


memerlukan terapi cairan intravena apabila pasien tidak dapatminum oral. Pasien

9
harus dirawat dan diberi cairan sesuai kebutuhan.Penurunan Ht merupakan tanda-
tanda perdarahan.2.

Fase kritis (berlangsung 24-48 jam) dimulai sekitar hari ke-3 sampai dengan hari
ke-5 perjalanan penyakit.Umumnya pada fase ini pasien tidak dapat makan dan minum oleh
karena anoreksia dan atau muntah.

a. Tatalaksana Umum
 Rawat di bangsal khusus atau sudut tersendiri sehingga pasien mudah diawasi.
Catat tanda vital, asupan dan keluaran cairan dalam lembar khusus.
 Berikan oksigen pada kasus dengan syok.
 Hentikan perdarahan dengan tindakan yang tepat.
 Hindari tindakan prosedur yang tidak perlu, seperti pemasangan pipa
nasogastrik pada perdarahan saluran cerna.

B. Tatalaksana cairanIndikasi pemberian cairan intravena :


Trombositopenia, peningkatan Ht 10-20%, pasien tidak dapat makan dan
minum melalui oral.
Syok Jenis cairan pilihan :

 Kristaloid (jenis cairan pilihan diantaranya : ringer laktat dan ringer asetat
terutama pada fase syok)
 Koloid (diindikasikan pada keadaan syok berulang atau
syok berkepanjangan) Jumlah cairan
 Selama fase kritis pasien harus menerima sejumlah cairan
rumatanditambah defisit 5-8% atau setara dehidrasi sedang.
 Pada pasien dengan berat badan (BB) lebih dari 40 kg, total cairanintravena
setara dengan 2 kali rumatan.

10
 Pada pasien obesitas, perhitungkan cairan intravena berdasar atas BB ideal.

C. Pemantauan Syok
 Setelah resusitasi awal, pantau pasien 1 sampai 2 jam. Apabila tetesan
tidak dapat dikurangi menjadi <10ml/kg/jam, oleh karena tanda nadi tidak
stabil(tekanan nadi sempit, cepat dan lemah), ulangi pemeriksaan Ht.
 Apabila ada kenaikan Ht, ganti cairan dengan koloid dengan tetesan
10ml/kg/jam, siapkan darah dan nilai kembali pasien untuk kemungkinan
pemberian transfusi darah apabila diperlukan.
Pada pasien dengan syok
 Apabila nilai Hematokrit awal rendah, pikirkan kemungkinan perdarahan
internadan pantau nilai Ht lebih sering, apabila ada indikasi berikan
transfusidarah.
 Koreksi gangguan metabolit dan elektrolit, seperti
hipoglikemia,hiponatremia, hipokalsemia, dan asidosis.
 Setelah 6 jam, apabila Ht menurun, meski telah diberikan sejumlah
besarcairan pengganti, tetesan tidak dapat diturunkan sampai <
10ml/kg/jam,maka pertimbangkan untuk pemberian transfusi darah segera.
3. Fase penyembuhan Secara umum, sebagian besar pasien DBD(demam berdarah
dengue) akan sembuh tanpa komplikasi dalam waktu 24-48 jam setelah syok.
Indikasi pasien masuk ke dalam fase penyembuhan adalah :
 Keadaan umum membaik
 Meningkatnya selera makan
 Tanda vital stabil
 Hematokkrit(perbandingan jumlah sel darah merah dengan volume darah
keseluruhan) stabil dan menurun sampai 35-40%
 Diuresis(obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine)cukup
 Dapat ditemukan confluent petechial rash / ruam petechial konfluen (30%)

11
Sinus bradikardi cairan intravena harus dihentikan segera apabila memasuki fase
ini. Apabila nafsu makan tidak meningkat dan perut terlihat kembung dengan atau
tanpa penurunan atau menghilangnya bising usus, kadar kalium harus
diperiksaoleh karena sering terjadi fase hipokalemia pada fase ini (fase diuresis).
Buah-buahan atau jus buah atau larutan oralit dapat diberikan untuk
menanggulangi gangguan elektrolit ini,
a. Cairan
1. Kristaloid(larutan berbahan dasar air dengan molekul kecil. Sehingga, membran
kapiler permeabel terhadap cairan tersebut)
- Larutan linger laktat (RL) atau dextrose 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL)
- Larutan linger asetat (RA) atau dextrose 5% dalam larutan ringer asetat
(D5/RA)
- Larutan Nacl 0,9% (garal faali + GF) atau dextrose 5% dalam larutan faali
(D5/GF)
2. Koloid (suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih)

12
a. Dextran 40
b. Plasma
3. Keperawatan
a. Derajat I
Pasien istirahat, obsevasi tanda-tanda vital setiap3 jam, periksa
Ht(hematocrit),Hb(hemogoblin) dan trombosit(keping darah) tiap 4 jam sekali.
Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam dan kompres hangat.

b. Derajat II
Segera pasang infus bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2
tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus
tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan memberikan plasma darah dan yang
lain cairan biasa
c. Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL)
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan di berikan O2
- Pengawasan tanda-tanda vital setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht(hematocrit),Hb(hemoglobin) dan trombosit(kepingdarah)
dilakukan secara periodik
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya
baik obat-obatan maupun darah yang diperlukan
- Makanan dan minuman di hentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal biasanya di pasang NGT(nasogastric tube) untuk membantu
pengeluaran darah dari lambung. NGT(nastogastri tube) bisa dicabut apabila
perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik bisa diberikan
makanan cair

H. KOMPLIKASI

13
Komplikasi yang sering timbul adalah DSS (dengue syok syndrome) yang
disebabkan oleh kebocoran dinding pemmbuluh darah sehingga cairan atau seum
elektrolit keluar dari pembukuh darah sampai menimbulkan hypovolemia syok
1. Efusi pleura(kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di antara dua lapisan
pleura)
2. Asikes(kondisi di mana terdapat cairan pada rongga perut, tepatnya antara dinding
perut bagian dalam dengan organ dalam perut)
3. Sepsis(komplikasi berbahaya akibat infeksi. Komplikasi infeksi tersebut dapat
menimbulkan tekanan darah turun drastis)
4. Kematian(akhir dari kehidupan)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian :
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama,
alamat, dll.

b. Riwayat Kesehatan :
1. Keluhan utama saat MRS
2. Riwayat keluhan/penyakit saat ini
3. RiwayatAlergi

c. Riwayat Kelahiran meliputi lahir spontan/dg tindakan, BB lahir,


d. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan meliputi usia
merangkat, berjalan, apakah ada masalah pertumbuhan dan
perkembangan, riwayat imunisasi yang sudah di dapat

e. Prosedur invasif

14
Meliputi penggunaan alat-alat invasive yang digunakan oleh
pasien seperti infuse,CVC,WSD,ETT,Arteri Line
f. Kontrol resiko infeksi
1. Apakah menderita MRSA, TB, Infeksi Opportunistik/tropik
2. Additional precaution yang harus dilakukan : Droplet,
Airborn, Contact, Skin, Contact Multi-Resistent Organisme.
3. Pneumonia : HCAP, HAP, VAP
g. Keadaan umum
Kesadaran, Tanda Vital, Keluhan nyeri (BPS (Behaviour Pain
Scale) untuk pasien tidak sadar atau Wong Baker scale /Numeric
Rating Scale untuk pasien sadar)
h. Data psikologis
Mengalami kekerasan fisik , mengalami penelantaran fisik,
mengalami penurunan prestasi
i. Data sosial, ekonomi dan spiritual
Tinggal bersama keluarga, Pekerjaan Orang Tua/ penanggung,
Pembiayaan Kesehatan, kegiatan beribadah, Perlu Rohanian
j. Skrining nutrisi dengan menggunakan NRS (Nutrition Risk
Score )
Mengkaji apakah pasien mengalami gizi kurang atau tidak
k. Penilaian resiko jatuh
Mengkaji resiko jatuh dengan skala Humty Dumpty untuk pasien
anak
l. Pengkajian integritas kulit
Mengkaji integritas kulit pasien dengan menggunakan skala
Braden
m. Komunikasi dan edukasi
Mengkaji kebutuhan komunikasi dan edukasi yang diperlukan
oleh pasien

15
n. Asesmen fungsional dan pemeriksaan fisik
1. Status fungsional (barttel indexs)
Mengkaji kemampuan pasien dalam mengontrol BAB,
mengontrol BAK, membersihkan diri, kemampuan keluar
masuk toilet serta kemampuan makan pasien
2. Pemeriksaan fisik
a). Breathing
Pengkajian meliputi kepatenan jalan nafas, adanya obstruksi
nafas, suara nafas, penggunaaan otot bantu pernafasan,
adanya sputum serta penggunaan alat bantu nafas/ventilator.
Flu, batuk, sakit menelan, sesak, perdarahan melalui hidung,
pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris,
perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b). Blood
Pengkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan hemodinamik yang diakibatkan setting
ventilator (PEEP terlalu tinggi) atau disebabkan karena
hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah, nadi, irama
jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan
keringat. Takikardia, pucat

c). Brain
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adanya nyeri kepala,
rasa ngantuk, gelisah dan gangguan fungsi mental, nilai GCS.
Sakit kepala daerah frontal (influenza), perubahan mental
(bingung, somnolen). Nyeri/sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi (break bone fever), nyeri otot abdomen,
nyeri ulu hati, pegel-pegel pada seluruh tubuh, kemerahan
pada muka (flushing) pembengkakan sekitar mata, lakrimasi

16
dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan
pergerakan bola mata, lakrimasi dan fotofobia. Otot-otot
sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata
terasa pegal, hepatomegali, splenomegali serta pembesaran
kelenjar getah bening ( akan kembali normal pada masa
penyembuhan).

d). Bladder
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi
urine menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal), perubahan
warna urine, nyeri saat berkemih.

e). Bowel
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan
status nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan. Anorexia,
kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering
f). Bone
Malaise, aktivitas terbatas, kelemahan, intoleransi terhadap
aktivitas

B. Masalah Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ( mis : DHF )
2. Risiko defisit nutrisi
3. Risiko perdarahan
4. Defisit pengetahuan
5. Kekurangan volume cairan

17
C. RENCANA KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI

Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Regulasi temperatur :


dengan proses infeksi keperawatan 3 x 24 jam , 1.1 monitor suhu tubuh
termogulasi diharapkan anak tiap 2 jam , jika
Tanda mayor :
dapat membaik dengan perlu
O : suhu tubuh diatas nilai 1.2 monitor tekanan
Kriteria hasil :
normal darah, frekuensi
INDIKA AWAL TARGET permafasan dan nadi
Tanda minor : TOR
1.3 monitor warna dan
mengg 1 5
O: suhu kulit
igil
1.4 monitor dan catat
1. Kulit merah Kulit 2 5
tanda gejala
2. Takikardi merah
hipetermia
3. Kulit terasa hangat takikar 1 5
1.5 tingkatkan asupan
di
cairan dan nutrisi
Suhu 1 5
yang adekuat
tubuh
1.6 gunakan kasur
Suhu 1 5
pendingin , water
kulit
circulating blankets,
Keterangan : ice pack atau gel dan

1. Memburuk intravascular cooling

2. Cukup memburuk catherterization untuk

3. Sedang menurunkan suhu

4. Cukup membaik tubuh

5. membaik 1.7 jelaskan cara


pencegahan heat

18
exhaustion dan heat
stroke
1.8 kolaborasi pemberian
antipiretik , jika perlu

SDKI SLKI SIKI

risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan


berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam,
ketidakmampuan menelan. risiko deficit nutrisi Manajemen gangguan
Tanda mayor membaik,dengan kreteria makan
- hasil:
2.1 monitor asupan
Tanda minor
keluarnya makanandan
-
cairan serta kebutuhan
indikator awal Target
kalori
Porsi 2 5
2.2 timbang berat badan
makanan
secara rutin
yang
2.3 berikan penguatan
dihabiskan
positif terhadap
Verbalisasi 3 5 keberhasilan target
keinginan dan pwrubahan
untuk prilaku.
meningkatk 2.4 Ajarkan
an nutrisi keterampilan koping

19
Pengetahua 2 5 untuk penyelesaian
n tentang masalah perilaku
pilihan makan
makanan 2.5 Kolaborasi dengan
yang sehat ahli gizi tentanng
target berat badan
kebutuhan kalori
dan pilihan
makanan.

20
SDKI SLKI SIKi

Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan :


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 2.6 monitor tanda dan
gangguan koagulasi ( mis. jam tingkat perdarahan dapat gejala perdarahan
Trombositopenia ) menurun, dengan kriteria 2.7 monitor nilai
Tanda mayor : hasil : hematokrit /
- hemoglobin
indikator awal Target
Tanda minor : sebelum dan setelah
hemoglobin 5 2
- kehilangan darah
hematokrit 5 2 2.8 monitor koagulasi
2.9 pertahankan bed
Tekanan 5 2
rest selama
darah
perdarahan
Suhu tubuh 5 2
2.10 batasi
Keterangan : tindakan invasif ,
1. menurun jika perlu
2. cukup menurun 2.11 gunakan
3. sedang kasur pencegah
4. cukup meningkat decubitus
5. meningkat

21
2.12 hindari
pengukuran suhu
rektal
2.13 jelaskan
tanda dan gejala
perdarahan
2.14 anjurkan
menggunakan kaus
kaki saat ambulasi
2.15 anjurkan
meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari
konstipasi
2.16 anjurkan
menghindari aspirin
atau anti koagulan
2.17 anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K
2.18 anjurkan
segera melaporkan
jika terjadi
perdarahan
2.19 kolaborasi
pemberian obat
pengontrol darah

22
2.20 kolaborasi
pemberian produk
darah , jika perlu
2.21 kolaborasi
pemberian pelunak
tinja, jika perlu

SDKI SLKI SIKI

Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan


behubungan dengan kurang keperawatan 3 x 24 jam,
4.1 identifikasi kesiapan
terpapar informasi defisit pengetahuan
dan kemampuan
tanda mayor meningkat dengan kriteria
menerima informasi
- menanyakan hasil:
4.2 sediakan materia dan

23
msalah yang indikator awal akhir media pendidikan
dihadapi 4.3 jadwalkan
Kemampu 2 5
- mennunjukan pendidikan kesehatan
an mandi
perilaku tidak sesuai kesepakatan
sesuai anjuran Kemampu 3 5 4.4 berikan kesempatan
an untuk bertanya
tanda minor
mengenak 4.5 jelaskan factor resiko
-menjalani an yang dapat
pemerksaaan pakaian mempengaruhi
yang tidak tepat kesehatan
Kemampu 3 5
4.6 ajarkan perilaku
an ke
hidup bersih dan
toilet
sehat.

Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


cairan keperawatan selama 3 x 24
jam, keseimbangan cairan 1. Peningkatan
Faktor Risiko : keseimbangan cairan
tidak terganggu , dengan dan pencegahan
□ Merasakan berkeringat kriteria hasil : komplikasi akibat kadar
cairan yang tidak normal
atau tidak diinginkan
indikator awal akhir
Mual 3 5 2. Pantau warna, jumlah,
muntah
keringat 3
dan frekwensi
5
perdarahan kehilangan cairan
3 5
3. Observasi khusus
terhadap kehilangan
cairan yang tinggi dan
elektrolit
4. Pantau tanda-tanda
perdarahan

24
5. Identifikasi factor-faktor
yang berkontribusi
terhadap bertambah
buruknyan dehidrasi

Kolaborasi :

1. Kolaborasi dalam
pemberian cairan intra
vena
2. Kolaborasi pemasangan
catheter urine bila
diperlukan

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/18880360/Askep_Anak_Dengan_DHF
https://www.google.com/search?q=PETEKIE+DHF+PADA+ANAK&safe=strict&sxsrf=ACYBGN
TBq0MxyiBUOGYlr6vxGvuwTUu_gA:1581741466125&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2
ahUKEwix1tuR3tLnAhW2yzgGHS7eB_QQ_AUoAXoECAsQAw&biw=1366&bih=614
https://www.scribd.com/doc/225535408/limfositosis-relatif
https://www.alodokter.com/aspirasi-sumsum-tulang-ini-yang-harus-anda-ketahui

26

Anda mungkin juga menyukai