Anda di halaman 1dari 32

Makalah CL 2

Komunikasi Kelompok, Interprofesional, Publik, dan Massa

Tugas Kelompok HG

Pengajar:

Prof. Drg. Risqa Rina Darwita Ph.D.

Oleh :

Home Group 2

Anggota:

Astrid Anggraeni, NPM: 1706040920

Baiqi Nur Hairi, NPM: 1706029823

Gabriella Sitorus, NPM: 1706030705

Reza Fadillah Achmad, NPM: 1706027710

Rofiiah Darajat Nurfadhilah, NPM: 1706045316


Kelas: Komunikasi Kesehatan 20

Kata Pengantar
Sebagai makhluk yang beragama, tak lupa kami mengucapkan puji serta rasa
syukur untuk kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, berkah,
maupun hidayah-Nya dengan tanpa hentinya sehingga kami dapat berkesempatan untuk
menyelesaikan segala bentuk pengerjaan makalah kali ini. Makalah yang telah kami
selesaikan ini mempunyai judul “Makalah CL 2 Komunikasi Kelompok,
Interprofesional, Publik, dan Massa”. Yang tidak dilupakan, kepada dosen pembiming
kami yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada kami selama
proses pengerjaan makalah ini dilakukan, Prof. drg. Risqa Darwita Ph. D selaku dosen
pembimbing di kelas Komunikasi Kesehatan 20.

Sebagai suatu makalah, makalah ini mempunyai isi yang berkaitan dengan materi
Collaborative Learning 2 atau CL-2 yang merupakan materi yang sedang kami pelajari
saat ini. Materi CL 2 yang terkandung di dalam makalah kami berkaitan dengan
komunikasi kesehatan dalam berbagai bentuk, seperti: komunikasi kelompok,
komunikasi dengan mitra kerja/interprofesional, komunikasi public, dan komunikasi
massa. Makalah ini mempunyai kebermanfaatan bagi akademisi yang memiliki keinginan
dalam memelajari bentuk-bentuk komunikasi di bidang kesehatan pada berbagai bentuk.
Makalah ini juga bertujuan dalam rangka pemenuhan tugas kelompok Home Group (HG)
mengenai CL-2.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Saudara atas


perhatiannya. Tak lupa kami mengucapkan permohonan maaf, apabila di dalam isi dari
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Dengan penuh rasa mawas diri, kami
meminta saran serta kritik mengenai segala komponen di dalam makalah kami dengan
tujuan agar untuk pembuatan makalah selanjutnya tidak terulang kembali.

Depok, 1 Oktober 2017

Tim Penyusun
Daftar Isi

Makalah CL 2 .............................................................................................................................. 1
Kata Pengantar............................................................................................................................ 2
Daftar Isi ...................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 5
1. 1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 5
1. 2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1. 3 Tujuan Makalah .......................................................................................................... 5
1. 4 Manfaat Makalah ........................................................................................................ 6
BAB II .......................................................................................................................................... 7
Pembahasan ................................................................................................................................. 7
2. 1 Komunikasi Kelompok ............................................................................................... 7
A. Definisi Kelompok ....................................................................................................... 7
B. Komunikasi pada Kelompok ...................................................................................... 9
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok ................................ 10
D. Komunikasi pada Pelayanan Kesehatan ................................................................. 12
2. 2 Komunikasi Interprofesional ................................................................................... 13
A. Definisi Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan ...................................................... 13
B. Komunikasi pada Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan ..................................... 14
2. 3 Komunikasi Publik.................................................................................................... 19
A. Definisi Komunikasi Publik...................................................................................... 19
B. Ciri-Ciri Komunikasi Publik.................................................................................... 19
C. Strategi Promosi Kesehatan ..................................................................................... 20
D. Prinsip-Prinsip Komunikasi Publik ........................................................................ 21
2. 4 Komunikasi Massa .................................................................................................... 22
A. Teori Mengenai Komunikasi Massa ........................................................................ 22
B. Bentuk-Bentuk Komunikasi Massa ......................................................................... 23
C. CIRI-CIRI KOMUNIKASI MASSA ....................................................................... 23
D. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI MASSA ............................................................. 24
E. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Komunikasi Massa ............................ 24
BAB III Penutup ....................................................................................................................... 28
3. 1 Kesimpulan ................................................................................................................ 28
Daftar Pustaka ........................................................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah


Mendapat sebutan sebagai salah satu makhluk sosial di dunia, manusia
memerlukan adanya komunikasi yang terjalin secara bersama dengan anggota
manusia lain di dalam suatu kelompok. Komunikasi merupakan salah satu bentuk
penyampaian informasi/pesan yang dilakukan oleh komunikator (orang yang
memiliki pesan) kepada komunikan (orang yang diajak bicara/orang yang menerima
pesan). Komunikasi ini mencakup di dalam berbagai lingkup. Hal itu seperti: dalam
kelompok, antarmitra kerja, kepada public, maupun massa. Banyak orang yang
seringkali salah dalam melakukan komunikasi pada lingkup-lingkup tersebut. Hal ini
terutama bagi tenaga kesehatan perlu menerapkan tata cara berkomunikasi yang baik
dalam kelompok, interprofesional, public maupun massa. Hal ini penting karena
begitu dekatnya hubungan antara tenaga kesehatan dengan masyarakat. Oleh karena
itu, sebagai dampak dari pentingnya menguasai komunikasi kelompok,
interprofesional, publik, serta massa, kami tertarik untuk membuat makalah yang
berjudul “Makalah CL 2 Komunikasi Kelompok, Interprofesional, Publik, dan
Massa” untuk tugas kelompok CL 2 dalam kelas komunikasi kesehatan kali ini.
1. 2 Rumusan Masalah
Kami telah merumuskan rumusan masalah mengenai pokok bahasan di dalam
CL 2. Rumusan tersebut meliputi:
1. Bagaimanakah komunikasi Kelompok?
2. Bagaimanakah komunikasi antara mitra kerja di dalam bidang kesehatan?
3. Bagaimanakan komunikasi public?
4. Bagaimanakah komunikasi massa?
1. 3 Tujuan Makalah
Makalah kami dibuat berdasarkan atas beberapa tujuan, yaitu:
1. Memberikan informasi terkait pengertian kelompok dan hal yang boleh
maupun tidak boleh dilakukan dalam kelompok
2. Memberikan wawasan mengenai komunikasi interprofesional/ antar mitra
kerja terkait definisi, tata cara dalam komunikasi interprofesional
3. Menjelaskan mengenai komunikasi publik yang berhubungan dengan
definisinya maupun komponen atau hal yang perlu dilakukan dalam
komunikasi public
4. Menjelaskan tentang komunikasi kepada massa terkait definisi, komponen
serta hal yang perlu dilakukannya.

1. 4 Manfaat Makalah

Makalah kami memiliki manfaat untuk kami maupun masyarakat. Manfaat


tersebut, yaitu:

1. Untuk kami, makalah ini bermanfaat dalam memenuhi tugas kelompok untuk CL 2
pada kelas Komunikasi Kesehatan
2. Untuk masyarakat, makalah ini memiliki manfaat sebagai saran penambah wawasan
ilmu pengetahuan mengenai kemampuan komunikasi kelompok, interprofesional,
publik, serta massa.
BAB II

Pembahasan

2. 1 Komunikasi Kelompok
A. Definisi Kelompok

Menurut Deddy Mulyana pada tahun 2005, Kelompok adalah sekumpulan


orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut. Salah satunya adalah dalam diskusi,
keluarga, dan lain – lain.

Dalam kelompok diperlukan komunikasi supaya kekompakan antar sesama


anggota kelompok dan kelompok lainnya dapat dibangun. Ada dua macam
kelompok, yaitu: kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer
adalah kelompok yang langsung berhubungan dengan individu tersebut.
Contohnya keluarga. Dalam keluarga, seorang individu pasti diajarkan dasar –
dasar dari komunikasi, bagaimana cara berinteraksi dengan sesama dan lain
sebagainya sebelum terjun ke masyarakat. Sedangkan kelompok sekunder
merupakan kelompok yang bisa mengaktualisasikan minat yang dimiliki seorang
individu. Contohnya di tempat kerja sekolah, dan lain – lain.

Dalam perkembangan kelompok ada 4 Tahap Perkembangan Suatu


Kelompok, yaitu:

 Forming merupakan tahapan yang para anggota mulai menempatkan diri


berhubungan secara interpersonal, mereka saling memperhatikan, bersahabat,
dan mencoba melihat manfaat serta biaya menjadi anggota kelompok.
 Storming, tahap ini mulai banyak kegiatan dan pembentukan norma, konflik
mulai terjadi karena masalah kepemimpinan, tujuan, perilaku interpersonal,
namun konflik belum tentu terjadi apabila kelompok dapat bekerja efektif dan
mampu mengatasi problem.
 Norming, tahap ini anggota kelompok belajar bekerjasama, mengembangkan
norma dan kekompakan. Kerjaasama dan rasa tanggung jawab berkembang
pada tahap ini.
 Performing, tahap ini kerjasama yang efektif dalam menjalankan tugas. Dari
tahap ini beberapa kelompok dapat terus berkembang, ada juga yang kemudian
mengalami kemunduran

Selain itu, komunikasi kelompok terbagi menjadi dua, yakni: komunikasi


kelompok kecil dan besar. Dalam komunikasi kelompok kecil, biasanya terjadi
tiga atau lebih yang saling bertatap muka dan biasanya dipimpin oleh seorang
pemimpin guna mencapai tujuan yang sama sehingga mereka saling bergantung
dan mempengaruhi. Sedangkan, komunikasi kelompok besar yaitu komunikasi
yang biasanya khalayaknya yang mendapat pesan hanya bisa menanggapinya
dengan perasaan bukan dengan logikanya.

Kemudian komunikasi kelompok mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

 Menjalin hubungan sosial antar anggota dan kelompok.


Bagaimana individu dalam suatu kelompok dapat menjalin hubungan sosial
tanpa komunikasi atau samapai sejauh mana suatu kelompok dapat memelihara
hubungan sosial diantara anggota dengan anggota maupun anggota dengan
kelompok.
 Sebagai sarana pendidikan
Hal ini berkaitan dengan pertukaran informasi antar anggota. Melalui fungsi
ini kebutuhan anggota untuk mendapat informasi baru dapat terpenuhi. Dan
secara tidak langsung kemampuan semua anggota dibidangnya masing-masing
dapat membawa pengetahuan baru bahkan justru membawa keuntungan untuk
para anggota lainnya ataupun bagi kelompok.
 Kemampuan persuasi.
Fungsi ini sebelumnya dapat menguntungkan atau merugikan pihak yang mem-
persuasi. Misalnya, seorang anggota yang berusaha mengajak anggota
kelompok lainnya untuk tidak atau melakukan sesuatu. Jika ia mempersuasi
suatu yang sejalan dengan kelompok, maka ia akan diterima dan menciptakan
iklim yang positif di dalam kelompok, tapi sebaliknya jika ia mem-persuasi
suatu yang bertentangan dengan kelompok, maka akan berpotensi menciptakan
konflik dan perpecahan di dalam kelompok.
 Masalah pemecahan masalah.
Hal ini berkaitan erat dengan jalan-jalan alternatif dari para anggota kelompok
untuk memecahkan masalah.
 Sebagai terapi.
Maksud fungsi ini adalah sebagai sarana pengobatan atau sarana latihan
sebelum terjun ke masyarakat, karena dalam fungsi kelima ini lebih terfokus
pada membantu diri sendiri, bukan membantu kelompok. Disini para individu
yang memiliki masalah yang sama dikumpulkan, dan mereka diminta untuk
saling terbuka dalam mengungkapkan diri mereka ataupun masalah mereka.
Dalam kelompok ini juga tetap membutuhkan pemimpin sebagai pengatur atau
penengah jika terjadi konflik atau perbedaan pendapat

B. Komunikasi pada Kelompok

Untuk melaksanakan komunikasi kelompok, ada komponen yang penting.


Komponen-komponen penting menurut Engleberg dan Wynn dalam buku
Working in Groups ada lima komponen yang terdiri dari members, interaction,
interdependence, working, dan goals.
Members merupakan komponen utama untuk memulai suatu komunikasi.
Interaction dalam komunikasi kelompok penting untuk dapat membangun
hubungan baik antar sesama. Interdependence dalam komunikasi kelompok
berarti semua anggota saling bergantung dan saling menyemangati. Bekerja
(working) dalam bidang yang disukai akan membuat semua anggota menjadi satu
visi dan dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan. Goals yang baik adalah
pencapaian yang dapat menyelesaikan masalah.

Kelompok kerja yang sukses ditandai oleh berbagai perilaku komunikasi


yang berbeda-tindakan yang dilakukan orang dengan kata-kata dan gerak tubuh,
yang dapat mereka implementasikan dan perbaiki dari waktu ke waktu. Diantara
perilaku yang harus Anda praktikkan semester ini adalah:

1. Mendengarkan: mendengar dan memahami apa yang rekan kerja katakan


gunakan perilaku non-verbal yang baik dan aktif seperti melihat orang saat
mereka berbicara, mengangguk-anggukkan kepala saat Anda setuju dengan
sesuatu, dan duduk di depan untuk menunjukkan keterlibatan.
2. Membuat pernyataan klarifikasi: menawarkan penjelasan tentang konsep atau
kajian yang sedang coba dipahami kelompok.
3. Menyinggung dan mendiskusikan: menanggapi orang lain, tidak hanya
mendorong agenda Anda tanpa mempedulikan apa yang orang katakan;
melibatkan mereka dengan menyetujui dan memperluas apa yang mereka
katakan atau dengan hormat tidak setuju dengannya dan menawarkan alasan.
4. Menjaga diskusi tentang tugas: jika percakapan melayang, bawalah kelompok
kembali ke tugas.
5. Meminta sudut pandang dari orang lain: mintalah orang-orang yang belum
membicarakan apa pendapat mereka tentang sebuah isu.
6. Berikan umpan balik: berikan komentar konstruktif kepada rekan kerja
tentang sebuah proyek yang mereka lakukan.
7. Mediasi konflik: jika ada pertentangan dan perselisihan, coba cari jalan
tengah yang dapat memuaskan semua orang.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok
1. Ukuran Kelompok
Biasanya, kelompok yang lebih kecil dari lima orang merasa mereka kurang
mempunyai keragaman. Begitu kelompok tersebut bertambah melampaui
tujuh atau delapan, anggota yang lebih pendiam mungkin akan berhenti
memberikan kontribusi. Dalam kelompok 15 orang atau lebih, anggota yang
kuat sering mendominasi diskusi. Dua atau tiga anggota bisa melakukan
semua pembicaraan. Gagasan anggota lainnya tidak akan pernah muncul.
2. Pengaturan Fisik
Status anggota dan kontak mata adalah pertimbangan utama dalam
pengaturan tempat duduk. Dimana posisi duduk seseorang menunjukkan
statusnya dalam kelompok. Mereka yang duduk di kepala meja persegi
panjang biasanya dipilih untuk mmemimpin. Orang berbicara lebih bebas jika
mereka memiliki kontak mata dengan anggota lainnya. Mereka yang duduk
di sudut meja cenderung memiliki kontak mata yang lebih sedikit dan
cenderung menyumbang paling sedikit.

3. Pengaturan Khas:
a. Face-Off
Kontak mata langsung tidak menarik kelompok ini; melainkan cenderung
menempatkan anggota dalam konfrontasi dengan individu secara langsung di
seberang meja. Pengaturan ini sering digunakan untuk negosiasi.
b. The headman
Pengaturan kepala secara otomatis memusatkan perhatian pada satu
orang. Anggota ini memiliki kontak mata yang lebih baik dengan semua
anggota daripada anggota lainnya. Hal ini sering digunakan ketika seseorang
ingin memiliki hubungan otoriter dalam kelompok tersebut.
c. Kita semua bersama ini
Dalam pengaturan ini, anggota mempunyai kesempatan untuk kontak
mata yang sama dengan semua anggota. Hal ini paling baik digunakan saat
kelompok bekerja atas dasar kesetaraan, seperti juga Knights King Arthur di
Meja Bundar.
d. Jaringan Komunikasi
Kelompok cenderung meningkatkan jaringan komunikasi antar anggota
dan pemimpin yang mempengaruhi siapa yang berbicara kepada siapa. Agar
kelompok berfungsi efektif, informasi harus bergerak melalui jaringan
sehingga informasi yang dibutuhkan sampai pada orang yang tepat pada
waktu yang tepat. Jaringan yang baik memastikan bahwa informasi tersedia
bila diperlukan dan jaringan tidak menjadi kelebihan beban dengan informasi
yang tidak relevan
D. Komunikasi pada Pelayanan Kesehatan
Dalam berkomunikasi kelompok dalam pelayanan kesehatan, kita dapat
mengembangkan performa kita, sehingga dapat berjalan secara beriringan,
kemampuan kita dalam mengambil setiap keputusan untuk pasien semakin baik
dan efisien. Selain itu, komunikasi kelompok dalam pelayanan kesehatan juga
dapat diwujudkan melalui terapi terapeutik dalam metode penyembuhan atau case
conferences.
Dalam sebuah kelompok, tentu ada seorang pemimpin. Misalnya dokter
spesialis bedah jantung dalam sebuah rumah sakit tertentu. Pasti dokter spesialis
bedah jantung di rumah sakit tersebut tidak hanya satu, melainkan ada beberapa.
Dan di antara mereka tersebut, pastilah ada seorang pemimpin. Sebagai anggota
kelompok, kewajibannya adalah untuk memberikan tanggapan yang positif.
Positif bukan berarti selalu meyetujui pemimpin, melainkan tetap memberikan
kritik dan saran terhadap tindakan pemimpin.
Selain hal – hal yang diperbuat dalam komunikasi kelompok, ada juga hal –
hal yang dilarang. Beberapa hal tersebut sudah disebutkan, seperti tidak
mendominasi pembicaraan, mau mendengarkan ketika orang lain berbicara, dan
tidak asal setuju dengan apa yang didiskusikan, melainkan berani memberikan
kritik jika memang diperlukan, demi tercapainya hasil yang baik pula. Selain itu,
kita juga dilarang untuk berbicara dengan nada yang tidak seharusnya. Sebab cara
kita berbicara, akan berpengaruh pada kondisi komunikasi tersebut, apakah
berjalan kondusif atau tidak.
Beberapa hal yang harus menjadi sorotan dalam melakukan komunikasi
kelompok, terutama dalam bidang pelayanan kesehatan adalah misalnya latar
belakang budaya, baik suku hingga bahasa. Bahasa menjadi salah satu hal yang
penting dalam berkomunikasi. Perbedaan bahasa dapat menjadi penghambat
dalam melakukan komunikasi, bahkan dapat menimbulkan miss communication
dan miss understanding.
2. 2 Komunikasi Interprofesional
A. Definisi Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan

Menurut KamusBesar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi mitra adalah teman


atau bisa juga diartikan sebagai kawan kerja mau pun rekan. Menurut
Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu
tugas atau tujuan tertentu.

Menurut pandangan dari The Center for the Advancement of


Interprofessional Education (CAIPE, 2007) menyatakan bahwa ilmu
interprofesional adalah suatu ilmu yang memelajari suatu proses pembelajaran
dari dua atau lebih profesi dengan saling adanya kebutuhan satu dengan yang lain
serta memiliki tujuan yaitu berupa peningkatan atas kolaborasi dan kualitas
pelayanan. Di sisi lain, pendapat ACCP (2009) menyatakan bahwa IPE
merupakan suatu bentuk kolaborasi yang telah dilakukan oleh dua atau lebih
disiplin ilmu dalam upaya peningkatan kualitas. Hal ini dapat dilakukan melalui
pembinaan multisipliner sehingga meningkatkan tingkat kesehatan yang ada di
dalam masyarakat.

Kemitraan mengandung definisi yaitu adanya interaksi dan interelasi minimal


antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau
”partner”. Proses pencarian atau perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang
saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai
kepentingan bersama juga merupakan pengertin dari. Dan yang terakhir,
kemitraan merupakan upaya atau usaha melibatkan berbagai komponen baik
sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk
bekerjasama mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.

Dari definisi diatas, dapat diartikan bahwa mitra kerja dalam bidang
kesehatan adalah suatu kerjasama antara individu, kelompok, serta organisasi
yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai
kepentingan bersama spesifik dalam sebidang kesehatan.

B. Komunikasi pada Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan

Hubungan baik penting dilakukan antar tenaga kesehatan. Untuk menjalin


hubungan tersenut diperlukan beberapa yang tentunya harus diperhatikan dan
diterapkan. Hal tersebut yaitu, saling menghormati, membina komunikasi,
menjalin komunikasi 2 arah, membahas kepentingan pasien bersama sama,
menjaga etika, mampu membicarakan masalah obat terhadap tenaga medis lain,
koloborasi, serta negosiasi.

Berikut hal yang boleh dilakukan dalam peer atau mitra kesehatan dalam
bidang kesehatan :

1. Penyampaian secara detail dan akurat


Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kesalahpahaman antar mitra
kesehatan serta dapat dilakukan dengan penyaluran informasi secara terperinci
dan disertai bukti yang berkredibilitas serta dapat dipertanggungjawabkan.
2. Singkat dan jelas
Komunikasi yang efektif merupakan penyampaian informasi secara singkat
dan jelas, serta langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah
dipahami oleh lawan bicara.
3. Humor
Humor dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia dan harus diingat bahwa
humor merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi guna
mempererat hubungan antar mitra kerja.
4. Pikiran, perkataan, dan perbuatan yang sopan
Hal ini sangat penting sebagai hal yang mendasar dalam membangun suatu
hubungan yang baik dan efekti karena sebagai sesama peer atau mitra
kesehatan diharapkan dapat menjaga sopan santun dalam berkomunikasi.
5. Saling menghormati dan menghargai
Menghormati dan menghargai orang lain terutama antar mitra kerja merupakan
salah satu bentuk upaya membangun keserasian dan kerukunan hidup antar
mitra kerja daam bidang kesehatan agar terwujud suatu hubungan yang baik
dan harmonis.

Di dalam pandangan yang telah dikemukakan oleh Potter dan Perry (2005),
faktor yang sangat memengaruhi jalannya komunikasi antar mitra atau
interprofesional adalah:
1. Penggunaan presepsi yang salah harus dihindari. Hal ini dikarenakan apabila
ada persepsi yang berbeda akan menghambat proses penyampaian pesan yang
ada.
2. Lingkungan yang baik akan menunjang proses komunikasi contoh seperti
lingkungan bising yang buruk akan mengganggu aktivitas penyampaian
informasi. Hal ini diakrenakan akan mengeurangi kebebasan seseorang di
dalam penyampaian pesan dan membuang rasa bingung dari orang tersebut
sehinggan menjadi tegang dan memiliki ketidaknyamanan di dalam
berkomunikasi
3. Setiap mitra harus memiliki pengetahuan ataupun wawasan yang luas untuk
berbagai bidang terutama dalam bidang kesehatan, pengetahuan yang tidak
sama dapan menyebabkan proses penyaluran pesan masih terhambat dan
keadaan pesan menjadi tidak jelas sehingga tidak dikenali oleh pendengarnya.

Selain itu, adap pula beberapa hal yang tidak boleh dilakukan di dalam
komunikasi interporfesional. Hal ini dapat berupa:
1. Sikap yang arogan atau egois terhadap profesinya.hal ini dapat menimbulkan
ketegangan antar profesi. Seharusnya dalam bekerjasama dan berkomunikasi
antar tim sehingga mampu meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam
pembiayaan rawat pasien.
2. Bersikap pasif di dalam suatu forum diskusi. Padahal beliau harus
bekerjasama dengan mitra lain di dalam suatu diskusi. Hal lain yang perlu
dijelaskan adalah perlunya mengetahui dan memilih lingkungan yang sesuai
minat dan basket.
3. Hal lain yang dapat menjadikan hubungan tidak baik adalah saling merugikan
satu sama lain antar teman sejawat.
4. Memberikan suatu kritikan kepada teman sejawat di depan orang lain
sehingga mampu menurunkan kredibilitas seorang sejawat.
5. Memberikan komentar atau tanggapan terhadap suatu kasus/permasalahan.
Akan tetapi, beliau tidak pernah mengalaminya dan memelihara secara
langsung didalam penelitian
6. Perubahan akuntabilitas diri di dalam sautu profesi maupun kegiatan asuhan
yang telah diberikan.
7. Memiliki kemampuan di dalam komunikasi yang kurang baik.
8. Berkikap mempermainkan, memposisikan, sera bertndak diskimasi kepada
teman sejawat.

Berdasarkann pendapat dari Efendi (2011) komukais yang terjalin baik


secarapublik maupun interprofesional akan memerlukan beberapa faktor seperti:
1. Komunikasi yang tidak telat di dalam proses penyampaiannya. Hal ini
bertujuan agar komukasi tersebut relevan dengan kondisi yang sekarang.
Apabila terjadi keterlambatan penyampauian pesan akan kurnag baik.
2. Dalam menyampaikan suatu pesan tidak boleh dengan ragu. Selain itu harus
mudah dimengrti dan tidak boleh kurang lengkap karena dapat memengaruhi
pelaksanaan semifinal.
3. Memerhatikan kondisi lingkungan sekirar. Apabila kondisi lingkungan
sekitar kurang baik akan menyebabkan komunikasi menjadi kurang lancar.
4. Penggunaan kata yang kurang baik atau kurang sopan kepada teman mitra
dapat mengakibatkan boomerang bagi si penyampai pesan. Hal ini dapat
mengakibatkan penerima pesan merasa tersinggung apabila bahaya yang
digunakan tidak baik dan informasinya menjadi kurnag jelas.
5. Penggunaan aspek persuasi untuk menyampaikan suatu pesan yang perlu
diutarakan
Apabila dilihat dari pesan yang disampaikan oleh komunikator terhadap
mitranya, pesan di dalam komunikasi interprofesional perlu memperhatrikan hal
hal berikut, yaitu:
1. Pesan perlu disampaikan secara jelas tidak dalam kondisi terbelit-belit, tidak
menggunakan makna denotasi yang kurang kompatibel dengan pesan.
2. Pesan yang disampaikan bersifat fakta. Tidak megada ada dan tidak
diragukan sehingga dalm prosesnya dapat diuji kebenarannya secara mudah.
3. Pesan harus emmiliki keringkasan tanpa pengurangan makna pesan.
4. Pesan ayng mengenai hal penting harus diketahui oleh seseorang yang
bertindak sebagai penerima pesan.
5. Pesna bukan isu yang tidak memiliki kemungkinan untuk dibuktikan
kebenarannya.hal ini juga yang menjelasikan dalam berkomunkasi harus
berdasarkan fakta dan data.
6. Penyusunan pesan secara sistematis
7. Pesan dikemas secara menarik
8. Pesan perlu disesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang dimiliki oleh
pendengar/ penerima pesan.
9. Pesan yang telah diberikan tidak bertentangan dengan pesan lain ceroboh
yang mengakibatkan kesalahan keputusan.

Komunikasi kesehatan bisa dikatakan berbeda dengan komunikasi


interpersonal karena pada komunikasi kesehatan, para tenaga medis
menyampaikan pesan untuk orang lain yang bukan hanya berasal dari kalangan
medis yang tentunya kita harus menempatkan cara berkomnikasi dan bahasa yang
digunakan. Sedangkan dalam komunikasi interprofesional atau mitra kerja dalam
bidang , kita sebagai rekan kerja pastinya dapat dan harus menggunakan bahasa
bahasa yang sering dipakai di kalangan tenaga kesehatan agar dapat dimengerti
satu sama lain dan lebih efektif.
Dengan menguasai komunikasi interprofesional dalam bidang kesehatan, kita
mampu membentuk suatu konsep baru dan standar medis, meningkatkan
kesadaran akan penemuan medis, ketentuan, selain itu juga dapat mengubah
maupun membentuk prioritas medis baru, meningkatkan kebijakan dalam dunia
kesehatan dengan melibatkan pemimpin dan berbagai kelompok maupun
organisasi profesional dalam mengadvokasi atau membuat kebijakan perubahan
tersebut.

Komunikasi interpersonal dalam dunia kesehatan juga mengutamakan


pemahaman tentang apa yang disampaikan oleh lawan bicara kita. Fokus terhadap
perubahan kebiasaan dari para penyedia layanan kesehatan, serta memperhatikan
norma sosial dan kebijakan dari komunitas dimana mereka berasal merupakan
salah satu hal yang harus dalam berkomunikasi. Norma itu sendiri merujuk kepada
pertimbangan terhadap suatu tindakan, benda, cara, untuk mengambil keputusan
apakah sesuatu yang bernilai itu benar (mempunyai nilai kebenaran), indah (nilai
keindahan/estetik), dan religius (nilai ketuhanan). Sedangkan, penghargaan yang
diberikan masyarakat terhadap sesuatu yang dianggap baik, luhur, pantas, dan
mempunyai daya guna fungsional bagi masyarakat Sehingga norma juga
merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan merupakan pengertian
nilai sosial.

Selain itu, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi
dengan sesame mitra kerja adalah keaktifan kita serta bagaimana kita memberikan
perhatian terhadap komunikasi nonverbal yang ditunjukan oleh lawan bicara kita
atau feedback yang kita berikan. Sehingga kita dapat mengerti dengan jauh lebih
baik apa pesan dan tujuan yang ingin disampaikan oleh rekan kita. Mengutamakan
kesepakatan bersama juga merupakan hal yang harus diperhatikan jika
berhubungan dengan keputusan perawatan atau medis serta pengobatan yang akan
dilakukan pada pasien. Keefektifan dalam menggunakan informasi dan teknologi
komunikasi juga penting terutama di era globalisasi seperti ini. Dan tidak lupa
juga bahwa dalam berkomnikasi kita harus mempertimbangkan apakah sebaiknya
kita bernegosiasi, berkonsultasi, berinteraksi, berdiskusi atau debatlah yang
terbaik dalam berkomunikasi dan menentukan suatu keputusan.

2. 3 Komunikasi Publik
A. Definisi Komunikasi Publik

Publik atau masyarakat merupakan sekelompok manusia yang tinggal dalam


suatu daerah tertentu, yang memiliki kepentingan secara sosiologis. Komunikasi
kesehatan secara publik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang ditujukan
pada masyarakat atau target tertentu agar masyarakat tersebut memperoleh
informasi, menjadi sadar, dam mampu memanfaatkan informasi yang didapat
secara strategis, serta masyarakat tersebut melakukan evaluasi terhadap informasi
kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Komunikasi
masyarakat ini dapat berupa kampanye mengenai kesehatan masyarakat yang
jumlahnya cukup besar.

B. Ciri-Ciri Komunikasi Publik

Ciri-ciri komunikasi publik secara umum adalah pembicara yang aktif dan
publik/masyarakat yang cenderung pasif karena mereka hanya dituntut untuk
memperhatikan pembicara. Pembicara juga cukup mendominasi dan hanya sedikit
terjadi interaksi dengan pendengar, dalam hal ini publik atau masyarakat.
Komunikasi publik ini pada umumnya dilakukan di suatu tempat umum yang
dapat menampung massa dalam jumlah besar. Biasanya komunikasi publik ini
bertujuan untuk menghibur, juga memberikan penerangan, membujuk, dan
memberikan penghormatan.

Dalam bidang kesehatan, tentunya, tujuan akhir yang ingin dicapai adalah
mutu kesehatan yang meningkat. Selain itu, komunikasi kesehatan secara publik
ini dapat berupa penjelasan mengenai informasi kesehatan dan penyakit yang
dapat dicegah sedini mungkin. Komunikasi kesehatan secara publik ini
diharapkan dapat menjadi sarana yang baik bagi masyarakat itu sendiri untuk
semakin mengenal bagaimana menjaga kesehatan tubuh. Namun, komunikasi
kesehatan pada tingkat publik atau masyarakat ini cukup sulit dilakukan secara
efektif. Untuk itu, diperlukan persiapan yang baik oleh pembicara (tenaga
kesehatan).

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pembicara adalah yang pertama pesan
harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut. Jangan sampai pesan itu tidak
cocok atau tidak sesuai. Selain itu, jika pembicara memiliki kredibilitas untuk
menyampaikan informasi secara akurat, maka lakukan dengan baik dan seakurat
mungkin. Karena ini merupakan hal yang fatal apabila tidak dipersiapkan. Kedua,
infromasi, promosi, atau hal apapun yang disampaikan pembicara harus menarik
dan dapat mencuri perhatian masyarakat atau publik. Dalam hal ini, termasuk
pembicara yang harus mudah beradaptasi. Yang ketiga, pembicara harus
memperhatikan bahasa, pemilihan kata, dan gaya tubuh. Ini agar tidak terjadi
penafsiran yang salah yang dapat dilakukan oleh pendengar nantinya.
Menggunakan penggambaran atau visualisasi dengan menggunakan alat akan
membuat publik tertarik dan lebih mudah mengerti. Keempat, informasi ataupun
pesan yang disampaikan pembicara nantinya harus memberi kepusasan bagi
masyarakat. Bukan menjadi suatu ancaman ataupun kekhawatiran.

C. Strategi Promosi Kesehatan

Ada tiga strategi yang berupa pendekatan untama dalam melakukan promosi
kesehatan menurut Marks dkk (2000), Pendekatan itu adalah Behavioral Change,
Self-empowerment, dan Pendekatan Aksi Kolektif. Pendekatan Behavioral
Change adalah pendekatan yang berusaha menimbulkan perubahan pada tindakan
dan juga perilaku melalui pemikiran mereka. Informasi yang diberikan pembicara
akan mampu merubah cara berpikir mereka. Itu yang kita harapkan. Pendekatan
Self-empowerment berupa pendekatan kepada masyarakat yang kognisinya sudah
dipengaruhi, agar dapat memiliki pemikiran yang sehat dan banyak pilihan.
Sehingga nantinya diharapkan melakukan kontrol sosial, lingkungan, ataupun
fisik. Pendekatan ini berupa pembelajaran partisipatif bagi masyarakat dan publik
itu. Sedangkat pendekatan aksi sosial merupakan pendekatan yang menuntut
perubahan sosial masyarakat secara keseluruhan dan haru dilakukan secara
kolektif. Dimana masyarakat diharapkan sudah mampu memodifikasi struktur
sosial, fisik maupun ekonomi yang tidak relevan dalam menimbulkan kesehatan
yang baik.

D. Prinsip-Prinsip Komunikasi Publik

Ada pula prinsip-prinsip dalam komunikasi publik, yaitu :

1. Respect (Menghargai Orang Lain)


Prinsip ini adalah prinsip fundamenta. Sebagai tenaga kesehatan yang
menyampaikan informasi kesehatan, kita harus menghargai orang lain
siapapun mereka dalam penyampaian informasi kita. Begitu pula publik
atau masyarakat yang seharusnya menghargai pembicara agar manfaat dari
komunikasi kesehatan secara publik benar benar diperoleh.
2. Empathy (Empati)
Adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada kondisi atau situasi
yang dihadapi. Kemampuan untuk mendengarkan dan mengerti masalah
yang terjadi sebelum didengar atau dimengerti oleh orang lain adalah hal
yang penting. Rasa empati ini akan memudahkan penyampaikan pesan
dan akan mudah pula diterima oleh penerima pesan.
3. Audible (Dapat Dimengerti)
Informasi yang disampaikan pembicara harus dapat dimengerti, agar
terjadi komunikasi masyarakat yang efektif.
4. Clarity (Jelas)
Pesan dan informasi yang diberikan tenaga kesehatan haruslah mudah
dimengerti dan tidak ambigu. Tidak lupa juga pembicara harus berlatih
pengucapan kata dengan jelas.
5. Humble (Rendah Hati)
Ini juga merupakan prinsip penting dalam komunikasi, termasuk
komunikasi masyarakat pada pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan
tidak boleh sombong dan angkuh. Rendah hati dapat dilihat dari perbuatan,
perkataan, bahkan gerak tubuh. Penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
rendah hati.

2. 4 Komunikasi Massa
A. Teori Mengenai Komunikasi Massa
1) Formula Lasswell
Seorang ahli ilmu politik Amerika serikat pada 1948, Laswell
mengemukakan teori komunikasi massa yang menggunakan pertanyaan-
pertanyaan sebagai cara untuk memahami suatu proses komunikasi,
yaitu:
 Siapa
 Berkata apa
 Melalui saluran apa
 Kepada siapa
 Dengan efek apa
2) Pendekatan Transmisional
Claude Shannon pada akhir 40-an mengemukakan suatu proses
komunikasi dengan melihat komponen-komponen yang terkandung di
dalamnya dan rangkaian aktivitas yang terjadi antar komponen. Shannon
menggambarkan komunikasi, yaitu seperti suatu proses yang linier dan
searah. Prinsip kerjasama dengan proses penyiaran radio, pesan yang
diterima tidak akan selalu sama maknanya dengan apa yang dikirim.
Inilah ketidakmampuan komunikator untuk membuat suatu komunikasi
yang baik yang biasanya terjadi diantara penyampaian informasi dari
transmitter ke penerima. Karena kekurangan inilah alasan dikembangkan
dan diaplikasikannya teori ini oleh Melvin De Fleur pada tahun 1966
dengan menambahkan komponen yang menggambarkan bagaimana
komunikator mendapatkan feedback atau umpan balik walaupun
terbatas.
3) Pendekatan Psikologi Sosial
Heider (1946) dan Newcomb (1953) menyampaikan sebuah prinsip
keseimbangan kognitif yang telah dikembangkan. Dengan memodifikasi
bagan ABX dari Newcomb, McLeod dan Chafee pada tahun 1973
mengemukakan teorinya yang disebut ko-orientasi yang berfokus pada
komunikasi antarkelompok dalam masyarakat yang berlangsung secara
interaktif dan dua arah.
4) Teori John W. Riley Dan Mathilda White Riley
Teori ini dikemukakan pada tahun 1959 yang lebih sosiologis
menggambarkan peran primary group dan reference group dalam proses
komunikasi. Primary group contohnya adalah keluarga dan reference
group adalah kelompok dimana orang itu belajar.
B. Bentuk-Bentuk Komunikasi Massa
1. Bentuk Perintah (The Command Mode)
Terdapat perbedaan kekuasaan dan otoritas antara pengirim dengan
penerima pada bentuk komunikasi ini. Penerima berada pada posisi lebih
rendah dan bergantung yang tujuannya untuk melakukan kontrol dan
perintah, hubungannya bersifat satu arah, tidak setara, dan tidak berdasar
sukarela.
2. Bentuk Pelayanan (The Service Mode)
Bentuk komunikasi yang hubungan antara pengirim dan penerima
diikat dengan kepentingan bersama dalam situasi pasar atau
semacamnya.
3. Bentuk Asosiasi (The Association Mode)
Bentuk komunikasi massa ini memiliki ikatan normatif atau nilai-
nilai yang disepakati bersama, mendekatkan kelompok atau publik
tertentu terhadap sumber media tertentu pula.

C. CIRI-CIRI KOMUNIKASI MASSA


Ciri– ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut:
 Bersifat tidak langsung, yang artinya harus melalui media teknis
 Bersifat satu arah, yang artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta
komunikasi
 Bersifat terbuka, yang artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas
dan anonim
 Mempunyai publik yang secara tersebar.

D. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI MASSA


 Komunikator , contohnya adalah stasiun tv
 Pesan
1) Publicity : Pesan yang ditujukan untuk umum
2) Rapid : Pesan yang dirancang untuk sampai dengan
jangkuan luas dan waktu cepat
3) Transient : Pesan yang bersifat timely: hanya untuk jangka waktu
tertentu
 Media atau Saluran, yaitu alat untuk mendistribusikan pesan secara luas
dan simultan, contohnya adalah surat kabar, majalah , radio, film, televisi
,dan internet.
 Audience
Karakteristik audience terdiri dari:
1) Large : Perorangan yang tersebar luas
2) Heterogen : Memiliki latar belakang berbeda
3) Anonim : Jarang dikenal komunikator
E. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Komunikasi Massa

Hal yang diperlukan dalam komunikasi massa:

1) Informasi didistribusi dan diterima dengan skala yang tidak kecil.


Contohnya seperti siaran Berita Satu di TV ONE, sehingga masyarakat
dalam jumlah banyak dapat melihat siaran tersebut secara serentak atau pada
waktu yang bersamaan
2) Proses komunikasi massa dilakukan bukan melalui dua arah, adanya
interaksi timbal balik antara pemberi pesan dan penerima merupakan hal
yang sangat berpeluang kecil. Maka dari itu hindari kesalahan dalam
melakukan komunikasi massa
3) Keberlangsungan proses komunikasi massa dilakukan secara asimetris.
Sehingga komunikasi antara komunikan dan pendengar cendrung kurang
ekspresif.
4) Keberlangsungan proses komunikasi massa secara non personal atau
impersonal. Maksud disini adalah khalayak pendengar tidak dengan mudah
mengetahui siapa pelaku utama dari demonstasi.
5) Pemberian informasi kepada khalayak masyarakat disesuaikan dengan apa
yang khalayak inginkan. Biasanya bila informasi yang diberikan sudah tidak
menarik khalayak banyak, siaran informasi tersebut akan diberhentikan.

Efektivitas media massa dipengaruhi oleh tujuh factor, yaitu:

1. Kredibilitas, yaitu artinya sumber harus kompeten dan dapat dipercaya.


2. Konteks, yaitu informasi kesehatan relevan dengan sasaran
3. Isinya mencakup informasi yang mudah dipahami
4. Kejelasan informasi
5. Kesinambungan, yaitu pesan dasar cukup konsisten sehingga sasaran tidak
bingung
6. Media, yaitu sasaran mendapat pesan melalui media massa yang sering
digunakan
7. Kemampuan, yaitu sasaran mampu melakukan yang diminta sesuai dengan
isi pesan dengan usaha seminimal mungkin.

Agar dapat mengemas komunikasi menjadi lebih efektif, komunikator


sebaiknya mengetahui karakteristik media massa, diantaranya:
1. Komunikasi massa bersifat umum (terbuka untuk setiap orang)
2. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi
3. Media massa menimbulkan keserempakan
Sikap yang harus kita miliki dalam melakukan komunikasi masa:
Shoemaker dan Reese (1991)
1. Tanggung Jawab
Dalam penyampaian komunikasi massa dituntut tanggung jawab terhadap
apa yang dikemukakan.
2. Kebebasan Pers
Kebebasan pers membutuhkan profesionalisme yakni disertai sikap, usaha,
serta kemauan untuk lebih cermat dalam segala hal yang menyangkut data,
opini, dan nama baik.
3. Masalah Etis
Masalah etis disini artinya adalah bahwa jurnalis itu harus bebas dari
kepentingan. Ia mengabdi pada kepentingan umum.
4. Ketepatan dan Objektivitas
Wartawan harus akurat ,cermat dan di usahakan tidak ada kesalahan dalam
menulis berita. Dan juga, objektivitas adalah pemberitaan yang didasarkan
fakta-fakta di lapangan, bukan opini wartawannya.

Berikut ini merupakan hal-hal yang harus dilakukan dalam komunikasi


massa:
1. Identitas wartawan harus dikenali karena ia yang akan meliput tentang topik
kesehatan pada umumnya atau kesehatan spesifik.
2. Hubungan baik dengan wartawan diperlukan, dengan menghargai waktu
pihak media/ wartawan
3. Bersikap sopan, akurat, dan membantu.
4. Pahami reporter apakah mereka ingin mengutip anda, atau mereka hanya
menginginkan briefing latar belakang.
5. Sediakan beberapa orang untuk melakukan siaran atau pertemuan pers.
6. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
7. Mempromosikan suatu lembaga di bidang kesehatan dengan sewajarnya
tanpa ada unsur pemaksaan dan menjatuhkan lembaga lain
8. Siapkan waktu luang beberapa hari setelah menyampaikan komunikasi
massa
9. Baca dan lihat kembali berita atau informasi yang telah kita sampaikan
melalui media tersebut.
10. Perhitungkan resiko yang akan ditimbulkan dari informasi yang kita berikan

Berikut ini merupakan hal-hal yang tidak boleh kita lakukan saat melakukan
komunikasi massa:

1. Jangan menghubungi wartawan atau reporter dengan tujuan yang tidak jelas
tanpa kepentingan khusus.
2. Jangan terlalu sering menghubungi wartawan dengan alasan yang tidak
penting atau membicarakan suatu hal yang berulang-ulang.
3. Jangan memberikan informasi pribadi karena hal itu akan diliput.
BAB III
Penutup

3. 1 Kesimpulan
1) Komunikasi Kelompok

Kelompok merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang dan


saling mengenal satu sama lain. Komunikasi kelompok sendiri bermakna
komnikasi yang terjadi baik pada kelompok kecil maupun besar. Komunikasi ini
mempunyai peran dalam menjalin hubungan, pendidikan, pemecahan masalah,
terapi, dan persuasi. Selain itu, komponen pada komunikasi kelompok meliputi:
members, interaction, interdependence, working, dan goals serta dipengaruhi oleh
ukuran kelompok, pengaturan fisik, dan pengaturan khusus. Mengembangkan
komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan berguna untuk penyembuhan
pasien secara efektif dan efisien dan peningkatan performa kerja.
2) Komunikasi Interprofesional
Komunikasi Interprofesional atau mitra kerja merupakan jenis komunikasi
yang melibatkan individu atau kelompok yang saling mendidik untuk mencapai
tujuan bersama, yang dalam lingkup kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kesehatan. Hal yang perlu dilakukan dalam komunikasi ini adalah
penyampaian detail dan akurat, humor, santun, saling menghormati, dan singkat
jelas pembicaraannya, sedangkan yang tidak boleh dilakukan adalah bersifat
egois, arogan, dan pasif, mengkritik tak berdasar, menghina, dan mendiskriminasi.
Di sisi lain, komunikasi ini jika dalam ilmu kesehatan perlu memperhatikan
bahasa, pengetahuan, norma, dan teknologi untuk meningkatkan pelayanan medis.
3) Komunikasi Publik
Komunikasi Publik merupakan komunikasi yang dilakukan kepada
masyarakat sehingga masyarakat tersebut mendapatkan nformasi sehingga
mampu mengevaluasi ingormasi tersebut dalam peningkatan kualitas kehidupan
khususnya dalam konteks ini kesehatan mereka. Komunikasi ini dalam kesehatan
bercirikan pembicara yang aktif dan mendominasi, tujuannya untuk peningkatan
mutu kesehatan, dan masyarakat cenderung pasif. Hal ayng perlu diperhatikan
oleh pembicara adalah bahasa yang digunakan, pesan yang disampaikan, dan
kemenarikan isi dari informasi yang diberikan. Prinsip yang digunakan dalam
komunikasi ini adalah respect, empathy, audible, clarity, dan humble.
4) Komunikasi Massa
Komunikasi massa dapat dijelaskan melalui teori seperti pada formula
Lasswell, pendekatan transmisional, pendekatan psikologi sosial, dan teori dari
John W. Riley dan Mathilda White Riley. Komunikasi ini dapat disampaikan
melalui beberapa bentuk, yaitu: perintah, pelayanan, serta asosiasi. Ciri dari
komunikasi ini adalah tidak langsung, satu arah, terbuka, dan public tersebar.
Komunikasi ini tersusun atas beberapa unsur seperti: komunikator, media,
audience, dan pesan. Hal ayng perlu diperhatikan adalah informasi yang
disampaikan, proses penyampaiannya, dan cara pemberiannya kepada
masyarakat.
Daftar Pustaka

1. Kamus besar bahasa Indonesia [Internet]. 5th ed. Jakarta: Balai Pustaka; 2016.
Komunikasi [cited 2017 Sep 18]. Available from:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/komunikasi
2. Berry D. Health communication: theory and practice. New York: McGraw-Hill
Education; 2007. p. 22.
3. Sharpe D. Group communication [Internet]. Bozeman: Montana State University;
1991 [cited 2017 Sep 19]. Available from:
http://msucommunitydevelopment.org/groupcommunication.html
4. Lavers S. BTEC health and social care [Internet]. Pearson; 2010 [cited 2017 Sep
19]. Available from: http://resources.collins.co.uk/free/BTECHSCunit1.pdf
5. [Internet]. 2017 [cited 17 September 2017]. Available from: https://kbbi.web.id
6. [Internet]. 2017 [cited 17 September 2017]. Available from:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122823-S-5461-Gambaran%20kemitraan-
Tinjauan%20literatur.pdf

7. Adhani R. Etika & komunikasi: dokter-pasien-mahasiswa. Banjarbaru: Grafika


Wangi Kalimantan; 2014 [cited 2017 Sept 15]. Available from
http://eprints.unlam.ac.id/261/1/Isi%20Buku%20Etika%20dan%20Komunikasi
%20-%20dummy.pdf

8. Ika Fitriyani, Izmi. (2016). Hubungan Kesiapan Dalam Interprofessional


Education (IPE) Dengan Kemampuan Shared-Education Making (SDM) Pada
Mahasiswa Profesi FKIK UMY. Retrieved from
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10702/f.%20Bab%20II.
pdf?sequence=6&isAllowed=y 20 September 2017
9. Berry, Dianne. (2007). Health Communication: Theory and Practice. London :
Open University Press
10. Lestari, M. (2017). Komunikasi Kesehatan Antara Mitra Kesehatan. [online]
Academia.edu. Available at:
http://www.academia.edu/7357198/Komunikasi_Kesehatan_Antara_Mitra_Kese
hatan [Accessed 15 Sep. 2017].
11. Renata Schiavo, editor. 2007. Health Communication: From Theory to Practice.
New York, NY: Jossey-Bass.
12. http://blog.unnes.ac.id/ayukwitantri/2016/02/29/nilai-dan-norma-sosial/
13. W AC. Etika berkomunikasi dalam penyampaian aspirasi. Universitas
Tarumanegara [internet]. 2009 [cited 2017 Sept 15];1(1);14-8. Available from
http://digilib.unila.ac.id/1904/1/JURNAL%20KOM%20UNTAR%20ANDY%2
0CORRY.pdf
14. Adhani R. Etika & komunikasi: dokter-pasien-mahasiswa. Banjarbaru: Grafika
Wangi Kalimantan; 2014 [cited 2017 Sept 15]. Available from
http://eprints.unlam.ac.id/261/1/Isi%20Buku%20Etika%20dan%20Komunikasi
%20-%20dummy.pdf
15. Sedyowinarso M, Claramita M. Interprofessional education (ipe),
communication and interprofessional teamwork. In: Fakultas Kedokteran
Unversitas Gadjah Mada. Buku acuan umum CFHC-IPE. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Unversitas Gadjah Mada; date unknown [cited 2017 Sept 15].
Available from
http://gamel.fk.ugm.ac.id/pluginfile.php/269/mod_forum/attachment/2804/Buku
%20Acuan%20Umum-CFHC%20IPE-2014.pdf
16. Hardiyansyah. Komunikasi pelayan publik: konsep dan aplikasi. Yogyakarta:
Gava Media; 2015 [cited 2017 Sept 16]. Available from
http://eprints.binadarma.ac.id/2679/1/Komunikasi%20Pelayanan%20Publik%20
buku.pdf
17. Dos and donts of group work [Internet]. Brisbane: The University of Queensland
[cited 2017 Sep 19]. Available from: http://www.uq.edu.au/student-
services/learning/dos-and-donts-group-work
18. Rosenstein AH, O’Daniel M. Professional communication and team
collaboration [Internet]. Rockville: Agency for Healthcare Research and Quality;
2008 [cited 2017 Sep 19]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2637/
19. Berman, A, Snider, S, Frandsen, G. 2016. Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing. 10th ed. New Jersey: Pearson.
20. Engleberg, I. & Wynn, D. 2010. Working in Groups. 5th ed. New Jersey: Pearson.
21. Putri, TH. & Fanani, A. 2013. Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Merkid Press.
22. Anwar Arifin, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Bandung:
Armico
23. Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
24. Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
25. Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California:
Wadsworth Publishing Company.
26. Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
27. Duffy F. D., Gordon G. H., Whelan G., et al. Assessing competence in
communication and interpersonal skills: the Kalamazoo II report. Acad
Med. 2004;79((6)):495–507.
28. Hall J. A., Roter D. L., Rand C. S. Communication of affect between patient and
physician. J Health Soc Behav. 1981;22((1)):18–30
29. Brilhart, John K.; Galanes, Gloria J.; and Adams, Katherine L. (2001). Effective
Group Discussion: Theory and Practice, 10th edition. New York: McGraw-Hill.
30. http://www.academia.edu/26032643/JURNAL_KOMUNIKASI_DIDALAM_K
OMUNIKASI_KELOMPOK
31. Achmad Nashrudin, Kapita Selekta Komunikasi, (Banten1 Dinas Pendidikan
Provinsi Banten, 2011)
32. Johnson, David W, Johnson, Frank P, 2012, Dinamika Kelompok: teori dan
keterampilan, Jakarta: PT Indeks.
33. Hekmat, Javad. (2013). Communication with and on Behalf of Patients. North
Charleston: Javad Hekmat-panah M.D.
34. Tomic, Zoran dkk. (2010). Materia Socio Medica - Public Relations in Health
Care. Faculty of Philosophy, University of Mostar, Bosnia and Herzegovina:
Researchgate. Vol 22(1): 24-27
35. Schiavo. Renata. (2007). Health Communication: from Theory to Practice. San
Fransisco: Jossey-Bass
36. Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
37. Effendi, Ferry dan Makhfudi. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
38. Nuruddin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai