Tugas Kelompok HG
Pengajar:
Oleh :
Home Group 2
Anggota:
Kata Pengantar
Sebagai makhluk yang beragama, tak lupa kami mengucapkan puji serta rasa
syukur untuk kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, berkah,
maupun hidayah-Nya dengan tanpa hentinya sehingga kami dapat berkesempatan untuk
menyelesaikan segala bentuk pengerjaan makalah kali ini. Makalah yang telah kami
selesaikan ini mempunyai judul “Makalah CL 2 Komunikasi Kelompok,
Interprofesional, Publik, dan Massa”. Yang tidak dilupakan, kepada dosen pembiming
kami yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada kami selama
proses pengerjaan makalah ini dilakukan, Prof. drg. Risqa Darwita Ph. D selaku dosen
pembimbing di kelas Komunikasi Kesehatan 20.
Sebagai suatu makalah, makalah ini mempunyai isi yang berkaitan dengan materi
Collaborative Learning 2 atau CL-2 yang merupakan materi yang sedang kami pelajari
saat ini. Materi CL 2 yang terkandung di dalam makalah kami berkaitan dengan
komunikasi kesehatan dalam berbagai bentuk, seperti: komunikasi kelompok,
komunikasi dengan mitra kerja/interprofesional, komunikasi public, dan komunikasi
massa. Makalah ini mempunyai kebermanfaatan bagi akademisi yang memiliki keinginan
dalam memelajari bentuk-bentuk komunikasi di bidang kesehatan pada berbagai bentuk.
Makalah ini juga bertujuan dalam rangka pemenuhan tugas kelompok Home Group (HG)
mengenai CL-2.
Tim Penyusun
Daftar Isi
Makalah CL 2 .............................................................................................................................. 1
Kata Pengantar............................................................................................................................ 2
Daftar Isi ...................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 5
1. 1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 5
1. 2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1. 3 Tujuan Makalah .......................................................................................................... 5
1. 4 Manfaat Makalah ........................................................................................................ 6
BAB II .......................................................................................................................................... 7
Pembahasan ................................................................................................................................. 7
2. 1 Komunikasi Kelompok ............................................................................................... 7
A. Definisi Kelompok ....................................................................................................... 7
B. Komunikasi pada Kelompok ...................................................................................... 9
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok ................................ 10
D. Komunikasi pada Pelayanan Kesehatan ................................................................. 12
2. 2 Komunikasi Interprofesional ................................................................................... 13
A. Definisi Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan ...................................................... 13
B. Komunikasi pada Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan ..................................... 14
2. 3 Komunikasi Publik.................................................................................................... 19
A. Definisi Komunikasi Publik...................................................................................... 19
B. Ciri-Ciri Komunikasi Publik.................................................................................... 19
C. Strategi Promosi Kesehatan ..................................................................................... 20
D. Prinsip-Prinsip Komunikasi Publik ........................................................................ 21
2. 4 Komunikasi Massa .................................................................................................... 22
A. Teori Mengenai Komunikasi Massa ........................................................................ 22
B. Bentuk-Bentuk Komunikasi Massa ......................................................................... 23
C. CIRI-CIRI KOMUNIKASI MASSA ....................................................................... 23
D. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI MASSA ............................................................. 24
E. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Komunikasi Massa ............................ 24
BAB III Penutup ....................................................................................................................... 28
3. 1 Kesimpulan ................................................................................................................ 28
Daftar Pustaka ........................................................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
1. 4 Manfaat Makalah
1. Untuk kami, makalah ini bermanfaat dalam memenuhi tugas kelompok untuk CL 2
pada kelas Komunikasi Kesehatan
2. Untuk masyarakat, makalah ini memiliki manfaat sebagai saran penambah wawasan
ilmu pengetahuan mengenai kemampuan komunikasi kelompok, interprofesional,
publik, serta massa.
BAB II
Pembahasan
2. 1 Komunikasi Kelompok
A. Definisi Kelompok
3. Pengaturan Khas:
a. Face-Off
Kontak mata langsung tidak menarik kelompok ini; melainkan cenderung
menempatkan anggota dalam konfrontasi dengan individu secara langsung di
seberang meja. Pengaturan ini sering digunakan untuk negosiasi.
b. The headman
Pengaturan kepala secara otomatis memusatkan perhatian pada satu
orang. Anggota ini memiliki kontak mata yang lebih baik dengan semua
anggota daripada anggota lainnya. Hal ini sering digunakan ketika seseorang
ingin memiliki hubungan otoriter dalam kelompok tersebut.
c. Kita semua bersama ini
Dalam pengaturan ini, anggota mempunyai kesempatan untuk kontak
mata yang sama dengan semua anggota. Hal ini paling baik digunakan saat
kelompok bekerja atas dasar kesetaraan, seperti juga Knights King Arthur di
Meja Bundar.
d. Jaringan Komunikasi
Kelompok cenderung meningkatkan jaringan komunikasi antar anggota
dan pemimpin yang mempengaruhi siapa yang berbicara kepada siapa. Agar
kelompok berfungsi efektif, informasi harus bergerak melalui jaringan
sehingga informasi yang dibutuhkan sampai pada orang yang tepat pada
waktu yang tepat. Jaringan yang baik memastikan bahwa informasi tersedia
bila diperlukan dan jaringan tidak menjadi kelebihan beban dengan informasi
yang tidak relevan
D. Komunikasi pada Pelayanan Kesehatan
Dalam berkomunikasi kelompok dalam pelayanan kesehatan, kita dapat
mengembangkan performa kita, sehingga dapat berjalan secara beriringan,
kemampuan kita dalam mengambil setiap keputusan untuk pasien semakin baik
dan efisien. Selain itu, komunikasi kelompok dalam pelayanan kesehatan juga
dapat diwujudkan melalui terapi terapeutik dalam metode penyembuhan atau case
conferences.
Dalam sebuah kelompok, tentu ada seorang pemimpin. Misalnya dokter
spesialis bedah jantung dalam sebuah rumah sakit tertentu. Pasti dokter spesialis
bedah jantung di rumah sakit tersebut tidak hanya satu, melainkan ada beberapa.
Dan di antara mereka tersebut, pastilah ada seorang pemimpin. Sebagai anggota
kelompok, kewajibannya adalah untuk memberikan tanggapan yang positif.
Positif bukan berarti selalu meyetujui pemimpin, melainkan tetap memberikan
kritik dan saran terhadap tindakan pemimpin.
Selain hal – hal yang diperbuat dalam komunikasi kelompok, ada juga hal –
hal yang dilarang. Beberapa hal tersebut sudah disebutkan, seperti tidak
mendominasi pembicaraan, mau mendengarkan ketika orang lain berbicara, dan
tidak asal setuju dengan apa yang didiskusikan, melainkan berani memberikan
kritik jika memang diperlukan, demi tercapainya hasil yang baik pula. Selain itu,
kita juga dilarang untuk berbicara dengan nada yang tidak seharusnya. Sebab cara
kita berbicara, akan berpengaruh pada kondisi komunikasi tersebut, apakah
berjalan kondusif atau tidak.
Beberapa hal yang harus menjadi sorotan dalam melakukan komunikasi
kelompok, terutama dalam bidang pelayanan kesehatan adalah misalnya latar
belakang budaya, baik suku hingga bahasa. Bahasa menjadi salah satu hal yang
penting dalam berkomunikasi. Perbedaan bahasa dapat menjadi penghambat
dalam melakukan komunikasi, bahkan dapat menimbulkan miss communication
dan miss understanding.
2. 2 Komunikasi Interprofesional
A. Definisi Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan
Dari definisi diatas, dapat diartikan bahwa mitra kerja dalam bidang
kesehatan adalah suatu kerjasama antara individu, kelompok, serta organisasi
yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai
kepentingan bersama spesifik dalam sebidang kesehatan.
Berikut hal yang boleh dilakukan dalam peer atau mitra kesehatan dalam
bidang kesehatan :
Di dalam pandangan yang telah dikemukakan oleh Potter dan Perry (2005),
faktor yang sangat memengaruhi jalannya komunikasi antar mitra atau
interprofesional adalah:
1. Penggunaan presepsi yang salah harus dihindari. Hal ini dikarenakan apabila
ada persepsi yang berbeda akan menghambat proses penyampaian pesan yang
ada.
2. Lingkungan yang baik akan menunjang proses komunikasi contoh seperti
lingkungan bising yang buruk akan mengganggu aktivitas penyampaian
informasi. Hal ini diakrenakan akan mengeurangi kebebasan seseorang di
dalam penyampaian pesan dan membuang rasa bingung dari orang tersebut
sehinggan menjadi tegang dan memiliki ketidaknyamanan di dalam
berkomunikasi
3. Setiap mitra harus memiliki pengetahuan ataupun wawasan yang luas untuk
berbagai bidang terutama dalam bidang kesehatan, pengetahuan yang tidak
sama dapan menyebabkan proses penyaluran pesan masih terhambat dan
keadaan pesan menjadi tidak jelas sehingga tidak dikenali oleh pendengarnya.
Selain itu, adap pula beberapa hal yang tidak boleh dilakukan di dalam
komunikasi interporfesional. Hal ini dapat berupa:
1. Sikap yang arogan atau egois terhadap profesinya.hal ini dapat menimbulkan
ketegangan antar profesi. Seharusnya dalam bekerjasama dan berkomunikasi
antar tim sehingga mampu meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam
pembiayaan rawat pasien.
2. Bersikap pasif di dalam suatu forum diskusi. Padahal beliau harus
bekerjasama dengan mitra lain di dalam suatu diskusi. Hal lain yang perlu
dijelaskan adalah perlunya mengetahui dan memilih lingkungan yang sesuai
minat dan basket.
3. Hal lain yang dapat menjadikan hubungan tidak baik adalah saling merugikan
satu sama lain antar teman sejawat.
4. Memberikan suatu kritikan kepada teman sejawat di depan orang lain
sehingga mampu menurunkan kredibilitas seorang sejawat.
5. Memberikan komentar atau tanggapan terhadap suatu kasus/permasalahan.
Akan tetapi, beliau tidak pernah mengalaminya dan memelihara secara
langsung didalam penelitian
6. Perubahan akuntabilitas diri di dalam sautu profesi maupun kegiatan asuhan
yang telah diberikan.
7. Memiliki kemampuan di dalam komunikasi yang kurang baik.
8. Berkikap mempermainkan, memposisikan, sera bertndak diskimasi kepada
teman sejawat.
Selain itu, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi
dengan sesame mitra kerja adalah keaktifan kita serta bagaimana kita memberikan
perhatian terhadap komunikasi nonverbal yang ditunjukan oleh lawan bicara kita
atau feedback yang kita berikan. Sehingga kita dapat mengerti dengan jauh lebih
baik apa pesan dan tujuan yang ingin disampaikan oleh rekan kita. Mengutamakan
kesepakatan bersama juga merupakan hal yang harus diperhatikan jika
berhubungan dengan keputusan perawatan atau medis serta pengobatan yang akan
dilakukan pada pasien. Keefektifan dalam menggunakan informasi dan teknologi
komunikasi juga penting terutama di era globalisasi seperti ini. Dan tidak lupa
juga bahwa dalam berkomnikasi kita harus mempertimbangkan apakah sebaiknya
kita bernegosiasi, berkonsultasi, berinteraksi, berdiskusi atau debatlah yang
terbaik dalam berkomunikasi dan menentukan suatu keputusan.
2. 3 Komunikasi Publik
A. Definisi Komunikasi Publik
Ciri-ciri komunikasi publik secara umum adalah pembicara yang aktif dan
publik/masyarakat yang cenderung pasif karena mereka hanya dituntut untuk
memperhatikan pembicara. Pembicara juga cukup mendominasi dan hanya sedikit
terjadi interaksi dengan pendengar, dalam hal ini publik atau masyarakat.
Komunikasi publik ini pada umumnya dilakukan di suatu tempat umum yang
dapat menampung massa dalam jumlah besar. Biasanya komunikasi publik ini
bertujuan untuk menghibur, juga memberikan penerangan, membujuk, dan
memberikan penghormatan.
Dalam bidang kesehatan, tentunya, tujuan akhir yang ingin dicapai adalah
mutu kesehatan yang meningkat. Selain itu, komunikasi kesehatan secara publik
ini dapat berupa penjelasan mengenai informasi kesehatan dan penyakit yang
dapat dicegah sedini mungkin. Komunikasi kesehatan secara publik ini
diharapkan dapat menjadi sarana yang baik bagi masyarakat itu sendiri untuk
semakin mengenal bagaimana menjaga kesehatan tubuh. Namun, komunikasi
kesehatan pada tingkat publik atau masyarakat ini cukup sulit dilakukan secara
efektif. Untuk itu, diperlukan persiapan yang baik oleh pembicara (tenaga
kesehatan).
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pembicara adalah yang pertama pesan
harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut. Jangan sampai pesan itu tidak
cocok atau tidak sesuai. Selain itu, jika pembicara memiliki kredibilitas untuk
menyampaikan informasi secara akurat, maka lakukan dengan baik dan seakurat
mungkin. Karena ini merupakan hal yang fatal apabila tidak dipersiapkan. Kedua,
infromasi, promosi, atau hal apapun yang disampaikan pembicara harus menarik
dan dapat mencuri perhatian masyarakat atau publik. Dalam hal ini, termasuk
pembicara yang harus mudah beradaptasi. Yang ketiga, pembicara harus
memperhatikan bahasa, pemilihan kata, dan gaya tubuh. Ini agar tidak terjadi
penafsiran yang salah yang dapat dilakukan oleh pendengar nantinya.
Menggunakan penggambaran atau visualisasi dengan menggunakan alat akan
membuat publik tertarik dan lebih mudah mengerti. Keempat, informasi ataupun
pesan yang disampaikan pembicara nantinya harus memberi kepusasan bagi
masyarakat. Bukan menjadi suatu ancaman ataupun kekhawatiran.
Ada tiga strategi yang berupa pendekatan untama dalam melakukan promosi
kesehatan menurut Marks dkk (2000), Pendekatan itu adalah Behavioral Change,
Self-empowerment, dan Pendekatan Aksi Kolektif. Pendekatan Behavioral
Change adalah pendekatan yang berusaha menimbulkan perubahan pada tindakan
dan juga perilaku melalui pemikiran mereka. Informasi yang diberikan pembicara
akan mampu merubah cara berpikir mereka. Itu yang kita harapkan. Pendekatan
Self-empowerment berupa pendekatan kepada masyarakat yang kognisinya sudah
dipengaruhi, agar dapat memiliki pemikiran yang sehat dan banyak pilihan.
Sehingga nantinya diharapkan melakukan kontrol sosial, lingkungan, ataupun
fisik. Pendekatan ini berupa pembelajaran partisipatif bagi masyarakat dan publik
itu. Sedangkat pendekatan aksi sosial merupakan pendekatan yang menuntut
perubahan sosial masyarakat secara keseluruhan dan haru dilakukan secara
kolektif. Dimana masyarakat diharapkan sudah mampu memodifikasi struktur
sosial, fisik maupun ekonomi yang tidak relevan dalam menimbulkan kesehatan
yang baik.
2. 4 Komunikasi Massa
A. Teori Mengenai Komunikasi Massa
1) Formula Lasswell
Seorang ahli ilmu politik Amerika serikat pada 1948, Laswell
mengemukakan teori komunikasi massa yang menggunakan pertanyaan-
pertanyaan sebagai cara untuk memahami suatu proses komunikasi,
yaitu:
Siapa
Berkata apa
Melalui saluran apa
Kepada siapa
Dengan efek apa
2) Pendekatan Transmisional
Claude Shannon pada akhir 40-an mengemukakan suatu proses
komunikasi dengan melihat komponen-komponen yang terkandung di
dalamnya dan rangkaian aktivitas yang terjadi antar komponen. Shannon
menggambarkan komunikasi, yaitu seperti suatu proses yang linier dan
searah. Prinsip kerjasama dengan proses penyiaran radio, pesan yang
diterima tidak akan selalu sama maknanya dengan apa yang dikirim.
Inilah ketidakmampuan komunikator untuk membuat suatu komunikasi
yang baik yang biasanya terjadi diantara penyampaian informasi dari
transmitter ke penerima. Karena kekurangan inilah alasan dikembangkan
dan diaplikasikannya teori ini oleh Melvin De Fleur pada tahun 1966
dengan menambahkan komponen yang menggambarkan bagaimana
komunikator mendapatkan feedback atau umpan balik walaupun
terbatas.
3) Pendekatan Psikologi Sosial
Heider (1946) dan Newcomb (1953) menyampaikan sebuah prinsip
keseimbangan kognitif yang telah dikembangkan. Dengan memodifikasi
bagan ABX dari Newcomb, McLeod dan Chafee pada tahun 1973
mengemukakan teorinya yang disebut ko-orientasi yang berfokus pada
komunikasi antarkelompok dalam masyarakat yang berlangsung secara
interaktif dan dua arah.
4) Teori John W. Riley Dan Mathilda White Riley
Teori ini dikemukakan pada tahun 1959 yang lebih sosiologis
menggambarkan peran primary group dan reference group dalam proses
komunikasi. Primary group contohnya adalah keluarga dan reference
group adalah kelompok dimana orang itu belajar.
B. Bentuk-Bentuk Komunikasi Massa
1. Bentuk Perintah (The Command Mode)
Terdapat perbedaan kekuasaan dan otoritas antara pengirim dengan
penerima pada bentuk komunikasi ini. Penerima berada pada posisi lebih
rendah dan bergantung yang tujuannya untuk melakukan kontrol dan
perintah, hubungannya bersifat satu arah, tidak setara, dan tidak berdasar
sukarela.
2. Bentuk Pelayanan (The Service Mode)
Bentuk komunikasi yang hubungan antara pengirim dan penerima
diikat dengan kepentingan bersama dalam situasi pasar atau
semacamnya.
3. Bentuk Asosiasi (The Association Mode)
Bentuk komunikasi massa ini memiliki ikatan normatif atau nilai-
nilai yang disepakati bersama, mendekatkan kelompok atau publik
tertentu terhadap sumber media tertentu pula.
Berikut ini merupakan hal-hal yang tidak boleh kita lakukan saat melakukan
komunikasi massa:
1. Jangan menghubungi wartawan atau reporter dengan tujuan yang tidak jelas
tanpa kepentingan khusus.
2. Jangan terlalu sering menghubungi wartawan dengan alasan yang tidak
penting atau membicarakan suatu hal yang berulang-ulang.
3. Jangan memberikan informasi pribadi karena hal itu akan diliput.
BAB III
Penutup
3. 1 Kesimpulan
1) Komunikasi Kelompok
1. Kamus besar bahasa Indonesia [Internet]. 5th ed. Jakarta: Balai Pustaka; 2016.
Komunikasi [cited 2017 Sep 18]. Available from:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/komunikasi
2. Berry D. Health communication: theory and practice. New York: McGraw-Hill
Education; 2007. p. 22.
3. Sharpe D. Group communication [Internet]. Bozeman: Montana State University;
1991 [cited 2017 Sep 19]. Available from:
http://msucommunitydevelopment.org/groupcommunication.html
4. Lavers S. BTEC health and social care [Internet]. Pearson; 2010 [cited 2017 Sep
19]. Available from: http://resources.collins.co.uk/free/BTECHSCunit1.pdf
5. [Internet]. 2017 [cited 17 September 2017]. Available from: https://kbbi.web.id
6. [Internet]. 2017 [cited 17 September 2017]. Available from:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122823-S-5461-Gambaran%20kemitraan-
Tinjauan%20literatur.pdf