HOME GROUP 1
Disusun oleh:
2
Abstrak
Komunikasi menjadi salah satu aspek yang penting dalam
pelayanan kesehatan. Tanpa adanya komunikasi, pelayanan kesehatan
tidak dapat berjalan dengan baik. Komunikasi yang baik akan
menghasilkan pelayanan yang baik pula. Jika ada masalah dalam
komunikasi, maka bisa terjadi kesalahpahaman antara tenaga kesehatan
dengan pasien maupun antar tenaga kesehatan.
Kesehatan merupakan hak yang dimiliki setiap masyarakat.
Sebagai tenaga kesehatan yang baik, tentu memiliki masyarakat dengan
tingkat kesehatan tinggi merupakan tujuan semua petugas kesehatan.
Tidak hanya menangani pasien atau masyarakat di rumah sakit saja agar
sehat, namun menghimbau agar masyarakat tetap terjaga kesehatan nya
merupakan komunikasi kesehatan yang harus kita kuasai.
komunikasi kesehatan terbagi menjadi dua, yaitu individe dan
kelompok. Tidak hanya komunikasi interpersonal tetapi terdapat beberapa
jenis komunikasi yang dapat dilakukan dalam pelayananan kesehatan.
Komunikasi kelompok tersebut antara lain terbagi menjadi; komunikasi
kelompok, komunikasi interprofesional, komunikasi publik, dan
komunikasi massa. Komunikasi ini menargetkan orang banyak dalam
prosesnya. Dengan adanya komunikasi tersebut, komunikasi kesehatan
diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan dapat tercapainya
masyarakat yang sehat.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komunikasi merupakan cara kita bertukar informasi; serta menjadi
tanda dan ukuran kemampuan simbolis kita sebagai makhluk social
Komunikasi memliki dua fungsi, yaitu transmisi dan ritualistic. Transmisi
dimana dengan adanya komunikasi, manusia dapat memperoleh banyak
informasi. Dan ritualistik dimana manusia melakukan komunikasi sebagai
bagian dari komunitas sosial. Begitu pula dengan komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan yang baik antar petugas kesehatan dengan pasien
maupun masyarakat akan tercipta suatu masyarakat yang sehat. Tidak
hanya pada pasien, petugas kesehatan juga harus terjun dalam masyarakat
dalam penyuluhan agar kesehatan masyarakat tetap terjaga.
B. Tujuan
4
BAB II
ISI
5
3. Menurut Bass (1960) : kelompok adalah sekumpulan individu dimana
keberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.
Definisi komunikasi kelompok menurut Peter L. Berger (1991)
adalah hubungan antara manusia dengan masyarakat secara dialektis dalam
eksternalisasi, objektivitas, dan internalisasi. Eksternalisasi adalah
pencurahan kehadiran manusia, baik dalam aktivitas maupun mentalitas.
Melalui eksternalisasi, manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya. Objektivitas adalah disandangnya produk-produk
aktivitas suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya
(manusia) dalam suatu kefaktaan yang eksternal terhadap yang lain,
daripada produsennya sendiri. Internalisasi adalah peresapan kembalitas
realitas oleh manusia dan mentranformasikannya sekali lagi struktur-
struktur dunia objektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subjektif.
1.3 Apa Yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan, Serta Hal-Hal Yang
Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Komunikasi Kelompok Pada
Pelayanan Kesehatan
6
komunikan karena jumlah komunikator yang lebih banyak dari
komunikan. Menggunakan media penyampaian informasi sehingga
informasi akan mudah diserap. Menjaga kontak mata, mata seorang
komunikator harus tertuju para komunikan agar terlihat seperti ia berbicara
langsung dengan komunikan dan tidak boleh membagi focus dengan hal
lain di luar kegiatan yang sedang terjadi. Menciptakan kekompakan dan
membangun kebersamaan antaranggota kelompok, meningkatkan
kesadaran tiap anggota untuk tetap bersatu menghadapi masalah, memiliki
pikiran yang terbuka, disiplin dalam waktu, dan menghargai orang lain
yang sedang berbicara.
Menciptakan kekompakan dan membangun kebersamaan
antaranggota kelompok dalam menjalin komunikasi kelompok pada
pelayanan kesehatan merupakan hal yang perlu dilakukan oleh tiap-tiap
indivdu yang terlibat dalam suatu komunikasi kelompok tersebut. Hal ini
dikarenakan semua individu yang terlibat memiliki tujuan yang sama yaitu
dapat menemukan jalan keluar dalam suatu masalah. Masalah yang
terbilang cukup berat memang kadang tidak selalu menemukan jalan
keluarnya. Dalam kondisi seperti ini, individu antarkelompok hendaknya
tidak mudah untuk berputus asa. Semua harus saling merangkul untuk
tetap bersatu dalam menghadapi masalah yang sedang dibicarakan agar
ditemukan jalan keluar yang terbaik.
Saling bertukar pikiran antara satu kelompok dengan kelompok
tenaga kesehatan lainnya pasti memerlukan ilmu-ilmu pengetahuan medis
yang logis dan tepercaya. Tidak hanya ilmu, tetapi juga pikiran yang
terbuka dimana antartenaga kesehatan harus menyikapi suatu masalah
dengan kritis dan teliti hingga pemecahannya ditemukan.
Komunikasi kelompok pelayanan kesehatan melibatkan berbagai
individu dari kelompok tenaga kesehatan. Sebelum komunikasi
berlangsung, telah dibuat perjanjian antarkelompok tenaga kesehatan
mengenai kapan dan dimana komunikasi tersebut ingin dilakukan. Maka
dari itu, orang-orang yang terlibat hendaknya menyadari untuk datang
tepat waktu untuk belajar menghargai orang lain dan menunjukkan bahwa
kita adalah tenaga kesehatan yang profesional dan berpendidikan baik
serta bertanggung jawab. Saat komunikasi sedang berlangsung, cobalah
untuk menghargai orang yang sedang berbicara. Entah itu kelompok
sendiri maupun kelompok lawan. Kita hendaknya mendengarkan orang
yang sedang berbicara dengan menyimak dan berusaha memahami
pembicaraannya dengan baik.
Adapun terdapat hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat sedang
menjalin komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan. Diantaranya
adalah bersikap acuh tak acuh, mendominasi, memotong pembicaraan
orang lain, dan menggunakan kata-kata yang tak dapat dimengerti.
Komunikasi kelompok kesehatan bertujuan untuk saling bertukar pikiran
7
satu sama lain antartenaga kesehatan. Menghargai pendapat orang lain
dengan tidak bersikap acuh tak acuh dan mencoba untuk memberikan
perhatian saat orang lain sedang berbicara dapat menciptakan suasana
komunikasi kelompok yang kondusif dan tentram. Sikap yang
mendominasi dalam komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan
dilarang keras.
Berusahalah mencoba untuk mendengarkan atau memahami ide
atau gagasan yang sedang orang lain sampaikan. Jika kita ingin dihargai
oleh orang lain, seharusnya kita juga harus bisa menghargai orang lain.
Hindarilah kata-kata yang tak dapat dimengerti oleh beberapa kaum atau
kelompok pada komunikasi pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan
setiap kelompok tenaga kesehatan memiliki bahasa atau pilihan katanya
sendiri dalam berkomunikasi. Jika ingin mengguanakan kata-kata ilmiah
dalam kehidupan medis, gunakanlah kata yang umum dan dapat
dimengerti di kalangan tenaga kesehatan.
Agar sebuah komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan
dapat berjalan dengan lancar dan tujuannya dapat tercapai sehingga dapat
memberikan manfaat baik bagi komunikator dan komunikan, maka
komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan harus memperhatikan
bayak hal. Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu yang pertama
mengadakan persiapan sebelum memulai komunikasi dalam kelompok,
seorang komunikator harus terlebih dahulu meyiapkan sebuah materi yang
hendak ia sampaikan kepada komunikan. Hal ini akan memudahkan
komunikator dalam menguasai materi sehingga materi dapat tersampaikan
secara menyeluruh dan jelas contohnya yaitu seorang pejabat yang
menyiapkan naskah pidatonya dari jauh-jauh hari.
Yang ke dua yaitu seorang komunikator harus menjaga kontak
dengan penerima informasi/ komunikan karena dengan adanya kontak,
komunikan akan merasa sedang berbicara secara langsung dengan
komunikan. Menunjukan diri sebagai komunikator yang terpercaya, hal ini
dapat dilakukan dengan menyampaikan hal-hal yang sudah jelas adanya
dan memiliki dasar. Berbicara dengan bahasa yang tepat, jelas, dan logis.
Bagi seorang komunikan pemilihan Bahasa/kata dan intonasi yang jelas
merupakan modal utama, karena jika terjadi kesalahn diantara keduannya
maka sebuah komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar atau bahkan
dapat terjadi kesalahpahaman. Dalam sebuah komunikasi kelompok
tentunya ada pihak yang nantinya akan setuju dengan apa yang
komunikator sampaikan dan pihak yang tidak setuju dengan apa yang kita
sampaikan oleh karena itu, dalam berkomunikasi kelompok kita harus mau
menghadapi kritik penerima komunikan dengan baik.
8
2. Komunikasi Interprofesional (mitra kerja) pada Pelayanan Kesehatan
9
hal sebagai berikut:
- Komunikasi yang terbuka
- Instruksi pemimpin yang jelas
- Pembagian peran dan tugas secara jelas
- Suasana yang saling menghormati satu sama lain
- Pembagian tanggung jawab yang adil
- Adanya evaluasi dan tindak lanjut terhadap konflik yang terjadi
- Prosedur pengambilan keputusan yang jelas
- Komunikasi yang dilakukan secara rutin
- Akses akan fasilitas atau sumber daya lainnya yang memadai
- Mekanisme evaluasi hasil yang baik
10
biasanya dilakukan secara spontan. Misalnya seorang dokter meminta perawat
untuk mempercpat kegiatannya dengan cara menunjuk jam tangannya.
Pada rumah sakit, terdapat prosedur komunikasi mitra kerja dalam bidang
kesehatan dengan menggunakan teknik komunikasi efektif SBAR. SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation) merupakan suatu standar
dalam sistem komunikasi antar tenaga kesehatan untuk mengkomunikasikan hal-
hal mengenai pengelolaan pasien. Tujuan dari SBAR adalah melakukan
komunikasi efektif antar tenaga kesehatan serta tercapainya keselamatan pasien.
11
1. Situation
2. Background
Menyebutkan latar belakang pasien, alasan pasien dirawat inap (bila pasien
dirawat inap), pengelolaan pasien yang sudah berjalan, dan terapi yang diterima
pasien sampai saat itu.
3. Asessment
4.Recommendation
Menyebutan rekomendasi untuk pasien menurut pelapor (bila ada).
Mencatat hasil pembicaraan pada secarik kertas, lalu sebutkan ulang kepada pihak
yang dilapori, Apabila benar, maka pihak yang dilapori menyatakan setuju dengan
hasil tersebut dan pembicaraan selesai.
2.3 Apa yang Boleh dan Tidak Boleh serta Hal-hal yang Harus
Diperhatikan dalam Komunikasi Peer/Mitra Kerja Kesehatan
Dalam berkomunikasi inteprofesional terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan. Hal-hal ini dapat membentuk komunikasi interprofessional dengan
detail, cepat, dan akurat.
- Kesetaraan
Komunikasi interprofessional lebih efektif apabila berada dalam suasana
yang setara. Artinya harus ada pengakuan bahwa kedua pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk dibagi. Dalam hubungan interprofessional
yang ditandai oleh kesetaraan, perselisihan dan konflik bukan dilihat
sebagai hal untuk menjatuhkan antara kedua pihak tetapi upaya untuk
memahami perbedaan.
- Keterbukaan
kedua pihak bersedia untuk membuka diri atau membagi informasi dan
juga bersedia mendengarkan pesan dari lawan bicara secara terbuka dan
merespon dengan jujur.
- Empati
12
Kemampuan pihak untuk memahami lawan bicara berdasarkan sudut
pandang lawan bicaranya tersebut. Kemampuan ini membantu untuk
memahami apa yang dilalui oleh lawan bicaranya secara emosional.
- Sikap mendukung
Hubungan interprofesional yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Sikap ini terdiri dari dukungan terucap
maupun tidak terucap. Memperlihatkan sikap mendukung dengan reaksi
deskriptif bukan evaluative, spontan bukan strategic, dan professional
bukan sangat yakin.
13
Berikut merupakan apa saja yang harus dilakukan dalam komunikasi
interprofesional agar tidak terjadi miskomunikasi dan merugikan pasien:
Tiap tenaga medis dituntut untuk dapat menghormati tugas, peran, dan
tanggung jawab tenaga kesehatan lain. Sudah seharusnya tenaga medis
saling bekerja sama karena banyak aspek yang harus diperhatikan
dalam merawat dan memberikan keselamatan kepada pasien, seperti
obat.
Kesadaran bahwa terdapat kesetaraan antarprofesi kesehatan.
Diperlukan inisiatif dalam komunikasi maupun diskusi yang
membahas kepentingan pasien bersama dengan tenaga esehatan yang
lain, individu maupun kelompok.
Mampu memberikan informasi komplimenter yang dapat melengkapi
informasi dan ilmu antar tenaga kesehatan.
Menyampaikan informasi atau pendapat lisan maupun tidak lisan harus
secara jelas dan lengkap, namun cepat dan akurat. Hal ini dilakukan
agar tidak terjadi perbincangan atau diskusi yang terlalu bertele-tele.
14
3.2. Bagaimana melakukan komunikasi pada masyarakat/publik pada
pelayanan kesehatan
Tujuan dari komunikasi publik adalah untuk penyebarluasan
informasi yang ditujukan kepada masyarakat umum. Penyampaian
informasi bermacam-macam bentuknya. Umumnya dilakukan melalui
seminar, pendidikan, pelatihan, dan juga informasi keilmuan.Terdapat dua
buah peran, yaitu pembicara dan pendengar, karena pada umumnya satu
orang ditunjuk sebagai pembicara sementara orang yang lain
mendengarkan. Tujuan komunikasi publik dalam pelayanan kesehatan
yaitu sebagai berikut:
Memberikan informasi (Public Information).
Mendidik masyarakat (Public Education).
Mempengaruhi masyarakat (Public Persuasion).
Menghibur masyarakat (Public Entertainment).
3.3. Apa yang boleh dan tidak boleh dan harus diperhatikan pada
komunikasi masyarakat/publik pelayanan kesehatan
Sebelum melakukan komunikasi publik, perlu dilakukan persiapan
yang matang agar komunikasi dapat berjalan efektif. Pembicara atau
komunikator merupakan kunci utama dalam proses penyampaian
informasi. Pembicara bertanggung jawab dalam memberikan presentasi
mengenai informasi, ajakan, atau hal-hal lain seefektif mungkin sehingga
audiens dapat memahami dan mengikuti anjuran dari pembicara. Menurut
15
Rahman (2013), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian presentasi lisan yang baik dan efektif:
1. Kontak mata (Eye contact)
Kontak mata termasuk dalam teknik komunikasi nonverbal yang
dapat mendukung penyampaian pesan menjadi lebih efektif. Pendengar
atau audiens akan lebih mendengarkan, memahami, dan ‘terbujuk’ dengan
apa yang sedang disampaikan oleh pembicara
2. Vokalik
Kualitas vokal dalam berbicara di depan publik juga perlu
diperhatikan, yaitu berupa kecepatan berbicara, nada, intonasi suara, serta
penekanan pada kata-kata penting dalam proses penyampaian informasi.
Presentasi dengan suara yang menarik akan mempermudah pendengar
memahami maksud pembicara dan juga menarik perhatian audiens untuk
tetap menyimak presentasi
3. Ketepatan
Ketepatan yang dimaksud adalah ketepatan berdasarkan situasi dan
kondisi. Apabila acara/event yang sedang dilaksanakan adalah acara yang
bersifat formal, maka pilihan kata yang digunakan dan topik yang dibahas
juga harus formal dan disesuaikan dengan audiens atau target. Sebaliknya,
apabila acara yang dilaksanakan adalah acara nonformal, maka teknik
penyampaian informasi dapat dibuat lebih variatif dan menarik. Bahasa
yang digunakan dalam proses penyampaian informasi juga harus
merupakan bahasa umum yang dapat dimengerti oleh semua khalayak
audiens.
4. Perencanaan
Pembicara harus terlebih dahulu melakukan perencanaan yang
matang mengenai pilihan topik, diksi atau pilihan kata, teknik
penyampaian, dan rangkaian kegiatan yang sesuai dengan audiens
sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.
Do's komunikasi publik:
1. Memuat pesan yang mayakinkan
2. Mencari tahu latar belakang pendengar/audience
3.Menggunakan bahasa yang jelas dan umum
Dont's komunikasi publik:
1. Menyinggung SARA, ras, dan agama
2. Berbicara tidak apa adanya
3. Volume suara kecil
16
4. Komunikasi Massa (Media Massa) pada Pelayanan Kesehatan
4.1 Definisi
Komunikasi menurut kbbi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita antar dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Untuk massa sendiri, menurut kbbi berarti jumlah yang banyak sekali atau
sekumpulan orang dengan jumlah yang banyak yang berkumpul dalam suatu
tempat atau tersebar. Komunikasi massa sebenarnya berasal dari bahasa inggris
mass communication yang merupakan kependekan dari mass media
communication. Dari sini, dapat diartikan bahwa komunikasi massa adalah salah
satu bentuk komunikasi kepada sejumlah masyarakat yang tersebar yang dalam
prosesnya menggunakan media massa sebagai media penyebaran informasinya.
Media massa dapat berupa media cetak ataupun media elektronik.
Elizabeth N. Neumann mengidentifikasi ciri komunikasi massa sebagai
berikut:
a. Bersifat tidak langsung. Pesan-pesan komunikasi massa sampai ke khalayak
harus melalui media teknis.
b. Proses komunikasi massa bersifat satu arah. Tidak ada interaksi antara peserta
komunikasi (media dan khalayak).
c. Pesan-pesan komunikasi massa bersifat terbuka untuk publik yang tidak
terbatas dan anonim.
d. Mempunyai publik atau khalayak yang tersebar.
Menurut Smolensky dan Harr (1972) dalam (Ferry dan Makhfudli, 2009)
efektivitas komunikasi massa dipengaruhi oleh tujuh faktor. Pertama,
kredibilitas yang artinya sumber komunikasi harus kompeten dan dapat
dipercaya. Kedua, konteks yaitu pesan pendidikan kesehatan relevan dengan
sasaran dan memberikan kesempatan bagi sasaran untuk berpartisipasi.
Ketiga, yaitu isi, pesan benar-benar harus memiliki isi. Keempat yaitu
kejelasan, sasaran mengerti pesan kesehatan yang disampaikan. Kelima
yaitu kesinambungan, artinya meskipun diulang dengan berbagai variasi,
pesan dasar cukup konsisten sehingga sasaran tidak bingung. Keenam yaitu
media, pesan disampaikan melalui media massa yang sering digunakan oleh
sasaran. Terakhir yaitu kemampuan, jadi sasaran mampu melakukan yang diminta
sesuai dengan isi pesan dengan usaha seminimal mungkin. Selain itu, janganlah
menjadikan masalah atau kebiasaan tidak sehat yang sedang tidak dialami atau
tidak dipentingkan oleh masyarakat sebagai topik. Karena tujuan dari komunikasi
massa sendiri adalah memberikan informasi untuk menemukan solusi, atau
17
meminimalisirkan risiko yang terjadi pada kasus setempat. Jika hal ini tetap
dilakukan, maka komunikasi massa yang dilakukan akan sia-sia. Kemudian, untuk
menarik perhatian pasien atau masyarakat, harus menggunakan bahasa yang
persuasif dan efektif.
18
Memberikan informasi seputar kesehatan dengan jelas, menarik, dan
akurat.
4.3 Apa Yang Boleh Dan Tidak Boleh Serta Diperhatikan Dalam Melakukan
Komunikasi Massa Pada Pelayanan Kesehatan
Hal-hal yang harus harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi
massa pada pelayanan kesehatan, yaitu :
1. Mencari tahu dan membuat hubungan baik dengan reporter, jurnalis, dan
blogger yang memiliki fokus di bidang kesehatan.
2. Menggunakan alat peraga seperti poster dan spanduk untuk menarik
perhatian.
3. Menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti.
4. Mempromosikan suatu lembaga di bidang kesehatan dengan sewajarnya
tanpa ada unsur pemaksaan.
5. Tidak menjatuhkan lembaga lain saat mempromosikan suatu lembaga
kesehatan.
6. Menyiapkan waktu luang beberapa hari setelah menyampaikan komunikasi
massa tersebut untuk menjawab pertanyaan jika terdapat pertanyaan.
7. Mempersiapkan anggota tim yang kaya akan informasi dan bisa
berkomunikasi dengan baik.
8. Menulis pesan dengan pertimbangan takut akan konsekuensi hokum
9. Sumber komunikasi harus kompeten dan dapat dipercaya
10. Pesan pendidikan kesehatan relevan dengan sasaran dan memberikan
kesempatan bagi sasaran untuk berpartisipasi
11. Isi pesan harus sesuai kemampuan sasaran
12. Mempromosikan norma sosial positif
13. Menulis pesan dengan pertimbangan takut akan membahayakan diri sendiri,
orang lain, atau property
19
14. Selalu menganggap stigma perilaku tidak sehat sebagai tidak bertanggung
jawab dan berbahaya
15. Audiens tidak boleh sembarangan
16. Pesan disampaikan melalui media massa yang sering digunakan sasaran
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam melakukan komunikasi massa, yaitu:
1. Jangan menghubungi reporter, blogger, atau jurnalis tanpa tujuan yang jelas.
2. Jangan berulang kali menghubungi reporter, blogger, atau jurnalis untuk
menyampaikan hal yang sama.
3. Jangan membuka informasi pribadi secara berlebihan kepada reporter karena
biasanya informasi tersebut juga akan dimuat di media massa.
Komunikasi massa sangatlah penting untuk dipelajari, agar masyarakat
dapat mengetahui fenomena kesehatan apa yang sedang terjadi dan apa yang
sebaiknya mereka lakukan. Komunikasi massa ditujukan kepada banyak orang.
Sehingga, apabila terjadi kesalahan atau misspresepsi akan berakibat fatal. Di era
digital ini, kita harus bisa menggunakan teknologi dengan sebaik-baiknya, salah
satunya dalam media massa. Komunikasi massa dapat disampaikan melalui media
massa seperti radio, televisi, koran, dan sebagainya. Selain itu, kita harus
memperhatikan penggunaan bahasa yang tepat saat penyampaian komunikasi
massa. Seperti menggunakan bahasa yang persuasif dan efektif.
20
PENUTUP
21
Referensi:
Ini, A. Definisi Kelompok. Retrieved 22 September 2019, from
https://www.academia.edu/4626796/Definisi_Kelompok
MP, S. Definisi Kelompok Menurut Para Ahli. Retrieved 22 September 2019,
from
https://www.academia.edu/17234712/Definisi_Kelompok_Menurut_Para
_Ahli
Tutiasri, R. (2016). Komunikasi dalam Komunikasi Kelompok. Retrieved 22
September 2019, from
http://journal.uad.ac.id/index.php/CHANNEL/article/download/4208/231
5
Corrie. 2017. 13 Konsep Penting dalam komunikasi Kelompok.
https://pakarkomunikasi.com/konsep-penting-dalam-komunikasi
kelompok (diakses pada 25 September 2019 pukul 20.23 WIB)
Hendriyana A. Praktik kolaborasi kesehatan penting untuk tingkatan kualitas
pelayanan kesehatan [Internet]. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2014
Sept 27 [cited 2018 Sept 26]. Available from:
http://www.unpad.ac.id/2014/09/praktik-kolaborasi-kesehatan-penting-
untuk-tingkatkan-kualitas-pelayanan-kesehatan/Jurnal Komunikasi
Kelompok [http://repository.usu.ac.id]
Pratama, H. Definisi pelayanan kesehatan [Internet]. Place unknown: Scribd;
2016 Jun 14; cited 2019 September 25.
Universitas Sumatera Utara. [cited 2019 September 25] Media masa.
Repository.usu.ac.id
Arianto. 2013. KOMUNIKASI KESEHATAN (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien).
http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/42. Diakses tanggal 25
September 2019 pk. 21.00
Basuki, Endang. 2012. Jenis Komunikasi (Ppt. Kuliah Overview Komkes 2019).
Berry, Dianne. 2007. Health Communication Theory and practice. New York: McGraw-
Hill Education.
22
Setiyowati, Wahyu. Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan [Internet].
2015 [cited 13 December 2015]. Available from:
https://dokumen.tips/documents/komunikasi-massa-pada-pelayanan-kesehatan-
ltm2.html
23
Diane Morris, Mscfn, RD, CDE, Matthews, Phd, RD, Phec. 2014.
Communication, Respect, and
Leadership: Interprofessional Collaboration in Hospitals of Rural Ontario.
Canadian Journal of Dietetic Practice and Research. Vol 75, No 4.
Arwani. (2003). Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta : EGC
SBAR – Komunikasi Efektif di Rumah Sakit – SNARS – Standart Nasional
Akreditasi RS Indonesia https://snars.web.id/rs/sbar-komunikasi-efektif-
di-rumah-sakit/
Barr, H. 2002. Interprofessional education. John Wiley & Sons, Ltd.
Basuki, Endang. Komunikasi Antar Petugas Kesehatan. Majalah
Kedokteran Indonesia, Volume:58, Nomor: 9, September 2008
Andzani, S. (2016). Komunikasi Kesehatan. Retrieved 25 September 2019, from
https://www.academia.edu/28629685/Komunikasi_Interproffesional.docx
Lestari, M. (2013). Komunikasi Kesehatan antar Mitra Kesehatan. Retrieved 24
September 2019, from
https://www.academia.edu/7357198/Komunikasi_Kesehatan_Antara_Mitr
a_Kesehatan?auto=download
24