Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN

HOME GROUP 1

Disusun oleh:

Dinar Olympia P 1906350225

Hervee Novelda 1906287843

Lisa Qothrunnada 1906400633

Noer Luthfianeu E 1906404695

Siti Hafsah 1906349620


Daftar Isi
Abstrak .................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
A. Latar belakang .......................................................................................... 4
B. Tujuan ....................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
1. Komunikasi Kelompok Pada Pelayanan Kesehatan .................................... 5
1.1 Definisi Kelompok ................................................................................ 5
1.2 Bagaimana Melakukan Komunikasi Pada Kelompok .......................... 6
1.3 Apa Yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan, Serta Hal-Hal Yang Harus
Diperhatikan Dalam Melakukan Komunikasi Kelompok Pada Pelayanan
Kesehatan ......................................................................................................... 6
2. Komunikasi Interprofesional (mitra kerja) pada Pelayanan Kesehatan ....... 9
2.1 Definisi Peer/Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan.................................. 9
2.2 Bagaimana Melakukan Komunikasi pada Peer/Mitra Kerja dalam Bidang
Kesehatan ....................................................................................................... 10
3. Komunikasi masyarakat/publik pada pelayanan kesehatan ....................... 14
3.1 Definisi masyarakat/publik ...................................................................... 14
3.2. Bagaimana melakukan komunikasi pada masyarakat/publik pada
pelayanan kesehatan ...................................................................................... 15
4. Komunikasi Massa (Media Massa) pada Pelayanan Kesehatan ................... 17
4.1 Definisi..................................................................................................... 17
4.2 Cara Melakukan Komunikasi Massa Pada Pelayanan Kesehatan ........... 18
4.3 Apa Yang Boleh Dan Tidak Boleh Serta Diperhatikan Dalam Melakukan
Komunikasi Massa Pada Pelayanan Kesehatan ............................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................. 21
Referensi: .............................................................................................................. 22

2
Abstrak
Komunikasi menjadi salah satu aspek yang penting dalam
pelayanan kesehatan. Tanpa adanya komunikasi, pelayanan kesehatan
tidak dapat berjalan dengan baik. Komunikasi yang baik akan
menghasilkan pelayanan yang baik pula. Jika ada masalah dalam
komunikasi, maka bisa terjadi kesalahpahaman antara tenaga kesehatan
dengan pasien maupun antar tenaga kesehatan.
Kesehatan merupakan hak yang dimiliki setiap masyarakat.
Sebagai tenaga kesehatan yang baik, tentu memiliki masyarakat dengan
tingkat kesehatan tinggi merupakan tujuan semua petugas kesehatan.
Tidak hanya menangani pasien atau masyarakat di rumah sakit saja agar
sehat, namun menghimbau agar masyarakat tetap terjaga kesehatan nya
merupakan komunikasi kesehatan yang harus kita kuasai.
komunikasi kesehatan terbagi menjadi dua, yaitu individe dan
kelompok. Tidak hanya komunikasi interpersonal tetapi terdapat beberapa
jenis komunikasi yang dapat dilakukan dalam pelayananan kesehatan.
Komunikasi kelompok tersebut antara lain terbagi menjadi; komunikasi
kelompok, komunikasi interprofesional, komunikasi publik, dan
komunikasi massa. Komunikasi ini menargetkan orang banyak dalam
prosesnya. Dengan adanya komunikasi tersebut, komunikasi kesehatan
diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan dapat tercapainya
masyarakat yang sehat.

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Komunikasi merupakan cara kita bertukar informasi; serta menjadi
tanda dan ukuran kemampuan simbolis kita sebagai makhluk social
Komunikasi memliki dua fungsi, yaitu transmisi dan ritualistic. Transmisi
dimana dengan adanya komunikasi, manusia dapat memperoleh banyak
informasi. Dan ritualistik dimana manusia melakukan komunikasi sebagai
bagian dari komunitas sosial. Begitu pula dengan komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan yang baik antar petugas kesehatan dengan pasien
maupun masyarakat akan tercipta suatu masyarakat yang sehat. Tidak
hanya pada pasien, petugas kesehatan juga harus terjun dalam masyarakat
dalam penyuluhan agar kesehatan masyarakat tetap terjaga.

B. Tujuan

1. Mengetahui Komunikasi Kelompok Pada Pelayanan Kesehatan.


2. Mengetahui Komunikasi Interprofesional (Mitra Kerja) Pada Pelayanan
Kesehatan.
3. Mengetahui Komunikasi Masyarakat/Publik Pada Pelayanan
Kesehatan.
4. Mengetahui Komunikasi Massa (Media Massa) Pada Pelayanan
Kesehatan.

4
BAB II
ISI

1. Komunikasi Kelompok Pada Pelayanan Kesehatan

1.1 Definisi Kelompok


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kelompok
adalah:
1 kumpulan (tt orang, binatang, dsb); 2 golongan (tt profesi, aliran,
lapisan masyarakat, dsb); 3 gugusan (tt bintang, pulau, dsb); 4 Antr
kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat-
istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-pola interaksi antara
manusia itu; 5 Pol kumpulan orang yang memiliki beberapa atribut sama
atau hubungan dng pihak yg sama; 6 Kim kuantitas zat yg akan dimasak
atau diolah dl satu waktu;-- bibit kelompok hewan yg terdiri atas hewan
jantan dan betina yg dikenakan proses pemuliaan dan berfungsi sbg
penghasil anak bibit; -- dominan Antr kelompok dl masyarakat yg
mempunyai sifat-sifat lebih dibandingkan dng kelompok lain dl hal
penguasaan atas sumber daya alam dan manusia dl masyarakat; -- formal
Sos kelompok yg mempunyai struktur organisasi dan peraturan yg tegas
dan dng sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan
antaranggotanya; -- informal Sos kelompok orang yg tidak mempunyai
struktur dan organisasi tertentu atau yg pasti; -- kekerabatan Antr
kelompok yg terikat oleh hubungan darah atau perkawinan; -- minoritas
Antr golongan sosial yg jumlah warganya jauh lebih kecil dibandingkan
dng golongan lain dl suatu masyarakat sehingga didiskriminasi oleh
golongan lain yg lebih besar; -- pemirsa Kom kumpulan penonton televisi
yg diatur untuk penyuluhan melalui media televisi; --pendengar Kom
kumpulan orang yg mendengar dan mendiskusikan siaran radio pedesaan
atau pita rekaman, yg bersifat penyuluhan, terutama untuk masyarakat
pedesaan; -- pendesak Antr kelompok yg mempunyai kekuatan tertentu
sehingga dipakai oleh suatu kelompok untuk mempengaruhi kelompok
lain dl percaturan politik; --sekepentingan Antr kelompok yg warganya
terikat krn perhatian dan kepentingan ygsama dl kehidupan ekonomi,
sosial, politik, agama, atau kesenian; -- setara Antr kelompok yg warganya
berinteraksi, spt dl kelompok primer, terutama krn persamaan golongan,
unsur, dan perhatian; -- tani kelompok petani atau peternak yg
menghimpun diri dl suatu kelompok krn mempunyai keserasian mengenai
tujuan, motif, dan minatnya (msl kelompok tani ternak potong); -- umur
kelompok orang berdasarkan umur, msl anak-anak, remaja, dewasa;
Sedangkan menurut beberapa ahli, kelompok didefinisikam adalah:
1. Menurut Cartwright & Zander (1968) : kelompok adalah kumpulan
individu yang saling berhubungan sehingga saling bergantung pada derajat
tertentu.
2. Menurut Forsyth (1983) : kelompok adalah dua atau lebih individu yang
saling memengaruhi melalui interaksi sosial.

5
3. Menurut Bass (1960) : kelompok adalah sekumpulan individu dimana
keberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.
Definisi komunikasi kelompok menurut Peter L. Berger (1991)
adalah hubungan antara manusia dengan masyarakat secara dialektis dalam
eksternalisasi, objektivitas, dan internalisasi. Eksternalisasi adalah
pencurahan kehadiran manusia, baik dalam aktivitas maupun mentalitas.
Melalui eksternalisasi, manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya. Objektivitas adalah disandangnya produk-produk
aktivitas suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya
(manusia) dalam suatu kefaktaan yang eksternal terhadap yang lain,
daripada produsennya sendiri. Internalisasi adalah peresapan kembalitas
realitas oleh manusia dan mentranformasikannya sekali lagi struktur-
struktur dunia objektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subjektif.

1.2 Bagaimana Melakukan Komunikasi Pada Kelompok


Cara melakukan komunikasi pada kelompok agar apa yang ingin
disampaikan dapat tersampaikan dengan baik yaitu komunikator harus
mempersiapkan topik yang akan dibicarakan. Topik yang akan dibicarakan
harus dipersiapkan dari jauh-jauh hari, agar tidak keluar dari topik
pembicaraan dan komunikator menguasai semua materi yang ingin ia
sampaikan sehingga komunikan mendapat banyak infoemasi.
Komunikator juga harus meakukan rekapitulasi poin-poin utama dari
diskusi ketika dibutuhkan. Hal ini membantu untuk mengkoordinasikan
alur diskusi pada titik-titik kritis. Dalam hal ini komunikator harus
mempertahankan keadaan yang tenang dan seimbang selama diskusi.
Selain itu, baik komunikator maupun komunikan sebaiknya membuat janji
terlebih dahulu antar sesama kelompok sebelum melakukan komunikasi
kelompok kesehatan, agar diskusi atau komunikasi terstruktur.

1.3 Apa Yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan, Serta Hal-Hal Yang
Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Komunikasi Kelompok Pada
Pelayanan Kesehatan

Dalam komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan ada hal-hal


yang boleh dan tidak dilakukan. Hal yang boleh dan tidak yaitu mengatur
intonasi suara. Komunikator diharuskan berbicara dengan suara yang
lantang agar komunikan dapat mendengar dengan jelas namun dilarang
menggunakan nada tinggi (emosi) dalam menjelaskan sesuatu kepada
komunikan. Contonya adalah seorang perawat tidak boleh memperlakukan
pasien dengan semena-mena. Tetapi, apabila jumlah komunikan sedikit
maka komunikator dapat menyesuaikan suara dengan jumlah komunikan
yang ada dan situasi.
Hal kedua yaitu komunikator harus pintar memilih kata.
Komunikator dilarang menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh
komunikan. Apabila komunikator salah dalam memilih kata maka dapat
terjadi kesalahpahaman atau miskomunikasi antara komunikator dan

6
komunikan karena jumlah komunikator yang lebih banyak dari
komunikan. Menggunakan media penyampaian informasi sehingga
informasi akan mudah diserap. Menjaga kontak mata, mata seorang
komunikator harus tertuju para komunikan agar terlihat seperti ia berbicara
langsung dengan komunikan dan tidak boleh membagi focus dengan hal
lain di luar kegiatan yang sedang terjadi. Menciptakan kekompakan dan
membangun kebersamaan antaranggota kelompok, meningkatkan
kesadaran tiap anggota untuk tetap bersatu menghadapi masalah, memiliki
pikiran yang terbuka, disiplin dalam waktu, dan menghargai orang lain
yang sedang berbicara.
Menciptakan kekompakan dan membangun kebersamaan
antaranggota kelompok dalam menjalin komunikasi kelompok pada
pelayanan kesehatan merupakan hal yang perlu dilakukan oleh tiap-tiap
indivdu yang terlibat dalam suatu komunikasi kelompok tersebut. Hal ini
dikarenakan semua individu yang terlibat memiliki tujuan yang sama yaitu
dapat menemukan jalan keluar dalam suatu masalah. Masalah yang
terbilang cukup berat memang kadang tidak selalu menemukan jalan
keluarnya. Dalam kondisi seperti ini, individu antarkelompok hendaknya
tidak mudah untuk berputus asa. Semua harus saling merangkul untuk
tetap bersatu dalam menghadapi masalah yang sedang dibicarakan agar
ditemukan jalan keluar yang terbaik.
Saling bertukar pikiran antara satu kelompok dengan kelompok
tenaga kesehatan lainnya pasti memerlukan ilmu-ilmu pengetahuan medis
yang logis dan tepercaya. Tidak hanya ilmu, tetapi juga pikiran yang
terbuka dimana antartenaga kesehatan harus menyikapi suatu masalah
dengan kritis dan teliti hingga pemecahannya ditemukan.
Komunikasi kelompok pelayanan kesehatan melibatkan berbagai
individu dari kelompok tenaga kesehatan. Sebelum komunikasi
berlangsung, telah dibuat perjanjian antarkelompok tenaga kesehatan
mengenai kapan dan dimana komunikasi tersebut ingin dilakukan. Maka
dari itu, orang-orang yang terlibat hendaknya menyadari untuk datang
tepat waktu untuk belajar menghargai orang lain dan menunjukkan bahwa
kita adalah tenaga kesehatan yang profesional dan berpendidikan baik
serta bertanggung jawab. Saat komunikasi sedang berlangsung, cobalah
untuk menghargai orang yang sedang berbicara. Entah itu kelompok
sendiri maupun kelompok lawan. Kita hendaknya mendengarkan orang
yang sedang berbicara dengan menyimak dan berusaha memahami
pembicaraannya dengan baik.
Adapun terdapat hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat sedang
menjalin komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan. Diantaranya
adalah bersikap acuh tak acuh, mendominasi, memotong pembicaraan
orang lain, dan menggunakan kata-kata yang tak dapat dimengerti.
Komunikasi kelompok kesehatan bertujuan untuk saling bertukar pikiran

7
satu sama lain antartenaga kesehatan. Menghargai pendapat orang lain
dengan tidak bersikap acuh tak acuh dan mencoba untuk memberikan
perhatian saat orang lain sedang berbicara dapat menciptakan suasana
komunikasi kelompok yang kondusif dan tentram. Sikap yang
mendominasi dalam komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan
dilarang keras.
Berusahalah mencoba untuk mendengarkan atau memahami ide
atau gagasan yang sedang orang lain sampaikan. Jika kita ingin dihargai
oleh orang lain, seharusnya kita juga harus bisa menghargai orang lain.
Hindarilah kata-kata yang tak dapat dimengerti oleh beberapa kaum atau
kelompok pada komunikasi pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan
setiap kelompok tenaga kesehatan memiliki bahasa atau pilihan katanya
sendiri dalam berkomunikasi. Jika ingin mengguanakan kata-kata ilmiah
dalam kehidupan medis, gunakanlah kata yang umum dan dapat
dimengerti di kalangan tenaga kesehatan.
Agar sebuah komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan
dapat berjalan dengan lancar dan tujuannya dapat tercapai sehingga dapat
memberikan manfaat baik bagi komunikator dan komunikan, maka
komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan harus memperhatikan
bayak hal. Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu yang pertama
mengadakan persiapan sebelum memulai komunikasi dalam kelompok,
seorang komunikator harus terlebih dahulu meyiapkan sebuah materi yang
hendak ia sampaikan kepada komunikan. Hal ini akan memudahkan
komunikator dalam menguasai materi sehingga materi dapat tersampaikan
secara menyeluruh dan jelas contohnya yaitu seorang pejabat yang
menyiapkan naskah pidatonya dari jauh-jauh hari.
Yang ke dua yaitu seorang komunikator harus menjaga kontak
dengan penerima informasi/ komunikan karena dengan adanya kontak,
komunikan akan merasa sedang berbicara secara langsung dengan
komunikan. Menunjukan diri sebagai komunikator yang terpercaya, hal ini
dapat dilakukan dengan menyampaikan hal-hal yang sudah jelas adanya
dan memiliki dasar. Berbicara dengan bahasa yang tepat, jelas, dan logis.
Bagi seorang komunikan pemilihan Bahasa/kata dan intonasi yang jelas
merupakan modal utama, karena jika terjadi kesalahn diantara keduannya
maka sebuah komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar atau bahkan
dapat terjadi kesalahpahaman. Dalam sebuah komunikasi kelompok
tentunya ada pihak yang nantinya akan setuju dengan apa yang
komunikator sampaikan dan pihak yang tidak setuju dengan apa yang kita
sampaikan oleh karena itu, dalam berkomunikasi kelompok kita harus mau
menghadapi kritik penerima komunikan dengan baik.

8
2. Komunikasi Interprofesional (mitra kerja) pada Pelayanan Kesehatan

2.1 Definisi Peer/Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan

Mitra kerja atau peer didefinisikan sebagai tenaga kesehatan dengan


pendidikan, pelatihan, dan kapasitas pemikiran yang hampir sama. Mitra kerja
tersebut mencakup:
- Dokter
- Asisten dokter
- Direktur rumah sakit
- Suster, dapat berupa praktisi keperawatan (nurse practitioners), perawat sekolah
(school nurses), perawat kunjungan (visiting nurse), dan perawat kamp (camp
nurses)
- Therapist, dapat berupa speech therapist dan physical therapist
- Dokter gigi
- Ahli gizi
- Ahli nutrisi
- Tenaga kesehatan lainnya

Komunikasi interprofesional atau komunikasi mitra kerja pada pelayanan


kesehatan dapat didefinisikan sebagai aplikasi dari teori,model, dan praktik
komunikasi kesehatan yang bertujuan untuk mendorong tenaga kesehatan untuk
bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan. Dengan
kata lain, komunikasi interprofesional merupakan serangkaian proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian kegiatan komunikasi untuk tenaga
kesehatan. Komunikasi interprofesional telah berevolusi dari scientific exchange
menjadi peer-to-peer communication. Komunikasi interprofesional memiliki
tujuan, diantaranya:
- Maksimalisasi praktik kesehatan
- Menerapkan konsep atau standar baru dalam pelayanan kesehatan
- Mempublikasikan temuan, ilmu, dan ketentuan medis terkini
- Mengganti atau membuat prioritas pelayanan kesehatan yang baru
- Memudahkan penentuan kebijakan pelayanan kesehatan

Teamwork atau kolaborasi dalam komunikasi interprofesional dalam tenaga


kesehatan yang baik ditandai dengan adanya kepercayaan, respect, dan kolaborasi.
Salah satu pendukung teori teamwork, Deming, berkata bahwa teamwork
merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa orang yang bekerja untuk suatu
target dimana beberapa orang tersebut memiliki tujuan yang sama dan saling
bekerja sama untuk mencapai target tersebut. Dalam bidang kesehatan, teamwork
bukan berarti masing-masing anggota hanya mempedulikan urusannya masing-
masing. Teamwork tenaga kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan harus
bersatu dalam menyelesaikan masalahnya untuk mencapai tujuan utama, yaitu
kesejahteraan pasien. Kondisi teamwork seperti ini akan menguntungkan pasien,
karena akan lebih mudah bagi pasien untuk berkomunikasi dengan tim tenaga
kesehatan yang kompak, dibanding dengan berkomunikasi dengan banyak tenaga
kesehatan yang tidak mengerti apa yang dilakukan tenaga kerja yang lain dalam
menyembuhkan pasien. Kondisi teamwork yang baik ditandai dengan beberapa

9
hal sebagai berikut:
- Komunikasi yang terbuka
- Instruksi pemimpin yang jelas
- Pembagian peran dan tugas secara jelas
- Suasana yang saling menghormati satu sama lain
- Pembagian tanggung jawab yang adil
- Adanya evaluasi dan tindak lanjut terhadap konflik yang terjadi
- Prosedur pengambilan keputusan yang jelas
- Komunikasi yang dilakukan secara rutin
- Akses akan fasilitas atau sumber daya lainnya yang memadai
- Mekanisme evaluasi hasil yang baik

2.2 Bagaimana Melakukan Komunikasi pada Peer/Mitra Kerja dalam


Bidang Kesehatan
Komunikasi akan terjalin baik jika komunikasi itu menjadi efektif.
Kolaborasi yang baik oleh tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam proses
perawatan dan peningkatan kualitas kesehatan pasien, karena semua tenaga medis
saling membutuhkan satu sama lain, tidak ada yang mampu untuk bekerja sendiri
. Pada akhirnya, kualitas layanan yang baik tergantung pada profesional yang
bekerja sama dalam tim interprofessional. komunikasi yang efektif antara
profesional kesehatan juga penting untuk memberikan pengobatan yang efisien
dan pasien-berorientasi komprehensif .Selain itu, ada semakin banyak bukti yang
menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk antara profesional kesehatan
merugikan pasien.
Kualitas suatu Instansi Rumah Sakit dapat dinilai dari strategi peayanaan
yang baik dan memuaskan. Jika komunikasi yang terjalin antara tenaga kesehatan
terjalin dengan baik maka akan meningkatkan hasil kualitas pekerjaan mereka,
yang tentunya kepuasan yang dirasakan oleh pasien juga akan semakin
meningkat. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan sebagai strategi dalam
melakukan komunikasi antar mitra kerja :
1. Melatih sensitifitas kepada penerima komunikasi
Komunikasi akan berjalan lebih baik jika dilakukan secara langsung, hal ini
akan menghindari adanya miskomunikasi dan kecanggungan terlebih lagi jika
ada informasi penting dan pribadi. melatih sensitifitas juga dapat diartikan
seperti melatih kepekaan kita terhadap suatu hal. Kepekaan disini menuntut
para mitra kerja untuk cepat menerima rangsangan yang diberikan, yaitu
rangsangan mengenai perihal penting yang dialami oleh pasien. Dan antar
mitra kerja juga dituntut untuk cepat memberikan respon berupa saran
terhadap isu yang ada.

2. Meningkatkan kesadaran serta pemahaman mengenai makna simbolis


Komunikasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Komunikasi akan terjalin dengan efektif jika kedua
jenis komunikasi ini dapat berjalan dengan baik. Komunikasi nonverbal
merupakan komunikasi yang lebih banyak menggunakan body language yang

10
biasanya dilakukan secara spontan. Misalnya seorang dokter meminta perawat
untuk mempercpat kegiatannya dengan cara menunjuk jam tangannya.

3. Memberikan umpan balik


Komunikasi akan lebih terasa jika ada umpan balik atau respon dari penerima
komunikasi, umpan balik ini dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal.
Menganggukan kepala merupakan salah satu contoh komunikasi nonverbal
yang dapat dilakukan sebagai bentuk respon persetujuan dari informasi yang
diberikan. Memberikan umpan balik juga dapat menjadi tolok ukur sejauh
mana dan sedalam mana komunikasi yang telah terjalin antara mitra kerja
kesehatan.

4. Menjaga kontak mata


Komunikasi akan terjalin dengan sempurna jika antar komunikator dan
komunikan dapat saling memperhatikan dan menjaga kontak mata. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya pemahaman yang benar terutama ketika ada
komunikasi dengan menggunakan body language. Menjaga kontak mata juga
mempermudah dalam pemberian respon secara cepat dalam melakukan
komunikasi antar mitra kesehatan, sehingga penanganan dapat dilakukan
dengan cepat dan tepat.

5. Komunikasi secara efektif dan efesien


Setelah komunikasi yang sebelumnya telah terlaksana, maka hal yang harus
dilakukan selanjutnya adalah mengoptimalkan agar komunikasi yang terjalin
antar mitra kerja kesehatan itu dapat menjadi efektif dan efesien. Hal ini dapat
terlihat jika antar mitra kerja kesehatan dapat melakukan komunikasi dengan
mempertimbangakan kondisi pasien saat itu, misalnya kondisi pasien sangat
darurat maka harus terjadi komunikasi secara cepat dan tentunya responnya
juga harus cepat. Begitu juga jika kondisi pasien memerlukan saran yang
benar-benar harus dijalankan maka komunikasi yang dilakukan mitra kerja
kesehatan juga harus baik, saling mendukung saran yang diberi oleh salah satu
mitra kerja kesehatan.

Pada rumah sakit, terdapat prosedur komunikasi mitra kerja dalam bidang
kesehatan dengan menggunakan teknik komunikasi efektif SBAR. SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation) merupakan suatu standar
dalam sistem komunikasi antar tenaga kesehatan untuk mengkomunikasikan hal-
hal mengenai pengelolaan pasien. Tujuan dari SBAR adalah melakukan
komunikasi efektif antar tenaga kesehatan serta tercapainya keselamatan pasien.

Langkah-langkah dalam melakukan SBAR (Situation, Background, Assesment,


Recommendation) dan konfirmasi ulang adalah sebagai berikut :

11
1. Situation

Mengucapkan salam kemudian menyebutkan identitas pelapor dan asal ruang


perawatan, identitas pasien, dan alasan untuk melaporkan kondisi pasien, secara
subyektif dan obyektif.

2. Background

Menyebutkan latar belakang pasien, alasan pasien dirawat inap (bila pasien
dirawat inap), pengelolaan pasien yang sudah berjalan, dan terapi yang diterima
pasien sampai saat itu.

3. Asessment

Menyebutkan penilaian kondisi pasien menurut pelapor (bila ada).

4.Recommendation
Menyebutan rekomendasi untuk pasien menurut pelapor (bila ada).

(+) Konfirmasi Ulang

Mencatat hasil pembicaraan pada secarik kertas, lalu sebutkan ulang kepada pihak
yang dilapori, Apabila benar, maka pihak yang dilapori menyatakan setuju dengan
hasil tersebut dan pembicaraan selesai.

2.3 Apa yang Boleh dan Tidak Boleh serta Hal-hal yang Harus
Diperhatikan dalam Komunikasi Peer/Mitra Kerja Kesehatan
Dalam berkomunikasi inteprofesional terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan. Hal-hal ini dapat membentuk komunikasi interprofessional dengan
detail, cepat, dan akurat.

Hal-hal tersebut adalah :

- Kesetaraan
Komunikasi interprofessional lebih efektif apabila berada dalam suasana
yang setara. Artinya harus ada pengakuan bahwa kedua pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk dibagi. Dalam hubungan interprofessional
yang ditandai oleh kesetaraan, perselisihan dan konflik bukan dilihat
sebagai hal untuk menjatuhkan antara kedua pihak tetapi upaya untuk
memahami perbedaan.

- Keterbukaan
kedua pihak bersedia untuk membuka diri atau membagi informasi dan
juga bersedia mendengarkan pesan dari lawan bicara secara terbuka dan
merespon dengan jujur.

- Empati

12
Kemampuan pihak untuk memahami lawan bicara berdasarkan sudut
pandang lawan bicaranya tersebut. Kemampuan ini membantu untuk
memahami apa yang dilalui oleh lawan bicaranya secara emosional.

- Sikap mendukung
Hubungan interprofesional yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Sikap ini terdiri dari dukungan terucap
maupun tidak terucap. Memperlihatkan sikap mendukung dengan reaksi
deskriptif bukan evaluative, spontan bukan strategic, dan professional
bukan sangat yakin.

- Sikap positif (positiveness)


Mengacu pada kemampuan individu dalam menggunakan pesan yang
positif. Memuji hal-hal positif yang dimiliki oleh lawan bicara dengan
mengekpresikan kepuasan dalam berkomunikasi dengan tersenyum dan
menjaga kedekatan posisi tubuh pada saat berbicara.

Menurut Potter dan Perry (2005), komunikasi interprofesional dapat


dipengaruhi oleh:
 Persepsi. Setia pribadi memiliki pandangan atas suatu hal yang
berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan perpecahan maupun
munculnya ide-ide baru. Kendala perpecahan harus diatasi dengan
komunikasi yang jelas dan berlandaskan fakta atau bukti, serta mau
mendengarkan dan menghargai pendapat lawan bicara.
 Lingkungan sekitar juga dapat memengaruhi dinamika pertukaran
informasi. Keadaan yang bising dapat menyebabkan salah paham antar
komunikator.
 Pengetahuan yaitu suatu wawasan akan suatu hal. Terkadang, ada
informasi yang tidak diketahui oleh lawan bicara. Di dunia kesehatan
khusunya, banyak istilah-istilah yang sulit untuk dimengerti.

Sering terjadi beberapa masalah dalam pengaplikasian komunikasi


interprofessional yang disebabkan oleh:
 Role Stress terjadi saat kinerja seseorang menurun karena tidak
mendapatkan tugas dan peran yang diharapkan. Maka itu, tenaga
medis harus saling mengenal dan sering beromunikasi agar mengetahui
potensi masing-masing
 Lack of Interprofessional Understandings dapat terjadi karena tenaga
kesehatan yang belum mengerti tugas dan perannya. Bersambung
dengan role stress, tenaga kesehatan hatus diberi tugas sesuai dengan
kompetensinya. Seseorang yang memiliki ilmu lebih dari yang lain
juga hraus terbuka dan mau mengajari tenaga kesehatan yang lain.
 Autonomy Struggle. Ketegangan dapat dirasakan karena perbedaan
tingkat otonomi.

13
Berikut merupakan apa saja yang harus dilakukan dalam komunikasi
interprofesional agar tidak terjadi miskomunikasi dan merugikan pasien:
 Tiap tenaga medis dituntut untuk dapat menghormati tugas, peran, dan
tanggung jawab tenaga kesehatan lain. Sudah seharusnya tenaga medis
saling bekerja sama karena banyak aspek yang harus diperhatikan
dalam merawat dan memberikan keselamatan kepada pasien, seperti
obat.
 Kesadaran bahwa terdapat kesetaraan antarprofesi kesehatan.
 Diperlukan inisiatif dalam komunikasi maupun diskusi yang
membahas kepentingan pasien bersama dengan tenaga esehatan yang
lain, individu maupun kelompok.
 Mampu memberikan informasi komplimenter yang dapat melengkapi
informasi dan ilmu antar tenaga kesehatan.
 Menyampaikan informasi atau pendapat lisan maupun tidak lisan harus
secara jelas dan lengkap, namun cepat dan akurat. Hal ini dilakukan
agar tidak terjadi perbincangan atau diskusi yang terlalu bertele-tele.

3. Komunikasi masyarakat/publik pada pelayanan kesehatan


3.1 Definisi masyarakat/publik
Masyarakat adalah sekelompok atau beberapa manusia dalam arti yang
luas dan terikat oleh suatu kebudayaan yang dianggap sama oleh mereka.
Sedangkan komunikasi publik merupakan salah satu jenis komunikasi yang
dilakukan di depan orang banyak, baik secara langsung maupun melalui media,
misalnya media massa, blog, situs, dll. Dalam konteks kesehatan, komunikasi
publik bertujuan untuk melindungi dan meningkatkan status kesehatan seseorang,
kelompok, komunitas atau populasi.
Ada beberapa ciri dari komunikasi publik, di antaranya adalah:
1. Salah satu pihak yaitu komunikan (pendengar) cenderung lebih pasif karena
pendengar hanya menerima pesan atau informasi dari komunikator,
2. Interaksi antara komunikator (pemberi informasi) dan komunikan (pendengar)
terbatas,
3. Umpan balik atau feedback yang diberikan oleh komunikan (pendengar)
lambat dan terbatas, yaitu hanya diperbolehkan saat sesi tanya jawab atau
diskusi,
4. Komunikasi dilakukaion di tempat umum dan besar yang bisa menampug
banyak orang seperti di auditorium, aula, kelas, lapangan, dan tempat-tempat
besar lainnya,
5. Pendengar merupakan orang-orang dalam jumlah banyak,
6. Informasi atau materi yang akan dibahas biasanya telah direncanakan secara
isi dan waktu penyampaian, dan
7. Komunikasi publik sering bertujuan untuk memberikan infomasi, memberi
penerangan, memberi petunjuk, menghibur, memberikan penghormatan, dan
membujuk komunikan atau audiens. (Rahman, 2013)

14
3.2. Bagaimana melakukan komunikasi pada masyarakat/publik pada
pelayanan kesehatan
Tujuan dari komunikasi publik adalah untuk penyebarluasan
informasi yang ditujukan kepada masyarakat umum. Penyampaian
informasi bermacam-macam bentuknya. Umumnya dilakukan melalui
seminar, pendidikan, pelatihan, dan juga informasi keilmuan.Terdapat dua
buah peran, yaitu pembicara dan pendengar, karena pada umumnya satu
orang ditunjuk sebagai pembicara sementara orang yang lain
mendengarkan. Tujuan komunikasi publik dalam pelayanan kesehatan
yaitu sebagai berikut:
 Memberikan informasi (Public Information).
 Mendidik masyarakat (Public Education).
 Mempengaruhi masyarakat (Public Persuasion).
 Menghibur masyarakat (Public Entertainment).

Beberapa langkah yang bisa diterapkan agar komunikasi


masyarakat dalam wujud promosi kesehatan terwujud:
 Menetapkan tujuan dan sasaran.
 Mengenal masyarakat dan masalah.
 Menentukan metode yang digunakan.
 Memposisikan pesan.
 Menyiapkan materi yang akan disampaikan dan alat bantu yang akan
digunakan.

Manfaat komunikasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan:


 Meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan.
 Meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
 Meningkatkan infrastruktur informasi kesehatan masyarakat dalam
perawatan dukungan di masyarakat dan di rumah.
 Membangun keterampilan kesehatan dan pengetahuan.

3.3. Apa yang boleh dan tidak boleh dan harus diperhatikan pada
komunikasi masyarakat/publik pelayanan kesehatan
Sebelum melakukan komunikasi publik, perlu dilakukan persiapan
yang matang agar komunikasi dapat berjalan efektif. Pembicara atau
komunikator merupakan kunci utama dalam proses penyampaian
informasi. Pembicara bertanggung jawab dalam memberikan presentasi
mengenai informasi, ajakan, atau hal-hal lain seefektif mungkin sehingga
audiens dapat memahami dan mengikuti anjuran dari pembicara. Menurut

15
Rahman (2013), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian presentasi lisan yang baik dan efektif:
1. Kontak mata (Eye contact)
Kontak mata termasuk dalam teknik komunikasi nonverbal yang
dapat mendukung penyampaian pesan menjadi lebih efektif. Pendengar
atau audiens akan lebih mendengarkan, memahami, dan ‘terbujuk’ dengan
apa yang sedang disampaikan oleh pembicara
2. Vokalik
Kualitas vokal dalam berbicara di depan publik juga perlu
diperhatikan, yaitu berupa kecepatan berbicara, nada, intonasi suara, serta
penekanan pada kata-kata penting dalam proses penyampaian informasi.
Presentasi dengan suara yang menarik akan mempermudah pendengar
memahami maksud pembicara dan juga menarik perhatian audiens untuk
tetap menyimak presentasi
3. Ketepatan
Ketepatan yang dimaksud adalah ketepatan berdasarkan situasi dan
kondisi. Apabila acara/event yang sedang dilaksanakan adalah acara yang
bersifat formal, maka pilihan kata yang digunakan dan topik yang dibahas
juga harus formal dan disesuaikan dengan audiens atau target. Sebaliknya,
apabila acara yang dilaksanakan adalah acara nonformal, maka teknik
penyampaian informasi dapat dibuat lebih variatif dan menarik. Bahasa
yang digunakan dalam proses penyampaian informasi juga harus
merupakan bahasa umum yang dapat dimengerti oleh semua khalayak
audiens.
4. Perencanaan
Pembicara harus terlebih dahulu melakukan perencanaan yang
matang mengenai pilihan topik, diksi atau pilihan kata, teknik
penyampaian, dan rangkaian kegiatan yang sesuai dengan audiens
sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.
Do's komunikasi publik:
1. Memuat pesan yang mayakinkan
2. Mencari tahu latar belakang pendengar/audience
3.Menggunakan bahasa yang jelas dan umum
Dont's komunikasi publik:
1. Menyinggung SARA, ras, dan agama
2. Berbicara tidak apa adanya
3. Volume suara kecil

16
4. Komunikasi Massa (Media Massa) pada Pelayanan Kesehatan

Sebelum baru-baru ini digunakan oleh banyak organisasi federal dan


multilateral yang mendorong penggunaan komunikasi yang lebih strategis dan
lebih sering, komunikasi kesehatan hanya digunakan secara marginal dalam
kesehatan masyarakat. Ini dianggap sebagai keterampilan daripada keharusan dan
terbatas dalam penyebaran temuan ilmiah dan medis oleh para profesional
kesehatan masyarakat (Bernhardt, 2004).

4.1 Definisi
Komunikasi menurut kbbi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita antar dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Untuk massa sendiri, menurut kbbi berarti jumlah yang banyak sekali atau
sekumpulan orang dengan jumlah yang banyak yang berkumpul dalam suatu
tempat atau tersebar. Komunikasi massa sebenarnya berasal dari bahasa inggris
mass communication yang merupakan kependekan dari mass media
communication. Dari sini, dapat diartikan bahwa komunikasi massa adalah salah
satu bentuk komunikasi kepada sejumlah masyarakat yang tersebar yang dalam
prosesnya menggunakan media massa sebagai media penyebaran informasinya.
Media massa dapat berupa media cetak ataupun media elektronik.
Elizabeth N. Neumann mengidentifikasi ciri komunikasi massa sebagai
berikut:
a. Bersifat tidak langsung. Pesan-pesan komunikasi massa sampai ke khalayak
harus melalui media teknis.
b. Proses komunikasi massa bersifat satu arah. Tidak ada interaksi antara peserta
komunikasi (media dan khalayak).
c. Pesan-pesan komunikasi massa bersifat terbuka untuk publik yang tidak
terbatas dan anonim.
d. Mempunyai publik atau khalayak yang tersebar.
Menurut Smolensky dan Harr (1972) dalam (Ferry dan Makhfudli, 2009)
efektivitas komunikasi massa dipengaruhi oleh tujuh faktor. Pertama,
kredibilitas yang artinya sumber komunikasi harus kompeten dan dapat
dipercaya. Kedua, konteks yaitu pesan pendidikan kesehatan relevan dengan
sasaran dan memberikan kesempatan bagi sasaran untuk berpartisipasi.
Ketiga, yaitu isi, pesan benar-benar harus memiliki isi. Keempat yaitu
kejelasan, sasaran mengerti pesan kesehatan yang disampaikan. Kelima
yaitu kesinambungan, artinya meskipun diulang dengan berbagai variasi,
pesan dasar cukup konsisten sehingga sasaran tidak bingung. Keenam yaitu
media, pesan disampaikan melalui media massa yang sering digunakan oleh
sasaran. Terakhir yaitu kemampuan, jadi sasaran mampu melakukan yang diminta
sesuai dengan isi pesan dengan usaha seminimal mungkin. Selain itu, janganlah
menjadikan masalah atau kebiasaan tidak sehat yang sedang tidak dialami atau
tidak dipentingkan oleh masyarakat sebagai topik. Karena tujuan dari komunikasi
massa sendiri adalah memberikan informasi untuk menemukan solusi, atau

17
meminimalisirkan risiko yang terjadi pada kasus setempat. Jika hal ini tetap
dilakukan, maka komunikasi massa yang dilakukan akan sia-sia. Kemudian, untuk
menarik perhatian pasien atau masyarakat, harus menggunakan bahasa yang
persuasif dan efektif.

4.2 Cara Melakukan Komunikasi Massa Pada Pelayanan Kesehatan


Komunikasi massa dapat dijelaskan dari dua cara pandang, yakni
bagaimana orang memproduksi pesan dan menyebarkannya melalui media di satu
pihak, dan baimana orang-orang mencari serta menggunakan pesan-pesan tersebut
di pihak lainnya. Secara sederhana, komunikasi massa dapat diartikan sebagai
proses komunikasi melalui media massa.4 Penerapan komunikasi massa pada
pelayanan kesehatan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak
langsung. Komunikasi massa pada pelayanan kesehatan secara langsung dapat
dilakukan melalui intervensi, misalnya promosi kesehatan. Sedangkan,
komunikasi massa pada pelayanan kesehatan secara tidak langsung dapat
dilakukan melalui media elektronik (radio, tv, internet, telepon, handphone,
teleconference), media cetak (majalan, koran , selebaran (leaflet dan flyer), papan
besar (billboard), spanduk, poster), dan media lain seperti surat.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan
masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa
Charles, 1986).Promosi kesehatan memiliki tujuan, yaitu melibatkan langsung
masyarakat dalam menetapkan tujuan kesehatan mereka sendiri. Dalam
melakukan promosi kesehatan dibutuhkan strategi yang tepat agar memberi
dampak yang efektif. Strategi yang digunakan dari WHO (1984) dikenal dengan
nama ABG (Advokasi kesehatan, Bina suasana, Gerakan Masyarakat. 5 Menurut
Mubarak dan Chayatin (2008), strategi ini diperlukan dalam mewujudkan promosi
kesehatan dan tercermin dalam tiga langkah :6
a. Advokasi
Advokasi merupakan kegiatan memberikan bantuan informasi kesehatan
kepada masyarakat melalui pihak pembuat keputusan dan penentu
kebijakan dalam bidang kesehatan.
b. Dukungan Sosial
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan bila mendapat dukungan dari
elemen masyarakat antara lain unsur informal (tokoh agama dan tokoh
adat) dan unsur formal (pemerintah).
c. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan supaya masyarakat memperoleh
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Cara penyampaian:
 Penyampaian komunikasi kesehatan bagi masyarakat luas pada dasarnya
lebih bersifat upaya sosialisasi tentang upaya kesadaran peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Contoh: promosi kesehatan. Bertujuan
untuk mengubah perilaku masyarakat baik secara individual, komunitas
maupun dalam ruang lingkup organisasi. Strategi komunikasi yang
diperlukan untuk tercapainya efektivitas komunikasi kesehatan
masyarakat.

18
 Memberikan informasi seputar kesehatan dengan jelas, menarik, dan
akurat.

 Biasanya menggunakan media massa, contoh dari media massa adalah:

 Media cetak → bentuknya visual;


 Media elektronik → sifatnya dinamis
 Media luar ruang → gabungan antara media cetak dengan media
elektronik

4.3 Apa Yang Boleh Dan Tidak Boleh Serta Diperhatikan Dalam Melakukan
Komunikasi Massa Pada Pelayanan Kesehatan
Hal-hal yang harus harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi
massa pada pelayanan kesehatan, yaitu :

1. Mencari tahu dan membuat hubungan baik dengan reporter, jurnalis, dan
blogger yang memiliki fokus di bidang kesehatan.
2. Menggunakan alat peraga seperti poster dan spanduk untuk menarik
perhatian.
3. Menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti.
4. Mempromosikan suatu lembaga di bidang kesehatan dengan sewajarnya
tanpa ada unsur pemaksaan.
5. Tidak menjatuhkan lembaga lain saat mempromosikan suatu lembaga
kesehatan.
6. Menyiapkan waktu luang beberapa hari setelah menyampaikan komunikasi
massa tersebut untuk menjawab pertanyaan jika terdapat pertanyaan.
7. Mempersiapkan anggota tim yang kaya akan informasi dan bisa
berkomunikasi dengan baik.
8. Menulis pesan dengan pertimbangan takut akan konsekuensi hokum
9. Sumber komunikasi harus kompeten dan dapat dipercaya
10. Pesan pendidikan kesehatan relevan dengan sasaran dan memberikan
kesempatan bagi sasaran untuk berpartisipasi
11. Isi pesan harus sesuai kemampuan sasaran
12. Mempromosikan norma sosial positif
13. Menulis pesan dengan pertimbangan takut akan membahayakan diri sendiri,
orang lain, atau property

19
14. Selalu menganggap stigma perilaku tidak sehat sebagai tidak bertanggung
jawab dan berbahaya
15. Audiens tidak boleh sembarangan
16. Pesan disampaikan melalui media massa yang sering digunakan sasaran

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam melakukan komunikasi massa, yaitu:
1. Jangan menghubungi reporter, blogger, atau jurnalis tanpa tujuan yang jelas.
2. Jangan berulang kali menghubungi reporter, blogger, atau jurnalis untuk
menyampaikan hal yang sama.
3. Jangan membuka informasi pribadi secara berlebihan kepada reporter karena
biasanya informasi tersebut juga akan dimuat di media massa.
Komunikasi massa sangatlah penting untuk dipelajari, agar masyarakat
dapat mengetahui fenomena kesehatan apa yang sedang terjadi dan apa yang
sebaiknya mereka lakukan. Komunikasi massa ditujukan kepada banyak orang.
Sehingga, apabila terjadi kesalahan atau misspresepsi akan berakibat fatal. Di era
digital ini, kita harus bisa menggunakan teknologi dengan sebaik-baiknya, salah
satunya dalam media massa. Komunikasi massa dapat disampaikan melalui media
massa seperti radio, televisi, koran, dan sebagainya. Selain itu, kita harus
memperhatikan penggunaan bahasa yang tepat saat penyampaian komunikasi
massa. Seperti menggunakan bahasa yang persuasif dan efektif.

20
PENUTUP

Dari semua pernyataan yang sudah di jelaskan di atas, dapat disimpulkan


bahwa, dalam melakukan komunikasi pada pelayanan kesehatan terdapat aturan
yang harus dipenuhi oleh komunikator agar komunikasi berjalan dengan lancar
yaitu pengaturan mengatur intonasi suara, pilihan kata, adanya media informasi,
dan menjaga kontak mata. Selain hal-hal tersebut, terdapat hal yang harus
diperhatikan dalam sebuah komunikasi kelompok yaitu mengadakan persiapan
sebelum memulai komunikasi kelompok, menjaga kontak dengan penerima
informasi, menunjukan diri sebagai komunikator yang terpercaya, berbicara
dengan bahasa yang tepat, jelas, dan logis, dan menghadapi kritik penerima
informasi dengan baik. Apabila seluruh aspek tersebut dilaksanakan, maka sebuah
komunikasi dapat mendatangkan banyak manfaat yang lebih banyak dan akurat.

21
Referensi:
Ini, A. Definisi Kelompok. Retrieved 22 September 2019, from
https://www.academia.edu/4626796/Definisi_Kelompok
MP, S. Definisi Kelompok Menurut Para Ahli. Retrieved 22 September 2019,
from
https://www.academia.edu/17234712/Definisi_Kelompok_Menurut_Para
_Ahli
Tutiasri, R. (2016). Komunikasi dalam Komunikasi Kelompok. Retrieved 22
September 2019, from
http://journal.uad.ac.id/index.php/CHANNEL/article/download/4208/231
5
Corrie. 2017. 13 Konsep Penting dalam komunikasi Kelompok.
https://pakarkomunikasi.com/konsep-penting-dalam-komunikasi
kelompok (diakses pada 25 September 2019 pukul 20.23 WIB)
Hendriyana A. Praktik kolaborasi kesehatan penting untuk tingkatan kualitas
pelayanan kesehatan [Internet]. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2014
Sept 27 [cited 2018 Sept 26]. Available from:
http://www.unpad.ac.id/2014/09/praktik-kolaborasi-kesehatan-penting-
untuk-tingkatkan-kualitas-pelayanan-kesehatan/Jurnal Komunikasi
Kelompok [http://repository.usu.ac.id]
Pratama, H. Definisi pelayanan kesehatan [Internet]. Place unknown: Scribd;
2016 Jun 14; cited 2019 September 25.
Universitas Sumatera Utara. [cited 2019 September 25] Media masa.
Repository.usu.ac.id
Arianto. 2013. KOMUNIKASI KESEHATAN (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien).
http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/42. Diakses tanggal 25
September 2019 pk. 21.00
Basuki, Endang. 2012. Jenis Komunikasi (Ppt. Kuliah Overview Komkes 2019).
Berry, Dianne. 2007. Health Communication Theory and practice. New York: McGraw-
Hill Education.

Rahmadiana, Metta.KOMUNIKASI KESEHATAN: SEBUAH TINJUAN.2012. (25


Sep 2019)

Sheila Payne, SandraHorn.HEALTH PSYCOLOGY.2007.USA

Liliweri Alo. (2006). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar. Lloyd,M , Bor,R. (2004). Communication Skills for Medicine. 2nd edition.
Churchill Livingstone.

Ruben Brent D , Lea P Stewart. (2006). Communication and Human Behavior.


United States: Allyn and Bacon.

22
Setiyowati, Wahyu. Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan [Internet].
2015 [cited 13 December 2015]. Available from:
https://dokumen.tips/documents/komunikasi-massa-pada-pelayanan-kesehatan-
ltm2.html

Pala, Alponia. (2018). KOMUNIKASI KESEHATAN DI ERA DIGITAL


DALAM PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI KABUPATEN TIMOR
TENGAH UTARA-Kawasan Perbatasan Republik Indonesia-Republica
Democratica de Timor Leste. 1, 38-39 [Internet]. 2019 [cited 24 Sep 2019].
Available from:
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/SENASPOLHI/article/view/2430

Moorhead, S. Anne. (2017). Communication and Technology, Health and


Risk Communication, Media and Communication Policy. Doi :
10.1093/acrefore/9780190228613.013.335.
KBBI. Arti komunikasi [internet]. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan
Budaya; 2016 [update 2019 April cited 2019 Sept 24]. Available from :
https://www.kbbi.web.id/komunikasi
KBBI. Arti massa [internet]. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Budaya;
2016 [update 2019 April cited 2019 Sept 24]. Available from :
https://www.kbbi.web.id/massa
Halik Abdul. (2013). Komunikasi Massa, Buku Daras UIN Alauddin.
Makasar: UniversitasIslam Negeri (UIN) Alauddin
Mulyana,Deddy.(2008) Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Rahmadiana ,Metta, (2012). Komunikasi Kesehatan Sebuah Tinjauan,


Makalah JurnalFakultas Psikologi. Jakarta: Universitas Yarsi.

Schiavo Renata. (2007). Health Communication From Theory to Practice. San


Francisco: Jossey-Bass.

Noor Ariyani Rokhmah, A. (2017). KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM


PRAKTEK KOLABORASI
INTERPROFESI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS
PELAYANAN.
[ebook] Semarang: Universitas Diponegoro Semarang Indonesia.
Available at:
http://file:///C:/Users/Win7/Downloads/186-354-1-SM%20(1).pdf
[Accessed 25 Sep. 2019].
Canadian Interprofessional Health Collaborative (CIHC). A National
Interprofessional
Competency Framework; 2010]. Available from:
http://www.cihc.ca/files/CIHC_ IPCompetencies_Feb12 10r.pdf.

23
Diane Morris, Mscfn, RD, CDE, Matthews, Phd, RD, Phec. 2014.
Communication, Respect, and
Leadership: Interprofessional Collaboration in Hospitals of Rural Ontario.
Canadian Journal of Dietetic Practice and Research. Vol 75, No 4.
Arwani. (2003). Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta : EGC
SBAR – Komunikasi Efektif di Rumah Sakit – SNARS – Standart Nasional
Akreditasi RS Indonesia https://snars.web.id/rs/sbar-komunikasi-efektif-
di-rumah-sakit/
Barr, H. 2002. Interprofessional education. John Wiley & Sons, Ltd.
Basuki, Endang. Komunikasi Antar Petugas Kesehatan. Majalah
Kedokteran Indonesia, Volume:58, Nomor: 9, September 2008
Andzani, S. (2016). Komunikasi Kesehatan. Retrieved 25 September 2019, from
https://www.academia.edu/28629685/Komunikasi_Interproffesional.docx
Lestari, M. (2013). Komunikasi Kesehatan antar Mitra Kesehatan. Retrieved 24
September 2019, from
https://www.academia.edu/7357198/Komunikasi_Kesehatan_Antara_Mitr
a_Kesehatan?auto=download

24

Anda mungkin juga menyukai