Anda di halaman 1dari 6

Resume Penggantian Botol WSD (Water Seal Drainage)

Oleh Lisa Qothrunnada_1906400633_PKMB-A

Hari ini Rabu, 29 September 2021 adalah praktikum respirasi dan sirkulasi. Hari ini
kami belajr mengenai penggantian Water Seal Drainage (WSD) dan pada minggu ini FG saya
mendapat bagian untuk mempelajari mengenai pengkajian dan monitoring terkait
pemasangan WSD. Hari ini pada pagi hari kami menghadiri kuliah narasumber dari Ibu
Debbie dan diskusi FG, dan yang teakhir berdiskusi dengan fasil kelas.
Materi WSD ini adalah materi baru yang baru saya pelajari, saya sangat bersemangat
dan mendapat banyak ilmu baru untuk dipelajari. WSD adalah sebuah prosedur pemasangan
selang/ tube kepada pasien dengan indikasi setelah pembedahan dan adanya penumpukan
cairan di dalam pleura, saat terjadinya spontaneus pneumothorax, karena kemoterapi dan
lain-lain. Tujuannya untuk mengilangkan adanya eksudat, udara, maupun darah di dalam
rongga pleura. Pemasangan WSD ini tidak boleh dilakukan dengan beberapa alasan seperti
adanya pendarahan, adanya infeksi pada insersi, bronchopleural fistula, trauma paru-paru,
dan lain-lain. Tindakan ini juga harus dilakukan oleh seseorang yang sudah terlatih di
bidangnya seperti dokter bedah toraks dan tidak boleh dilakukan oleh perawat.
Jenis WSD bervariasi seperti standard SDU, smaller portable CDU, indwelling pleural
catheter, heimlich valve, dan lain-lain. Chamber yang dimiliki pun berbeda-beda, terkadang
dengan dua chamber dan ada pula yang memiliki 3 chamber. Berikut ini adalah gambar
WSD,
Sistem penggunaan botol WSD juga berbeda-beda, menggunakan 1, 2, dan 3 botol.
Namun kini jarang digunakan seiring meningkatnya perkembangan teknoogi,

Untuk melakukan prosedur ini ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yang
pertama adalah melakukan pengkajian. Pengkajian yang harus dilakukan antara lain,
1. Mengidentifikasi pasien dari 2 pengenal (nama dan tanggal lahir) dan
membandingkannya dengan informasi di rekam medis
2. Mengkaji status paru
Tanda dan gejala distres pernapasan yang meningkat (trachea bergeser, suara napas
menurun pada paru yang terkena dan tidak, sianosis yang nyata, gerakan dada asimetris)
Kaji adanya nyeri dada yang tajam dan menusuk atau nyeri dada saat inspirasi; hipotensi; dan
takikardia. Minta pasien untuk menilai tingkat kenyamanan pada skala 0 sampai 10
(Rasional : Nyeri dada menusuk tajam dengan atau tanpa penurunan tekanan darah dan
peningkatan denyut jantung dapat mengindikasikan tension pneumotoraks yang
menyebabkan nyeri inspirasi yang tajam dan ketidaknyamanan. Akibatnya, pasien cenderung
tidak batuk atau mengubah posisi dalam upaya meminimalkan rasa sakit ini (Durai et al.,
2010))
3. Mengkaji tanda-tanda vital, tingkat kognisi, dan SpO2
(Rasional : Perubahan denyut nadi, SpO2, dan tekanan darah sering menunjukkan infeksi,
gangguan pernapasan, atau nyeri. Perubahan kognitif menunjukkan hipoksia)
4. Mengkaji kadar hemoglobin dan hematokrit pasien saat ini
(Rasional : Memberikan ukuran yang mencerminkan kehilangan darah dan tingkat oksigenasi
selanjutnya.
5. Mengkaji alergi yang dimiliki pasien dengan menanyakan kepada pasien apakah dia
memiliki masalah dengan obat-obatan, lateks, atau apa pun yang dioleskan ke kulit. (Rasional
: Penting mengetahui apakah pasien memiliki alergi terhadap larutan-larutan ini untuk
mencegah adanya alergi dan iritasi). Contoh larutan : Povidone-iodine atau chlorhexidine
adalah larutan antiseptik yang digunakan untuk membersihkan kulit sebelum pemasangan
selang (Durai et al., 2010). Lidokain adalah anestesi lokal yang diberikan untuk mengurangi
rasa sakit. Tabung dada akan ditahan di tempatnya dengan selotip.)
6. Tinjau catatan pengobatan pasien untuk terapi antikoagulan, termasuk aspirin,
warfarin (Coumadin), heparin, atau inhibitor agregasi trombosit seperti tiklopidin
(Ticlid)dipiridamol (Persantine). (Rasional :Terapi antikoagulasi dapat meningkatkan
kehilangan darah terkait prosedur.)
7. Mengkaji pengetahuan pasien tentang prosedur. (Rasional : untuk mendorong
kerjasama, meminimalkan risiko dan kecemasan, serta mengidentifikasi kebutuhan edukasi
pasien.)
8. Observasi status selang dada
 Balutan selang dada dan lokasi sekitar penyisipan selang. Gunakan sarung tangan
bersih jika ada drainase. (Rasional : mencegah adanya iritasi kulit)
 Tabung untuk kekusutan, loop dependen, atau gumpalan. (Rasional : untuk
mempertahankan paten dan mencegah akumulasi cairan di rongga dada. Apabila
selang tersumbat atau tertekuk dapat terjadi Emfisema subkutan. Sedangkan ketika
selang digulung, dilingkarkan, atau digumpalkan, drainase terhambat, akan
meningkatkan risiko pneumotoraks atau emfisema bedah (Briggs, 2010). Selain itu,
jika selang dada tetap di tempatnya untuk beberapa waktu, risiko pasien untuk infeksi
meningkat (Old eld et al., 2009).)
 Periksa sistem drainase yang ada untuk memastikan bahwa itu tegak dan di bawah
tingkat penyisipan tabung (Rasional : untuk mempertahankan segel). Catat jumlah
drainase dalam sistem
Selanjutnya setelah dikaji, lakukan persiapan alat dan insersi dengan langkah sebagai
berikut,
1. Pastikan pasien telah setuju dan mengetahui prosedur pemasangan WSD
2. Menyiapkan peralatan sebagai berikut:
 Torakotomi (chest tube insertion tray)
 CDU atau unit drainase dada
 Chest tube
 Botol sterile water
 Lidokain 1%
 Suction tubing dan wadah pengumpul
 Occlusive dressing
3. Siapkan unit drainase dada (CDU)
 Wet suction
 Dry suction
4. Posisikan dan pastikan pasien untuk meminimalkan gerakan selama prosedur. 

Tempat pemasangan/ insersi :

Setelah melakukan pemasangan, lakukan monitoring pasien yang dilakukan sebagai


berikut,
1. Observasi tanda-tanda vital (termasuk SpO2) tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
selanjutnya tiap 2 jam
2. Pantau jumlah dan tipe drainase dari selang dada. Produksi cairan yang banyak dapat
mengakibatkan hipovolemia. Waspadai drainase darah melebihi 100 ml/jam 
3. Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman dengan mempertahankan selang
tidak terlipat
4. Anjurkan pasien untuk memegang selang apabila akan mengubah posisi
5. Beri tanda pada batas cairan setiap jam atau shift. Catat tanggal dan waktu 
6. Ganti botol WSD setiap tiga hari dan bila telah penuh, catat jumlah cairan yang
dibuang
Penelitian masih terbatas untuk mendukung prosedur ini dapat direkomendasikan)
7. Pertahankan dan periksa kepatenan selang tiap 2 – 4 jam. Lakukan pemerahan atau
pemijatan (milking) pada selang jika tampak bekuan (clot) dalam selang (Penelitian
masih terbatas untuk mendukung prosedur ini dapat direkomendasikan)
7. Pertahankan selang tidak melingkar/menggantung (dependent loop). Jika tidak dapat
terhindarkan, angkat selang dan alirkan drainase tiap 15 menit (Penelitian masih
terbatas untuk mendukung prosedur ini dapat direkomendasikan)
7. Observasi tanda/gejala seperti takipnea, penurunan bunyi napas, hipoksemia, deviasi
trakhea, distensi vena jugularis, demam, hilangnya fluktuasi dalam botol WSD
disertai distres pernapasan
7. Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing cara batuk yang efektif 
11. Latih dan anjurkan pasien untuk melakukan latihan ROM pada persendian bahu
daerah pemasangan secara rutin 2-3 kali sehari
11. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tempat insersi selang
11. Jika tidak tampak undulasi, pantau kemungkinan beberapa kondisi yang dapat terjadi
yaitu:
  Motor suction tidak jalan
  Selang tersumbat atau terlipat
  Paru-paru telah mengembang
14. Kaji sisi insersi selang dan kulit sekitar insersi terhadap adanya emfisema subkutan
dan tanda-tanda infeksi atau inflamasi pada saat melakukan penggantian balutan.
Penggantian balutan dilakukan saat balutan kotor atau tiap 2-3 hari. 

Pada praktikum ini saya sedikit mendapat kendala terkait bagaimana mekanisme
pemasangan WSD ini karena tidak dijelaskan secara rinci dan bukan wewenang dari perawat.
Saya juga kurang memahami tentang chamber-chamber yang ada pada botol WSD, dan saya
juga belum terlalu paham tentang penggantian perban/ balutan. Oleh karena itu selanjutnya
saya akan membaca lebih banyak ebook, khususnya mempelajari keterampilan pemasangan
walaupun bukan wewenang saya/ bukan bidang saya, selain itu saya juga akan membaca
lebih lanjut terkait chamber dan memahami alat WSD ini dengan lebih baik. Saya juga akan
mencari sumber baru baik dari buku maupun video youtube, dan lain-lain. Saya harap
pengetahuan saya ini dapat saya praktikkan secara langsung dengan pasien dan saya tidak
membuat kesalahan apapun sehingga pasien saya dapat ditangani dengan baik.

Referensi

 Perry, A., Potter, P., & Ostendorf, W. (2013). Clinical Nursing Skills and Techniques 8th
Edition. Missouri: Mosby.
 Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of
Nursing (Eighth Edition). Missouri: ELSEVIER
 Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., & Bucher, L.(2014). Medical-Surgical
Nursing Assessment and Management of Clinical Problems (9th ed.). St. Louis, Missouri:
Elseiver Inc
 Lewis, S. L., Bucher, L., Heitkemper, M. M., & Harding, M. M. (2017). Medical-Surgical
Nursing - Assessment and Management of Clinical Problems. 264–265.

Anda mungkin juga menyukai