Anggota Kelompok :
Devi Sintya Pangestika
A102.08.017
Dewi Wulansari
A102.08.018
A102.08.019
A102.08.020
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian
pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan, serta penentuan prognosis.
Oleh karena itu hasil pemeriksaan laboratorium harus selalu terjamin
mutunya
Harap dipahami, tidak pula rasional kalau kita lantas mudah memarahi
mereka. Membuat phlebotomis gelisah karena kita marah, hanya akan
memperbesar risiko kegagalan mereka menjalankan tugas.
Prosedur pengecekan identitas, pertanyaan rentang riwayat pengambilan
sampel sebelumnya, penjelasan tentang berapa volume darah dan teknik
yang akan diambil, sudah menjadi prosedur baku untuk dijelaskan. Dengan
kita aktif bertanya dan menjelaskan, akan makin kecil risiko adanya data
yang terlewatkan.
Pertanyaan dari pasien juga akan memberi kesempatan kepada dua pihak
untuk saling mengukur keyakinan diri. Kalau nanti si petugas menyatakan
sulit, baru kita teruskan "Anda yakin mengambil sampel darah anak saya?".
Dengan tahapan seperti ini, si petugas tidak akan mengedepankan emosi yang tentu saja sebenarnya tidak diperbolehkan apapun alasannya.
Begitu juga kalau memang si petugas yakin, beri dia dukungan agar makin
yakin. Kalau berhasil dengan mulus, sampaikan terima kasih. Kalaupun
kemudian memang gagal, sampaikan "apa tidak sebaiknya Anda minta
diganti yang lain agar lebih yakin?". Dengan langkah-langkah seperti ini, bisa
terhindarkan kekakuan hubungan yang tidak diperlukan.
Sekarang, alat pengambilan sampel darah sudah makin maju, tidak lagi
menggunakan tabung suntik seperti dulu. Ada tabung khusus yang bersifat
"vacuum" (bertekanan negatif) sehingga rasa sakit lebih ringan sekaligus
memperkecil risiko darah-beku saat baru saja diambil. Tetapi, ada saatnya
pula pengambilan tetap menggunakan jarum biasa, karena keperluan
pemeriksaan tertentu (karena ada beda perlakuan terhadap sampel darah,
tidak sama dengan sampel darah untuk pemeriksaan darah secara umum).
Pengambilan sampel darah relatif lebih sulit pada bayi, yang makin muda.
Perlu teknik tinggi dan pengalaman lapangan lama. Tempatnya sering harus
mencari-cari yang paling memungkinkan. Paling disukai tetap di siku-dalam,
tetapi bisa juga di kaki.
Kalau anak kita dirawat di RS, ada lagi prosedur pengambilan darah yang
memang secara teknis lebih sulit, yaitu untuk pemeriksaan Blood-Gas
Analysis (BGA : analisa gas darah). Yang diperlukan adalah "darah arteri"
bukan darah vena. Biasanya diambil dari arteri femoralis (di bagian pangkal
paha). Warna darahnya(lebih cerah) beda dengan darah vena (lebih gelap).
Setelah diambil sesegera mungkin dihindari dari kontak dengan udara dan
diperiksa secepat-cepatnya.
Memang, sekolah phlebotomis "hanya" bisa mengajarkan ilmu, teori, latihan
pada manequin dan sedikit latihan pada pasien. Keterampilan hanya bisa
diperoleh dari pengalaman. Ada kemungkinan pengambilan sampel darah
pada Anda atau anak Anda tidak bisa sekali berhasil. Namun, dari
pengalaman seperti itulah phlebotomis akan makin terampil.
B. Komplikasi Flebotomi
Komplikasi berkenaan dengan tindakan Flebotomi :
1. Syncope (pingsan)
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa
saat/ sementara waktu sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejala
dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat, pengelihatan kabur/
gelap, bahkan bisa sampai muntah.
Hal ini biasanya terjadi karena adanya perasaan takut atau akibat pasien
puasa terlalu lama. Rasa takut atau cemas bisa juga timbul karena kurang
percaya diri Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan penjelasan
kepada pasien tentang tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan
dialaminya.
Penampilan dan perilaku seorang Flebotomis juga bisa mempengaruhi
keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/ was-was ketika proses
pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itu penampilan dan
perilaku seorang flebotomis harus sedemikian rupa sehingga tampak
berkompetensi dan profesional
Cara mengatasi :
a. Hentikan pengambilan darah
b. Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satu sisi
6. Trombosis
Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempat yang sama
sehingga menimbulkan kerusakan dan peradangan setempat dan berakibat
dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah. Hal ini juga terlihat pada
kelompok penggunaan obat ( narcotics ) yang memakai pembuluh darah
vena.
Cara pencegahan :
a. Hindari pengambilan berulang ditempat yang sama
b. Pembinaan pengidap narkotika
7. Radang Tulang
Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang sempit
dan pemakaian lancet yang berukuran panjang
Cara mengatasi:
Mengatasi peradangan tulang
Cara Pencegahan:
Menggunakan lancet yang ukurannya sesuai. Saat ini sudah dipasarkan
lanset dalam berbagai ukuran disesuaikan dengan kelompok usia.
Setiap kejadian komplikasi Flebotomi harus dilaporkan kepada dokter dan
dicatat dalam buku catatan tersendiri dengan mencantumkan identitas
pasien selengkapnya, tanggal dan jam kejadian, dan tindakan yang
diberikan.
8. Anemia
Pada bayi, terutama bayi baru lahir dimana volume darah sedikit,
pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itu
pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapat
menyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodul
klasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti lekukan yang
4-12 bulan kemudian akan menjadi nodul dan menghilang dalam 18-20
bulan.
9. Komplikasi neurologis
Komplikasi neurologis dapat bersifat lokal karena tertusuknya syaraf dilokasi
penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar
ke lengan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Walaupun jarang,
serangan kejang ( seizures) dapat pula terjadi.
Penanganan :
Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harus dilindungi
dari perlukaan.
Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala miringkan ke
satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah tidak tergigit.
Segera mungkin aktifkan perlengkapan keselamatan, hubungi dokter
Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan sambil membatasi
pergerakan pasien.
C. Faktor yang Diperhatikan:
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan
darah vena adalah :
a. Pemasangan turniket (tali pembendung)
Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total).
Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.
b. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga
mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah
merah.
c. Penusukan
Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang
berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan
darah bocor dengan akibat hematoma.
d. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis
sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang
berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
BAB III
PENUTUP
Dalam makalah ini kami membahas venipuncture III yang mencakup
penyulit-penyulit, komplikasi dan pencegahan, dan faktor yang diperhatikan
dalam melakukan pengambilan darah vena atau venipuncture. Dari penyulitpenyulit venipuncture dapat kami simpulkan menjadi tiga faktor yaitu faktor
pasien, faktor fisiologik, dan faktor teknik. Dari segi faktor pasien, pasien
yang tidak kooperatif (takut atau menolak) akan menganggu dalam
pengambilan darah ini karena bila pasien sudah merasa takut venanya aka
mengalami vasokonstriksi (mengkerut) sehingga akan sulit untuk diambil
dan bahkan bisa dilakukan pengambilan berulang. Dari segi fisiologik, salah
satunya adalah syncope (pingsan) ini bisa disebabkan karena pasien merasa
ketakutan atau mungkin pasien sedang puasa terlalu lama yang dirasakan
denyut nadi cepat, keringat dingin, tekanan darah menurun sehingga
kesadarannya menurun. Lalu faktor teknik, inilah faktor yang datangnya dari
seorang fl\ebotomis itu sendiri misalnya Cara pengambilan salah, arah
tusukan tidak tepat, sudut tusukan terlalu kecil / besar, keliru menentukan
vena yang dipilih, tusukan terlalu dalam / kurang dalam, pembuluh darahnya
bergeser.
Kemudian berbagai macam komplikasi dan pencegahannya yaitu
syncope (pingsan), rasa nyeri, hematoma, pendarahan, alergi, anemia,
trombosis, radang tulang, kerusakan neurologis (saraf), dan lain-lain. Contoh
salah satunya adalah hematoma yaitu terkumpulnya massa darah dalam
http://analislaboratoriumkesehatan.blogspot.com/search/label/Phlebotomy/
06/10/2012/20.22