KOMUNIKASI KESEHATAN
Oleh Kelompok 2:
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
EKSTENSI SEMESTER I
TAHUN 2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
2.1 Komunikasi Kelompok Pada Pelayanan Kesehatan......................................................... 5
1. Definisi Kelompok ........................................................................................................... 5
2. Cara Melakukan Komunikasi Pada Kelompok ................................................................ 6
3. Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Serta Hal yang Harus Diperhatikan dalam
Komunikasi Kelompok di Pelayanan Kesehatan ............................................................. 6
2.2 Komunikasi Interprofesional Pada Pelayanan Kesehatan ................................................ 6
1. Definisi Mitra Kerja dalam Bidang Kesehatan ................................................................ 6
2. Cara Melakukan Komunikasi Interprofesional Dalam Bidang Kesehatan ...................... 8
3. Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Serta Hal yang Harus Diperhatikan dalam
Komunikasi Interprofesional ............................................................................................ 9
2.3 Komunikasi pada Masyarakat atau Publik di Pelayanan Kesehatan .............................. 11
1. Definisi Komunikasi Publik ........................................................................................... 11
2. Cara Melakukan Komunikasi Publik di Pelayanan Kesehatan ...................................... 18
3. Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Serta Hal yang Perlu Diperhatikan Pada
Komunikasi Publik di Pelayanan Kesehatan .................................................................. 19
2.4 Komunikasi Massa Pada Pelayanan Kesehatan ............................................................. 20
1. Definisi Komunikasi Massa ........................................................................................... 20
2. Cara Melakukan Komunikasi Massa.............................................................................. 24
3. Hal yang Boleh Dilakukan dan Tidak Boleh Dilakukan Serta Hal yang Harus
Diperhatikan dalam Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan ............................. 29
BAB III ......................................................................................................................................... 33
1
PENUTUP..................................................................................................................................... 33
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 33
3.2 Saran .................................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 35
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
meningkatkan kualitas komunikasi dalam proses pelayanan kesehatan sehingga lebih efektif
dan maksimal seperti yang diharapkan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Kelompok
Perkembangan ilmu komunikasi dalam promosi kesehatan telah menjadi komponen
utama. Dalam hal komunikasi kesehatan pada pelayanan kesehatan primer harus dimulai
dengan dialog atau diskusi antara berbagai pihak seperti petugas kesehatan dan warga
lokal. Tantangan utama dalam komunikasi kesehatan terutama dalam promosi kesehatan
adalah bagaimana cara merangkul pelayanan primer dalam mensukseskan promosi
kesehatan yang diberikan. Komunikasi kelompok pelayanan kesehatan baik antara dokter
dan pasien merupakan komponen paling penting dan merupakan poin penting dalam
memberikan pelayan terhadap pasien. Keefektifan komunikasi yang baik antara dokter dan
pasien akan menciptakan keberhasilan dalam proses perawatan pasien, pengobatan yang
diberikan bertujuan untuk meningkatan status kesehatan pasien. (Liansyah, dkk. 2015).
Menurut Homan dalam Arishanti tahun 2005 kelompok adalah sejumlah individu
berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak
terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara
langsung. Kelompok adalah sejumlah orang yang terikat oleh kegiatan bersama dan saling
berinteraksi satu sama lain secara kontinyu. (Soejono, 2013).
Hodgetts dan Casio dalam Rohima tahun 2013 menyatakan bahwa bentuk dan jenis
pelayanan kesehatan tersebut terbagi menjadi dua yaitu :
1) Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok yaitu pelayanan kedokteran
(medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat berdiri sendiri
(solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution). Tujuan
utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
5
2) Pelayanan kesehatan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan yang termasuk dalam
kelompok pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan
cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi.
Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit dan sasaran utamanya adalah untuk kelompok dan masyarakat.
3. Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Serta Hal yang Harus Diperhatikan
dalam Komunikasi Kelompok di Pelayanan Kesehatan
6
pelayanan kesehatan (Barr, 2002). Komunikasi interprofessional adalah bentuk interaksi
untuk bertukar pikiran, opini dan informasi yang melibatkan dua profesi atau lebih dalam
upaya untuk menjalin kolaborasi interprofesi.
”Bring together a set of actors for the common goal of improving the health of
populations based on mutually agreed roles and principles”
7
2. Cara Melakukan Komunikasi Interprofesional Dalam Bidang Kesehatan
8
3) Mampu untuk menjalin komunikasi dua arah yang efektif antar petugas kesehatan
yang berbeda profesi
4) Berinisiatif membahas kepentingan pasien bersama profesi kesehatan lain.
5) Pembahasan mengenai masalah pasien dengan tujuan keselamatan pasien bisa
dilakukan antar individu ataupun antar kelompok profesi kesehatan yang berbeda.
6) Mampu menjaga etika saat menjalin hubungan kerja dengan profesi kesehatan yang
lain.
7) Mampu membicarakan dengan profesi kesehatan yang lain mengenai proses
pengobatan (termasuk alternatif/ tradisional)
8) Informasi yang bersifat komplimenter/ saling melengkapi: kemampuan untuk
berbagi informasi yang appropriate dengan petugas kesehatan dari profesi yang
berbeda (baik tertulis di medical record, verbal maupun non-verbal).
9) Paradigma saling membantu dan melengkapi tugas antar profesi kesehatan sesuai
dengan tugas, peran dan fungsi profesi masing-masing.
10) Negosiasi: Kemampuan untuk mencapai persetujuan bersama antar profesi kesehatan
mengenai masalah kesehatan pasien.
11) Kolaborasi: Kemampuan bekerja sama dengan petugas kesehatan dari profesi yang
lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
3. Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Serta Hal yang Harus Diperhatikan
dalam Komunikasi Interprofesional
1) Setiap individu dalam tim memiliki hak untuk mengemukakan dan menjelaskan
pendapatnya atau pandangan mereka untuk melakukan sesuatu tindakan.
2) Pesan yang diberikan, dalam bentuk lisan maupun tulisan, harus dinyatakan dengan
menggunakan bahasa serta ungkapan yang jelas dan mudah dimengerti oleh semua
individu dalam tim tersebut.
3) Setiap individu dalam tim menghindari perselisihan dan pertentangan sesama
individu dalam tim agar komunikasi atau hubungan yang terjalin lebih baik.
9
Menurut Potter dan Perry (2005) keefektifan komunikasi interprofesi dipengaruhi
oleh beberapa faktor :
1) Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi. Persepsi
terbentuk apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar profesi
yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi;
2) Lingkungan yang nyaman membuat seseorang cenderung dapat berkomunikasi
dengan baik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat membuat
kebingunan, ketegangan atau ketidaknyamanan;
3) Pengetahuan yaitu suatu wawasan akan suatu hal. Komunikasi interprofesi dapat
menjadi sulit ketika lawan bicara kita memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.
Keadaan seperti ini akan menimbulkan feedback negatif, yaitu pesan menjadi akan
tidak jelas jika kata-kata yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar
Konflik antar petugas kesehatan sangat penting karena pada gilirannya akan
mempengaruhi kualitas pelayanan kepada pasien. Ada 3 penyebab yang dapat
berdampak terhadap hubungan antar petugas kesehatan, yakni:
1) Role Stress
Menghadapi pasien setiap hari bukanlah suatu hal yang mudah. Petugas
kesehatan hampir setiap hari harus menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
nyawa seseorang, misalnya menentukan diagnosis penyakit fatal, menjelaskan
pengobatan yang kadang-kadang tidak menjanjikan kesembuhan,
menginformasikan prognosis yang tidak baik atau harus memberikan obat yang
harganya sulitdijangkau oleh pasien. Hal-hal ini sedikit banyak akan
mempengaruhi suasana hati dokter dan dapat mempengaruhi komunikasi
verbal dan non-verbalnya dengan sesamapetugas. Ada 2 hal yang termasuk
dalam role stress, yakni role conflict dan role overload.
a. Lack of interprofessional understanding. Kita mengharapkan semua
petugas kesehatan memahami perannya masing-masing dalam lingkungan
kerjanya. Dalam praktiknya, ternyata tidak demikian.Walaupun telah ada
kemajuan dalam memahami peran petugas lainnya, kebingungan atau
10
kesalahtafsiran tentang peran dari masingmasing petugas masih sering
terjadi.
b. Autonomy Struggles. Faktor ketiga adalah masalahotonomi, yakni “the
freedom to be self-governing or selfdirecting”.Pentingnya otonomi
digarisbawahi oleh Conway, yang menyatakan bahwa kapasitas untuk
melakukan otonomi sangat penting agar petugas dapat memenuhi peran
profesinya.Perbedaan tingkat otonomi pada petugas kesehatan dapat
memacu ketegangan interpersonal.Perawat misalnya sering menyatakan
kekesalannya karena rendahnya otoritas mereka untuk pengambilan
keputusan yang sederhana tetapi penting bagi keamanan atau kenyamanan
pasien.Di dalam menghadapi tantangan globalisasi, setiap petugas
kesehatan memerlukan otonomi sesuai dengan tugas dan kewajibannya
masing-masing.
2) Lack of Interprofessional Understanding,
3) Autonomystruggles
Dalam komunikasi interprofesi sebaiknya menghindari persaingan
pribadi, tujuan pribadi dan perbedaan prioritas, tidak mau menerima pendapat
atau merasa benar, menggunakan kata kata atau singkatan istilah yang belum
disepakati agar tidak terjadi miskomunikasi. Contohnya petugas rekam medis
akan melakukan pengkodean diagnosa untuk klaim BPJS, namun petugas tidak
dapat membaca tulisan dokter tersebut , sehigga petugas harus memastikannya
ke dokter yang bersangkutan agar tidak terjadi kesalahan.
11
Inggris, masyarakat disebut dengan "society" yang pengertiannya adalah interaksi
sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan.
b) Menurut The Lexicon Webster Dictionary cetakan tahun 1978, kata publik diserap
dari bahasa inggris public yang secara etimologis berasal dari bahasa latin, publicus
yang berarti for populicus dan populicus berasal dari kata populus yang berarti
people. Selanjutnya kata publik diartikan sebagai bukan perorangan, meliputi orang
banyak, berkaitan dengan atau mengenai suatu Negara, bangsa, atau masyarakat.
c) Menurut Herbert Blumer, pengertian publik adalah sekelompok orang yang
dihadapkan pada suatu permasalahan dengan berbagai pendapat menegenai
pemecahan persoalan tersebut, serta terlibat dalam diskusi mengenai persoalan
tersebut.
d) Menurut Emery Bogardus, mendefinisikan publik adalah sejumlah orang yang
bersatu dalam satu ikatan dan mempunyai pendirian sama terhadap suatu
permasalahan sosial.
e) Menurut Emile Durkheim, masyarakat adalah suatu objektif dari individu-individu
yang merupakan anggotanya.
f) Menurut Karl Marx adalah suatu struktur yang mengalami ketegangan organisasi
maupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok – kelompok
yang terpecah secara ekonomi
g) Menurut M. J. Herkovits adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan
mengikuti suatu cara hidup tertentu
h) Menurut J. L. Gillin dan J.P. Gillin adalah kelompok yang tersebar dengan perasaan
persatuan yang sama
i) Menurut Max Weber adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan
oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya
j) Menurut Selo Soemardjan adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan
k) Menurut Paul B. Horton adalah sekumpulan manusia yang relatif mandiri dengan
hidup bersama dalam jangka waktu cukup lama, mendiami suatu wilayah tertentu
dengan memiliki kebudayaan yang sama, dan sebagian besar kediatan dalam
kelompok itu
12
l) Secara umum masyarakat atau publik adalah sekumpulan individu pada suatu
wilayah atau daerah.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, hidup
bersama-sama cukup lama, mendiami suatu wilayah mandiri, memiliki kebudayaan
yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut
(Damsar dan Indrayani, 2016).
13
masyarakat, pelajar atau tenaga kesehatan lain, sosialisasi oleh kesehatan masyarakat
kepada siswa untuk mencuci tangan, dan masih banyak lagi. Dengan melakukan
komunikasi publik diharapkan penyampaian informasi, baik dengan tujuan informatif,
argumentatif, persuasif, dan ekspositif dapat dilakukan dengan efektif.
Menurut Hart, et al (1975) dalam Tubbs dan Moss (1996) mengemukakan
terdapat tiga aspek pengalaman komunikasi publik yaitu :
1) Komunikasi publik cenderung terjadi di tempat-tempat yang biasanya dianggap
sebagai tempat publik –auditorium, kelas, dan sejenisnya- daripada di tempat
tersendiri seperti di rumah, di kantor, dan di tempat khusus lainnya.
2) Pembicaraan publik lebih merupakan “kesempatan mengemukakan masalah
sosial” daripada kesempatan mengemukakan masalah-masalah informal dan tidak
terstruktur. Dimana pembicaraan publik telat direncanakan lebih dulu, mungkin
terdapat agenda dan acara lain dapat mendahului dan mengikuti penampilan
pembicara.
3) Komunikasi publik melibatkan normal perilaku yang relatf jelas.
Menurut Arni Muhammad, ada empat prinsip komunikasi public yang harus
diperhatikan yaitu:
14
7) Anticipation
b) Kredibilitas instrinsik
Merupakan citra yang diciptakan pembicara sebagai hasil dari
penyampaian informasinya.
15
c) Kredibilitas ekstrinsik
Kredibilitas yang telah melekat pada pembicara, bahkan sebelum
pembicara menyampaikan informasi. Terutama komunikasi pada
pelayanan kesehatan, pendukung penyampaian informasi kesehatan
dapat menjadi efektif apabila pembicara memiliki pengetahuan,
kemampuan dan kredibilitas. Apabila pembicara tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan tentang informasi kesehatan yang akan
disampaikan kepada publik, maka komunikasi tersebut tidak dapat
berhasil.
b. Pendengar
Pendengar adalah pihak yang menerima informasi yang diberikan
oleh pembicara. Kemampuan pembicara dalam menyampaikan informasi
dapat menjadi sia-sia pabila pendengar tidak dapat menagkap atau
memahami informasi yang disampaikan tersebut dengan baik. Oleh karena
itu pembicara harus dapat menganalisis masyarakat atau publik sebagai
penerima informasi yang akan disampaikan. Terdapat 2 analisis khalayak,
yaitu:
a) Analisis Demografi
Analisis ini dilakukan agar pembicara dapat menyesuaikan
informasi yang akan disampaikan sehingga lebih mudah untuk
diterima oleh pendengar tanpa mengubah arah tujuan dari
penyampaian informasi tersebut. Contoh dari analisis demografi
adalah analisis umur, jenis kelamin, latar belakang geografis.
16
Merupakan analisis pendengar yang dikaitkan dengan tujuan
yang akan dicapai. Contonya adalah data pendukung untuk
menyampaikan informasi.
17
8) Analisis khalayak pendengar lebih sulit dan lebih tidak akurat
karena pembicara berinteraksi dengan banyak orang secara
serentak.
9) Terkadang susah untuk memusatkan perhatian pendengar
karena banyak yang menarik perhatian publik.
10) Jumlah perubahan pesan relatif banyak karena diterima oleh
lebih banyak orang.
18
4. Mengumpulkan topik pembicaraan, informasi dapat diperoleh dari
mediainternet yang memiliki kredibilitas yang baik dan dari sumber buku.
5. Mengorganisasi materi agar penyampaiannya menjadi lebih terstruktur.
6. Memakai perangkat bantu, seperti alat peraga, grafik, diagram, dll.
7. Memperhatikan aspek nonverbal yang mencakup aspek visual (penampilan,
postur, kontak mata, gerakan-gerakan tubuh, dan ekspresi wajah) dan audio
(volume suara, artikulasi, intonasi, kecepatan bicara).
3. Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Serta Hal yang Perlu
Diperhatikan Pada Komunikasi Publik di Pelayanan Kesehatan
19
Dalam penyampaian informasi pada komunikasi publik di pelayanan
kesehatan tetap harus menghindari beberapa hal sebagai berikut (Mediarsy, et al,
2016) :
20
Komunikasi massa adalah proses untuk memproduksi dan mensosialisasi atau
institusionalisasi (difusi, membagi) pesan/ informasi dari sebuah sumber kepada sasaran
penerima, (Liliweri). Ada dua ciri khas utama dari komunikasi massa yaitu karakteristik
MEDIA dan MASSA. Istilah media meliputi perangkat keras/industri pembagi informasi,
dan istilah massa digunakan untuk menerangkan sifat dari sasaran komunikasi massa
yaitu luas, kelompok yang “tidak teridentifikasi” dengan mudah, dan berada pada area
geografis yang berbeda. Unsur-unsur komunikasi massa meliputi pengirim pesan, media,
penerima, dampak, gangguan, dan konteks.
Kekuatan media massa terus meningkat. Bagian dari kekuatan ini berasal dari
pengaruh media pada opini publik dan keputusan sehari-hari masyarakat. Seringkali
masyarakat umum melihat media massa sebagai sumber informasi yang obyektif. Faktor
penting lainnya yaitu terkait dengan hubungan media dengan pengambil keputusan dan
pemangku kepentingan di seluruh dunia, termasuk pemerintah dan organisasi multilateral
serta sektor nirlaba dan bisnis. Selain daya tarik media hiburan, kedua faktor ini telah
berkontribusi pada peningkatan kekuatan media massa. Karena media massa adalah
saluran utama komunikasi massa di masyarakat barat, persaingan untuk liputan media
cukup sengit. Orang mengandalkan media sebagai sumber berita utama mereka dan
semakin dikondisikan dalam pilihan kesehatan, politik, atau kehidupan mereka dengan
apa yang mereka dengar atau baca (Fog, 1999).
21
perasaan mereka tentang perlunya pencegahan atau pengobatan. Liputan media juga dapat
memengaruhi apa yang orang makan atau lakukan di waktu senggang mereka. Ini dapat
membantu mengurangi stigma yang terkait dengan banyak penyakit atau memutus siklus
kesalahan informasi dan tentang kondisi kesehatan yang kurang terdiagnosis, kurang, atau
tidak dilaporkan. Media dapat membantu meyakinkan pembuat kebijakan untuk
mengembangkan kebijakan pencegahan atau pengobatan baru. Singkatnya, terutama di
Amerika Serikat dan sebagian besar Eropa, di mana ada budaya media yang tersebar luas,
media massa dapat memiliki dampak besar pada perilaku kesehatan masyarakat. Bahkan,
di rumah rata-rata AS, “waktu per hari TV itu menyala 7 jam dan 40 menit” (TV-Turnoff
Network, 2005).
Masyarakat saat ini tidak sering bertemu dengan teman-teman mereka, sehingga
media dapat menjadi lebih berpengaruh daripada orang-orang yang sebenarnya.
Kampanye media massa telah terbukti efektif dalam membantu meningkatkan tingkat
imunisasi (Porter dan lain-lain, 2000; Paunio dan lain-lain, 1991), pengetahuan vaksinasi
(McDivitt, Zimicki, dan Hornik, 1997), skrining kanker serviks di antara wanita Hispanik
(Ramirez dan lainnya, 1999), kesadaran akan risiko yang terkait dengan merokok
(Murray, Prokhorov, dan Harty, 1994), dan penggunaan tembakau (Centers for Disease
Control, 1994b). Daftar pengaruh media (positif atau negatif) pada keyakinan dan
perilaku kesehatan sangat besar. Media massa telah mendefinisikan konsep kesehatan dan
kebugaran dengan menggunakan contoh seperti selebriti yang sehat dan bugar. Kadang-
kadang media massa seperti ini digunakan untuk tujuan yang benar (misalnya, mendorong
orang untuk berolahraga atau mengingatkan tentang pemeriksaan medis tahunan mereka),
tetapi kadang mereka mempromosikan perilaku tidak sehat seperti merokok.
22
kekuasaan lainnya. Ketiga difusi inovasi adalah komunikasi dua tahap, di dalamnya di
kenal pula adanya pemula pendapat atau agen perubahan dan sangat menekankan pada
sumber non-media (sumber personal, tetangga, ahli, dan teman). Sedangkan pendekatan
teori untuk mempengaruhi masyarakat yaitu teori agenda-setting yang mengungkapkan
bahwa audiens tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya dari media
massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu cara
media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. Teori kedua yaitu
dependensi mengenai efek komunikasi massa, merupakan pendekatan struktur sosial
yang mana media massa dianggap sebagai sistem informasi yang berperan penting dalam
proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok atau
individu dalam aktivitas kelompok. Teori ketiga adalah spiral of silence, menjelaskan
bahwa individu pada umumnya berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian
mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Teori keempat yaitu information gaps,
menjelaskan meningkatnya informasi akan menghasilkan melebarnya celah/jurang
pengetahuan daripada mempersempitnya.
Karakteristik sebuah media massa yaitu tersusun dalam suatu organisasi yang
formal dan kompleks, berhubungan langsung dengan audiens luas, mengarah kepada
kepentingan publik karena isinya terbuka untuk umum dan oleh karena itu pesan media
dibagi kepada publik yang relatif tidak terstruktur dan informal. Karakteristik selanjutnya
yaitu audiens, audiens disini bersifat majemuk, ada banyak kondisi di kalangan audiens
yang berbeda, mereka ada dalam suatu area yang luas dan terpisah satu sama lain.
Berikutnya yaitu media massa yang dapat mengembangkan kontak yang serentak dengan
jumlah orang banyak dalam jarak yang jauh dari sumber berita meskipun mereka terpisah
satu sama lain. Karakteristik terakhir adalah hubungan antara komunikator bersifat unik
dan kolektif.
Dari keenam karakteristik di atas, tujuan media dalam komunikasi massa kesehatan
yaitu menciptakan iklim bagi penerimaan dan perubahan nilai, sikap, dan perilaku
kesehatan. Kemudian mengajarkan keterampilan mendengarkan, membaca, menulis hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, untuk pengganda sumber daya pengetahuan,
kenikmatan dan anjuran tindakan kesehatan, dapat membentuk pengalaman baru terhadap
23
perilaku hidup sehat dari statis ke dinamis. Tujuan berikutnya, meningkatkan aspirasi di
bidang kesehatan, mengajarkan masyarakat menemukan norma dan etika penyebarluasan
informasi di bidang kesehatan atau layanan komunikasi kesehatan. Berpartisipasi dalam
keputusan atas hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, mengubah struktur kekuasaan
antara produsen dan konsumen di bidang kesehatan, dan menciptakan rasa
kebanggaan/kesetiaan terhadap produk, dan lain-lain.
Menurut Arifin (1984) strategi dalam melakukan komunikasi massa adalah sebagai
berikut :
a. Mengenal Khalayak
Khalayak merupakan orang banyak yang menjadi sasaran pidato atau media
massa yang disebut dengan Massa.mengenal khalayak merupakan langkah pertama
bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Khalayak tu sama sekali
tidak pasif, tetapi aktif, sehingga antara komunikator dan komunikan bukan bukam
sakja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi.
Dalam proses komunikasi, baik komunikator maupun khalayak,
mempunyai kepentingan yang sama. Tanpa persamaan kepentingan, komunikasi
tak mungkin berlangsung. Justru itu, untuk berlangsungnya suatu komunikasi dan
kemudian tercapainya hasil yang positif, maka komunikator harus menciptakan
persamaan kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan, metoda, dan
media.
Untuk menciptakan persamaan kepejntingan tersebut, maka komunikator
harus mengerti dan memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi
khalayak secara tepat dan seksama, yang meliputi:
1) Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri dari:
a) Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan
b) Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media yang
digunakan
c) Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata yang digunakan
24
d) Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma
kelompok dan masyarakat yang ada
e) Situasi di mana khalayak itu berada
Dengan sendirinya hal-hal tersebut dapat diketahui melalui orientasi,
penjajakan atau penelitian. Kesemuanya ini merupakan usaha untuk mengadakan
identifikasi mengenai publik.
b. Menyusun Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam
perumusan starteg, ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi.
Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mempu
membangkitkan perhatian.
Dalam masalah ini, Wilbur Scaramm (1995) mengajukan syarat-syarat
untuk berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut:
a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan
itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.
b. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman
yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu.
c. Pesan harus membengkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan
menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.
d. Pesan harus menyaran kan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang
layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan untuk
memberikan jawaban yang dikehendaki.
Menurut Arifin (1984) isi pesan yang menarik perhatian tidak lain daripada
yang memuat kebutuhan pribadi dan kebutuhan kelompok.
c. Menetapkan Metoda
25
komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi
pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk
pernyataann atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang
(menurut cara pelaksanaannya), dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu metoda
redundancy (repetition) dan Canalizing. Sedang yang kedua (menurut bentuk isinya)
di kenal metoda-metoda : informatif, persuasif, edukatif, dan kursif.
1. Pers
Pers adalah semua barang cetakan seperti buku, majalah, buletin, surat
kabar, brosur, pamflet, dan lain-lainnya, yang isinya mengandung idea atau
pemberitahuan kepada umum. Brosur, folder, leaflet atau pamflet merupakan
informasi tertulis mengenai subyek khusus yang panjangnya bervariasi. Hal
tersebut dikelompokkan sebagai jenis komunikasi media massa karena
dipersiapkan dalam jumlah banyak untuk disebarluaskan. Brosur, leaflet, dan
booklet sebagai media komunikasi grafis dianggap paling efektif, karena ketiga
bentuk media cetak ini dirancang untuk dapat langsung ke pembaca (Yayan,
2010:71). Media cetak (misalnya, Siaran pers, artikel yang diedit, surat ke
editor, surat kabar nasional, cetak pengumuman layanan publik, media
majalah) peringatan
26
2. Radio
Radio memperoleh lambang-lambang komunikasi yang berbunyi yang
diterima oleh telinga (bersifat audial). Jadi radio masuk pada jenis media
berbentuk ucapan atau bunyi (the spoken words).
Lambang-lambang komunikasi yang berbunyi yang diterima oleh
pesawat penerima radio dipancarkan atau disiarkan dari studio radio. Dari
studio radio inilah disiarkan program radio (berita, musik, reportase, dan lain-
lain), yang serentak dapat diterima oleh ratusan ribu orang pada tempat yang
relatif tak terbatas melalui pesawat radio. Ini dilakukan atas
bantuangelombang-gelombang radio yang didasarkan pada tenaga listrik.
Demikianlah medium ini, sehingga kelihatan bahwa radio lebih dinamis
dari surat kabar, dan kini telah merupakan medium komunikasi massa yang
penting. Apalagi dewasa ini telah dapat sampai di pelosok-pelosok, di
gunung-gunung dan di mana saja, karena adanya radio transistor dengan
baterai yang tak perlu lagi bergantung pada aliran listrik. Pada hakekatnya
radio adalah alat komunikasi massa dalam arti saluran pernyataan manusia
yang umuma tau terbuka dan meyalurkan lambang-lambang yang berbunyi
berupa program-program yang teratur, yang isinya aktual dan meliputi segala
segi perwujudan kehidupan masyarakat.
Program media massa di radio (siaran berita Radio lokal dan nasional,
layanan radio publik stasiun radio) yaitu seperti pengumuman dan wawancara
langsung dengan ahli (melalui telepon atau di studio).
3. Film
Film dapat ditonton oleh beribu-ribu manusia secara berangsur-angsur,
atsu diputar beberapa bioskop dengan jalan membuat beberapa kopy film.
Dengan demikian penonton film tetp bersifat massal. Film pada hakekatnya
adalah alat komunikasi massa dalam arti saluran pernyataan manusia yang
umum atau terbuka, dan menyalurkan lambang-lambang dalam bentuk
bayangan-bayangan hidup di atas layar putih yang isinya perwujudan
kehidupan masyarakat.
27
4. Televisi
Televisi adalah alat komunikasi massa dalam arti saluran pernyataan
manusia yang umum atau terbuka dan menyalurkan lambang-lambang yang
berbentuk bayangan-bayangan hidup dan bersuara, yang isinya aktual
meliputi perwujudan kehidupan masyarakat (Arifin. 1984).
Rupanya medium paling unik, dan boleh dikatakan paling sempurna,
ialah televisi, yang lahir kemudian diantara ketiga medium di atas. Pendek
kata, keunikan-keunikan radio dan film, mengumpul seluruhnya pada televisi
ini sedang sebaliknya kekurangan-kekurangan pada radio dan film, pada
televisi sudah tidak dijumpai. Kecuali kelebihan-kelebihan yang terdapat
dalam surat kabar atau baran bercetak lainnya, kita tidak dapat dijumpai
dalam televisi ini (Arifin. 1984).
Program televisi sebagai media massa contohnya siaran pers nasional,
siaran berita video, stasiun TV lokal, pengumuman layanan publik (Schiavo,
2007).
Media yang dapat digunakan untuk promosi kesehatan antara lain media
elektronik, media cetak, dan media lain. Media elektronik meliputi radio,
28
televisi, internet, telepon, telepon genggam, dan teleconference. Media
selanjutnya yaitu media cetak seperti, majalah, koran, selebaran (leaflet dan
flyer), booklet, papan besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph, bulletin
board. Media lain dapat menggunakan surat. Setelah dipilih metode yang
sesuai, kemudian tentukan media yang akan digunakan untuk dalam pendidikan
kesehatan tersebut. Media yang dapat digunakan antara lain media elektronik
meliputi radio, televisi, internet, telepon, telepon genggam, dan teleconference.
Media selanjutnya yaitu media cetak seperti, majalah, koran, selebaran (leaflet
dan flyer), booklet, papan besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph,
bulletin board. Media lain dapat menggunakan surat. Beberapa media promosi
kesehatan juga digunakan sebagai alat peraga jika pendidik kesehatan bertemu
langsung dengan partisipan dalam proses promosi kesehatan. Misalnya media
poster dapat dianggap sebagai alat peraga sebagai gambar. (Ferry dan
Makhfudli, 2009).
3. Hal yang Boleh Dilakukan dan Tidak Boleh Dilakukan Serta Hal yang Harus
Diperhatikan dalam Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan
a. Hal yang Boleh Dilakukan dalam Komunikasi Massa Pada Pelayanan Kesehatan
1. Pesan yang disampaikannya kepada komunikan harus komunikatif dalam arti
dapat diterima secara rohani dan inderawi (Effendy 1985)
2. Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum (Effendy 1985).
3. Dalam mengenali kerentanan orang dewasa muda dan remaja terhadap pesan
media yang mendorong perilaku merokok, maka ada pembatasan bentuk iklan atau
kegiatan yang akan secara langsung menargetkan kelompok usia ini (Schiavo,
2007)
b. Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Komunikasi Massa Pada Pelayanan Kesehatan
1. Pesan yang disampaian tidak boleh bertentangan dengan agama, adat kebiasaan,
dan sebagainya (Effendy 1985).
2. Tidak ditunjukkan kepada perseorangan dan kelompok orang tertentu (Effendy
1985).
29
3. Menggunakan istilah teknis dalam menulis siaran pers dan berbicara dengan
wartawan (ESRC, 2005b).
c. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi massa adalah :
1. Mengenali Sasaran Komunikasi
30
b. Faktor situasi dan kondisi
Yang dimaksud situasi dan kondisi ialah situasi komunikasi pada saat
komunikan akan menerima pesan yang disampaikan. Situasi yang bisa
menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang
tiba-tiba pada saat komunkasi dilancarkan (Effendy, 1992)..
31
Menurut Smolensky dan Harr (1972) dalam (Ferry dan Makhfudli, 2009)
efektivitas media massa dipengaruhi oleh tujuh faktor. Pertama, kredibilitas yang
artinya sumber komunikasi harus kompeten dan dapat dipercaya. Kedua, konteks
yaitu pesan pendidikan kesehatan relevan dengan sasaran dan memberikan
kesempatan bagi sasaran untuk berpartisipasi. Ketiga, yaitu isi, pesan benar-benar
harus memiliki isi. Keempat yaitu kejelasan, sasaran mengerti pesan kesehatan yang
disampaikan. Kelima yaitu kesinambungan, artinya meskipun diulang dengan
berbagai variasi, pesan dasar cukup konsisten sehingga sasaran tidak bingung.
Keenam yaitu media, pesan disampaikan melalui media massa yang sering digunakan
oleh sasaran. Terakhir yaitu kemampuan, jadi sasaran mampu melakukan yang
diminta sesuai dengan isi pesan dengan usaha seminimal mungkin.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
33
2. Dalam komunikasi interprofesi sebaiknya menghindari persaingan pribadi, tujuan
pribadi dan perbedaan prioritas, tidak mau menerima pendapat atau merasa benar,
menggunakan kata kata atau singkatan istilah yang belum disepakati agar tidak terjadi
miskomunikasi.
3. Dalam melakukan komunikasi publik sebaiknya memperhatikan poin-poin penting
yang harus dilakukan yaitu memahami nilai kebudayaan masyarakat setempat,
menyampaikan informasi kesehatan yang jelas dan mudah dipahami, memberikan
kesan antusias pada masyarakat.
4. Dalam melakukan komunikasi massa sebaiknya mengenali sasaran komunikasi,
melakukan pemilihan media komunikasi, dan melakukan pengkajian tujuan pesan
komunikasi,
34
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Strategi Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: Armico. 1984
Ananda Putri, Rohima. 2013. Pengaruh Sikap Tenaga Kesehatandan Ketersediaan Obat
Terhadap Tingkat Kepuasan Masyarakat Pemegan Kartu Jamkesmas Rumah Sait
Ahmad Ripin Kabupaten Muaro Jambi. Jambi; Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta
( diunduh pada 25 September 2018 pukul 13.05)
Berridge, E.-J., Mackintosh, N.J. & Freeth, D.S. (2010). Supporting patient safety: examining
communication within delivery suite teams through contrasting approaches to research
observation. Midwifery, 26(5), pp.512-9. Accesed on 25 September, 2018 From
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20696506
Centers for Disease Control and Prevention. Addressing Emerging Infectious Disease Threats:
A Prevention Strategy for the United States. Atlanta, Ga.: Public Health Service, 1994a.
DES Action Canada and Working Group on Women and Health Protection. “Protecting Our
Health: New Debates.” http://www.whp-apsf.ca/ pdf/dtca.pdf. Retrieved Jan. 2006
Damsar dan Indrayani. (2016). Pengantar Sosiologi Pedesaan Edisi Pertama. Jakarta :
Kencana.
35
Depkes RI. (2006). Kemitraan Dan Peran Serta, promosi kesehatan . Accesed on 25 September
2018 From webmaster@ promokes.qo.id.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
1992
FK UGM (2014). Buku Acuan Umum CHC IPE. Accesed on 25 September, 2018 From
gamel.fk.ugm.ac.id/pluginfile.../Buku%20Acuan%20Umum-CFHC%20IPE-2014.pdf
Indrizal, Edi. 2014 Diskusi Kelompok Terarah Focus Group Discusion (FGD). Padang; Jurnal
Universitas Andalas (diunduh pada 25 September 2018 pukul 13;34)
Kumala, P. 1995. Manajemen pelayanan kesehatan primer. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122823-S-5461-Gambaran%20kemitraan
Tinjauan%20literatur.pdf
Liansyah, Tita dkk. 2015. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan Primer. Aceh;
Jurnal Universitas Syiah Kuala (diunduh pada 24 September 2018 pukul 11.36)
McDivitt, J. A., Zimicki, S., and Hornik, R. C. “Explaining the Impact of a Communication
Campaign to Change Vaccination Knowledge and Coverage in the Philippines.” Health
Communication, 1997, 9, 95–118.
36
Mediarsy, A, et al. (2016). Komunikasi Kesehatan.
https://www.academia.edu/28629685/Komunikasi_Interproffesional.docx.
Diakses pada 25 September 2018.
Mintzes, B., and Baraldi, R. “Direct-to-Consumer Prescription Drug Advertising: When Public
Health Is No Longer a Priority.” http://www. whp-
apsf.ca/en/documents/dtca_priority.html. Retrieved Jan. 2006.
Mintzes, B., and others. “Influence of Direct to Consumer Pharmaceutical Advertising and
Patients’ Requests on Prescribing Decisions: Two Site Cross Sectional Survey.” British
Medical Journal, 2002, 324, 278–279.
Paunio, M., and others. “Increase of Vaccination Coverage by Mass Media and Individual
Approach: Intensified Measles, Mumps, and Rubella Prevention Program in Finland.”
American Journal of Epidemiology, 1991, 133(11), 1152–1160.
Ramirez, A. G., and others. “Advancing the Role of Participatory Communication in the
Diffusion of Cancer Screening Among Hispanics.” Journal of Health Communication,
1999, 4(1), 31–36.
37
Severin, Werner J., dan Tankard, Jr.,James W., Communicatin Theories, Origins Methodes.
Uses, Hasting House, Publishers, New York, 1979.
38