Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:
Dita Mutiara Irawan, S.Ked
(712017049)

Penguji:
dr. Meidian Sari, Sp.Kj

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT DR. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

1
Laporan Kasus berjudul

SKIZOFRENIA PARANOID

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Dita Mutiara Irawan, S.Ked.
(712017049)

Pembimbing:
Dr. Meidian Sari, Sp.Kj

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior(KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
DR. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang periode 5 November 2018 – 2 Desember 2018.

Palembang, November 2018


Dosen Pembimbing

Dr. Meidian Sari, Sp.Kj


Spesialis Jiwa

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Skizofrenia Paranoid” sebagai salah satu syarat ujian tahap profesi. Shalawat
dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporang kasus ini, penulis mendapat bantuan,
bimbingan dan arahan maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikanterima
kasih kepada:
1. Dr. Meidian Sari, Sp.Kj., selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang telah banyak membantu dengan doa yang tulus dan
memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang turut membantu dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, November 2018

Penulis

3
BAB I
STATUS PENDERITA

I. IDENTIFIKASI PENDERITA
Nama : Tn. M
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku / Bangsa : Palembang / Indonesia
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Pengamen
Agama : Islam
Alamat : Jl. Griya Rondik Lrg. Cempedak kayuara
Datang ke RS : Rabu, 14 November 2018, Pk. 20.14 WIB
Cara ke RS : Diantar keluarga menggunakan mobil
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat
RS.dr. Ernaldi Bahar Palembang

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan penderita pada Rabu, 14 November 2018
2. Alloanamnesis dengan suami penderita pada Rabu, 14 November 2018

A. Sebab Utama
Mengamuk dan merusak barang.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ernaldi
Bahar dibawa oleh keluarganya karena mengamuk sejak ± 3 jam yang
lalu. Menurut pengakuan dari kakak kandung pasien yang tinggal satu
rumah bersama pasien, pasien keluyuran tanpa menggunakan pakaian
sambil berbicara sendiri dan diselingi dengan mengamuk serta
melempar-lempar barang jualanan keluarganya.
Sejak ± 3 hari yang lalu, Pasien tiba-tiba tampak kaget, terdiam,
kemudian pasien melepaskan semua pakaiannya dan berlari ke luar
rumah mengelilingi daerah rumahnya. Pasien juga mengambil jualanan
milik tetangganya. Tiba-tiba saat pasien berlari, pasien terjatuh
sehingga kepala pasien membentur besi dan mengalami luka robek.
Pasien dibawa ke RS AK. Ghani, namun luka robek dijahit.

4
Keluarga mengaku bahwa sejak ± 2 minggu yang lalu, pasien
mulai sulit tidur, bahkan terkadang tidak tidur sama sekali. Pasien
mulai sering berbicara sendiri, tertawa/menangis sendiri. Pasien juga
sering mengobrak-abrik dan melempar barang di rumahnya. Pasien
sudah tidak dapat merawat dirinya sendiri (tidak mau mandi) dan
ketika dipaksa mandi pasien hanya berendam di dalam bak mandi.
Namun, pasien masih mau makan, minum dan rutin mengonsumsi
obat.
Sejak ± 2 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RS Ernaldi
Bahar karena mengambil barang-barang milik warga. Saat itu pasien
sering berbicara sendiri, tertawa atau menangis sendiri, mudah
tersinggung dan marah saat diajak keluarganya berbicara. Pasien juga
sering monda-mandir di depan rumah tetangganya, lalu menggambil
barang-barang milik tetangganya. Saat itu pasien juga sudah tidak mau
merawat dirinya sendiri. Pasien mengaku tidak mau makan kalau
makanannya tidak dimasak di depannya karena pasien yakin akan
diracuni oleh orang yang memasak. Pasien juga sudah pernah dirawat
di RS Ernaldi Bahar dengan keluhan yang sama pada tahun 1997.
Pasien rutin kontrol dan mengonsumsi obat.
Dari anamnesis yang dilakukan kepada pasien. Pasien mengaku
bahwa ada seseorang yang mengajak dirinya berbicara. Pasien
mengaku adanya bisikan yang memerintahkannya untuk melempar
barang keorang lain. Pasien juga melihat sesuatu yang tidak dilihat
orang lain, pasien melihat diseluruh ruangan termasuk diflavon rumah
banyak mata mata yang melihatnya. Pasien sering mendengar bisikan.
Bisikan yang menyuruh pasien untuk berlari keluyuran di sekitar
rumahnya tanpa menggunakan pakaian. Pasien merasa bahwa
keluarganya sering membicarakan hal-hal yang buruk mengenai
dirinya dan akan mencelakai dirinya, sehingga pasien berusaha untuk
menyelamatkan dirinya dengan sering mengamuk dan melempar
barang di rumahnya. Pasien juga merasa bahwa dirinya adalah seorang
hebat dan pasien juga merasak ada yang masuk ke dalam dirinya dan
mengendalikannya melalui kaki.

5
III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Penderita sudah 2 kali dirawat di RS Dr Ernaldi Bahar Palembang pada
tahun 2016 dan tahun 1997 dengan keluhan yang sama.

B. Riwayat Kondisi Medis Umum

1. Riwayat asma (-)


2. Riwayat demam tinggi (-)
3. Riwayat hipertensi (-)
4. Riwayat kejang (-)
5. Riwayat stroke (-)
6. Riwayat DM (-)
7. Riwayat Hiper/hipotiroid (-)
8. Riwayat thyoid (-)
9. Riwayat alergi (-)
10. Riwayat Merokok (+)

C. Penggunaan Zat Psikoaktif


Penderita tidak pernah memakai zat psikoaktif apapun.

IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat Premorbid
1. Bayi : Menurut keluarga penderita lahir spontan, cukup bulan
dan ditolong oleh dukun beranak.
2. Anak : Menurut keluarga penderita banyak teman dan periang.
3. Remaja : Menurut keluarga penderita banyak teman dan periang.
4. Dewasa : Menurut keluarga penderita banyak teman dan periang.

B. Situasi Kehidupan Sekarang


Penderita tinggal bersama kedua orang tua dan kakak kandungnya.

C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama seperti pasien
tidak ada.

Tn.M, Laki-laki 43 tahun

6
D. Riwayat pendidikan
SD : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
SMA : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata

E. Riwayat pekerjaan
Pengamen

F. Riwayat pernikahan
Penderita belum pernah bekerja.

G. Agama
Penderita beragama Islam

H. Riwayat pelanggaran hukum


Penderita belum pernah berurusan dengan pihak berwajib.

I. Persepsi Tentang Diri dan Kehidupan


Penderita merasa bahwa keluarganya sering membicarakan hal-hal
yang buruk tentang dirinya dan akan mencelakai dirinya.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Penderita berjenis kelamin laki-laki berusia 45 tahun pada saat
wawancara penderita berpakaian yang cukup rapi dan berkopiah
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Tenang
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kontak (+), adekuat, kooperatif terhadap pemeriksa.

B. Mood dan Afek


1. Mood : Iritabel
2. Afek : Sesuai
3. Keserasian : Serasi antara pikiran, perasaan, dan perilaku

C. Pembicaraan
koheren (+)

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi : Halusinasi auditorik (+) ada,
halusinasi visual (+), Ilusi (-).

7
2. Depersonalisasi dan derealisasi : (-)

E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : koheren (+)
- Produktivitas : Baik
- Kontinuitas : Kontinu
- Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran :
- Preokupasi : (-)
- Gangguan pikiran : Waham kejar (-), waham curiga (+), thougt
of insertion (+) Waham Kebesaran (+)

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Tingkat kesadaran dan kesigapan : compos mentis
2. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
3. Daya ingat
- Daya ingat jangka panjang : cukup baik
- Daya ingat jangka segera : cukup baik
- Daya ingat jangka pendek : Baik
- Daya ingat segera : Baik
4. Konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Kemampuan membaca dan menulis : Baik
6. Kemampuan visuospasial : Baik
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Terganggu, sudah tidak
mau mandi sehari, makan 2 kali sehari.

G. Pengendalian Impuls
Impulsivitas (+) ada.

H. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Baik
2. Penilaian realita : RTA terganggu dalam hal pikiran, perasaan,
perbuatan, dan perilaku.
3. Tilikan : Derajat 2, ambivalensi terhadap penyakitnya.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Penjelasan yang diberikan penderita kurang dapat dipercaya.

8
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
Pemeriksaan dilakukan pada hari selasa, 14 November 2018
A. Status Internus
- Keadaan umum : cukup stabil
- Kesadaran : compos mentis terganggu
- Tanda vital : TD : 110/70 mmHg
N : 105 x/menit
RR : 18 x/menit
Temp : 37 0C
- Kepala : normosefali, conj. palpebra tidak anemis,
sklera ikterik (-), tampak bekas luka.
- Thorax : Jantung : SI-SII normal, suara tambahan (-)
Paru : vesikuler normal (+)
- Abdomen : datar, lemas, nyeri epigastrium (-), BU (+) normal
Pembesaran hepar dan lien (-)
- Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-)

B. Status Neurologikus
GCS: 15
E : membuka mata spontan (4)
V : berbicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
Fungsi sensorik : tidak terganggu
Fungsi motorik : kekuatan otot tonus otot

N N
N N
Ekstrapiramidal sindrom :
Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal seperti tremor (-),
bradikinesia (-), dan rigiditas (-).
Refleks fisiologis : normal
Refleks patologis : tidak ditemukan reflex patologis

VII. IKHTISAR PENEMUAAN BERMAKNA


Berdasarkan wawancara psikiatri didapatkan informasi bahwa
penderita seorang laki-laki berusia 43 tahun, asal Palembang, pendidikan
terakhir tamat SMA, saat ini penderita bekerja sebagai pengamen.
Penderita dibawa ke RS.dr. Ernaldi Bahar Palembang pada Rabu, 14
November 2018 dengan keluhan mengamuk dan melempar barang ±3 jam
sebelum masuk rumah sakit.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan pasien berpakaian cukup
rapi dan berkopiah. Selama pemeriksaan penderita kooperatif. Suasana
mood penderita eutimik dan afek sesuai.
Selama pembicaraan penderita tampak koheren. Tampak gangguan

9
persepsi berupa halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Proses dan
bentuk pikiran dengan produktivitas baik dan kontinu. Gangguan pikiran
pada penderita ditemukan terdapat waham curiga dan waham mengancam.

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan
pemeriksaan, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan
perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan
(distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial.
Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien
ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status internus tidak ditemukan riwayat kejang
pada penderita. Selain itu, pada penderita tidak ditemukan riwayat
hipertensi serta tidak ditemukan riwayat penyakit metabolik lainya
(Diabetes Mellitus, Hipo/hipertiroid) dan juga riwayat trauma kepala
disangkal. Status neurologis tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologi dapat
menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan kejiwaan yang
diderita selama ini. Dengan demikian diagnosis gangguan mental oganik
(F00 – F09) tidak dapat ditegakkan pada penderita ini.
Pada penderita tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat
psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan
fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-19).
Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena
adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan
halusinasi visual. Gangguan isi pikir yaitu waham curiga dan waham
kebesaran. Berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I
adalah F20.0 Skizofrenia Paranoid.
Aksis II
Pada pasien memiliki beberapa ciri dimana pasien cenderung sulit
memaafkan orang lain dan sering curiga terhadap orang lain. Pada

10
diagnosis multiaksial aksis II didapatkan ciri kepribadian paranoid.
Aksis III
Pada diagnosis multiaksial aksis III ditemukan adanya gangguan
kondisi medik umum yang menyertai penderita. Maka pada aksis III Tidak
ada diagnosis.
Aksis IV
Pada penderita untuk aksis IV yaitu Masalah perekonomian yang
kurang.

Aksis V
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF)
Scale 60-51 gejala sedang (moderate, disabilitas sedang)

IX. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Gangguan Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak Ada Diagnosis
Aksis IV : Masalah perekonomian yang kurang
Aksis V : GAF Scale 60-51

X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.
B. Psikologik
Penderita mengalami halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham
rujukan.
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Penderita tinggal dengan kedua orang tua dan kakak kandungnya.

XI. PROGNOSIS
A. Quo ad vitam : Bonam
B. Quo ad functionam : Bonam
C. Quo ad sanasionam : Dubia ad bonam

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka

11
1. Trihexyphenidyl 3x2 mg
2. Risperidon 2x2 gr
3. Merlopam 1x2mg

B. Psikoterapi
1. Terhadap penderita
a. Edukasi terhadap penderita agar memahami gangguannya lebih
lanjut, cara pengobatan dan penanganannya, efek samping yang
dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan
dalam minum obat.
b. Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa
percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian
kualitas hidup yang baik.
2. Terhadap keluarga
a. Menggunakan metode psiko-edukasi dengan menyampaikan
informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan
penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang
dapat dilakukan sehingga keluarga dapat memahami dan
menerima kondisi penderita serta membantu penderita dalam
hal minum obat serta kontrol secara teratur dan mengenali
gejala-gejala kekambuhan untuk segera dikonsultasikan.
b. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya
peran keluarga pada perjalanan penyakit dan proses
penyembuhan penyakit pada penderita.

12
BAB II
DISKUSI

Pada kasus ini, pasien berinisial Tn. M, seorang laki-laki usia 43 tahun.
Dari hasil autoanamnesis dan alloanamnesis didapati bahwa pasien mengalami
perubahan perilaku yang dimulai sejak ± 21 tahun yang lalu. Pasien dibawa ke
IGD RS Ernaldi Bahar karena mengamuk dan berkeluyuran tanpa menggunakan
pakaian, sebelumnya pasien sering melempar barang. Menurut keluarganya,
pasien sering berbicara sendiri dan mendengar bisikan. Pasien sering keluar dan
berjalan jauh. Dari hasil autoanamnesis dan observasi kepada pasien, tampak
mood yang irritable dengan afek yang sesuai dan serasi terhadap apa yang sedang
dikatakan.1,3
Pasien dapat berbicara dengan lancar tanpa adanya hendaya berbahasa,
berbicara spontan. Terdapat gangguan isi pikir pasien berupa waham paranoid
berupa waham curiga, dan waham kebesaran Saat dianamnesis masih adanya
kontak fisik seperti tatapan mata terhadap pemeriksa dan adekuat. Selain
gangguan isi pikir, pasien juga mengalami gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik serta visual. Sehingga diagnosis pasien mengarah ke F.20.0. Skizofrenia
Paranoid.1,3
Pada pasien dengan skizofrenia paranoid haruslah memenuhi kriteria umum
dari skizofrenia penyimpangan dari pikiran dan persepsi serta adanya afek yang
tidak wajar yang terjadi lebih dari satu bulan atau lebih. Selain itu halusinasi dan
waham yang dialami haruslah menojol seperti adanya suara halusinasi yang
mengancam, memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa visual seperti
bunyi peluit atau mendengung. Selain itu dapat juga terjadi halusinasi pembauan
atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh. Waham
yang dialami oleh pasien dengan skiofrenia ini dapat berupa hampir segala jenis
tetapi waham curiga, dan waham mengancam. Gangguan afektif, dorongan
kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata atau
tidak menonjol.2,3
Pasien menunjukkan adanya gejala gangguan jiwa yang berupa gejala
positif (waham dan halusnasi) dan gejala negatif (kurangnya perawatan diri dan

13
penarikan diri dari aktifitas dan sosial) yang tidak menonjol sehingga pasien
diberikan terapi secara psikofarmaka dan psikoterapi. Pada terapi psikofarmaka
pasien diberikan terapi antipsikotik golongan atipikal berupa Risperidon.
Olanzapin merupakam golongan antipsikotik atipikal dimana obat ini merupakan
antagonis serotonin (terutama 5 HT 2A) dan dopamin (D2). 1,3 Penderita juga
diberikan THP 3x2 mg. Trihexylphenidil (THP) diberikan apabila terjadi efek
samping ekstrapiramidal. Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan
efek samping ekstrapiramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas
dopamin pada ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap
reseptor D2.2,3
Selain terapi psikofarmaka, pasien juga diberikan terapi berupa psikoterapi
baik terhadap pasien maupun keluarga pasien. Terapi terhadap pasien meliputi
terapi edukatif berupa pemberian informasi dan edukasi mengenai penyakit
termasuk faktor risiko, gejala, faktor penyebab, cara pengobatan dan prognosis
pasien. Pasien juga diberikan terapi suportif berupa intervensi secara langsung
yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan sosial pasien dengan cara
meningkatkan rasa percaya diri dalam komunikasi dan interaksi serta
pembelajaran agar tercapai kulitas hidup yang baik. Pasien juga diajarkan
bagaimana cara merespon halusinasi yang dialami pasien yang bertujuan untuk
memperbaiki perspsi dan proses berpikir pasien. Tujuan dari psikoterapi suportif
adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan dilindungi. Terapi ini dapat
diberikan pada pasien yang mengalami gangguan proses kognitif, gangguan
dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya gangguan dalam
melakukan hubungan dengan orang lain.1,2
Terapi lain yang diberikan adalah terapi psikoedukasi terhadap keluarga,
dimana keluarga berperan penting dalam kehidupan sehari-hari pasien meliputi
terapi informasi dan edukasi mengenai penyakit yang dialami pasien, gejala
gejala yang ada pada pasien, kemungkinan penyebab, dampak, serta faktor
pemicu kekambuhan penyakit sehingga keluarga dapat lebih waspada dan disiplin
dalam pemantauan dan penatalaksanaan terhadap pasien dan lebih waspada jika
suatu waktu terdapat gejala kekambuhan, serta keluarga dapat memberikan

14
dukungan secara psikis terhadap pasien dengan interaksi dan aktivitas serta
membantu memperbaiki hubungan sosial pasien jika pasien sudah kembali
kerumah.1,2 Selain itu keluarga juga diberikan informasi bahwa penyakit yang
dialami pasien bersifat jangka panjang, sehingga dibutuhkan kesabaran, dan
perhatian serta selalu mengingatkan pasien untuk kontrol rutin ke dokter.
Keluarga juga diharapkan menjadi pengawas minum obat bagi pasien.
Berdasarkan konsensus tatalaksana skizofrenia, intervensi psikososial pada pasien
meliputi intervensi psikoedukasi dimana terapi ini bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman pasien dan keluarga mengenai perjlanan penyakit, pengenalan gejala,
pengelolaan gejala, pengobatan, dan peran pasien serta keluarga dalam
pengobatan. Selain itu terapi ini memperlama pasien dan keluarga terhadap
perencanaan hidup. Kedua adalah intervensi keluarga untuk meningkatkan
keterampilan koping dan penyelesaian masalah, serta memperbaiki komunikasi
antar keluarga. Selain itu adanya intevensi kognitif perilaku pasien bertujuan
untuk mengurangi penderitaan pasien dan mengembangkan pemahaman
mengenai gejala penyakit, faktor penyebab kekambuhan dan melatih
penyelesaian masalah. Dan yang terakhir adalah terapi rehabilitasi meliputi terapi
vokasional, pelatihan keterampilan sosial, da remediasi kognitif.1,2
Prognosis penderita ini adalah bonam pada quo ad vitam dan quo ad
fungsionamnya sedangkan untuk quo ad sanationamnya adalah dubia bonam
karena adanya dukungan dari keluarga untuk sembuh, serta pasien menyadari
penyakit yang ia derita, ada keinginan untuk sembuh dan rutin untuk
mengkonsumsi obat sehingga penyakit yang dialami pasien dapat dikontrol.
Islam juga menganjurkan umatnya untuk berobat dan mendatangi dokter
“Sesunggunya engkau terkena penyakit, maka datangkanlah Al-Harist bin
Kaldah, saudara bani Tsaqif, karena dia sesungguhnya dokter yang pandai
memilih pengobatan” (HR. Abu Daud).

TABEL FOLLOW UP

15
14 November 2018 KU : compos mentis
Bangsal Bangau
S :penderita masih marah-marah.

O:kontak (+), adekuat, irritable, cukup kooperatif,


halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+),waham
curiga(+) dan waham mengancam (+). TD : 130/80
N : 88 x/menit

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Trihexyphenidyl 3x2 mg, Risperidon 2x2 gr,


Merlopam 1x2 mg

15 November 2018 KU: compos mentis


Bangsal Bangau
S : penderita sudah stabil

O : kontak (+), adekuat, distimik, kooperatif,


halusinasi auditorik (+), Halusinasi visual, waham
curiga(+) dan waham mengancam (+). TD : 120/90 N
: 92 x/menit

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Trihexyphenidyl 3x2 mg, Risperidon 2x2 gr,


Merlopam 1x2 mg

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta:Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Kaplan, B.J., Sadock, V.A. 2012, Kaplan & Sadock’sBuku ajar psikiatri
klinis edisi ke 2.EGC.
3. Maslim, R. 2013. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atma Jaya.

17

Anda mungkin juga menyukai