PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia
adalah jumlah kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini
menimbulkan berbagai macam masalah lain. Untuk itu, pemerintah
mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) yaitu program
pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap keluarga. Program KB
di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui
keberhasilannya di tingkat Internasional (Azka, 2013).
Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di
antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009).
Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang
berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk
membentuk keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013).
Hasil prevalensi KB di Indonesia berdasarkan Survei Pemantauan
Pasangan Usia Subur tahun 2013 mencapai angka 65,4% dengan
metode KB yang didominasi oleh peserta KB suntikan (36%), pil KB
(15,1%), Implant (5,2%), IUD (4,7%), dan MOW (2,2%). Hasil
tersebut sedikit menurun jika dibandingkan dengan hasil survei tahun
2009-2011 prevalensi KB cenderung tetap pada kisaran angka 67,5%
(BKKBN, 2013). Secara nasional sampai bulan Juli 2014 sebanyak
4.309.830 peserta KB baru didominasi oleh peserta Non MKJP yaitu
sebesar 69,99%, sedangkan untuk peserta MKJP hanya sebesar 30,01%
1
2
(BKKBN, 2014).
Menurut data BKKBN SUMSEL bulan Mei tahun 2014
didapatkan pencapaian peserta baru KB sebanyak 195.990 atau 48,28%
dari sasaran kontrak kinerja provinsi (KKP) yaitu 4-5.920 apabila
dilihat Menurut metode kontrasepsi per KKP masing-masing
kontrasepsi dengan angka pencapaian tertinggi terdapat pada
kontrasepsi suntikan yaitu sebsar 92.100 peserta (46,99%) dari total PB,
diikuti dengan kontrasepsi Pil sebesar 64.147 (32,73%), implan sebesar
17.451 (35,28%), kondom sebesar 15.554 (31,10%), IUD sebesar 5.261
(48,22%), MOW sebesar 842 (39,35%), dan MOP sebesar 235
(23,50%) (BKKBN, 2013).
Data dari Puskesmas Talang Ratu Palembang, cakupan pelayanan
KB baru mencapai 47,31%. Berdasarkan data diatas penulis tertarik
untuk mengetahui upaya peningkatan cakupan peserta KB baru di
Puskesmas Talang Ratu Palembang sebagai tugas akhir Kepaniteraan
Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Talang
Ratu Palembang.