Disusun Oleh :
JOKO
22160041
Mahasiswa
(JOKO)
Mengetahui :
( ) ( )
SKIZOFRENIA
A. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama
pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir,
afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham
dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi
perilaku bizar (Dermawan,2013).
Skizofrenia merupakan reaksi psikotik yang berpengaruh terhadap area fungsi
individu, termasuk dalam berpikir, berkomunikasi, menerima, menafsirkan kenyataan,
merasakan dan menunjukkan emosi serta penyakit kronis yang ditandai dengan pikiran
kacau, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh. Skizofrenia biasanya muncul dalam masa
remaja atau dewasa muda (sebelum usia 45 tahun) (Pardede & Purba, 2020).
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana
namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut
gangguan ini sebagai demensia precox (demensia artinya kemunduran intelegensi dan
precox artinya muda/sebelum waktunya) (Hawari,2013).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa skizofrenia
merupakan gangguan psikologis dimana terdapat banyak faktor penyebab namun belum
dapat diidentifikasi secara jelas.
C. Etiologi Skizofrenia
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli yang menyebabkan terjadinya
skizofrenia (Hawari,2013). Teori teori tersebut antara lain:
1. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada
waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi
teori ini tidak dapat dibuktikan.
2. Metabolisme
Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan karena gangguan
metabolisme karena penderita tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak
sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita
dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun.Hipotesa ini masih dalam
pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik seperti meskalin dan asam lisergik
diethylamide (LSD-25).Obat-obat tersebut dapat menimbulkan gejala-gejala yang
mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversible.
3. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang
tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada
susunan saraf tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau
penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia.Menurut Meyer
Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul
disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari
kenyataan (otisme).
4. Teori Sigmund Freud
Teori Sigmund freud juga termasuk teori psikogenik. Menurut freud,
skizofrenia terdapat:
a. Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatic
b. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa
serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
c. Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi
psikoanalitik tidak mungkin.
5. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu
jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir,
perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok
yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan
dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan
psikomotorik yang lain).
Teori tentang skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut:
a. Genetik
Teori ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga
penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur sehingga dapat
dipastikan factor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Angka kesakitan
bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah
satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan
kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 2009). Pengaruh genetik ini tidak sederhana
seperti hokum Mendel, tetapi yang diturunkan adalah potensi untuk skizofrenia
(bukan penyakit itu sendiri).
b. Neurokimia
Hipotesis dopaminmenyatakan bahwa skizofrenia disebabkan overaktivitas
pada jaras dopamine mesolimbik.Hal ini didukung dengan temuan bahwa amfetamin
yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine, dapat menginduksi psikosis yang
mirip skizofrenia dan obat anti psikotik bekerja dengan mengeblok reseptor
dopamine, terutama reseptor D2.
c. Hipotesis Perkembangan Saraf
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas struktur
dan morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa berat orak rata-rata lebih
kecil 6% dari normal dan ukuran anterior-anterior yang 4% lebih pendek,
pembesaran ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme di daerah
frontal dan temporal serta kelainan susunan seluler pada struktur saraf di beberapa
korteks dan subkortek. Studi neuropsikologis mengungkapkan deficit di bidang
atensi, pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan memori pada penderita
skizofrenia.
D. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama
antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar
ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality.
Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan
sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor
katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham
sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan
proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
`Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan
mimpi.Kesadarannya mungkin berkabut.Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-
akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai
suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder.Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan
Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga
gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik).Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan
lagi (Hawari,2013).
E. Manifestasi Klinik Skizofrenia
1. Gejala Primer
Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling
menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
a. Gangguan afek emosi
1) Terjadi kedangkalan afek-emosi
2) Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
4) Emosi berlebihan
5) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
b. Gangguan kemauan
1) Terjadi kelemahan kemauan
2) Perilaku negativisme atas permintaan
3) Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
c. Gejala psikomotor
1) Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
2) Stereotipi
3) Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
4) Echolalia dan echopraxia
d. Autisme.
2. Gejala Sekunder
a. Waham
b. HalusinasiIstilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin
meliputi salah satu dari kelima pancaindra. halusinasi pendengaran dan
penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan
pengecapan juga dapat terjadi (Dermawan,2013).
F. Penatalaksanaan Skizofrenia
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik.Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola
fikir yang terjadi pada Skizofrenia.Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis
antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-
benar cocok bagi pasien.Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan
merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia.
Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik
konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)
a. Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional
antara lain :
1) Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
2) Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
3) Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4) Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical
antipsycotic.Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional).
Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat
menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang
berarti.Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian
antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil
secara reguler.Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang
lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot
formulations).Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di
dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan.Sistemdepot formulation ini
tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsychotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip
kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan
dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical
antipsycotic yang tersedia, antara lain :
1) Risperdal (risperidone)
2) Seroquel (quetiapine)
3) Zyprexa (olanzopine)
c. Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik
atipikal yang pertama.Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak
merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional.Sangat disayangkan,
Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada
kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah
putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat
Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para
ahli merekomendaskan penggunaan.Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat
antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran
Dermawan, Deden & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hawari, Dadang. 2013. Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Pardede, J. A., Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, R., & Waruwu, J. F. A. P
dalam Desi Christ Natasha.(2021).Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah
Halusinasi. 10.31219/osf.io/fdqzn