Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA

Disusun Untuk Memenuhi salah satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

JOKO
22160041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA

Mahasiswa

(JOKO)

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )
SKIZOFRENIA

A. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama
pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir,
afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham
dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi
perilaku bizar (Dermawan,2013).
Skizofrenia merupakan reaksi psikotik yang berpengaruh terhadap area fungsi
individu, termasuk dalam berpikir, berkomunikasi, menerima, menafsirkan kenyataan,
merasakan dan menunjukkan emosi serta penyakit kronis yang ditandai dengan pikiran
kacau, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh. Skizofrenia biasanya muncul dalam masa
remaja atau dewasa muda (sebelum usia 45 tahun) (Pardede & Purba, 2020).
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana
namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut
gangguan ini sebagai demensia precox (demensia artinya kemunduran intelegensi dan
precox artinya muda/sebelum waktunya) (Hawari,2013).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa skizofrenia
merupakan gangguan psikologis dimana terdapat banyak faktor penyebab namun belum
dapat diidentifikasi secara jelas.

B. Rentang Respon Skizofrenia


Respon adaptif respon maladatif

- Pikiran logis - Pikiran kadang-kadang - Gangguan pikiran/waham


- Persepsi akurat menyimpang - Halusinasi
- Emosi konsisten dgn - Ilusi - Kesulitan untuk
pengalaman - Reaksi emosional memproses emosi
- Perilaku sesuai - Perilaku ganjil - Isolasi sosial
- Hubungan postifi - Menarik diri - Perilaku tidak teroganisir

(Stuart & Sudden.2013).

C. Etiologi Skizofrenia
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli yang menyebabkan terjadinya
skizofrenia (Hawari,2013). Teori teori tersebut antara lain:
1. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada
waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi
teori ini tidak dapat dibuktikan.
2. Metabolisme
Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan karena gangguan
metabolisme karena penderita tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak
sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita
dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun.Hipotesa ini masih dalam
pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik seperti meskalin dan asam lisergik
diethylamide (LSD-25).Obat-obat tersebut dapat menimbulkan gejala-gejala yang
mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversible.
3. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang
tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada
susunan saraf tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau
penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia.Menurut Meyer
Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul
disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari
kenyataan (otisme).
4. Teori Sigmund Freud
Teori Sigmund freud juga termasuk teori psikogenik. Menurut freud,
skizofrenia terdapat:
a. Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatic
b. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa
serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
c. Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi
psikoanalitik tidak mungkin.
5. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu
jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir,
perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok
yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan
dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan
psikomotorik yang lain).
Teori tentang skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut:
a. Genetik
Teori ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga
penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur sehingga dapat
dipastikan factor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Angka kesakitan
bagi saudara tiri 0,9-1,8 %,  bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah
satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan
kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 2009). Pengaruh genetik ini tidak sederhana
seperti hokum Mendel, tetapi yang diturunkan adalah potensi untuk skizofrenia
(bukan penyakit itu sendiri).
b. Neurokimia
Hipotesis dopaminmenyatakan bahwa skizofrenia disebabkan overaktivitas
pada jaras dopamine mesolimbik.Hal ini didukung dengan temuan bahwa amfetamin
yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine, dapat menginduksi psikosis yang
mirip skizofrenia dan obat anti psikotik bekerja dengan mengeblok reseptor
dopamine, terutama reseptor D2.
c. Hipotesis Perkembangan Saraf
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas struktur
dan morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa berat orak rata-rata lebih
kecil 6% dari normal dan ukuran anterior-anterior yang 4% lebih pendek,
pembesaran ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme di daerah
frontal dan temporal serta kelainan susunan seluler pada struktur saraf di beberapa
korteks dan subkortek. Studi neuropsikologis mengungkapkan deficit di bidang
atensi, pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan memori pada penderita
skizofrenia.

D. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama
antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar
ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality.
Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan
sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor
katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham
sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan
proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
`Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan
mimpi.Kesadarannya mungkin berkabut.Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-
akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai
suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder.Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan
Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga
gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik).Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan
lagi (Hawari,2013).
E. Manifestasi Klinik Skizofrenia
1.    Gejala Primer
Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling
menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
a. Gangguan afek emosi
1)    Terjadi kedangkalan afek-emosi
2)    Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
3)    Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
4)    Emosi berlebihan
5)    Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik

b. Gangguan kemauan
1)    Terjadi kelemahan kemauan
2)    Perilaku negativisme atas permintaan
3)    Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
c. Gejala psikomotor
1)    Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
2)    Stereotipi
3)    Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
4)    Echolalia dan echopraxia
d. Autisme.
2.    Gejala Sekunder
a. Waham
b. HalusinasiIstilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin
meliputi salah satu dari kelima pancaindra. halusinasi pendengaran dan
penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan
pengecapan juga dapat terjadi (Dermawan,2013).
F. Penatalaksanaan Skizofrenia
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik.Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola
fikir yang terjadi pada Skizofrenia.Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis
antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-
benar cocok bagi pasien.Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan
merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia.
Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik
konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)
a. Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional
antara lain :
1) Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
2) Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
3) Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4) Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical
antipsycotic.Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional).
Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat
menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang
berarti.Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian
antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil
secara reguler.Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang
lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot
formulations).Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di
dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan.Sistemdepot formulation ini
tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsychotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip
kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan
dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical
antipsycotic yang tersedia, antara lain :
1) Risperdal (risperidone)
2) Seroquel (quetiapine)
3) Zyprexa (olanzopine)

c. Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik
atipikal yang pertama.Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak
merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional.Sangat disayangkan,
Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada
kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah
putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat
Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para
ahli merekomendaskan penggunaan.Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat
antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

No Nama Generik Sediaan Dosis


Tablet, 25 dan 100 mg,
1 Klorpromazin 5 - 15 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
2 Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari
3 Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 - 15 mg/hari
4 Flufenazin dekanoat Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu
Tablet 25 mg,
5 Levomeprazin 25 - 50 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
6 Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 mg 10 - 15 mg/hari
7 Tioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150 - 600 mg/hari
Tablet 200 mg, 300 – 600mg/hr,
8 Sulpirid  
Injeksi 50 mg/ml  1 - 4 mg/hari
9 Pimozid Tablet 1 dan 4 mg 1 - 4 mg/hari
10 Risperidon Tablet 1, 2, 3 mg 2 - 6 mg/hari

1) Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama


Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan
resiko untuk terkena tardivedyskinesia lebih rendah.Biasanya obat antipsikotik
membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan
pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya
akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)
2) Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting
untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.Terkadang
penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat
tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat
untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya
lebih rendah. Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter
dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2-
4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam
penerapannya.Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat
sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan
obat obatan yang lain, misalnyaantipsikotik konvensonal dapat diganti dengan
newer atipycal antipsycotic atau newer atipycalantipsycotic diganti dengan
antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja
bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

3) Pengobatan Selama fase Penyembuhan


Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun
setelah sembuh.Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum
obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh.Para ahli merekomendasikan
pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama
12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia
Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama
membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian
pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya
penyakit.
4) Efek Samping Obat-obat Antipsikotik
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama,
sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang
timbul.Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan
antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut
juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP).Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih
lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan)
setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang
dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat
memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat
antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini. Efek samping lain
yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang
tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan
terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif
terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik
konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti
antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi
seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-
obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis
efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek
sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada
penderita Sikzofrenia yang memakan obat.Hal ini sering terjadi pada penderita yang
menggunakan antipsikotik atipikal.Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi
masalah ini. Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant
syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat
menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini
membutuhkan penanganan yang segera.
2. Terapi Psikososial

a.    Terapi perilaku


Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan
sosial untukmeningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dankomunikasi interpersonal.Perilaku adaptif adalah
didorong dengan pujian atau hadiah yangdapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit.Dengan demikian,
frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara
lantang,berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat
diturunkan.
b.    Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaanremisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia
kembali seringkali mendapatkan manfaat dariterapi keluarga yang singkat namun
intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera,topik penting yang
dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lamadan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong
sanaksaudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur
terlalu cepat. Rencanayang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofreniadan daripenyangkalan tentang keparahan
penyakitnya.Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti
skizofrenia tanpa menjadi terlalumengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah
menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektifdalam menurunkan relaps.
Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalahdramatik. Angka
relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % denganterapi
keluarga.
c.    Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, danhubungan dalam kehidupan nyata.Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasisecara psikodinamika atau tilikan, atau
suportif.Terapi kelompok efektif dalam menurunkanisolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasienskizofrenia. Kelompok
yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara
interpretatif,tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d.    Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofreniatelah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan
menambah efek terapi farmakologis.Suatu konsep penting di dalam psikoterapi
bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatuhubungan terapetik yang
dialami pasien sebagai aman.Pengalaman tersebut dipengaruhi olehdapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahliterapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.Hubungan antara
dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam
pengobatanpasien non-psikotik.Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan;
pasien skizofreniaseringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan
kepercayaan dan kemungkinan sikapcuriga, cemas, bermusuhan, atau teregresi
jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermatdari jauh dan rahasia,
perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadapkaidah
sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan
namapertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan
yang berlebihan adalahtidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha
untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

3. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,


menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,
prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
dasar.Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan
efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat.Rehabilitasi dan penyesuaian
yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien
tentang skizofrenia.Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka.Lamanya perawatan rumah
sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan
rawat jalan.Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke
arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan
sosial.Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan
fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien.Pusat perawatan dan kunjungan keluarga
pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup
(Dermawan,2013).

G. Pohon Masalah Skizofrenia


Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai
dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain:
1. Fase Prodomal
a. Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun
b. Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan
dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.
2. Fase Aktif
a. Berlangsung kurang lebih 1 bulan.
b. Gangguan dapat berupa gejala psikotik ; Halusinasi, delusi, disorganisasi
proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai
kelainan neurokimiawi.
3. Fase Residual
a. Mengalami minimal 2 gejala
b. Gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang

Menurut (setyana, 2011) perubahan-perubahan pada neurotransmiter dan


resptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin
dan serotonin, ternyata mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang
menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia.
1. Gejala negatif Gejala positive
2. Alogia halusinasi
3. Afek datar
4. Delusi avolition – apatis Tingkah laku aneh anhedonia – asociality
5. Gangguan berfikir positif formal
6. Gangguan attensi
Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi di atas, dalam
penelitian dengan menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pula
perubahan pada anatomi otak pasien, terutama pada penderita kronis.
Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan
atrofi otak kecil (cerebellum).

H. Diagnosa Keperawatan Skizofrenia


a.    Isolasi sosial b.d harga diri rendah
b.    Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran b.d menarik diri
c.    Kurang perawatan diri b.d menarik diri
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing

Hawari, Dadang. 2013. Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 2011. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.f. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University


Press.

Pardede, J. A., Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, R., & Waruwu, J. F. A. P
dalam Desi Christ Natasha.(2021).Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah
Halusinasi. 10.31219/osf.io/fdqzn

Setyaningrum. 2011. Faktor Penyebab dan Psikopatologi Skizofrenia. Refreat Universitas


Veteran Jakarta

Stuart, G.W & Sundden, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai