Anda di halaman 1dari 20

TUTORIAL KEPERAWATAN JIWA

Seorang gadis usia 25 tahun berhasil di selamatkan setelah tadi pagi melakukan
percoban bunuh diri dengan minum obat serangga. Keluarga melaporkan bahwa
beberapa bulan terakhir ini putrinya terlihat murung dan lebih suka menyendiri dikamar,
saat pengkajian pasien mengatakan putus asa, merasa bingung apa yang harus
dilakukan. Klien adalah mahasiswi tingkat akhir yang telah memasuki semester ke – 10.
Skripsi yang di kerjakannya mengalami kebuntuan bahkan sekarang klian merasa tidak
ada semangat lagi untuk mengerjakan, selain itu klien juga merasa malas untuk
beraktifitas yang lain termasuk ke kampus, hingga merasa bahwa mengakhiri hidup
adalah jalan yang lebih baik

MASALAH

A. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Pengertian mood (afeksi)


B. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis gangguan mood (afeksi)
C. Mahasiswa mampu menjelaskan sebab terjadinya gangguan mood (afeksi)
D. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala gangguan mood (afeksi)
E. Mahasiswa mampu menjelaskan tipe-tipe gangguan mood (afeksi)
F. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor predisposisi gangguan mood (afeksi)
G. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor presipitasi gangguan mood (afeksi)
H. Mahasiswa mampu menjelaskan akibat gangguan mood (afeksi)
I. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme koping gangguan mood (afeksi)
J. Mahasiswa mampu menjelaskan respon ngangguan mood (afeksi)
K. Mahasiswa mampu menjelaskan penananganan mood (afeksi)
L. Mahasiswa mampu menjelaskan satatus mental dari kasus
M. Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan

PEMBAHASAN

1
A. Pengertian mood (afeksi)
Mood adalah kondisi perasaan yang etrus ada yang mewarnai kehidupan
psikologis kita.  Mood bisa berupa perasaan sedih, marah atau pun depresi.
Mood merupakan perasaan hati yang mewarnai seluruh kehidupaqn psikis
seseorang dan mempengruhi seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya
seseoarang yang malas untuk berkomunikasi, sedih, malas makan, malas
bekerja. (Iyus Yosep, 2007)

B. Jenis-jenis gangguan mood (afeksi)


Menurut buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkasan dari PPDGJ-3
Dr. Rusdi Maslim :
1. F30 EPISODE MANIK
a. F30.1 Hipomania
b. F30.2 Mania tanpa gejala psikotik
c. F30.3 Mania dengan gejala psikotik
d. F30.8 Episode manic lainnya
e. F30.9 Episedo manic YTT
2. F31 GANGGUAN AFEK BIPOLAR
a. F31.0 Episode kini hipomanik
b. F31 .1 Episode kini manic tanpa gejala psikotik
c. F31.2 Episode kini manic dengan gejala psikotik
d. F31.3 Episode kini depresif ringan atau sedang
e. F31.4 Episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
f. F31.5 Episode kini depresif berat berat gejala psikotik
g. F31. 6 Episode kini campuran
h. F31. 7 Kini dalam remisi
i. F31. 8 Gangguan afektif bipolar lainnya
j. F31. 9 Gangguan afektif bipolar YTT
3. F32 EPISODE DEPRESIF
a. F32.0 Episode depresif ringan
b. F32.1 Episode depresif sedang
c. F32.2 Episode depresif berat tanpa gajala psikotik

2
d. F32.3 Episode depresif berat dengan gajala psikotik
e. F32.8 Episode depresif lainnya
f. F32.9 Episode depresif YTT
4. F33 GANGGUAN DEPRESI BERULANG
a. F33.0 Episode kini ringan
b. F33.1 Episode kini sedang
c. F33.2 Episode kini berat
d. F33.3 Episode kini berat dengan gejala somatik
e. F33.4 Kini dalam remisi
f. F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya
g. F33.9 Gangguan depresif berulang YTT
5. F34 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (mood(efeksi)) MENETAP
a. F34.0 Sikloimia
b. F34.1 Distimia, Dopresi neurotic, Depresi ansietas (menetap)
c. F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood(afeksi)) manetap lainnya
d. F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood(afeksi)) menetap YTT
6. F38 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (mood(efeksi)) LAINNYA
a. F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood(afeksi)) tunggal lainnya
b. F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood(afeksi)) berulang lainnya
c. F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood(afeksi)) lainnya YTT
7. F39 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (mood(efeksi))YTT

C. Sebab terjadinya gangguan mood (afeksi)


1. Depresi
Ada indikasi bahwa sebagian besar dari orang yang berhasil melakukan
bunuh diri tengah dilanda depresi pada saat tindakan tersebut dilakukan.
2. Krisis dalam hubungan interpersonal
Konflik-konflik dan pemutusan hubungan, seperti konflik-konflik dalam
perkawinan, perpisahan, perceraian, kehilangan orang-orang terkasih akibat
kematian, dapat menimbulkan stress berat yang mendorong dilakukannya
tindakan bunuh diri.

3
3. Kegagalan dan devaluasi diri
Perasaan bahwa dirinya telah gagal dalam suatu urusan penting, biasanya
menyangkut pekerjaan, dapat menimbulkan devaluasi diri atau rasa
kehilangan harga diri yang mendorong tindakan bunuh diri.
4. Konflik batin
Di sini stress itu bersumber dari konflik batin atau pertentangan di dalam
pikiran orang yang bersangkutan sendiri. Misalnya seorang pria lajang
merasa cemas, bingung, ragu-ragu antara memilih hidup atau mati, dan
akhirnya memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan teka-teki itu dengan
melakukan bunuh diri.
5. Kehilangan makna dan harapan hidup
Karena kehilangan makna dan harapan hidup, oran merasa bahwa hidup ini
sia-sia. Akibatnya orang memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Perasaan semacam ini sering dialami oleh orang-orang yang menderita
penyakit kronik atau penyakit terminal.

D. Tanda dan gejala gangguan mood (afeksi)


Gejala secara umum dari gangguan mood afeksi
1. Sulit kosentrasi dan daya ingat menurun
2. Nafsu makan dan berat badan menurun
3. Gangguan tidur (insomnia)
4. Aghasi/ retardasi motorik
5. Hilang perassan senang, semangat dan minat, meninggalkan hobi
6. Kreativitas dan prodiktifitas menurun
7. Gangguan seksual
8. Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri

4
E. Tipe-tipe gangguan mood (afeksi)

Ada beberapa tipe-tipe gangguan mood yaitu


1. Gangguan depresi
a. Gangguan depresi mayor
Terjadi satu atau lebih periode atau episode depresi ( disebut episode depresi
mayor) tanpa ada riwayat terjadinya episode manik atau hipomanik alami.
Seseorang dapat mengalami  satu episode  depresi mayor, yang diikuti
dengan kembalinya mereka  pada keadaan fungsional  yang biasa. Umumnya
orang yang pernah mengalami depresi mayor  dapat kambuh lagi di antara
periode normal atau kemungkinan mengalami hendaya pada fungsi-fungsi
tertentu.
b. Gangguan  distimik
Pola depresi ringan (tetapi kemungkinan saja menjadi mood yang
menyulitkan pada anak-anak atau remaja ) yang terjadi dalam satu rentang
waktu—pada orang dewasa biasanya dalam beberapa tahun
2. Gangguan perubahan mood
a. Gangguan bipolar
gangguan yang disertai satu atau lebih episode manik atau hipomanik
(episode mood yang  melambung dan hiperaktivitas dimana penilaian  dan
tingkah laku mengalami hendaya). Episode manik  atau hipomanik sering
digantikan dengan episode  depresi mayor dengan jeda periode mood yang
normal
b. Ganguan siklotimik
Gangguan mood kronis meliputi beberapa  episode hipomanik (episode yang
disertai dengan cirri-ciri manik pada tingkat keparahan yang  lebih rendah
daripada episode manik) dan beberapa periode mood tertekan atau hilangnya
minat atau kesenangan pada  kegiatan-kegiatan, tetapi tingkat keparahannya
tidak sampai  memenuhi criteria sebagai episode depresi mayor (sumber
DSM-IV- TR) (APA,2000)

5
Tipe mood menurut Iyus Yosep, 2007
1. Mood episode
a. Mayor depresif episode
b. Manic episode
c. Tipe lainnya (other)
2. Depresif disorder
a. Mayor depresif episode
b. Disthymic disorder
3. Bipolar disorder
a. Bipolar disorder
b. Chyclotimic disorder

F. Faktor predisposisi gangguan mood (afeksi)


1. Genetic factor
Factor yang dapt mempengaruhi transmisi gangguan afetif melalui riwayat
keluarga atau keturunan.
2. Aqreision turned inuard theory
Teori agresi menyerang kedalam manunjukkan bahwa depresi terjadi karena
perasaan marah yang ditunjukkan pada dirisendiri.
3. Objek loss theory
Teori kehilangan objek menunjuk pada perpisahan individu dengan benda
atau seseorang yang memberikan rasa aman untuk dekat.
4. Personality organization theory
Teory organisasi kepribadian menguraikan bagaimana konsep diri yang
negative dan harga diri rendah yang mempengruhi keyakinan dan penilaian
sesorang terhadap stressor.
5. Cognitive madel
Madel kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
didomonasi oleh evaluasi negative seseorang terhadap diri sendiri, dunia
seseorang dan masa depan

6
6. Learned helplessness model
Model ketidak berdayaan yang dipelajri menunjukkan bahwa semata-mata
bukan trauma yang menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang
tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalm kehidupannya.
7. Behavioral model
Model perilaku perkembangan dari teori kerangka belajar social, yang
mengasumsi bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan
positif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
8. Biological model
Model biologic menguraikan peribahan kimia dalam tubuh yang terjadi
selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin,
hipersekresi kortisol dan fariasi periodic dalam irama biologic.
9. Masalah dalam bounding attachment dan genetic
Gangguan antara ibu dan anak pada usia dini

G. Faktor presipitasi gangguan mood (afeksi)


Ada 4 besar sumber utama stressor yang dapat mencetuskan gangguan alam
perasaan:

1. Kehilangan yang nyata atau yang dibayangkan termasuk kehilangan cinta


seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri. Karena elemen actual
dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien
merupakan hal yang sangat penting.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi yang mempunyai damapak terhadap masalah-masalah
yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Perandan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi
perkembangan depresi terutama pada wanita
4. Perubahan fisiologis diakibatkan oleh oabt-obatan atau sebagai penyakit
fisik seperti infeksi, neoplasma dan gangguan keseimbangan metabbolik,
dapoat mencetuskan gangguan alam perasaan. Diantara obat-obatan
tersebut terdapat obat anti hipertensi dan penyalahgunaan zat yang
menyebabkan kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik yang

7
melemahkan tubuh juga sering disertai dengan depresi. Depresi yang
terdapat pada usia lanjut biasanya bersifat kompleks, karena untuk
menegakkan diagnosisnya sering melibatkan evaluasi dari kerusakan
efek organic dan depresi klinik.

H. Akibat gangguan mood ( afeksi)

1. Pada depresi:

1. Afektif: Marah, cemas, sedih, putus asa, kesepian, harga diri


rendah
2. Fisiologis: Nyeri perut, anoreksia, insomnia, konstipasi, berat
badan turun
3. Kognitif: Ambivalen, bingung, konsentrasi kurang, menyalahkan
diri, pesimis, ragu-ragu, ide bunuh diri
4. Perilaku: Ganngguan aktivitas, iritabel, ketergantungan, kurang
minat, penurunan psikomotor.

2. Pada Mania

a. Afektif: Elasi, suka humor, harga diri tinggi, tak mau dikritik,
tidak merasa malu, tida merasa bersalah
b. Fisiologis: Dehidrasi, nutrisi tidak adekuat, sukar tidur, berat
badan menurun
c. Kognitif: Ambisi, denial, pikiran mudah pecah, flight of idea,
waham kebesaran, ilusi
d. Perilaku: agresif, hiperaktif, tak bertangngung jawab, iritabel,
kebersihan diri kurang, aktivitas meningkat

8
I. Mekanisme koping gangguan mood (afeksi)
Perilaku yang berhubungan dengan Mania
Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku
1. Gembira yang berlebihan
2. Harga diri meningkat
3. Tidak tahan kritik
4. Mudah terpengaruh
5. Mudah beralih perhatian
6. Waham kebesaran
7. Ilusi
8. Flight of ideas
9. Gangguan penglihatan
10. Nutrisi yg tidak adekuat
11. Berkurangnya kebutuhan tidur/istirahat
12. Berat badan menurun
13. Kurang bertanggung jawab
14. Perawatan diri kurang
Perilaku yang berhubungan dengan depresi
Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku
1. Sedih, cemas, apatis, murung,
2. Kebencian, kekesalan, marah,
3. Perasaan ditolak, perasaan bersalah,
4. Merasa tdk berdaya, putus asa
5. Merasa sendirian
6. Merasa rendah diri,
7. Merasa tak berharga
8. Ambivalensi, bingung, ragu-ragu,
9. Tidak mampu konsentrasi,
10. Hilang perhatian dan motivasi,
11. Menyalahkan diri sendiri,
12. Pikiran merusak diri,
13. Rasa tidak menentu,

9
14. Pesimis
15. Sakit perut, anoreksia, mual, muntah,
16. Gangguan pencernaan, konstipasi,
17. Lemah, lesu, nyeri, kepala, pusing
18. Insomnia, nyeri dada, overakting,
19. Perubahan berat badan, gangguan selera makan,
20. Gangguan menstruasi, impoten,
21. Tidak berespon terhadap seksual.
22. Agresif,agitasi,tidak toleran
23. Gangguan tingkat aktivitas
24. Kemunduran psikomotor
25. Menarik diri, isolasi sosial,
26. Iritabel(mudah marah, menangis, tersinggung)
27. Berkesan menyedihkan
28. Kurang spontan
29. Gangguan kebersihan

Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang


memanjang adalah denial dan supresi,hal ini untuk menghindari tekanan
yang hebat. Depresi,yaitu perasaan berduka yang belum
terselesaikan,mekanisme koping yang digunakan adalah
represi,supresi,denial dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan
mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang
efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

10
J. Respon ngangguan mood( afeksi)

Emotional responsive
Reaksi kehilangan yangSupresi
wajar reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi Mania/depresi

- Emotional responsive : Klien lebih terbuka, menyadari perasaannya,


dapat berpartisipasi dengan dunia luar dan dunia internal
- Reaksi kehilangan yang wajar : Klien merasa bersedih, kegatan sehri-
hari klient berhenti, pikiran dan perasaan klient lebih berfokus pada diri
sendiri
- Supresi : Merupakan tahap awal dimana koping induvidu termasuk dalan
maladaptive.
- Supresi reaksi kehilangan yang memanjang : Dapat mengganggu
indivudu.
- Mania/depresi : Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
sedih berlebih, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga,
merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak
berminat terhadap ADL sampai dengan ide bunuh diri.

K. Penanganan Gangguan Mood (Afeksi)


Terapi
1. Terapi individual
- Eksplorasi perasaan kehilangan, dan fasilitas proses berduka
- Diskusikan perilaku mengalahkkan diri, harapan yang tidak realistis, dan
kemungkinan distori dari realita
- Kaji bagaimana distorsi koknitif pada klien turut menyebabkan depresi
- Dorong pengungkapan rasa frustasi, marah dan putusasa

11
- Upaya untuk mengubah pola berfikir negative otomatis tentang diri,
orang lain, lingkungan dan masa depan
- Beri kesempatan pada klien seperti diskusi dan bermain peran untuk
menyelesaikan masalah interpersonal
- Monitor masalah-masalah fisiologis yang di induksi atau diperburuk oleh
depresi
2. Terapi Keluarga
- Kaji fungsi keluarga, pola komunikasi, peran yang diharapkan,
keterampilan menyelesaikan masalah dan stresor
- Dapatkan informasi dari masing-masing keluarguarga tentang situasi
keluarga saat ini
- Tentukan bagai mana konflik atau krisis ditangani, dan efaluasi
dukungan anggota keluarga yang satu terhadap yang lain
- Kaji tingkat ketertutupan dan ketidak pedulian anggota keluaraga
3. Terapi kelompok
- Berupaya untuk meningkatkan harga diri dan mengakui kekuatan
masing-masing anggota kelompok
- Ajarkan klien tentang cara membentuk dan mempertahankan hubungan
interpersonal, terutama setelah mengalami kehilangan
- Bantu klien mengembangkan strategi untuk memperoleh dukungan
social, mengurangi rasa kesepian, mendapatkan umpan balik dari orang
lain dan mengatasi stressor
- Ajarkan klien tentang bagaimana dengan dukungan dan bantuan taman
sebaya – mempelajari cara untuk menurunkan dan kemudian
menghiangkan distirsi kognitif.

Pendekatan
1. Pendekatan psikodinamika
Psikoanalisis tradisional membantu orang depresi untuk  memeahami
perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek) penting
dalam hidup mereka  yang telah hilang atau terancam hilang.  Dengan
menggali perasaan marah terhdap objek yang hilang , mereka mengarahkan

12
rasa marah keluar—melalui ekspresi verbal dari perasaan dan bukan
membiarkannya menjadi lebih buruk  dan mengarah kedalam.
2. Pendekatan Behavioral
Terapi perilaku  bertujuan secara langsung memodifikasi  perilaku dan
bukan  menumbuhkan kesadaran  kemungkinan penyebab yang tidak
disadari dari perilaku-perilaku ini.
3. Pendekatan Kognitif
Aaron beck dan kolega-koleganya telah mengembangkan  pendekatan
pengembangan multikomponen  disebut terapi kognitif  yang berfokus pada
membantu orang depresi  menyadari dan mengubah pola pikir mereka yang
disfungsional
4. Pendekatan Biologis
Pendekatan biologis umumnya menangani gangguan mood melibatkan
penggunaan obat-obatan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif untuk 
depresi serta litium karbonat untuk  gangguan bipolar. Macam –macam obat
yang di gunakan ; ansiolitik, antipsikotik

Pengobatan
Ada tiga fase penata laksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel
Pedoman Depresi yang terdiri dari:
1. Fase akut : dosis obat disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan
dan klient diberikan punyuluhan.
2. Fase lanjut : klien dimanitir dalam dosis efektif untuk mencegah terjadinya
kambuh.
3. Fase pemeliharaan : seorang klien yang beresiko kambuh sering kali tetap
diberi diberi obat bahkan salama waktu remisi

Obat yang sering kali di gunakan trisiklik, inhibitor MAO, antipsikotik,


benzodiazepine, dsb

13
L. Satatus mental dari kasus
Status pasien dalam keadaan krisis karena keinginan/ide bunuh diri :
ya/tidak (jika jawaban “ya” berarti klien langsung ,masuk ke katagori IV/krisis.

M. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
HAL YANG PERLU DI KAJI
a. Identitas klien
1. Nama : G
2. Umur : 25 tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Dx medis : gangguan mood disorder (afeksi) (F30)

b. Identitas Penanggung jawab


1. Nama : X
2. Umur : 47 tahun
3. Jeniskelamin : laki-laki
4. Pekerjaan : -
5. Hubungan dengan klien : orang tua (ayah)

c. Alasan pasien masuk


1. Mi num obat serangga

d. Faktor predisposisi
1. Putusasa
2. Merasa bingung
3. Murung

e. Fakor presipitasi
- Skripsi yang dikerjakannya mengalami kebuntuan
f. Pemeriksaaan Fisik
- Keluarga mengatakan klien terlihar murung dan suka menyendiri

14
g. Riwayat kesehatan sebelumnya : -
h. Riwayat kesehatan sekarang putusasa dengan tidak semangat lagi
untuk mengerjakan skripsinya
i. Mekanisme koping
Jangka pendek
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari kebingungan
2. Kegiatan yang memberi dukungan sementara
3. Kegiatan yang mencoba menghilangkan rasa putusasanya
j. Prilaku motorik
- Gelisah
- Tidak merasa nyaman
k. Skor : krisis (sudah melakukan percobaan tingdakan bunuh
diri)

15
2. Diagnosa

DATA DIAGNOSA
DO :-
DS :
- Riwayat upaya bunuh diri
sebelumnya : dengan minum
obat serangga Resiko bunuh diri (00150)
- Perubahan sikap dan perilaku
yang nyata : Keluarga
melaporkan bahwa beberapa
bulan terakhir ini putrinya
terlihat murung dan lebih suka
menyendiri dikamar
DO : -
DS :
- Penyalahgunaan agens kimia :
klien melakukan percoban bunuh
diri dengan minum obat serangga
- Perubahan dalam pola
komunikasi yang biasa : Koping tidak efektif (00069)
Keluarga melaporkan bahwa
beberapa bulan terakhir ini
putrinya terlihat murung dan
lebih suka menyendiri dikamar

3. Intervensi

16
No Diagnosa (NOC) (NIC)
1. Resiko Tujuan : 1. Monitor untuk tanda
bunuh diri Setelah dilakuakan tindakan keperawatan dari kelalaian dalam
(00150) selama 3 hari resiko bunuhdirinya resiko tinggi dalam
berkurang : keluarga
1. Pasien dapat merencanakan untuk 2. Monotir interaksi
menghindari penyalahgunaan orangtua anak dan
2. Membatasi klient dari kontak peringatan
(melihat/mendengar dll) agens dengan pengawasan
penyalahunaa 3. Mendengar untuk
3. Memberi saran pada keluarga untuk keterangan dari
member bimbingan bagaimana kadaan
4. Pasien dapat menarik diri sejak hubungan putusasa
yang membahayakannya 4. Monitor tanda dan
5. Social support gejala dari
Kriteria hasil : penyalahgunaan
1. Resiko bunuh diri menurun dengan bukti benda untuk fisiknya
halusinasi keinginan bunuh diri menurun 5. Mengarahkan untuk
atau jarang muncul tercukupinya
2. Pasien sudah tidak merasa tidak putusasa kebutuhan spiritual
dan bingung dengan kerjasama
3. Pasien dapat melnggunakan mekanisme rohaniawan.
kopingnya dalam menghadapi masalah

No Diagnosa (NOC) (NIC)

17
Tujuan dan Kriteria Tindakan
Hasil
2. Koping 1. Mengenal koping Preningkatan Koping
tidak efektif efektif 1. Hargai dan diskusikan
(00069) 2. Mengenal koping tak respon terhadap situasi
efektif 2. Gunakan pendekatan yang
3. Memverbalkan tenang dan memberikan
kemampuan control jaminan
4. Melaporkan 3. Sediakan atmosfer
menurunnya stress penerimaan
5. Modifikasi gaya 4. Bantu klien dalam
hidup sesuai dengan mengembangkan
kebutuhan penghargaan yang objektif
6. Menggunakan terhadap kejadian
support social yang 5. Bantu klien
memungkinkan mengidentifikasi informasi
7. Mengerjakan yang paling menarik untuk
perilaku yang didapatkan
menurunkan stress 6. Evaluasi kemampuan klien
8. Menggunakan membuat keputusan
strategi koping 7. Catat pemahaman
efektif perspektif klien terhadap
9. Menghindari situasi situasi stressfull
stressfull 8. Turunkan kegiatan
10. Memverbalkan pengambilan keputusan saat
kebutuhan akan klien berada pada stress berat
bantuan 9. Dukung penguasaan
11. Melaporkan situasi secara berangsur
menurunnya keluhan 10. Dukung kesabaran dalam
fisik mengembangkan hubungan
12. Melaporkan 11. Dukung hubungan dengan
menurunnya seseorang yang mempunyai
perasaan negative ketertarikan dan tujuan yang

18
13. Melaporkan sama
kenyamanan 12. Eksplorasi alas an
psikologis yang mengkritis diri pasien
meningkat 13. Konfrontasikan ambivalen
Keterangan: klien
1 : Tidak pernah 14. Dorong mengeluarkan
menunjukan mengontrol emosi
2 : jarang menunjukan 15. Kenalkan klen dengan
3 : Kadang-kadang orang lain/grup yang pernah
menunjukan mengalam I kesuksesan
4 : Sering menujukan denga pengalaman yang sama
5 : Selalu Menunjukan 16. Dukung verbalisasi dari
perasaan, persepsi dan takut
17. Bantu klien utnuk
mengidentifikasi tujuan
jangka pendek dan jangka
panjang yang tepat
18. Bantu klien memecah
tujuan yang kompleks
menjadi lebih kecil dengan
tahap yang dapat diatur
19. Dukung keterlibatan
keluarga dengnan cara yang
tepat
20. Bantu klien untuk
menyelesaikan masalah
dengan menggunakan

19
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan,Harold.dkk. 1997. Synopsis Psikiatri (Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis). Jakarta : Binarupa Aksara

Copel, Linda carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri (Pedoman Klinis
Perawat). Jakarta : EGC

Yosep, iyus.S.Kp.,M.Si. 2007. Keprerawatan Jiwa. Refika Aditama

http://psychologysoul.blogspot.com/2010/11/gangguan-mood.html

20

Anda mungkin juga menyukai