Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

JOKO
22160041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

Mahasiswa

(JOKO)

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )
HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang
menimbulkan atau tidak da objek (Suliswati, 2010)
Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon neurobiological yang
maladaptif. (Stuart&Sudden, 2013).
Halusinsi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, dan penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada (Keliat, 2010).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwahalusinasi
merupakan salah satu gangguan persepsi dimana terjadi pengalaman pancaindra tanpa
adanya rangsangan/objek.

B. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi

(Stuart & Sudden, 2013)

C. Jenis
Menurut Stuart & Sudden (2013) jenis halusinasi yang sering terjadi yaitu:
1. Halusinasi Audiotory
Klien mendengar bunyi-bunyi atau suara-suara, paling sering berbentuk suara
manusia.
2. Halusinasi Visual
Berupa halusinasi tentang stimuli visual dalam bentuk kilasan cahaya, bentuk
geometric, tokoh kartun, dan stimuli visual lainnya.
3. Halusinasi Olfactory
Berupa halusinasi mencium bau busuk dan tengik seperti darah, feces atauurin,
kadang-kadang juga mencium bau yang enak.
4. Halusinasi Gustatory
Berupa halusinasi mengecap rasa yang busuk dan tengik seperti darah, feces atau urin.
5. Halusinasi Tactile
Berupa halusinasi mengalami rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada kulit tampa
adanya stimuli, bias juga merasakan sensasi seperti tersetrum yang berasal dari tanah,
benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi Cenesthetic
Berupa halusinasi merasakan sensasi dari gerakan tubuh ketika berdiri diam.

D. Tanda dan Gejala


Menurut Hartono (2010) tanda dan gejala yang sering pada pasien halusianasi yaitu:
1. Data Subyektif
a. Mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang
mengajak bercakp-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
b. Mengatakan melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, kartun, melihat hantu,
atau monster
c. Mengatakan membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, dan terkadang
bau-bau tersebut menyenangkan bagi klien
d. Merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses
e. Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti tersengat listrik
2. Data Obyektif
a. Bicar, senyum dan tertawa sendiri
b. Pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal
c. Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata
d. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
e. Disorientasi
f. Perasaan curiga
g. Takut
h. Gelisah
i. Bingung
j. Ekspresi wajah tegang
k. Mudah tersinggung
l. Tidak mampu melakukan aktivitas mandiri
m. Kurang bisa mengontrol diri
n. Menunjukkan perilaku merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
E. Penyebab
Menurut Stuart & Sudden (2013), faktor predisposisi halusinasi adalah :
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neurobiology yang maladaptif seperti
lesi pada area frontal maupun temporal. Bisa juga halusinasi bisa diturunkan dari
genetic skizofrenia
b. Psikologis
Halusinasi terjadi karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk ke alam sadar
sebagai respon terhadap konflik psikologis
c. Sosio budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan
2. Faktor presipitasi
Menurut Stuart dan Sudden (2013), faktor presipitasi halusinasi adalah :
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik yang maladaptif
termasuk:
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan secara selektif menanggapi rangsangan
b. Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang terhadap toleransi stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku

F. Akibat
Menurut Yosep (2011), halusinasi dapat berakibat ke masalah keperawatan yang lain.
Halusinasi bisa berakibat perhatian dengan lingkungan berkurang sehingga dapat menjadi
menarik diri dan berujung isolasi sosial. Pasien dengan halusinasi yang menyenangkan
dapat berimbas ke masalah gangguan nutrisi kurang darikebutuhan akibat dari
menurunnya perhatian, dapat juga menjadi defisit hygiene diri. Akibat yang paling buruk
dari halusinasi adalah jika halusinanya mengganggu dapat terjadi perilaku kekerasan.
Halusianasi juga dapat menjadikan waham ataupun HDR tergantung dari isi halusinasi
yang dialami. Hal ini disebabkan karena pasien dengan halusinasi mengalami penurunan
kesadaran dan juga kehilangan kemampuan untuk membdakan antara halusinasi dan
realita.
G. Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan
yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang
mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran
stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan
menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini
dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau
patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa
dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang
direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya
daya meirfani realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus
eksterna (Yosep, 2011).

H. Diagnosis Keperawatan Utama


Diagnosa keperawatan utama adalah halusinasi.

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi adalah strategi pelaksanaan halusinasi.
Namun ada beberapa penatalaksanaan lain seperti:
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat kecemasan,
kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan
pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata,
kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik
atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah
dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di
beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
2. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
3. Melaksanakan program terapi dokter, Sering kali pasien menolak obat yang di
berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
4. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
5. Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan diri untuk
melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih
kegiatan yang sesuai.
6. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga pasien dan
petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat
dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan
pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek.
Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
7. Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di
beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien
sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan (Keliat dkk, 2010).

J. Fokus Intervensi
1. Tindakan mandiri
SP I
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
b. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Mengidentifikasi respon pasien terhadp halusinasi
g. Mengajarkan paien cara menghardik halusinasi
h. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
SP II
a. Mengevaluasi jadwal harian pasien
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orsng lain.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP III
a. Mengevaluasi jadwal harian pasien.
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
bisa dilakukan pasien.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP IV
a. Mengevaluasi jadwal harian pasien.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tengtang penggunaan obat-obat secara teratur
kepada pasien.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
2. Tindakan modalitas
a. Libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok orientasi realita
b. Melakukan terapi kognitif
1) Kuatkan pikiran realita klien. Tolak pikiran untuk setuju dengan
halusinasinya
2) Bantu dan dukung pasien untuk mengungkapkan secar verbal perasaan
ansietas, kekuatan dan tidak aman.
3) Diskusikan teknik-teknik menghardik halusinasi (misalnya latihan nafas
dalam, latihan relaksasi, teknik berhenti berfikir)

3. Tindakan kolaborasi
Obat psikotropik (psikofarmaka) adalah obat yang bekerja secara selektif
pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas
mental dan perilaku (mind and behavior altering drugs), digunakan pada gangguan
psikiatrik. Penggunaan klinis obat psikotropik ditujukan untuk meredam
(suppresion) gejala sasaran tertentu dan pemilihan jenis obat disesuaikan dengan
tampilan gejala sasaran yang ingin di tanggulangi misalnya antipsikotik, antidepresi,
antimania, antianxietas, antiinsomnia, antipanik, dan anti obsesi kompulsif (Maslim,
2010). Menurut Suliswati (2010) antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi,
dan perubahan pola piker yang terjadi pada skizofrenia.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Kelliat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Refika Aditama.

Maslim. R., 2010.Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ
III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya,

Stuart & Sudden. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suliswati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC


STRATEGI PELAKSANAAN : PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI

A. Kondisi Klien
DS :
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas
serta melihat setan-setan.
DO :
klien sering menyendiri di kamar
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
halusinasi
1. ORIENTASI:
a. salam terapeutik
”Selamat pagi bapak, Perkenalkan saya Joko, saya mahasiswa keperawatan yang akan
merawat bapak 1 minggu ke depan. Nama bapak siapa? Bapak Senang dipanggil apa?”
b. evaluasi / validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”Baiklah, bagaimana kalau
kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya?
Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak
dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada keadaan apa
suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” Bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya
bagus bapak sudah bisa”

TERMINASI:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa pak?Bagaimana kalau dua
jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”

Kelliat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai