Disusun Oleh :
Nama: Maura Putri Febrianti
NIM: 42010121A026
B. Etiologi
Etiologi, Menurut Stuart (2007), faktor penyebab halusinasi adalah:
1. Faktor predisposisi
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah
frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku
psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung
oleh otopsi (post-mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap
atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
E. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
1) Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama
yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4) Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
5) Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
F. Tanda Gejala
Pasien dengan gangguan persepsi halusinasi dapat memperlihatkan
berbagai
manifestasi klinis yang bis akita amati dalam prilaku mereka sehari-hari.
NANDA (2010) tanda dan gejala halusinasi meliputi :
a. Konsentrasi kurang
b. Selalu rubah respon dari rangsangan
c. Kegelisahan
d. Perubahan sensori akut
e. Mudah tersinggung
f. Disorientasi waktu, tempat dan orang
g. Perubahan kemampuan pemecahan masalah
h. Perubahan pola prilaku
i. Bicara dan tertawa sendiri
j. Mengatakan melihat dan mendengar sesuatu, padahal objek tidak ada
k. Menarik dari
l. Mondar-mandir
m. Individu terkadang sulit berfikir dan mengambil keputusan
n. Tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri,pergerakan mata
cepat, diam, asyik dengan pengalaman sensori,kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realitas rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat
diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi (Stuart & Sudden, 1998)
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
3) Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi
perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4) Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan
tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan.
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan
dan tindakan lain, yaitu (Residen bagian Psikiatri UCLA, 1990):
1) Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obatan anti-
psikosis.
Isolasi sosial
Penyebab
3. Masalah Keperawatan yang Perlu Dikaji
1) Mengkaji Jenis Halusinasi Gangguan konsep diri: harga diri rendah
kronis
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70%
halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar
atau suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi penghidu,
pengecap, perabaan, senestik dan kinestik. Mengkaji halusinasi dapat
dilakukan dengan mengevaluasi perilaku pasien dan menanyakan secara
verbal apa yang sedang dialami oleh pasien.
2) Mengkaji Isi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata
apabila halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk
bayangan yang dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya adalah halusinasi
penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh
bila halusinasi perabaan.
3) Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan
intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk pencegahan terjadinya halusinasi.
Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus
Data Subjektif
a. Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya: mendengar
suara-suara atau melihat bayangan)
b. Mengeluh cemas dan khawatir
Data Objektif
a. Mudah tersinggung
b. Apatis dan cenderung menarik diri
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang
berhenti bicara seolah-olah mendengar sesuatu
d. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara
e. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
f. Gerakan mata yang cepat
g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah
h. Kadang tampak ketakutan
i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap
petunjuk yang komplek)
4. Analisa Data
No Tanggal Analisa Data Masalah
1. 09-01-2024 Tanda gejala mayor Halusinasi
Subjektif:
1. Mendengar suara orang bicara
2. Melihat benda, orang, atau sinar
tanpa ada objeknya
3. Menghidu bau-bauan yang tidak
sedap , seperti bau badan padahal
tidak
4. Merasakan pengecapan yang tidak
enak
5. Merasakan rabaan atau gerakan
Badan
Objektif:
1. Bicara sendiri tanpa ada orangnya
2. Tertawa sendiri
3. Melihat ke satu arah
4. Mengarahkan telinga ke arah
tertentu
5. Tidak dapat memfokuskan pikiran
6. Diam sambil menikmati
halusinasinya
5. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Perilaku Kekerasan b.d Halusinasi
2) Gangguan persepsi sensori b.d Halusinasi
SP II SP II
Melatih Cara Mengontrol 1. Melatih keluarga mempraktekkan
Halusinasi dengan Bercakap- cara merawat pasien dengan
cakap halusinasi
1. Memvalidasi masalah dan 2. Melatih keluarga melakukan cara
latihan sebelumnya. merawat langsung kepada pasien
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi
halusinasi dengan berbincang
dengan orang lain
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP III SP III
Melatih Cara Mengontrol 1. Membantu keluarga membuat
Halusinasi dengan Melakukan jadual aktivitas di rumah
Aktivitas/Kegiatan Sehari-hari termasuk minum obat (discharge
1. Memvalidasi masalah dan planning)
latihan sebelumnya. 2. Menjelaskan follow up pasien
2. Melatih pasien cara kontrol setelah pulang
halusinasi dengan kegiatan
(yang biasa dilakukan pasien).
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP IV
Patuh Obat & Penggunaan
Teratur, Kegunaan serta
Manfaat Obat
1. Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol
halusinasi dengan teratur
minum obat (prinsip 5 benar
minum obat).
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Jakarta : EGC.