Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Arif Rifai, S.Ked Nim: 712019003


Hurait Hernando Hurairo Nim: 712019007

Pembimbing:
dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ. MARS

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT DR. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus berjudul

SKIZOAFRENIA PARANOID

Dipersiapkan dan disusun oleh:


1. Arif Rifai (712019003)
2. Hurait Hernando Hurairo (712019007)

Pembimbing:
dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ. MARS

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
DR. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Februari 2021


Dosen Pembimbing

dr.Abdullah Sahab, Sp.KJ. MARS

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Skizofrenia Paranoid” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan
Klinikdi Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit DR. Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasullullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir
zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan, maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. dr. Abdullah Sahab, Sp. KJ. MARS, selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang telah banyak membantu dengan doa yang tulus dan
memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan Tim sejawat seperjuangan dan semua pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin.

Palembang,Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................i
Halaman Pengesahan.....................................................................................ii
Kata Pengantar...............................................................................................iii
Daftar Isi........................................................................................................iv
BAB I. Laporan Kasus...................................................................................3
BAB II. Diskusi.............................................................................................16
Lembar Follow Up.........................................................................................23
Daftar Pustaka................................................................................................22

3
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PENDERITA
Nama : Tn. A
Usia :17 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Sukajadi RT 61 RW 03 kecamatan Talang Kelapa
Datang ke RS : Sabtu, 13 Febuari 2021
Cara ke RS : Diantar oleh ayahnya
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Bangau RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan penderita pada hari Rabu, 17 Febuari 2021, Pukul
14.00 WIB.
2. Alloanamnesis dengankeluarga penderita pada hari Kamis, 18 Febuari 2021,
Pukul 14.00 WIB (via telpon).

A. Sebab Utama
Pasien mengamuk merusak motor kakak ipar.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien dibawa ke IGD RS. dr. Ernaldi Bahar 6 hari yang lalu pasien
mengamuk merusak motor kakak ipar pasien. Pasien mengatakan bahwa
marah karena pasien ingin meminjam motor kakak ipar dan tidak
dipinjamkan.

4
Menurut pasien kurang lebih 3 bulan SMRS pasien mengatakan bahwa
memiliki keinginan mengakhiri hidupnya dikarenakan mendapat bisikan
untuk mengakhiri hidupnya. Pasien mengatakan sejak 1 bulan SMRS
mendengar suara dan melihat orang yang mirip seperti dirinya, suara dan
orang tersebut hanya pasien yang dapat mendengar dan melihatnya, suara
yang didengar oleh pasien yaitu “ayo ikut aku” dan “matilah kamu”, menurut
pasien bisikan dan bayangan yang mirip seperti dirinya itu dirasakan apabila
pasien sedang sedih atau merasa lelah, keluhan itu dirasakan sejak kelas 5 SD
menurut pengakuan pasien. Pasien juga mengatakan merasa marah jika orang
tua nya memarahi dirinya atau menasehatinya, pasien juga mengaku pernah
memukuli orang tuanya dan mengancam menggunakan senjata tajam karena
pasien tidak suka dimarahi atau dinasehati pasien. Pasien mengatakan
mengonsumsi rokok 3 batang per hari.
Pasien mengatakan bahwa sejak kecil pasien kurang perhatian dan kasih
sayang orang tua karena pasien sering ditinggal orang tuanya untuk bekerja
sehingga pasien merasa tidak mendapat kasih sayang, pasien mengaku sering
sedih karena menurutnya masa kecilnya tidak bahagia. Sejak SD pasien
merasa dijauhi oleh teman temanya dan gurunya, pasien menganggap teman
temanya memfitnah/syirik kepada dirinya, stelah SMP pasien memutuskan
untuk berhenti sekolah karena pasien merasa dijauhi oleh teman temannya
dan guru nya. Pasien sudah pernah berobat ke poli RS Ernaldi Bahar dan
mendapatkan obat tetapi pasien tidak mau meminumnya dan membuang
obatnya karena pasien merasa bahwa dirinya tidak gila.
Menurut keluarga, kurang lebih 5 tahun SMRS perubahan perilaku pada
pasien tampak sejak pasien berhenti sekolah SMP, dimana pasien sering
mengoceh sendiri, gelisah, suka mengamuk tidak jelas, pasien menjadi susah
tidur. Pasien sering mengancam orang tua dan warga sekitar menggunakan
senjata tajam, tetapi perilaku pasien naik turun, terkadang pasien beraktivitas
seperti orang biasa.
Menurut keluarga, pasien sering meresahkan warga karena sering
mengamuk tidak jelas, pasien merupakan orang yang tidak mempunyai

5
banyak teman. Keseharian pasien hanya di rumah dan tidak mau bekerja
membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA


A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien tidak pernah ada gangguan psikiatri sebelumnya.
B. Riwayat Kondisi Medis Umum
1. Riwayat alergi tidak ada
2. Riwayat asma tidak ada
3. Riwayat trauma tidak ada
4. Riwayat demam tinggi tidak ada
5. Riwayat kejang tidak ada
6. Riwayat hipertensi tidak ada
7. Riwayat stroke tidak ada
8. Riwayat diabetes mellitus tidak ada
9. Riwayat hiper/hipotiroid tidak ada
10. Riwayat sakit jiwa sebelumnya tidak ada
C. Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah mengonsumsi NAPZA dan Alkohol
D. Time line Perjalanan Penyakit Pasien

3 bulan 1 bulan 1 minggu


SMRS SMRS SMRS

Mengoceh sendiri Halusinasi Halusinasi Visual


Visual
Gelisah Halusinasi Auditorik
Halusinasi
Mengamuk Waham rujukan
Auditorik
Tidak bisa tidur
Gelisah
Ingin bunuh diri

6
IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Riwayat Premorbid
1. Bayi : Menurut keluarga pasien lahir spontan, cukup bulan,
ditolong oleh bidan.
2. Anak : Menurut keluarga, pasien tidak pernah mengalami trauma
kepala dan kejang.
3. Remaja : Menurut keluarga, pasien merupakan orang yang pendiam.

B. Situasi Hidup Sekarang


Pasien tidak mau bekerja dan jarang melakukan aktivitas. Pasien tinggal
dengan ayah dan ibu kandung dan 1 adiknya, kehidupan ekonomi pasien
menengah kebawah.

C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

Keterangan:
: Pasien bernama Tn.A usia17 Tahun

D. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SD.

E. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja

7
F. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah

G. Agama
Pasien beragama Islam

H. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal serumah dengan ibu kandung, dan 5 orang adiknya.
Dengan status ekonomi menengah kebawah. Penghasilan ekonomi dari hasil
buruh batu bata.

I. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib sebelumnya.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 17 tahun, pada saat
wawancara pasien menggunakan baju bewarna biru muda dan celana
Panjang berwarna biru muda. Penampilan sesuai dengan usia. Perawatan
diri cukup bersih, rambut botak, kumis dan janggut tidak ada, kulit sawo
matang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tampak tenang.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kontak dengan pemeriksa ada,kooperatif terhadap pemeriksa.

B. Mood dan Afek


1. Mood : Eutimik
2. Afek : Sesuai

8
C. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kecepatan : Normal
3. Intonasi : Sedang
4. Artikulasi : Jelas
5. Produksi suara : Baik dan Lancar

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
- Halusinasi visual ada (1 bulan SMRS)  melihat bayangan yang
mirip seperti dirinya..
- Halusinasi auditorik ada(1 minggu SMRS) Pasien mendengar suara
“setan/jin” yang menyuruhnya untuk ikut jin itu. (3 bulan) SMRS
pasien mendengar suara “setan” yang menyuruhnya mengakhiri
hidupnya,

E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : Koheren
a) Kontinuitas : Kontinu
b) Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran
Gangguan isi pikiran :
- Waham rujukan ada yaitu pasien merasa di jauhi oleh teman
temannya karena pasien merasa difitnah/syirik kepada dirinya.

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis.
2. Orientasi :
a) Waktu : Baik
b) Tempat : Baik
c) Orang : Baik

9
3. Daya Ingat : Baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
5. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca
6. Kemampuan visuospasial : Pasien dapat menjelaskan
perjalanan dari rumah ke RS.
Ernaldi Bahar.
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik, pasien makan, minum dan
mandi bisa sendiri.

G. Pengendalian Impuls
Pasien tampak tenang pada saat proses tanya jawab dilakukan dan tidak
terdapat gerakan involunter.

H. Daya Nilai
1. Penilaian realita : RTA terganggu
2. Tilikan : Derajat 1

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu,17 febuari 2021.
A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos Mentis.
2. Tanda Vital : TD: 120/70 mmHg, N: 82 x/menit, RR: 21 x/menit, T:
36,6oC
3. Kepala : Normocephali, Konjungtiva palpebra anemis (-),
Sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung (-).
4. Thorax : BJ I dan II Normal, Gallop (-), Murmur (-), Vesikuler
normal (+), Wheezing (-), Ronkhi (-).
5. Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) normal
Pembesaran hepar dan lien (-).
6. Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.

10
B. Status Neurologikus
1. GCS : 15
E : membuka mata spontan (4)
V : bicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
2. Fungsi sensorik tidak terganggu.
3. Fungsi motorik tidak terganggu.
4. Ekstrapiramidal sindrom tidak ditemukan gejala.
5. Refleks fisiologis normal.
6. Refleks patologis tidak ditemukan.

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK1


Aksis I:
¡ Bedasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, tidak
terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai
dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi, serta orientasi
yang masih baik, sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental
Organik (F.0).
¡ Dari anamnesis diketahui bahwa pasien tidak pernah mengonsumsi
NAPZA,sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini bukan pasien
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F1)
¡ Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita berupa
adanya waham dan halusinasi, maka pasien ini menderita gangguan
psikotik (F.2)
¡ Waham yang dialami pasien berupa waham rujukan dan halusinasi visual
dan halusinasi audiotorik yang sudah terjadi lebih dari 3 bulan yang lalu,
sehingga termasuk kedalam skizofrenia (F.20)

Aksis II:
Pada pasien didapatkan kecurigaan orang disekitarnya bahwa orang
disekitarnya membicarakan atau memfitnah dirinya dan kecurigaan yang terus

11
berulang, sehingga pada pasien ini dikategorikan sebagai ciri kepribadian
paranoid.

Aksis III:
Pada pasien untuk diagnosis multiaksial aksis III tidak terdapat diagnosis.

Aksis IV:
Pada penderita untuk aksis IV terdapat masalah dengan keluarga (primary
support group).

Aksis V:
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale saat
datang ke Rumah Sakit yaitu 20-11 yaitu bahaya mencederai diri/orang lain,
disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri.

IX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL1


Aksis I : F20.00 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan keluarga
Aksis V : GAF 20-11
Diagnosa Banding :
- Skizofrenia Paranoid
- Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia

X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.
B. Psikologik
Pasien mengalami, waham rujukan, halusinasi visual dan halusinasi auditori

12
.
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dengan ayah dan ibu kandung dan adiknya.

XI. PROGNOSIS
A. Quo ad Vitam : dubia ad bonam
B. Quo ad Functionam : dubia ad malam
C. Quo ad Sanationam : dubia ad malam

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka
- Risperidone 2 x 2 mg
- Merlopam 1 x 1 mg

B. Psikoterapi²
1) Pada penderita
- Memberikan edukasi terhadap penderita untuk mampu berinteraksi
dengan baik, mampu mengendalikan emosi, memahami penyakit
serta cara pengobatannya, memahami pentingnya untuk hadir
kontrol rutin setiap bulan, mengetahui efek samping yang dapat
muncul apabila melanggar kepatuhan dan keteraturan dalam
minum obat.
- Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan kualitas
hidup individu, perbaikan fungsi sosial. Misalnya mampu
membangkitkan semangat untuk kerja dari penderita.
- Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa, senantiasa
memperbanyak ibadah mendekatkan diri kepada Tuhan dan
semangat dalam menjalani hidup.
2) Pada keluarga
- Memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai berbagai
kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan

13
pentingnya kontrol pengobatan, sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi penderita serta membantu
penderita dalam hal minum obat serta kontrol secara teratur dan
mengenali gejala-gejala kekambuhan untuk segera dikonsultasikan
kepada dokter.

14
BAB II
DISKUSI

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan


gangguan dasar pada kepribadian, distorsi proses pikir, waham yang aneh,
gangguan persepsi, afek yang abnormal. Meskipun demikian, kesadaran
pasien tetap jernih. Pasien mengalami hendaya berat dalam menilai
realitas.
Diagnosis gangguan skizofrenia dapat ditegakan berdasarkan PPDGJ
III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang
berpedoman pada DSM-V. Pedoman diagnostik:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam / jelas):
A. “thought echo” : isi pikirannya sendiri yang berulang / bergema dalam
kepalanya
“thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion), atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu (withdrawal).
“thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain /
umum mengetahuinya.
B. “delusion of control” : waham dirinya dikendalikan oleh kekuatan tertentu
“delusion of influence” : waham dirinya dipengaruhi oleh kekuatan dari luar
“delusion of pasivity” : waham dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar.
“delusion of perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar yang
bermakna, sifat mistik dan mukjizat.
C. Halusinasi auditorik : suara berkomentar terus menerus/ mendiskusikan
perihal pasien sendiri.
D. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar, misal: perihal keyakinan agama dan politik, mampu mengendalikan
cuaca, berkomunikasi dengan makhluk asing.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini harus ada secara jelas:

15
E. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa aja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-
valued issue) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
F. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berkaibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
G. Perilaku katatonik, keadaan gaduh gelisah (ex-citement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor.
H. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; akan
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.
I. Adanya gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung satu bulan atau lebih
(tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
J. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku probadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan
diri secara sosial.1

Adapun kriteria skizofrenia menurut DSM-V adalah sebagai berikut :


A. Karakteristik Gejala
Terdapat 2 atau lebih dari kriteria dibawah ini, masing-masing terjadi dalam
kurun waktu yang signifikan selama 1 bulan (atau kurang bila telah berhasil
diobati). Paling tidak salah satunya harus (1), (2), atau (3):
a) Delusi/Waham
b) Halusinasi
c) Bicara Kacau (contoh: sering melantur atau inkoherensi)
d) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik

16
e) Gejala negative (yaitu: ekspresi emosi yang berkurang atau kehilangan
minat)
catatan: hanya diperlukan 1 gejala di kriteria A bila terdapat waham bizar
atau halusinasi berupa suara-suara yang mengomentari perilaku atau pikiran
pasien, atau 2 atau lebih suara yang berbicara satu sama lain.
B. Disfungsi Sosial/Pekerjaan
Selama kurun waktu yang signifikan sejak awitan gangguan, terdapat
satu atau lebih disfungsi pada area fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkat yang
dicapai sebelum awitan (atau jika awitan pada masa anak-anak atau remaja,
ada kegagalanuntuk mencapai beberapatingkat pencapaian hubungan
interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
C. Durasi
Tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang
bila telah berhasil diobati) yang memenuhi kriteria A (yi. gejala fase aktif)
dan dapat mencakup periode gejala prodromal atau residual. Selama periode
gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi
sebagai gejala negatif saja atau 2 atau lebih gejala yang terdaftar dalam
kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (cth., keyakinan aneh,
pengalaan perseptual yang tidak lazim).
D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif
Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan ciri
psikotik telah disingkirkan baik karena a) Tidak ada episode depresif manik,
atau campuran mayor yang terjadi bersamaan dengan gejala fase aktif,
maupun b) Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif durasi totalnya
relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E. Eksklusi kondisi medis umum/zat
Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
(contoh: obat yang disalahgunaan, obat medis) atau kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan keterlambatan perkembangan global

17
Jika terdapat riwayat gangguan autistik atau keterlambatan
perkembangan global lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat
bila waham atau halusinasi yang prominen juga terdapat selama setidaknya
satu bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati)1.
Berdasarkan hasil anamnesa (alloanamnesa) serta pemeriksaan status
mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam
kasusini dapat didiagnosa sebagai Skizofrenia Paranoid (F20.0). Pedoman
diagnostik secara umum skizofrenia telah terpenuhi dan secara spesifik
digolongkan ke dalam skizofrenia paranoid.1
Untuk diagnosis skizofrenia paranoid harus memenuhi seluruh
persyaratan berikut yaitu 1:
 Memenuhi kriteri umum untuk diagnosis skizofrenia.
 Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau meberi
perintah, atau halusinasi audiotrik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi peluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi
tawa (lauhging)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan, dipengaruhi, atau “passivity” dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

Pengobatan pada skizofrenia sebenarnya tidak ada pengobatan yang


spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya
dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pengobatan
skizofrenia diobati dengan antipsikotik. Obat antipsikotik dibagi dalam dua
kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor

18
antagonist atau antipsikotika generasi I (tipikal) dan serotonin-dopamine
antagonist atau antipsikotika generasi II (atipikal). Obat APG-I berguna
terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif. APG-II bermanfaat baik
untuk gejala positif maupun negatif.2.
Risperidone merupakan APG-II mempunyai mekanisme kerja melalui
interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak.
Risperidone merupakan antipsikotika pertama setelah clozapin yang
mendapat persetujuan FDA. Risperidone memiliki nama dagang Risperdal
tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg. Dosis Risperidone
berkisar antara 4 - 16 mg, namun dosis yang biasa digunakan berkisar antara
4 - 8 mg. Selain dalam bentuk tablet, risperidone juga tersedia dalam bentuk
depo (long acting) yang dapat digunakan setiap dua minggu. Walaupun
dikatakan ia merupakan antagonis D2kuat, kekuatanya jauh lebih rendah
dibandingkn APG II seperti Haloperidol, sehingga efek samping
ekstrapiramidalnya lebih rendah dibandingkan dengan APG I.
Kemudian pemberian lorazepam, merupakan golongan benzodiazepine.
Benzodiazepine mengaktifkan ketiga tapak pengikatan gama-aminobutiric
acid-benzodiazepin (GABA-BZ) spesifik, reseptor GABAA, yang kemudian
membuka saluran klorida dan mengurangi kecepatan letupan neuronal dan
otot. Karena distribusi jaringan reseptor GABA yang luas benzodiazepine
memiliki efek sedatif, relaksan otot, dan antikonvulsan. Dengan
meningkatkan aktivitas GABA maka kerja otak akan melambat dan
menghasilkan efek menenagkan atau sedatif.
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan
psikoterapi. Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap penderita agar
memahami tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor
penyebab (stresor), cara pengobatan, prognosis dan risiko kekambuhan agar
pasien tetap taat minum obat dan segera datang ke dokter bila gejala serupa
muncul dikemudian hari. Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung
lama, adanya efek samping obat dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh
dokter.3

19
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan
untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi penderita agar
dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Keluarga penderita juga
diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian
informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyebab penyakit yang
dialami penderita serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami
dan menerima kondisi penderita untuk minum obat dan kontrol secara teratur
serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.3.
Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam pada quo ad vitam dan
dubia ad malam untuk quo ad fungsionamnya sedangkan untuk quo ad
sanationamnya adalah dubia ad malam.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan B.J., SAdock. 2012. Kaplan & Sadock’s Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi ke 2. EGC.
2. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya.
3. Maslim, R. 2010. Panduan Praktis Penggunaan Klinik Obat Psikotropik.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
4. Nevid, J.S., Rathus, S.A., dan Greene, B. 2015. Psikologi Abnormal (Jilid I)
Alih Bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakrta: PT
Gelora Aksara Pratama.

21
TABEL FOLLOW UP

Rabu, 17 Febuari 2021. S: Pasien Tenang, pasien koperatif untuk diajak bicara
Pukul 14.00 WIB O: KU baik, afek sesuai, mood eutimik, waham (-),
Bangsal Bangau halusinasi visual (-), kontak (+)
TD: 120/70 mmHg,
N: 82 x/menit,
RR:21 x/menit,
T: 36 C
A: F 20.0
P: - Risperidon 2 x 2 mg
- Merlopam1 x 1mg
Kamis, 18 Febuari S: Pasien tenang dan koperatif saat diajak bicara.
2021. O: KU baik, afek sesuai, mood eutimik, kontak (+),
Pukul 13.00 WIB halusinasi visual (-)
Bangsal Bangau TD: 120/70 mmHg
N: 79 x/menit
RR:20 x/menit
T: 36,7 C
A: F 20.0
P:- Risperidon 2 x 2 mg
- Merlopam1 x 1 mg

22

Anda mungkin juga menyukai