Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU ORGANIK


LAIN AKIBAT PENYAKIT, KERUSAKAN DAN
DISFUNGSI OTAK

Oleh:
Ghiffary Alif Mirza, S.Ked 712019014
Diza Hanni Pertiwi, S.Ked 712019062
Arif Rahman Hakim, S.Ked 712019031
Muhammad Aviv Ababil, S.Ked 712019024

Pembimbing:
dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT DR. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus berjudul

Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik Lain Akibat Penyakit,


Kerusakan dan Disfungsi Otak

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Ghiffary Alif Mirza, S.Ked 712019014
Diza Hanni Pertiwi, S.Ked 712019062
Arif Rahman Hakim, S.Ked 712019031
Muhammad Aviv Ababil, S.Ked 712019024

Pembimbing:
dr.Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
DR. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Juli 2021


Dosen Pembimbing

dr.Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik Lain Akibat Penyakit, Kerusakan
dan Disfungsi Otak” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit DR. Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasullullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir
zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan, maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. dr. Abdullah Sahab, Sp. KJ, MARS selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang telah banyak membantu dengan doa yang tulus dan
memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan Tim sejawat seperjuangan dan semua pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin.

Palembang, Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................
Halaman Pengesahan.....................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I. Laporan Kasus................................................................................1
BAB II. Diskusi.............................................................................................18
Daftar Pustaka.............................................................................................24

iii
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PENDERITA
Nama : Tn. TM
Usia : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Suku / Bangsa : Melayu / Indonesia
Pendidikan : Sekola Dasar
Pekerjaan : Ojek
Agama : Islam
Alamat : Perum Griya Handayani, Blok Gi, Sukajadi, Talang
Kelapa, Musi Banyuasin
Datang ke RS : Jumat, 11 Juni 2021
Cara ke RS : Diantar keluarga
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Bangau RS. Dr. Ernaldi Bahar Palembang

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan penderita pada hari Rabu, 7 Juli 2021 Pukul 09:00
WIB
2. Alloanamnesis dengan Saudara kandung penderita pada Rabu, 7 Juli 2021
Pukul 13:30 WIB

A. Sebab Utama
Pasien mengamuk sering keluyuran menggunakan motor, dan memukul
keluargnya.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


- Autoanamnesis
Pada autoanamnesis dengan pasien, os mengatakan bahwa dirinya
dibawa oleh ibunya ke RS DR. Ernaldi Bahar karena berkelahi dan menusuk
temannya dengan menggunakan pisau. Os mengatakan saat itu ia berkelahi
dengan temannya sesama profesi ojek karena merasa kesal temannya sering
mendapat penumpang lebih banyak dari dirinya.
Os mengatakan saat ia tinggal dirumah, ia sering dilarang melakukan hal
yang disukai sehingga os menjadi mudah emosi dan sering mengamuk. Os
mengatakan bahwa adiknya sangat cerewet dan sering menyuruh os untuk
diam. Selain itu, os juga mengatakan bahwa istrinya sering melawan
perintahnya, sehingga os sering memukul adik dan istrinya dengan tangan. Os
mengatakan dari pada dirinya dipukul oleh orang, os akan memukul orang
tersebut lebih dahulu. Os juga mengatakan semenjak ibunya meninggal dunia,
ia menjadi mudah emosi karena ia merasa kehilangan sosok ibu yang sangat
ia cintai. Os mengatakan tidak ada suara-suara atau bisikan yang ia dengar.
Os juga tidak pernah melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain.
Os beragama islam dan mengatakan masih sering melakukan sholat.
Os mengatakan ia sering merokok, dalam satu hari os bisa menghabiskan
sekitar 1 bungkus rokok. Os mengatakan ia tidak pernah menggunakan obat-
obatan tetapi ia sering mengkonsumsi minuman beralkohol berupa tuak.
Menurut Os, dirinya tidak mengalami kelainan atau keanehan, ia merasa
bahwa dirinya saat ini baik-baik saja. Os mengatakan bahwa tidurnya teratur
dan nyenyak. Nafsu makan os tidak terganggu. Os masih dapat melakukan
aktifitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain seperti mandi dan berpakaian.
Selain itu, BAK dan BAB masih bisa dikendalikan secara mandiri.

- Alloanamnesis
Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RS dr. Ernaldi Bahar ke IGD karena
os sering mengamuk sejak 1 bulan dan melakukan tindakan kekerasan yaitu
menusuk temannya dengan menggunakan pisau hingga meninggal dunia.
Selain itu, os sering marah-marah dan berbicara meracau. Menurut keluarga,
os sering mengamuk dan marah-marah apabila keinginannya tidak terpenuhi.

2
Os juga mulai melakukan kekerasan terhadap orang disekitarnya seperti
memukul adik dan istrinya ketika os diberi nasehat.
Menurut keluarga, os memiliki perilaku aneh yaitu os sering kali keluar
rumah saat malam hari dan berkata bahwa saat itu sudah pagi hari. Os juga
sering bermain motor seharian, saat os dilarang untuk menggunakan motor os
mulai marah dan mengamuk.
Perubahan perilaku yang dialami os tersebut di rasakan kurang lebih
sejak 18 tahun terakhir ini. Os pernah memiliki riwayat dirawat di Rumah
Sakit Jiwa saat berusia 22 tahun, dan saat usia 30 tahun dengan keluhan yang
sama seperti saat ini yaitu sering mengamuk dan marah-marah. Saat itu os
dirawat dan diberi obat-obatan dan keadaan os mulai membaik. Tetapi
keluarga lupa nama obat yang diberi. Selain itu keluarga juga mengatakan
tidak rutin membawa os untuk kontrol ke Rumah Sakit sehingga gejala yang
dialami os kambuh lagi.
Keluarga mengatakan sekitar 30 hari yang lalu ibu os meninggal dunia.
Os adalah anak yang dekat dan selalu mematuhi perintah ibunya. Saat itu os
merasa sangat kehilangan ibunya dan semenjak ibu os meninggal dunia, os
menjadi lebih sering mengamuk bahkan sampai membunuh temannya sendiri.
Saat os bekerja sebagai tukang ojek os berselisih paham dengan seorang
temannya hingga akhirnya os membunuh temannya dengan menikam tubuh
temannya menggunakan pisau. Saat itu, keluarga merasa tidak sanggup lagi
untuk mengurus dan menangani perilaku os. Akhirnya os dibawa ke IGD RS
Ernaldi Bahar Palembang.
Keluarga mengatakan tidur os terganggu terkadang os sulit untuk tidur
malam. Nafsu makan os tidak terganggu. Os juga masih dapat mengurus
dirinya sendiri.

Wawancara dan observasi dilakukan pada Rabu, 7 Juli 2021 Pukul 09.00 s.d
10:00, di ruang perawatan bangsal Bangau RS Ernaldi Bahar. Wawancara
dilakukan menggunakan bahasa Indonesia dan Palembang.

Pemeriksa Pasien Interpretasi

3
(Psikopatologi)
“Selamat siang pak. ”Siang, dokter. Penampilan: Seorang laki-
laki berusia sekitar 40
Saya dokter muda Alhamdulillah baek dok”
tahun, berpakain rapi
Ghiffary, Diza, (Pasien duduk didepan dengan mengenakan baju
lengan pendek dan celana
Hakim dan Aviv. kamar, membalas dengan
Panjang berwarna hijau.
Apo kabar Bapak?” muka datar, sambil Penampilan sesuai usia.
melihat pewawancara), Kesadaran : Compos
mentis, atensi cukup,
“Sehat dokter sehat nian”
Perhatian : Adekuat
“Apakah kami boleh “boleh dok” Sikap : kooperatif,
mengobrol sebentar Bicara : spontan,
verbalisasi jelas intonasi
dengan bapak?”
cepat
Inisiatif cukup,
Motorik : normal,
Ekspresi : wajar,
Kontak fisik, mata dan
verbal adekuat.
“Kalo boleh tau siapo “Temi, dokter” Orientasi diri cukup
namonyo pak?”
Orientasi waktu buruk
“Sekarang ini bapak “Lah lupo aku dok, dak
Orientasi tempat baik
Temi umurnyo ingat lagi”
berapo pak?” Orientasi orang baik

“Pak tau dak “Hari minggu caknyo


sekarang hari apo, dok, lupo aku, lah lamo
tanggal berapo, tahun dak keluar aku dok”
berapo?”

“Bapak tau dak “Tau dok, di RS Jiwa


sekarang dimano?” KM 12 lah sering aku

“Siapo yang anter kesini dok”

4
bapak kesini?, nama “Ibu aku yang bawaknyo,
adiknyo siapo pak?” oleh aku nujah kawan
aku dok laju dibawa
kesini”

“Ibu aku inilah dok”


“Tinggalnya “Di KM 14 sano dok ” Daya ingat jangka panjang
dimana?” baik
“Tinggal dengan mamak
“Tinggal dengan bapak aku, tapi sekarang Daya ingat jangka pendek
samo samo bapak dok
siapo bapak?” baik
ado adek aku jugo dok.
Mamak aku lah
meninggal dok aku sedih
sayang mamak aku dok”

“Bapak begawe “Segalo gawean aku


dak?” gaweke, dulu aku melok
bapak bengkel terus aku
ngojek jugo. Yang
penting cepat kayo dok,
untuk anak bini aku. Aku
pernah dapet duit 25 juta
dok, adek aku Cuma 3
juta, si itu 2 juta”

“ Ado aku ni minum obat


“Bapak dulu kecik epilepsi dok, dari kecik
ado penyakit dak aku minum dari SD.
pak?” Itulah penyakit aku ni
dok”

“Sudah tadi, tapi aku ni


“Bapak tadi lah
milih kalo makan dok.
makan? Lauk apo?”
Kalau bauknyo dak enak

5
aku cicip dikit bae, dak
galak aku”

Bapak, tau dak ini “Hari minggu caknyo Konsentrasi baik


hari apo, bulan apo dok, tanggal dak tau,
Tingkat pengetahuan tidak
terus tahun berapo? bulan dak tau aku, tahun
sesuai
jugo dak tau aku”

“Pasien dapat berhitung


“Pak, biso ngitung
1-10 dan sambil
dak? Cubo bapa
menggerakkan jarinya,
ngitung 1-10”
biso aku ngitung 100, 200
sampe 1 juta”

“Cubo pak 100-7 “Dak tau dok, susah nian


berapo?” dak ngerti aku dok”

“ 1+3, berapo pak? “Dak tau dok dak biso


mikir lagi aku dok”
“Bapak tau dan “Dibawak kesini yo? Mood : Elevasi
ngapo bapak ni Aku ni nujah kawan aku Afek : Tumpul
dibawak kesini?” dok ojek jugo dio tu, oleh
dio kuomongi ay narik
terus kau ni banyak
penumpang, laju dio nak
marah-marah dok. Laju
ku keluarkan pisau aku,
ku tujah dio. Terus
dibawak ibuk aku kesini.
Kalo dirumah adek aku tu

6
cerewet nian galak
nyuruh aku berentilah
ngomong. Samo bini aku
tu ngelawan dok, laju
kupukul bae, ku pukul
pakek tangan aku inila
dok”
“Maaf bapak pernah “Dak pernah dok, aku Riwayat penggunaan zat
makai ganja atau dak galak makek cak itu psikoaktif tidak ada.
narkoba dak?” dok beduso”

“Kalau minum- “Pernah dok, aku ni Riwayat konsumsi alkohol


sering minum tuak samo
minuman alkohol
kawan-kawan aku tapi ada.
pernah dak pak?” bau dio tuak tu dok.”

“Bapak merokok “Oh iyo merokok aku ni,


sehari biso sebungkus. Riwayat merokok ada.
dak”
Apolagi kalau ditawari
kawan-kawan aku
langsung galak
merokok.”
“Kato keluargo “Aku tu ngamuk oleh aku Perilaku impulsive
bapak, bapak galak tu kesal dok, cerewet nian Halusinasi visual disangkal
ngamuk dirumah, itu adek aku tu nyuruh aku Halusinasi auditorik
ngapo pak?” diam. Dak boleh nyo disangkal
naek motor aku padahal Waham disangkal
senang nian.

Laju Aku dak senang dok


cak itu. Aku dilarang-
larang aku dak senang
dok. Aku jg nak dipukul
kawan aku dok. Makonyo
daripada aku dipukul

7
lemak aku mukul duluan”
“Ado suaro-suaro “Katek kalo bisik suaro-
atau bisikan dak suaro tu”
pak?”

“Ado dak bayangan-


“bayangan-bayangan?
bayangan atau
Katek dok dak nyingok
sesuatu yang bapak
aku, nyingok wong galo”
dewek biso liatnyo,
wong lain dak biso?”
“Semalem tidurnyo “Iyo nyenyak dok, jam 6 Kemampuan merawat diri
cakmano pak? aku tedok malem tu, teros baik
Nyenyak dak, makan gek bangun jam 6 lagi.
cakmano, teros tu Mandi 2 kali sehari aku,
mandi cakmano?” teros makan aku 3 kali
sehari tapi aku jingok
lauknyo dok kalo ikan
ayam senang aku dok,
bau nyo enak”

“ kalo BAK dan BAB “ aku kencing di wc tula,


cakmno pak” masih biso dok”

“Yosudah itu bae pak “idak dok, sudah dok yo.. Arus Pikiran : flight of
wawancara kito, mokasih dok yo” ideas
sebelumnyo ado yang Logore
nak bapak
tanyokan?”
“Iyo pak sudah, “iyo dok, aku ni naklah
semoga bapak cepet balek sebentar lagi dok
sembuh, rajin ibadah senang aku nak balek
samo Allah pak yo” dok”
III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya

8
Pasien sebelumnya pernah dirawat di RS Jiwa sebanyak 2 kali, pada usia
22 tahun dan 30 tahun dengan keluhan yang sama yaitu sering mengamuk.

B. Riwayat Kondisi Medis Umum


1. Riwayat trauma kapitis tidak ada
2. Riwayat asma tidak ada
3. Riwayat demam tinggi tidak ada
4. Riwayat epilepsi ada, sejak usia 7 tahun
5. Riwayat stroke tidak ada
6. Riwayat diabetes mellitus tidak ada
7. Riwayat hiper/hipotiroid tidak ada
8. Riwayat alergi tidak ada

C. Penggunaan Zat Psikoaktif


Os tidak pernah memakai zat psikoaktif dan Os pernah mengkonsumsi
minuman beralkohol berupa tuak. Riwayat Merokok (+) satu bungkus/hari

D. Timeline Perjalanan Penyakit Pasien

± Mei 2021 Juni 2021


± Januari 2019  Mulai berubah  Mengamuk,
perilaku sering keluyuran
 Mulai berubah
 Marah-marah tanpa
perilaku (MRS Ernaldi Bahar)
sebab
 Mengamuk
 Keluyuran
 Marah-marah
 Mudah tersinggung
 Memukul
keluarganya

IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat Premorbid

9
1. Bayi : Menurut keluarga pasien lahir spontan, cukup bulan,
ditolong oleh bidan.
2. Anak : Menurut keluarga, pasien sering mengalami
kejang sejak usia 7 tahun, keterlambatan perkembangan (-).
3. Remaja : Menurut keluarga, pasien merupakan orang yang aktif,
banyak berbicara dan memiliki cukup banyak kawan
4. Dewasa : Menurut keluarga, pasien merupakan orang yang mudah
bergaul dengan lingkungannya, namun mudah tersinggung

B. Situasi Hidup Sekarang


Pasien sudah tidak bekerja. Pasien memiliki istri dan 1 anak dan sekarang
tinggal serumah dengan bapaknya. Kehidupan ekonomi pasien menengah
kebawah.

C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

Keterangan:
: Pasien bernama Tn. T usia 40 Tahun

D. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat Sekolah Dasar

E. Riwayat Pekerjaan
Bekerja dibengkel dan tukang ojek

10
F. Riwayat Pernikahan
Menikah

G. Agama
Pasien beragama Islam

H. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal serumah dengan bapak, istri dan anaknya. Dengan status
ekonomi menengah kebawah. Penghasilan ekonomi dari hasil ojek dan
dibantu dengan saudara-saudara yang lainnya.

I. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien pernah berurusan dengan pihak berwajib sebelumnya, karena
membunuh temannya.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin Laki-laki, berusia kisaran 40 tahun, pada
saat wawancara pasien menggunakan baju kaos polos lengan pendek
berwarna hijau muda dan celana pendek berwarna hijau muda.
Penampilan sesuai dengan usia. Perawatan diri cukup bersih dan rapi.
Kulit sawo matang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tampak tenang
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kontak dengan pemeriksa ada, kooperatif terhadap pemeriksa.

B. Mood dan Afek

11
1. Mood : Elevasi
2. Afek : Tumpul
C. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kecepatan : Cepat
3. Intonasi : Sedang
4. Artikulasi : Jelas
5. Produksi suara : Baik dan Lancar
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
- Halusinasi visual tidak ada
- Halusinasi auditorik tidak ada
E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : Flight of Ideas
a) Kontinuitas : Kontinu
b) Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran : Pola sentral, logore, waham tidak ada
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis.
2. Orientasi :
a) Waktu : Buruk
b) Tempat : Baik
c) Orang : Baik
3. Daya Ingat : Baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
5. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca dan
menulis
6. Kemampuan visuospasial : Pasien dapat menjelaskan
perjalanan dari rumah ke RS
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik, pasien makan, minum dan
mandi bisa sendiri.
G. Pengendalian Impuls

12
Impulsivitas terganggu
H. Daya Nilai
1. Penilaian realita : RTA tidak terganggu, karena dapat membedakan
realita dan bukan, dinilai pada alam perasaan, pikiran dan perbuatan
2. Tilikan : Derajat 1 yaitu pasien menyangkal total atas
penyakitnya
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu, 7 Juli 2021.
A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos Mentis.
2. Tanda Vital : TD: 120/70 mmHg, N: 85 x/menit, RR: 20 x/menit,
T: 36,5oC
3. Kepala : Normocephali, Konjungtiva palpebra anemis (-),
Sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung (-).
4. Thorax : BJ I dan II Normal, Gallop (-), Murmur (-), Vesikuler
normal (+), Wheezing (-), Ronkhi (-).
5. Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) normal
Pembesaran hepar dan lien (-).
6. Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.

B. Status Neurologikus
1. GCS : 15
E : membuka mata spontan (4)
V : bicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
2. Fungsi sensorik tidak terganggu.
3. Fungsi motorik tidak terganggu.
4. Ekstrapiramidal sindrom tidak ditemukan gejala.
5. Refleks fisiologis normal.
6. Refleks patologis tidak ditemukan.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

13
1. Pasien datang ke IGD RS Ernaldi Bahar diantar adiknya pada tanggal 11 Juni
2021. Pasien mengamuk, berkeluyuran, dan memukul keluarganya.
2. Pasien sering marah-marah tanpa sebab.
3. Pasien tidak memiliki masalah pada kesadaran, daya ingat, fungsi kognitif
dan orientasi, memori serta pengetahuan umum pasien baik.
4. Mood labil dan afek terbatas.
5. Pasien tidak pernah mengkonsumsi zat psikoaktif, tetapi pasien
mengkonsumsi tuak (minuman alkohol), serta merokok.
6. Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
7. Tidak ada gangguan aktivitas tidur, nafsu makan tidak terganggu serta mandi,
BAK, dan BAB masih bisa sendiri.
8. Pasien lahir normal dibantu bidan, memiliki riwayat epilepsi sejak umur 7
tahun, tidak memiliki masalah tumbuh kembang.
9. Pasien merupakan pribadi yang aktif, mudah bergaul, memiliki cukup banyak
teman tetapi pasien mudah iri dan mudah tersinggung.
10. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit fisik.
11. Pasien saat ini tinggal bersama ayah, istri dan anaknya.
12. Dalam penilaian realitas pada penderita terganggu dalam hal pikiran,
perasaan, perbuatan, dan perilaku.
13. Dalam pertimbangan tilikan terhadap penyakit, tidak menyadari dirinya sakit.

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK1


Aksis I:
¡ Bedasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan,
terdapat penyakit yaitu epilepsi yang menyebabkan disfungsi otak. Hal
ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi,
serta orientasi yang masih baik, sehingga pasien ini merupakan penderita
Gangguan Mental Organik (F.0).
¡ Dari anamnesis diketahui bahwa pasien mengalami perubahan perilaku
emosional, mudah marah dan agresi, tindakan impulsif, gangguan proses
berfikir yaitu fligh of ideas, berbicara banyak, dan logore. Pasien
memiliki penyakit epilepsi sejak usia 7 tahun dan sering kambuh.

14
Kemungkinan diagnosis Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik
Lain Akibat Penyakit, Kerusakan dan Disfungsi Otak (F.07.8)
¡ Dari anamnesis diketahui bahwa pasien merokok, mengkonsumsi alkohol
tapi tidak memiliki riwayat penggunaaan zat psikoaktif. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa pasien ini bukan pasien Gangguan Mental dan
Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F10-F19)
Aksis II:
Pada penderita untuk aksis II yaitu F.60.3 Gangguan Kepribadian Emosional
tidak stabil
Aksis III:
Pada diagnosis multiaksial aksis III yaitu G.40.3 Epilepsi dan sindrom
epileptik idiopatik generalisata
Aksis IV:
Pada penderita untuk aksis IV terdapat masalah keluarga, pekerjaan,
ekonomi, sosial dan lingkungan.
Aksis V:
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale
yaitu 60-51 yaitu gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

IX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL1


Aksis I : Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik Lain Akibat
Penyakit, Kerusakan dan Disfungsi Otak (F.07.8)
Aksis II : F.60.3 Gangguan Kepribadian Emosional tidak stabil
Aksis III : G.40.3 Epilepsi dan sindrom epileptik idiopatik generalisata
Aksis IV : Masalah keluarga, pekerjaan, ekonomi, sosial dan lingkungan
Aksis V : GAF 60-51

X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Pada pasien ini tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.

B. Psikologik

15
Pasien mengalami perubahan perilaku emosional, mudah marah dan agresif,
tindakan impulsif, gangguan proses berfikir yaitu flight of ideas, berbicara
banyak, dan logore.
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien saat ini tinggal dengan Ayah, istri dan anaknya. Pasien bekerja sebagai
tukang ojek.

XI. PROGNOSIS
A. Quo ad Vitam : dubia ad bonam
B. Quo ad Functionam : dubia ad malam
C. Quo ad Sanationam : dubia ad malam

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka
- Depakote 1x 500 mg
- Phenitoin 3 x 100 mg
- Fenobarbital 2 x 100 mg
- Olanzapin 5 x 20 mg
- Merlopam 1 x 0,5 mg
-Trihexyphenidyl 2 x 2 mg

B. Psikoterapi²
1. Terhadap penderita
a. Memberikan edukasi terhadap penderita agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan dan penanganannya, efek
samping yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan
keteraturan dalam minum obat.
b. Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya
diri individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup
yang baik.
c. Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa dan semangat
dalam menjalani hidup.

16
2. Terhadap keluarga
a. Menggunakan metode psiko-edukasi dengan menyampaikan
informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan
penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang dapat
dilakukan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
penderita serta membantu penderita dalam hal minum obat serta
kontrol secara teratur dan mengenali gejala-gejala kekambuhan untuk
segera dikonsultasikan kepada dokter.
b. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit dan proses penyembuhan penyakit
pada penderita.

BAB II

17
DISKUSI

Untuk menegakkan diagnosis gangguan psikotik akibat kondisi medis


umum, klinisi pertama-tama harus menyingkirkan sindrom yang mungkin
menampakkan gejala psikotik yang disebabkan oleh hendaya kognitif (cth:
delirium dan demensia tipe Alzheimer). Gangguan dalam kategori ini biasanya
tidak disertai dengan perubahan sensorium.1
Hampir semua penyakit serebral atau sistemik yang memengaruhi fungsi
otak dapat menimbulkan gejala psikotik. Dimana Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-IV) telah memperkenalkan
kalimat “karena suatu kondisi medik umum” sebagai bagian dari pemecahannya
untuk menghilangkan perbedaan yang telah berlangsung lama, tetapi keliru antara
gangguan organik dan gangguan fungsional.1 Gangguan mental organik adalah
gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak
yang dapat di diagnosis sendiri. Gambaran utama gangguan mental organik
seperti gangguan fungsi kognitif; misalnya daya ingat (memori), daya pikir
(intellect), dan belajar (learning). Gangguan sensorium; misalnya gangguan
kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention). Sindrom dengan manifestasi
yang menonjol dalam bidang; persepsi (halusinasi), isi pikiran (waham/delusi),
suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas).2
Menurut PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa)
III, Gangguan mental organik dapat ditegakkan diagnosisnya apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :2
1. Adanya penyakit, kerusakan atau fungsi otak atau penyakit fisik sitemik yang
memiliki hubungan dengan gejala gangguan mental.
2. Adanya hubungan waktu (dapat beberapa minggu atau bulan) antara penyakit
yang mendasarinya dengan sindrom gangguan mental.
3. Adanya perbaikan dari gangguan mentalnya setelah perbaikan atau hilangnya
penyebab yang mendasarinya.
4. Tidak ada bukti yang mengarah pada penyebab lain dari sindrom gangguan
mental tersebut (seperti pengaruh genetika atau dicetuskan oleh distres).

18
Pada pasien ini memiliki riwayat penyakit epilepsi, dimana berbagai kondisi
yang diduga memengaruhi area sistem limbik di otak mengakibatkan terjadinya
perubahan perilaku. Salah satunya yaitu, epilepsi, terutama epilepsi lobus
temporalis yang pusat kejangnya berada di bagian medial lobus limbik. Epilepsi
sendiri adalah suatu gangguan lepas muatan listrik yang menyebabkan penderita
memiliki kecenderungan kejang-kejang secara berulang. Kejang adalah gejala
utama epilepsi. Penggolongan psikosis yang berkaitan dengan epilepsi menjadi
psikotik preictal, iktal, dan postictal.3
Dengan mengingat permasalahan yang pertama, 30 sampai 50 persen dari
semua orang epilepsi mempunyai kesulitan psikiatrik dalam suatu saat selama
perjalanan penyakitnya. Gejala perilaku yang paling umum dari epilepsi adalah
perubahan kepribadian, psikosis, kekerasan, dan depresi adalah gejalnya yang
lebih jarang dari suatu gangguan epileptik.1
Psikosis adalah gangguan psikatrik spesifik yang paling jelas kaitannya
dengan epilepsi. Lifelong prevalence dari seluruh gangguan psikotik pada pasien
epilepsi berkisar antara 7% sampai 12%. Pada pengamatan 100 anak dengan
kejang dalam periode lebih dari 3o tahun, dan 87 yang masih hidup sampai
dewasa dan tidak menderita retardasi mental, dan 10% mengalami gangguan
mental. Risiko terjadinya psikotik pada pasien epilepsi dua kali atau lebih
dibandingkan populasi umum, khususnya pasien yang fokus epilepsinya di
mediabasal lobus temporalis.3
Ada beberapa faktor risiko terjadinya psikosis pada epilepsi, seperti yang
dijelaskan berikut ini:3
1. Awitan usia muda (pubertas).
2. Kejang berlanjut menahun, biasanya dalam waktu kira-kira 14 tahun akan
muncul psikosis.
3. Jenis kelamin perempuan lebih sering.
4. Tipe kejang parsial kompleks, automatisme.
5. Frekuensi kejang.
6. Lokasi fokus epilepsy.
7. Abnormalitas neurologic.
8. Gangliogliomas, hamartomas.

19
9. EEG, fokus di basal media.
Gejala-gejala yang dapat timbul pada epilepsi yaitu : 3
1) Gejala Praiktal.
Peristiwa praiktal (aura) pada epilepsi parsial kompleks adalah termasuk
sensasi otonomik (sebagai contohnya rasa penuh di perut, kemerahan, dan
perubahan pada pernafasan), sensasi kognitif (sebagai contohnya, deja vu,
jamais vu, pikiran dipaksakan, dan keadaan seperti mimpi). Keadaan afektif
(sebagai contohnya, rasa takut, panik, depresi, dan elasi) dan secara klasik.
Automatisme (sebagai contohnya, mengecapkan bibir, menggosok, dan
mengayah).3
2) Gejala Iktal.
Perilaku yang tidak terinhibisi, terdisorganisasi, dan singkat menandai
serangan iktal. Walaupun beberapa pengacara pembela mungkin mengklaim
yang sebaliknya, jarang sesorang menunjukkan perilaku kekerasan yang
terarah dan tersusun selama episode epileptik. Gejala kognitif adalah
termasuk amnesia untuk waktu selama kejang dan suatu periode delirium
yang menghilang setelah kejang. Pada pasien dengan epilepsi parsial
kompleks, suatu fokus kejang dapat ditemukan pada pemeriksaan EEG pada
25 sampai 50 % dari semua pasien. Penggunaan elektroda sfenoid atau
temporalis anterior dan EEG pada saat tidak tidur dapat meningkatkan
kemungkinan ditemukannya kelainan EEG. EEG normal multipel seringkali
ditemukan dart seorang pasien dengan epilepsi parsial kompleks dengan
demikian EEG normal tidak dapat digunakan untuk mneyingkirkan diagnosis
epilepsi parsial.kompleks- Penggunaan perekaman EEG jangka panjang (24
sampai 72 jam) dapat membantu klinisi mendeteksi suatu fokus kejang pada
beberapa pasien. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lead
nasofaring tidak menambah banyak kepekaan pada EEG, dan yang jelas
menambahkan ketidaknyamanan prosedur bagi pasien.3
3) Gejala Interiktal
Gangguan kepribadian Kelainan psikiatrik yang paling sering dilaporkan pada
pasien epileptik adalah gangguan kepribadian, dan biasanya kemungkinan
terjadi pada pasien dengan epilepsi dengan asal lobus temporalis. Ciri yang

20
paling sering adalah perubahan perilaku seksual, suatu kualitas yang biasanya
disebut viskositas kepribadian, religiositas, dan pengalaman emosi yang
melambung. Sindroma dalam bentuk komplitnya relatif jarang, bahkan pada
mereka dengan kejang parsial kompleks dengan asal lobus temporalis.Banyak
pasien tidak mengalami perubahan kepribadian, yang lainnya mengalami
berbagai gangguan yang jelas berbeda dari sindroma klasik.3
Perbedaan antara sindrom ictal dan interictal tidak selalu jelas. Pada
beberapa pasien terjadi keadaan psikotik post-ictal dalam waktu yang cukup
lama dengan kesadaran baik. Forced normalization yaitu kondisi pada pasien
epilepsy ditemukan gejala psikiatrik saat kejangnya terkontrol. Ini kemungkinan
terkait dengan interictal. Awalnya dihubungkan dengan gejala psikotik saja
tetapi ternyata juga mencakup berbagai perubahan perilaku.3
Pada gangguan kepribadian interictal dapat dijumpai gambaran sebagai
berikut:3
1. Hiperreligiosity; filosofis dan preokupasi mistik
2. Terdapat gangguan fungsi seksual
3. Hipergrafia (kecenderungan menulis berlebihan dan bersifat kompulsif)
4. Iritabel
5. Viscocity (kelengketan pikiran, bradyphrenia)
Psikosis juga sering ditemukan terutama gambaran paranoid dan
schizophrenia-like (berbeda dengan skizofrenia, tanpa deteriorasi dan afektif
tetap hangat). Kondisi psikosis pada fase interictal biasanya memiliki awitan
akut, tetapi pada beberapa ksus juga bisa terjadi perlahan-lahan selama frekuensi
kejang berkurang. Biasanya dicetuskan oleh obat antikonvulsan terutama
benzodiazepine, barbituratm ethosuximide, lamotrigine, vigabatrin.3
Terdapat kondisi yang disebut dengan found normalization yaitu penderita
mengalami gejala psikotik pada saat kejang terkontrol dan justru gejala psikotik
menghilang bila terjadi kejang. Pada psikosis dengan epilepsi juga sering
dijumpai ansietas, agitasi, gangguan konversi, gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas, serta gangguan perilaku. 3
Gejala psikotik periiktal sering kali memburuk dengan peningkatan aktivitas
kejang. Kadang-kadang dapat terjadi alternating psychosis yaitu bila pasien

21
mengalami kejang mereka bebas dari gejala psikotik, tetapi bila mereka bebas
kejang dan EEGnya forced atau paradoxical normalization mereka menunjukkan
gejala psikotik. Pola alternating ini sangat jarang dibandingkan dengan
peningkatan munculnya perilaku psikotik pada peningkatan aktivitas kejang.
Kondisi psikiatrik yang penting diperhatikan terdiri atas episode psikotik singkat
mengikuti cluster kejang tonik-klonik. Kondisi ini mereda tetapi antipsikotik
dosis rendah. Psikotik interictal sangat mirip dengan gangguan skizofrenia yang
dengan mudah dapat dikenal yaitu dengan adanya gejala waham dan halusinasi.
Hal-hal penting yang membedakan kondisi ini adalah perjalannnya yang kronik,
terdapat remisi dan kambuhan dalam perjalanannya dan kondisi psikotik tidak
terkait dengan aktivitas iktal. Gejala psikosik muncul dalam kesadaran yang
jernih.3
Diagnosis epilepsi yang tepat sulit untuk ditegakkan, khususnya jika
gejala iktal dan interiktal dari epilepsi merupakan manifestasi berat dari gejala
psikiatrik tanpa adanya perubahan yang bemakna pada kesadaran dan
kemampuan kognitif Dengan demikian, dokter psikiatrik harus menjaga tingkat
kecurigaan yang tinggi selama memeriksa seorang pasien baru dan harus
mempertimbangkan kemungkman gangguan epileptik, bahkan jika tidak ada
tanda dan gejala klasik. Diagnosis banding lain yang dipertimbangkan adalah
kejang semu (psudoseizure), dimana pasien mempunyai suatu kontrol kesadaran
atas gejala kejang yang mirip.
Pada pasien yang sebelumnya mendapatkan suatu diagnosis epilepsi,
timbulnya gejala psikiatrik yang baru harus dianggap sebagai kemungkinan
mewakili suatu evolusi, timbulnya gejala epileptiknya. Timbulnya gejala
psikotik, gejala gangguan mood, perubahan kepribadian, atau gejala kecemasan
(sebagai contohnya, serangan panik) harus menyebabkan klinisi menilai
pengendalian epilepsi pasien dan memeriksa pasien untuk kemungkinan adanya
gangguan mental yang tersendiri. Pada keadaan tersebut klinisi harus menilai
kepatuhan pasien terhadap regimen obat antiepileptik dan harus
mempertimbangkan apakah gejala psikotik merupakan efek toksik dari obat
antipileptik itu sendiri.3
Pengobatan yang dapat diberikan yaitu Depakote 1x 500 mg, Phenitoin 3 x

22
100 mg, Fenobarbital 2 x 100 mg, Olanzapin 5 x 20 mg, Merlopam 1 x 0,5 mg,
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg mungkin membantu dalam mengendalikan gejala
iritabilitas dan meledaknya agresi. Obat-obatan antiepilepsi lebih dikenal sebagai
obat antikonvulsan. Walaupun memiliki efek antikejang juga diduga emiliki
aktivitas sebagai psikotropik. Carbamazepine dan valproate memiliki
kemampuan antimanic dan mood stabilizer. Beberapa obat termasuk vigabatrin,
felbamate, lamotrigine dan gabapentine memiliki cara kerja antikonvulsan
diduga pada reseptor GABA.3
Dalam pengobatan pasien epilepsy dengan gangguan psikoatrik, hal pertama
yang perlu dilakukan adalah mengatasi epilepsinya dengan obat antikonvulsa
seperti carbamazepine, asam valproate, gabapentin dan lamotrigine. Hal kedua
yang perlu diperhatikan adalah obat-obat antipsikotik yang menurunkan ambang
kejang. Ini biasanya tidak jadi masalah tetapi kadang-kadang bermakna secara
klinisi pada pasien epilepsi yang tidak terkontrol. Hal ketiga yang perlu disadari
adalah potensi terjadinya interaksi antara antikonvulsan dan antipsikotik.
Biasanya obat antikonvulsan meningkatkan metabolisme antipsikotik dengan
akibat penurunan efek terapinya. Sebaliknya pengehentian obat antikonvulsan
dapat mencetuskan peningkatan pada konsentrasi psikotik. 3
Terapi lain dengan cara operasi mendapatkan bahwa lebih dari 80%
penderita epilepsi yang menjalani operasi temporolobektomi mengalami
penurunan frekuensi kejang dan 50%nya bebas kejang selamanya.3
Psikoterapi, konseling keluarga, dan terapi kelompok mungkin berguna
dalam menjawab masalah psikososial. Disamping itu, klinisi harus menyadari
bahwa banyak obat antiepileptik mempunyai suatu gangguan kognitif derajat
ringan sampai sedang dan penyesuaian dosis atau penggantian medikasi harus
dipertimbangkan jika gejala gangguan kognitif merupakan suatu masalah pada
pasien tertentu.1

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, B.J., Sadock, V.A. Kaplan & Sadock’s Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi II. Jakarta: EGC; 2016.
2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya. 2013
3. Elvira, S. Buku Ajar Psikiatri Edisi Ketiga. Jakarta: FK UI; 2017.

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai