Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

Oleh:
Bagaskara, S.Ked
(712018032)

Pembimbing:
dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT DR. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus berjudul

SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Bagaskara, S.Ked
(712018032)

Pembimbing:
dr.Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
DR. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Januari 2021


Dosen Pembimbing

dr.Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Skizoafektif Tipe Manik” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit DR.
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurah
kepada Rasullullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan
pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan, maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. dr. Abdullah Sahab, Sp. KJ, MARS selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang telah banyak membantu dengan doa yang tulus dan
memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan Tim sejawat seperjuangan dan semua pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin.

Palembang, Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................i
Halaman Pengesahan.....................................................................................ii
Kata Pengantar...............................................................................................iii
Daftar Isi........................................................................................................iv
BAB I. Laporan Kasus...................................................................................1
BAB II. Diskusi.............................................................................................15
Lembar Follow Up.........................................................................................19
Daftar Pustaka................................................................................................21

iv
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PENDERITA
Nama : Ny. IW
Usia : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah menikah
Suku / Bangsa : Palembang / Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru Honorer
Agama : Islam
Alamat : Dusun IV Kelurahan Tempiraitimur Kecamatan Penungkal
Kabupaten Pali
Datang ke RS : Sabtu, 09 Januari 2021
Cara ke RS : Diantar keluarga
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. Dr. Ernaldi Bahar Palembang.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan penderita pada senin, 11 Januari 2021 Pukul 14.45
WIB
2. Alloanamnesis dengan Saudara kandung penderita pada Senin, 11 Januari
2021 Pukul 16.45 WIB (via telpon)

A. Sebab Utama
Sejak ± 3 hari SMRS, pasien tidak bisa tidur pada malam hari dan selalu
berbicara sendiri, dan berbicara hal aneh.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien dibawa oleh keluarga ke polikilinik RS dr. Ernaldi Bahar ke IGD.
Kakak kandung pasien mengatakan 3 hari SMRS pasien mengalami kesulitan

1
tidur, pasien selalu berbicara sendiri dan berbicara hal aneh. keluarga pasien
mengatakan pasien sudah tidak meminum obat lagi.
Menurut keluarga pasien perubahan perilaku pasien dengan sebab yang
tidak jelas dirasakan keluarga sejak tahun 2018 sepulangnya pasien dari kota
Bekasi. Pasien menjadi lebih pendiam, sering melamun, tidak bisa merespon
dengan baik ketika diajak berbicara dan seringkali bertengkar dengan
saudaranya tanpa sebab. Pasien juga seringkali tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan rumah dengan benar. keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
sering marah tanpa sebab, senyum-senyum sendiri, sering meracau.
Kakak pasien mengatakan bahwa pada tahun 2019 pasien dibawa ke RS
dr. Ernaldi Bahar karena sering berbicara hal-hal aneh dan melihat anak kecil
yang tidak bias dilihat oleh orang lain disekolah tempat dia bekerja, hingga
memukuli anak-anak tetangga disekitar rumahnya tanpa sebab yang jelas dan
pasien seringkali berprasangka suaminya yang selalu menuduhnya. Pasien
juga sudah bercerai dari suami kurang lebih 3 tahun dan semua anaknya ikut
suaminya.
Pada auto anamnesis, pasien menjawab beberapa pertanyaan dengan
menggunakan bahasa inggris, pasien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak
ketika malam hari namun kadang sesekali terbangun ditengah malam. Pasien
mengatakan sering melihat seorang anak-anak yang memanggil-manggil
namanya dan menggangunya ketika dia sedang berada di sekolah, hal tersebut
sering muncul terutama ketika pasien sedang sendiri di ruang dapur sekolah.
Pasien menganggap bahwa ruangan tersebut kadang ada burung yang banyak
berterbangan. Pasien mengatakan bahwa ia percaya dirinya merupakan
seseorang yang bias menjadi apa saja dan dia selalu berkata bahwa dia
merupakan dari keluarga bupati dan lingkungan orang penting di
pemerintahan daerahnya. Pasien juga mengatakan bahwa sudah beberapa
bulan ini dia tidak di gaji namun dia tetap senang melakukan pekerjaan
sebagai guru walau gaji tidak di bayarkan, Pasien sering gelisah dan
memanggil-manggil anaknya dan suaminya karena ingin segera menjenguk
anaknya di bekasi. Jika pasien tidak mengerti pertanyaan lawan bicaranya,

2
pasien akan mengalihkan pembicaraan dan mengajak lawan bicaranya
bercerita tentang kehebatan dirinya.
Pemeriksa Pasien Interpretasi
(Psikopatologi)
“Selamat sore. Saya ”good afternoon dokter.” Penampilan: tidak rapi,
Bagaskara, dokter
(Pasien membalas dengan sesuai usia
muda disini.”
senyuman dan ingin Compos mentis, atensi
menjabat tangan) cukup, sikap kooperatif,
“Boleh ngobrol “boleh sekali” (pasien verbalisasi jelas dan cara
sebentar ya bu?” bicara lancar, inisiatif
membalas sambil
mengangguk dan kaki cukup, motorik terdapat
selalu digerakkan) agitasi, ekspresi wajar,
“Siapa namanya bu?” “my name is item wati” fisik, mata dan verbal
adekuat,
“Umurnya berapa?” “44 years old” Daya ingat baik
“Tinggalnya Di Pali dok”
dimana?”
“Sudah nikah “sudah” tapi aku lah cerai
belum?” sekarang
dokter sama suami aku dari
masih dak samo
suami? tahun 2018, anak aku ado
Lah ado anak berp?
duo, cewek galo ikut
bapaknyo di tanggerang
“Cakmano tidur “nyenyak dok”
semalam?”
Sebelum dokter “katek bu, nunggu bae aku
kesini tadi, ibu
duduk didalem situ, aku
ngapoi bae?
kan pinter”
ibu, tau dak ini bulan Biso dok, ini bulan januari Konsentrasi baik.
apo terus tahun
kemarin tahun 2020
berapo?
sekarang tahun 2021”
“Pekerjaannya apa?” “aku nih guru dokter, guru Waham bizar
smp, aku nih ngajar bahasa
inggris, tapi aku nih masih

3
honor, terus gaji aku lah 8
bulan dak dibayar, oleh si
bapak itu, idak bertanggung
jawab nian di gaji uong, dio
daktau aku nih masih
keluargo bupati masih
keluargo pemerintahan
disano”
“Kesini sama siapa”? Adek kandung aku, yang Orientasi orang baik,
biasonyo galak nak pukuli waham paranoid
aku, galak ngatoi aku
maling, padahal aku nih
dakpernah maling sekalipun
“Andri inget gak hari “hari Senin dokter” Orientasi waktu baik
ini hari apa?”
“ibu tau gak sekarang “Di rumah sakit dokter, di Orientasi tempat baik,
kita dimana?”
Rs ernaldi Bahar” daya ingat long term
baik.
“ngapo ibu dibawa “daktau aku dokter, adek - Denial
kesini? Apo yang
aku yang ngajak aku kesini - Halusinasi visual
pacak dibantu?”
dio ngatoi aku gilo, padahal
dio yang gilo, galak nak
pukuli aku, aku tu Cuma
ado budak kecik yang
galak meloki aku terus aku
ajak becerito aku marahi
kalau dio salah”
Siapo budak kecik Aku ngeraso budak kecik - Halusinasi visual
itu, ibu?
itu nakal galak meloki aku - Halusinasi
didapur sekolah tempat audiotorik
kami masak. Dio tu galak
ngomong samo aku, banyak
nian yang dioomongkenyo.

4
Aku disuruh kesana kesini,
mondar mandir dalem
rumah. Terus aku ngeraso
di dapur sekolah tu banyak
burung yang terbang, terus
suaro burungny banyak
nian didalem dapur itu.
Terus budak kecik
disekolah tu galak aku
marahi, kareno budak kecik
yang meloki aku ngomong
dio diganggu
Siapo yang nyuruh Katek dok, aku ngeraso be Waham curiga (+)
ibu marah? Ado
ado yg bisikin aku. Terus
wongnyo? Halusinasi auditorik (+)
jadi aku pukul budak kecik
itu pelan tapi dokter aku
mukulny
Sejak kapan ibu Sejak aku dari Jakarta, ke Flight of idea (+)
ngeraso cak itu?
pali, cerai, anak aku melok
laki aku
Dulu pernah cak ini Dulu pernah, sudah sering
dak? Berobat
berobat di sinilah
kemano?
Dapet obat apo? Daktau dokter obat apo, Flight of idea(+),
dakgalk dokter aku minum inkoherensi
obat, aku kan dakpernah
nyuri apapun dokter, walau
gaji aku dak dibayar aku
seneng, aku dulu pernah
begawe di pt nagata dan
banyak dokter
Iyo, terus ado lagi Yo dok, akuni pinter Denial (+)
dak pak yang
dokter, dakpernah aku nak
diceritoke?

5
maling, aku aneh dikatoi
gilo dokter, aku nih dak
gilo dokter.
Lah, emangnyo ibu Dak pernah pak. Tp tiap Waham curiga (+)
dikatoi gilo, oleh
aku keluar rumah atau lg
siapo? Halusinasi auditorik
dak di kamar aku tu dikasih
tau wong dibisikin kalo Halusinasi visual

keluargo aku ngatoi aku.


Anak itu selalu ngomong
samo aku banyak nian lupo
sampai aku dio ngomng apo
Terus bapak ibu apoi Jadi aku marahi kadang aku -halusinasi auditorik
budak kecikny?
pukul dio
- halusinasi visual
Aku jugo pernah dibantu Flight of idea
bapak itu begawe, begawe
Waham curiga (+)
di pt Epson, tapi aku tau
bapak itu yang buat aku Inkoherensi

dakjadi pns
Menurut ibu, masa Cerah dokter masa depan
depan ibu kayak
aku, walau 8 bulan dak
mano?
digaji
“Yasudah, ibu “Iyo dokter” terima kasih
istirahat bae dulu bae.
dokter ( dia mengangkat
Agek minum obatnya
harus rajin supaya sendiri kursinya)
dak cak ini lagi ya.”

III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA


A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit dr. Ernaldi Bahar pada
tahun 2018 dan 2019.

B. Riwayat Kondisi Medis Umum

6
1. Riwayat alergi tidak ada.
2. Riwayat asma tidak ada.
3. Riwayat trauma tidak ada.
4. Riwayat demam tinggi tidak ada.
5. Riwayat kejang tidak ada.
6. Riwayat hipertensi ada.
7. Riwayat stroke tidak ada.
8. Riwayat diabetes melitus ada.
9. Riwayat hiper/hipotiroid tidak ada.
10. Riwayat sakit jiwa sebelumnya tidak ada.

C. Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak pernah menggunakan zat psikoaktif sebelumnya.

D. Timeline Perjalanan Penyakit Pasien

Tahun Tahun Tahun


2018 2019 2020
(saat ini)

-berbicara -Gangguan -Gangguan


sendiri tidur tidur
-Gelisah -Gelisah -Gelisah
IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
- Halusinasi - Halusinasi - waham
A. Riwayatauditorik
Premorbid auditorik bizar
1. Bayi : Menurut keluarga
- Waham pasien lahir spontan,- Halusinasi
- Waham cukup bulan,
bizar bizar beranak.
ditolong oleh dukun auditorik

2. Anak : Menurut keluarga, pasien tidak pernah mengalami demam


tinggi dan kejang.

7
3. Remaja : Menurut keluarga, pasien merupakan orang yang pendiam,
tertutup dan memiliki cukup banyak kawan.
4. Dewasa : Menurut keluarga, pasien merupakan orang yang ramah dan
mudah bergaul.

B. Situasi Hidup Sekarang


Pasien bekerja sebagai guru honorer. Pasien tinggal serumah dengan
saudara kandungnya, kehidupan ekonomi pasien menengah kebawah.

C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

Keterangan:
: Pasien bernama IW. N usia 44 Tahun

D. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat S1.
E. Riwayat Pekerjaan
Guru Honorer
F. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah pernah menikah namun bercerai.

G. Agama
Pasien beragama Islam

8
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal serumah dengan kakak kandungnya. Dengan status
ekonomi menegah kebawah. Penghasilan ekonomi dari hasil bertani.

I. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib sebelumnya.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 44 tahun, pada saat
wawancara pasien menggunakan baju kaus berwarna coklat dan celana
Panjang berwarna hitam. Penampilan sesuai dengan usia. Perawatan diri
kurang bersih, menggunakan hijab panjang dan kurang rapi, kulit sawo
matang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tampak agitasi
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kontak dengan pemeriksa ada, kooperatif terhadap pemeriksa.

B. Mood dan Afek


1. Mood : Eutimik
2. Afek : Elasi

C. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kecepatan : Cepat
3. Intonasi : Sedang
4. Artikulasi : Jelas
5. Produksi suara : Baik dan Lancar
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :

9
- Halusinasi visual ada  melihat anak-anak yang mengikutinya dan
selalu menganggu.
- Halusinasi auditorik ada  pasien mendengar suara seseorang yang
memanggil-manggil namanya.
- Ilusi tidak ada

E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : Asosiasi Longgar
a) Kontinuitas : tidak kontinu
b) Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran
Gangguan isi pikiran : tidak ada

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis.
2. Orientasi :
a) Waktu : Baik
b) Tempat : Baik
c) Orang : Baik
3. Daya Ingat : Baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : Cukup Baik
5. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca dan
menulis
6. Kemampuan visuospasial : Pasien tidak dapat menjelaskan
perjalanan dari rumah ke RS.
Ernaldi Bahar.
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien makan, minum dan
mandi bisa sendiri.

G. Pengendalian Impuls
Pasien tampak tenang pada saat proses tanya jawab dilakukan dan
terdapat gerakan involunter.

10
H. Daya Nilai
1. Penilaian realita : RTA terganggu, karena adanya waham dan halusinasi
2. Tilikan : Derajat 1

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan dilakukan pada hari Senin, 11 Januari 2021.
A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos Mentis.
2. Tanda Vital : TD: 140/90 mmHg, N: 83 x/menit, RR: 21 x/menit, T:
36,6oC
3. Kepala : Normocephali, Konjungtiva palpebra anemis (-),
Sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung (-).
4. Thorax : BJ I dan II Normal, Gallop (-), Murmur (-), Vesikuler
normal (+), Wheezing (-), Ronkhi (-).
5. Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) normal
Pembesaran hepar dan lien (-).
6. Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.
B. Status Neurologikus
1. GCS : 15
E : membuka mata spontan (4)
V : bicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
2. Fungsi sensorik tidak terganggu.
3. Fungsi motorik tidak terganggu.
4. Ekstrapiramidal sindrom tidak ditemukan gejala.
5. Refleks fisiologis normal.
6. Refleks patologis tidak ditemukan.

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK1


Aksis I:

11
¡ Bedasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, tidak
terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai
dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi, serta orientasi
yang masih baik, sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental
Organik (F.0).
¡ Dari anamnesis diketahui bahwa pasien tidak pernah mengonsumsi
NAPZA, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini bukan pasien
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F1)
¡ Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita berupa
adanya waham dan halusinasi yang disertai adanya gejala afektif episode
manik pada episode penyakit yang sama sehingga termasuk kedalam
gangguan skizoafektif tipe manik(F.25.0)

Aksis II:
Pada pasien untuk diagnosis multiaksial aksis II, Tumbuh kembang pada masa
anak-anak baik, dapat bersosialisai maka dari itu pasien tidak terdapat gangguan
kepribadian. Pasien dapat menyelesaikan pendidikan sampai S1. Fungsi kognitif
baik, tidak terdapat retardasi mental, oleh karena itu tidak ditemukan gangguan
kepribadian dan gangguan retardasi mental. Maka pada aksis II tidak ada
diagnosis.

Aksis III:
Pada pasien untuk diagnosis multiaksial aksis III berupa Insomnia

Aksis IV:
Pada penderita untuk aksis IV terdapat masalah dengan keluarga dan masalah
ekonomi.

Aksis V:

12
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale saat
datang ke Rumah Sakit yaitu 60-51 yaitu gejala sedang (moderate), disabilitas
sedang.

IX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL1


Aksis I : F25.0 Skizoafektik Tipe Manik
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Insomnia
Aksis IV : Masalah dengan keluarga dan masalah ekonomi
Aksis V : GAF 60-51
Diagnosa Banding :
- Skizoafektif tipe Manik
- Skizofrenia Paranoid
- Gangguan bipolar episode terkini manik dengan gejala psikotik

X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.
B. Psikologik
Pasien mengalami waham kejar, halusinasi visual dan halusinasi auditori.
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dengan Kakak Kandung dan pasien bekerja sebagai guru
honorer.

XI. PROGNOSIS
A. Quo ad Vitam : dubia ad bonam
B. Quo ad Functionam : dubia ad malam
C. Quo ad Sanationam : dubia ad malam

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN

13
A. Psikofarmaka
- Risperidone 2 x 2 mg
- Haloperidol 2x5 mg
- Clozapine 2x50mg

B. Psikoterapi²
1) Pada penderita
- Memberikan edukasi terhadap penderita untuk mampu berinteraksi
dengan baik, mampu mengendalikan emosi, memahami penyakit
serta cara pengobatannya, memahami pentingnya untuk hadir
kontrol rutin setiap bulan, mengetahui efek samping yang dapat
muncul apabila melanggar kepatuhan dan keteraturan dalam
minum obat.
- Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan kualitas
hidup individu, perbaikan fungsi sosial. Misalnya mampu
membangkitkan semangat kerja dari penderita.
- Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa, senantiasa
memperbanyak ibadah mendekatkan diri kepada Tuhan dan
semangat dalam menjalani hidup.
2) Pada keluarga
- Memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai berbagai
kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan
pentingnya kontrol pengobatan, sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi penderita serta membantu
penderita dalam hal minum obat serta kontrol secara teratur dan
mengenali gejala-gejala kekambuhan untuk segera dikonsultasikan
kepada dokter.

BAB II
DISKUSI

14
Skizoafektif merupakan gangguan-gangguan yang bersifat episodic
dengan gejala afektif dan skizofrenik yang sama menonjol dan secara
bersamaan ada dalam episode yang sama dari penyakit itu atau setidaknya
dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain.1
Adapun Pedoman diagnosis gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV
sebagai berikut :
A. Periode penyakit yang tidak terputus berupa, pada suatu waktu, episode
depresif mayor, episode manik atau episode campuran yang terjadi
bersamaan dengan gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia.
Catatan: Episode depresif mayor harus mencakup kriteria A1: mood
terdepresi.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam jumlah yang
bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit.
D. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth, obat
yang disalahgunakan) atau keadaan kesehatan umum.
Tentukan tipe :
Tipe Bipolar : jika gangguan mencakup episode manik atau campuran (atau
episode manik atau campuran dan episode depresi mayor)
Tipe Depresif : Jika gangguan hanya mencakup episode depresif mayor.

Diagnosis gangguan skizoafektif dapat ditegakan berdasarkan PPDGJ III


(Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III). Pedoman
diagnostik:
 Diagnosis ganggaun skizoafektik hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan atau setidaknya dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain.
 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia
dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda

15
 Bila seorang pasien skizorenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-
Skizofrenia).
Beberapa pasien dapat menagalami episode skizoafektif berulang baik
berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari
keduanya (F25.2).

Pengobatan pada skizoafektif tipe manik diberikan antipsikotik dan mood


stabilizer sedangkan pada tipe depresif diberikan antipsikotik dan
antidepresan. Obat antipsikotik dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan
mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor antagonist atau antipsikotika
generasi I (tipikal) dan serotonin-dopamine antagonist atau antipsikotika
generasi II (atipikal). Obat APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-
gejala positif. APG-II bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif.2.
Risperidone merupakan APG-II mempunyai mekanisme kerja melalui
interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak.
Risperidone merupakan antipsikotika pertama setelah clozapin yang
mendapat persetujuan FDA. Risperidone memiliki nama dagang Risperdal
tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg. Dosis Risperidone
berkisar antara 4 - 16 mg, namun dosis yang biasa digunakan berkisar antara
4 - 8 mg. Selain dalam bentuk tablet, risperidone juga tersedia dalam bentuk
depo (long acting) yang dapat digunakan setiap dua minggu. Walaupun
dikatakan ia merupakan antagonis D2 kuat, kekuatanya jauh lebih rendah
dibandingkn APG II seperti Haloperidol, sehingga efek samping
ekstrapiramidalnya lebih rendah dibandingkan dengan APG I.
Clozapine bekerja dengan cara memblokade reseptor dopamine,
serotonin 5HT2A, dan α-adrenergik. Blokade terhadap reseptor D1 lebih
besar dibandingkan terhadap reseptor D2. Blokade terhadap reseptor
dopamine D2 bertanggung jawab terhadap kemampuan clozapine untuk
menurunkan gejala positif psikosis dan stabilisasi gejala afektif.

16
Blokade reseptor serotonin 5HT2A akan menyebabkan peningkatan
pelepasan dopamine di beberapa area otak. Peningkatan dopamine ini
menyebabkan penurunan insidensi efek samping ekstrapiramidal akibat
clozapine dan juga memicu perbaikan gejala-gejala afektif dan kognitif [8].
Selain interaksinya dengan dopamine dan serotonin, clozapine juga
berinteraksi dengan beragam neurotransmiter lainnya yang diperkirakan akan
mempengaruhi efektivitasnya sebagai antipsikosis. Hal ini jugalah yang
mungkin menjadi penyebab clozapine efektif digunakan pada pasien-pasien
yang tidak merespon antipsikosis lainnya.

Pada pasien ini juga diberikan antipsikotik tipikal yaitu Haloperidol.


Haloperidol merupakan obat antipsikotik golongan tipikal yang bekerja
dengan cara memblokade dopamine di reseptor D2 pada reseptor pasca-
sinaptik neuron di otak, khususnya mesolimbik dopamine pathways sehingga
menyebabkan simptom positif menurun. Selain itu, dapat juga mengatasi
gejala mania. Haloperidol memiliki efek samping sedasi yang lemah dan
digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan halusinasi, waham,
perasaan tumpul, apatis, menarik diri, hipoaktif, dan lain-lain.

Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan


psikoterapi. Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap penderita agar
memahami tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor
penyebab (stresor), cara pengobatan, prognosis dan risiko kekambuhan agar
pasien tetap taat minum obat dan segera datang ke dokter bila gejala serupa
muncul dikemudian hari. Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung
lama, adanya efek samping obat dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh
dokter.3
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan
untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi penderita agar
dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Keluarga penderita juga
diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian
informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyebab penyakit yang

17
dialami penderita serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami
dan menerima kondisi penderita untuk minum obat dan kontrol secara teratur
serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.3.4
Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam pada quo ad vitam dan
dubia ad malam untuk quo ad fungsionam nya sedangkan untuk quo ad
sanationamnya adalah dubia ad malam.

TABEL FOLLOW UP

18
Senin, 11 Januari KU : compos mentis
2021
Pukul 13.00 Wib S : Pasien masih tampak gelisah, berbicara sendiri,
Bangsal Merpati berbicara tidak nyambung, susah tidur
O : kontak (+), adekuat, labil kurang kooperatif,
halusinasi visual (-), TD: 120/80 N: 84 x/menit RR:
20x/menit T: 36.5 ˚C
A: F25.0 Skizoafektik Tipe Manik

P:
- Risperidone 2 x 2 mg
- Haloperidol 2x5 mg
- Clozapine 2x50mg

Selasa, 12 Januari KU: compos mentis


2021
S : pasien masih tampak gelisah, berbicara sendiri, pasien
Pukul 15.00 Wib
Bangsal Cempaka mudah diajak bicara, sulit tidur sedikit berkurang.
O : kontak (+) adekuat, labil, kurang kooperatif,
halusinasi (-), TD: 130/80 N: 92 x/menit RR: 18 x/menit
T: 36.2 ˚C
A: : F25.0 Skizoafektik Tipe Manik

P:
- Risperidone 2 x 2 mg
- Haloperidol 2x5 mg
- Clozapine 2x50mg

Rabu, 13 Januari KU : compos mentis


2021
Pukul 13.00 WIB S : pasien sudah tampak tenang, berbicara sendiri (-),
Bangsal cempaka pasien mengatakan mendengar suara-suara. \
O : kontak (+), adekuat, kooperatif, halusinasi audiotorik
(+), TD : 120/80, N: 87 x/menit, RR: 19x/menit T: 36.2

19
A: : F25.0 Skizoafektik Tipe Manik

P:
- Risperidone 2 x 2 mg
- Haloperidol 2x5 mg
- Clozapine 2x50mg

kamis, 14 Januari KU : compos mentis


2021
S : pasien sudah tampak tenang, berbicara sendiri (-),
Pukul 13.00 WIB
Bangsal cempaka pasien mengatakan mendengar suara-suara. \
O : kontak (+), adekuat, kooperatif, halusinasi audiotorik
(+), TD : 120/80, N: 83 x/menit, RR: 20x/menit T: 36.5
A: : F25.0 Skizoafektik Tipe Manik

P:
- Risperidone 2 x 2 mg
- Haloperidol 2x5 mg
- Clozapine 2x50mg

DAFTAR PUSTAKA

20
1. Kaplan B.J., SAdock. 2012. Kaplan & Sadock’s Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi ke 2. EGC.
2. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya.
3. Maslim, R. 2010. Panduan Praktis Penggunaan Klinik Obat Psikotropik.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
4. Nevid, J.S., Rathus, S.A., dan Greene, B. 2015. Psikologi Abnormal (Jilid I)
Alih Bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakrta: PT
Gelora Aksara Pratama.

21

Anda mungkin juga menyukai