Segala puji kehadirat Allah Swt. yang tidak pernah tidur dan selalu dekat dengan
hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan berupa makalah yang bertajuk
”Kutipan, Catatan Kecil, Rujukan dan Daftar Pustaka”. Saya berharap gagasan
tertulis ini dapat memberikan manfaat terutama bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang Ilmu. Akhir kata, kami sangat mengharapkan berbagai
saran dan masukan yang dapat membangun demi tercapainya kesempurnaan
makalah ini karena tiada hal yang sempurna di dunia ini, melainkan hanya
kebesaran Allah.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil
yakni :
2. Bagaimana kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sebagai petugas
kesehatan sesuai dengan harapan warga masyarakat?
C. TUJUAN
Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sebagai
b.
petugas kesehatan sesuai dengan harapan warga masyarakat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
4. ibu Hamil Mengkonsumsi dan Mandi dengan Banyu (Air) Baya/air putih biasa
dari bidang kampung/tokoh adat yang dibacakan atau ditiupkan sesuatu.
C. Daftar Pustaka
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
Ringkasan Berita :
Tangis dan haru begitu dirasakan oleh Henny Silalahi yang baru saja ditinggal
pergi buah hatinya tercinta, Deborah Simanjurang, yang baru berusia empat bulan.
Kepergian Deborah menimbulkan rasa kecewa dalam hati Henny terhadap
pelayanan salah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Barat. Henny merasa, apa
yang dilakukan rumah sakit itulah yang membuat nyawa putrinya melayang. Pada
saat itu, Henny membawa putriny yang sedang sakit ke Rumah Sakit. Karena ini
keadaan yang emergency, anak saya dimasukkan ke UGD dan langsung ditangani
dokter. Dokter kemudian mengatakan, anak saya harus dimasukkan ke ruang
PICU (Perinatology Intensive Care Unit),” kata Henny kepada Health-
Liputan6.com via sambungan telepon, Kamis, 7 September 2017.
“Bagian administrasi bilang, untuk bisa masuk ke PICU harus DP Rp 19 juta dulu.
Minimal 50 persen dulu, kira-kira Rp 11 juta,” kata Henny. Tak ada uang tunai
sebanyak itu yang Henny dan suami pegang hari itu. Hanya ada uang Rp 7 juta,
yang mana sudah terpakai Rp 2 juta untuk biaya administrasi, ambil darah, dan
rentetan prosedur lainnya. Sisa uang Henny tinggal Rp 5 juta. Henny berusaha
agar bagian administrasi mau menerima uang sebesar itu sebagai jaminan. Upaya
dia sia-sia, lantaran ditolak. Pihak administrasi mau Henny menyetorkan uang
seperti yang disebutkan di awal agar Deborah segera dimasukkan ke PICU.
Tak lama kemudian, Henny pun terkejut tat kala melihat tubuh Deborah yang
sudah terbujur kaku. Belum sempat mendapat perawatan yang memadai, nyawa
bocah perempuan berumur empat bulan itu sudah melayang. Henny menyadari
bahwa saat itu memang sudah takdir sang anak untuk hidup di dunia ini sebentar
saja. Akan tetapi, Henny lebih ikhlas menerima kepergian Deborah andai hari itu
sang anak mendapat pertolongan dan perawatan secepatnya yang memadai.
“Setidaknya, kalau anak saya meninggal setelah dimasukkan ke ruang PICU, saya
agak lebih ikhlas dan bisa dengan lega mengatakan itu takdir. Tapi ini tidak. Anak
saya meninggal masih di ruang UGD, lantaran pihak rumah sakit tidak mau
menerima uang jaminan dari kami,” kata Henny lagi.
Tak banyak yang ingin Henny harapkan dari pihak rumah sakit. Toh, nyawa sang
anak tak bisa balik lagi. Ia hanya menginginkan kejadian serupa tidak menimpa
Deborah-Deborah yang lain. Henny bahkan mengaku siap jika ternyata pihak
rumah sakit melaporkan “curahan hati” dia karena dianggap mencemarkan nama
baik. “Saya hanya menceritakan yang sebenarnya terjadi. Saya hanya berharap,
tidak ada lagi korban karena masalah-masalah seperti ini,” ujar Henny.
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres buka suara mengenai kasus Deborah
Simanjorang, anak perempuan Henny Silalahi yang meninggal dunia pada
Minggu, 3 September 2017, sebelum sempat dimasukkan ruang PICU. Dalam
keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com, Jumat, 8 September 2017,
ada lima poin berupa klarifikasi juga fakta dari kejadian tersebut.
Analisis Berita:
Dalam contoh berita tentang meninggalnya bayi Deborah di RS. Mitra Keluarga
Kalideres, nampak dua perbedaan pendapat antara orang tua bayi (Henny) dengan
pihak Rumah Sakit.
Dalam hal ini, ibu bayi Deborah tersebut mengenggap bahwa kematian puterinya
tersebut bukan hanya disebabkan oleh takdir semata, melainkan juga disebabkan
oleh buruknya pelayanan di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres. Ibu bayi
tersebut menilai bahwa, Rumah Sakit tersebut hanya mementingkan kepentingan
masyarakat kaya yang mempunyai uang banyak, dan mengabaikan mereka-
mereka yang tidak mempunyai biaya untuk berobat. Menurutnya (Henny), pihak
Rumah Sakit seharusnya tidak hanya mengedepankan soal administrasi,
melainkan juga harus mengutamakan keselamatan pasien terlebih dahulu.
Sehingga semua pasien yang masuk ke sana cepat mendapatkan pelayanan
kesehatan, baik itu masyarakat kaya ataupun masyarakat miskin yang tidak
memiliki banyak uang.
Di sisi lain, pihak Rumah Sakit berbeda pandangan soal kronologi meninggalnya
bayi Deborah tersebut. Dalam keterangan pers yang dilakukannya, pihak Rumah
Sakit menjelaskan beberapa point penting yang berkaitan dengan meninggalnya
bayi Deborah tersebut. Pihak Rumah Sakit menerangkan bahwa dokter dan
perawat telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka telah berusaha
semaksimal mungkin untuk mengupayakan keselamatan pasien, termasuk
menghubungi Rumah Sakit lain yang dirasa mampu menolong keselamatan bayi
deborah tersebut. namun apa daya, meskipun segala cara telah diupayakan, nyawa
dari bayi Deborah tersebut sudah tidak bisa diselamatkan lagi.
Di sini kita melihat dua perbedaan perspektif dalam melihat kematian bayi
deborah tersebut, dimana antara pihak keluarga dan pihak Rumah Sakit berbeda
pandangan mengenai meningalnya bayi tersebut. pihak keluarga bayi menilai
bahwa meninggalnya bayi tersebut bukan hanya takdir semata, melainkan juga
disebabkan oleh pelayanan Rumah Sait yang begitu buruk. Di sisi lain pihak
Rumah Sakit beranggapan bahwa mereka telah mengupayakan semaksimal
mungkin guna mneyelamatkan bayi deborah tersebut, namun upayanya belum
berhasil.
Orang Papua mempunyai persepsi tentang sehat dan sakit itu sendiri berdasarkan
pandangan dasar kebudayaan mereka masing - masing. Memang kepercayaan
tersebut bila dilihat sudah mulai berkurang terutama pada orang Papua yang
berada didaerah-daerah perkotaan, sedangkan bagi mereka yang masih berada di
daerah pedesaan dan jauh dari jangkauan kesehatan moderen, hal tersebut masih
nampak jelas dalam kehidupanmereka sehari-hari. Misal : Orang Marind-anim
yang berada di selatan Papua juga mempunyai konsepsi tentang sehat dan sakit,
dimana apabila seseorang itu sakit berarti orang tersebut terkena guna-guna (black
magic). Mereka juga mempunyai pandangan bahwa penyakit itu akan datang
apabila sudah tidak ada lagi keimbangan antara lingkungan hidup dan manusia.
Lingkungan sudah tidak dapat mendukung kehidupan manusia, karena mulai
banyak. Bila keseimbangan ini sudah terganggu maka akan ada banyak orang
sakit, dan biasanya menurut adat mereka, akan datang seorang kuat (Tikanem)
yang melakukan pembunuhan terhadap warga dari masing-masing kampung
secara berurutan sebanyak lima orang, agar lingkungan dapat
kembali normal dan bisa mendukung kehidupan warganya.
Hal yang sama pula terdapat pada orang Amungme, dimana bila terjadi
ketidakseimbangan antara lingkungan dengan manusia maka akan timbul berbagai
penyakit. Yang dimaksudkan dengan lingkungan di sini adalah yang lebih
berkaitan dengan tanah karena tanah adalah “mama” yang memelihara, mendidik,
merawat,dan memberikan makan kepada mereka. Untuk itu bila orang Amungme
mau sehat, janganlah merusak alam (tanah), dan harus terus dipelihara secara
baik. Orang Moi di Kepala Burung Papua (Sorong) percaya bahwa sakit itu
disebabkan oleh adanya kekuatan-kekuatan supernatural, seperti dewa-dewa,
kekuatan bukan manusia seperti roh halus dan kekuatan manusia
denganmenggunakan black magic. Di samping itu ada kepercayaan bahwa kalau
orang melanggar pantangan-pantangan secara adat maka akan menderita sakit.
Ibu Hamil Melakukan Pijat Ibu hamil Suku banjar masih rutin melakukan pijat
hamil ke dukun kampung yang berada di Desa Kitano maupun Desa Pematang
Baru. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman
mengenai dampak melakukan pijat ke dukun. Selain itu adanya kepercayaan dan
kebiasaan turun temurun yang menyebabkan responden tetap melakukan pijat
hamil untuk membetulkan posisi bayi dan agar mempermudah proses melahirkan.
Alasan pijat hamil untuk membenarkan posisi bayi tidak ada dalam dunia
kedokteran dan tindakan tersebut sudah tidak direkomendasikan walaupun yang
memijat merupakan ahli pijat kehamilan. Pijat untuk ibu hamil pada dasarnya
diperbolehkan kecuali pada bagian perut karena pijat dapat membuat peredaran
darah menjadi lancar, sehingga menurunkan ketegangan otot untuk memperoleh
tubuh yang rileks. Tetapi sebelum melakukan pijat, ibu hamil harus konsultasi
terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan, seperti pernyataan Nicholas, bahwa ibu
hamil risiko tinggi harus melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum
melakukan pijat kehamilan
A. Kesimpulan
Antropologi Kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat
penting, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan
antara manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan
antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri.
Massalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante
dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika dan sebagainya.
Antropologi kesehatan memiliki beberapa kegunaan, salah satunya yaitu
memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan
termasuk individunya.
Hubungan antara antropologi dengan gizi itu sangat erat sekali, karena banyak
sekali orang yang kekurangan gizi yang bukan diakibatkan oleh masalah ekonomi,
akan tetapi diakibatkan oleh kepercayaan atau kebudayaan mereka yang melarang
memakan makanan yang sebenarnya mengandung banyak gizi. Hal ini
menimbulkan sesuatu yang sangat mengecewakan. Di satu sisi terdapat
masyarakat yang kekurangan gizi karena mereka tidak bisa mendapatkannya
karena masalah ekonomi, di sisi lain terdapat masyarakat yang kekurangan gizi
akibat kebudayaan mereka tidak mengizinkan atau melarang mereka memakan
makanan tersebut yang seharusnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya karena
makanan tersebut sangat bermanfaat bagi mereka.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap lebih mendapatkan pengetahuan
tentang studi kasus antropologi kesehatan yang ada diindonesia, sehingga
pembaca dapat menegtahui cara-cara meningkatkan derajat kesehatan. Akhirnya,
semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Ilham. 2012. Eksistensi Pengobatan Dukun Patah Tulang pada Masyarakat Gayo
di Desa Gelelungi Kec. Pegasing Kab. Aceh Tengah. Skripsi
Koentjaraningrat, 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian
Rakyat.