Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STUDI KASUS TENTANG ANTROPOLODI DI INDONESIA

Dosen Pengampu: Elva Cristi Iranti, SKM.,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 5 :


AYU ANDIRA
NURUL ANNISA
RINA ANGREANI

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI AL-MAWADDAH WARAHMAH KOLAKA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah Swt. yang tidak pernah tidur dan selalu dekat dengan
hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan berupa makalah yang bertajuk
”Kutipan, Catatan Kecil, Rujukan dan Daftar Pustaka”. Saya berharap gagasan
tertulis ini dapat memberikan manfaat terutama bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang Ilmu. Akhir kata, kami sangat mengharapkan berbagai
saran dan masukan yang dapat membangun demi tercapainya kesempurnaan
makalah ini karena tiada hal yang sempurna di dunia ini, melainkan hanya
kebesaran Allah.

Kolaka, 18 November 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Permasalahan kesehatan masyarakat telah dikaji dalam berbagai bidang ilmu.


Berbagai kasus dan kajian menganggap bahwa kesehatan hanya dapat dilihat
melalui bidang ilmu seperti biologi atau kedokteran. Persepsi yang muncul
mengenai sehat, sakit, dan sembuh hanya sebatas dari segi medis atau kondisi
biologisnya saja. Kita sebagai manusia yang merupakan bagian dari
masyarakat mempunyai konsep budaya yang berbeda - beda. Setiap
masyarakat memiliki budaya masing-masing, bersifat dinamis dan berkembang
mengikuti zaman. Hubungan antara kesehatan dengan budaya inilah yang perlu
kita pelajari salah satunya adalah dengan melihat berbagai studi kasus sosio
antropologi kesehatan sehingga pengetahuan tentang kesehatan tidak hanya
dikaji dalam ilmu biologi maupun kedokteran. Dari kajian studi kasus, kita
akan menjadi paham sebuah konsep yang lebih luas mengenai sehat, sakit,
dan sembuh yang dilihat dari berbagai sudut pandang. Konsep sehat, sakit,
dan penyakit yang dimiliki oleh suatu masyarakat dibentuk dari kebudayaan
yang melatarbelakanginya. Pemaknaan terhadap kesehatan dan penyakit dapat
berbeda-beda disebabkan oleh relativisme kebudayaan, yaitu cara pandang
masyarakat terhadap penyakit disetiap tempat berbeda-beda berdasarkan
budayanya. Juga disebabkan oleh konsep sakit yang berbeda dengan konsep medis
modern. Studi kasus sosio antropologi kesehatan ini akan mengkaji lebih dalam
mengenai budaya dan makna simbolis yang berikatan dengan perilaku
kesehatan seperti Perilaku pemeliharaan kesehatan, Perilaku pencarian
pengobatan, penggunaan pelayanan kesehatan, Perilaku ibu hamil dan ibu
nifas, Tradisi terkait upacara kehamilan, kelahiran /setelah melahirkan, dan
beberapa kajian kasus lainnya.
B.  RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil
yakni :

1.      Bagaimana pola prilaku kesehatan dalam kehidupan bermasyarakat secara


universal maupun pola prilaku manusia pada tiap – tiap masyarakat?

2.      Bagaimana kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sebagai petugas
kesehatan sesuai dengan harapan warga masyarakat?

Bagaimana mengkaji kasus – kasus maupun unsur – unsur budaya yang


3.     
berkaitan dengan kesehatan masyarakat maka akan memperluas wawasan kita,
mengenai pemecahan masalah kesehatan melalui budaya suatu masyarakat?

C. TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini :

Mengetahui pola prilaku kesehatan dalam kehidupan bermasyarakat secara


a.     
universal maupun pola prilaku manusia pada tiap – tiap masyarakat.

Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sebagai
b.     
petugas kesehatan sesuai dengan harapan warga masyarakat.

Dengan mengkaji kasus – kasus maupun unsur – unsur budaya yang


c.      
berkaitan dengan kesehatan masyarakat maka akan memperluas wawasan kita,
mengenai pemecahan masalah kesehatan melalui budaya suatu masyarakat.

  
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Tangis Pilu Di Akhir Kisah Bayi Deborah

2. Presepsi sehat dan sakit

3. Perilaku Ibu Hamil dalam melakukan pemeliharaan kesehatan

4. ibu Hamil Mengkonsumsi dan Mandi dengan Banyu (Air) Baya/air putih biasa
dari bidang kampung/tokoh adat yang dibacakan atau ditiupkan sesuatu.

5. Ibu Hamil Menanam Jariyangaw dan Mengikat Tali Aduk/Ijuk.

C. Daftar Pustaka

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

PEMBAHASAN

1. “Tangis Pilu Di Akhir Kisah Bayi Deborah”

Ringkasan Berita :

Tangis dan haru begitu dirasakan oleh Henny Silalahi yang baru saja ditinggal
pergi buah hatinya tercinta, Deborah Simanjurang, yang baru berusia empat bulan.
Kepergian Deborah menimbulkan rasa kecewa dalam hati Henny terhadap
pelayanan salah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Barat.  Henny merasa, apa
yang dilakukan rumah sakit itulah yang membuat nyawa putrinya melayang. Pada
saat itu, Henny membawa putriny yang sedang sakit ke Rumah Sakit. Karena ini
keadaan yang emergency, anak saya dimasukkan ke UGD dan langsung ditangani
dokter. Dokter kemudian mengatakan, anak saya harus dimasukkan ke ruang
PICU (Perinatology Intensive Care Unit),” kata Henny kepada Health-
Liputan6.com via sambungan telepon, Kamis, 7 September 2017.

“Bagian administrasi bilang, untuk bisa masuk ke PICU harus DP Rp 19 juta dulu.
Minimal 50 persen dulu, kira-kira Rp 11 juta,” kata Henny. Tak ada uang tunai
sebanyak itu yang Henny dan suami pegang hari itu. Hanya ada uang Rp 7 juta,
yang mana sudah terpakai Rp 2 juta untuk biaya administrasi, ambil darah, dan
rentetan prosedur lainnya. Sisa uang Henny tinggal Rp 5 juta. Henny berusaha
agar bagian administrasi mau menerima uang sebesar itu sebagai jaminan. Upaya
dia sia-sia, lantaran ditolak. Pihak administrasi mau Henny menyetorkan uang
seperti yang disebutkan di awal agar Deborah segera dimasukkan ke PICU.

Tak lama kemudian, Henny pun terkejut tat kala melihat tubuh Deborah yang
sudah terbujur kaku. Belum sempat mendapat perawatan yang memadai, nyawa
bocah perempuan berumur empat bulan itu sudah melayang. Henny menyadari
bahwa saat itu memang sudah takdir sang anak untuk hidup di dunia ini sebentar
saja. Akan tetapi, Henny lebih ikhlas menerima kepergian Deborah andai hari itu
sang anak mendapat pertolongan dan perawatan secepatnya yang memadai.
“Setidaknya, kalau anak saya meninggal setelah dimasukkan ke ruang PICU, saya
agak lebih ikhlas dan bisa dengan lega mengatakan itu takdir. Tapi ini tidak. Anak
saya meninggal masih di ruang UGD, lantaran pihak rumah sakit tidak mau
menerima uang jaminan dari kami,” kata Henny lagi.

Tak banyak yang ingin Henny harapkan dari pihak rumah sakit. Toh, nyawa sang
anak tak bisa balik lagi. Ia hanya menginginkan kejadian serupa tidak menimpa
Deborah-Deborah yang lain. Henny bahkan mengaku siap jika ternyata pihak
rumah sakit melaporkan “curahan hati” dia karena dianggap mencemarkan nama
baik. “Saya hanya menceritakan yang sebenarnya terjadi. Saya hanya berharap,
tidak ada lagi korban karena masalah-masalah seperti ini,” ujar Henny.

Klarifikasi Rumah Sakit:

Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres buka suara mengenai kasus Deborah
Simanjorang, anak perempuan Henny Silalahi yang meninggal dunia pada
Minggu, 3 September 2017, sebelum sempat dimasukkan ruang PICU. Dalam
keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com, Jumat, 8 September 2017,
ada lima poin berupa klarifikasi juga fakta dari kejadian tersebut.

1. Pasien (Deborah Simanjorang yang terdaftar sebagai Tiara Deborah)


berumur empat bulan, berat badan 3,2 kilogram datang ke IGD Mitra
Keluarga Kalideres pada 3 September 2017 pukul 03.40 WIB dalam
keadaan tidak sadar dan kondisi tubuh tampak membiru.
2. Ibu pasien mengurus di bagian administrasi, dan dijelaskan oleh petugas
tentang biaya rawat inap ruang khusus ICU, tetapi ibu pasien menyatakan
keberatan mengingat kondisi keuangan.
3. Ibu pasien kembali ke IGD, dokter IGD menanyakan kepesertaan BPJS
kepada ibu pasien, dan ibu pasien menyatakan punya kartu BPJS. Dokter
pun menawarkan kepada ibu pasien untuk dibantu merujuk ke RS yang
bekerjasama dengan BPJS, demi memandang efisiensi dan efektivitas
biaya perawatan pasien.
4. Pukul 09.15 WIB, keluarga mendapatkan tempat di salah satu rumah sakit
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Dokter rumah sakit tersebut
menghubungi dokter Mitra Keluarga Kalideres untuk menanyakan kondisi
Deborah. Sementara berkomunikasi antar dokter, perawat yang menjaga
dan memonitoring pasien memberitahukan kepada dokter bahwa kondisi
pasien tiba-tiba memburuk.
5. Dokter segera melakukan pertolongan pada pasien. Setelah melakukan
resusitasi jantung paru selama 20 menit, segala upaya yang dilakukan
tidak dapat menyelamatkan nyawa pasien.

Analisis Berita:

Dalam contoh berita tentang meninggalnya bayi Deborah di RS. Mitra Keluarga
Kalideres, nampak dua perbedaan pendapat antara orang tua bayi (Henny) dengan
pihak Rumah Sakit.

Dalam hal ini, ibu bayi Deborah tersebut mengenggap bahwa kematian puterinya
tersebut bukan hanya disebabkan oleh takdir semata, melainkan juga  disebabkan
oleh buruknya pelayanan di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres. Ibu bayi
tersebut menilai bahwa, Rumah Sakit tersebut hanya mementingkan kepentingan
masyarakat kaya yang mempunyai uang banyak, dan mengabaikan mereka-
mereka yang tidak mempunyai biaya untuk berobat. Menurutnya (Henny), pihak
Rumah Sakit seharusnya tidak hanya mengedepankan soal administrasi,
melainkan juga harus mengutamakan keselamatan pasien terlebih dahulu.
Sehingga semua pasien yang masuk ke sana cepat mendapatkan pelayanan
kesehatan, baik itu masyarakat kaya ataupun masyarakat miskin yang tidak
memiliki banyak uang.
Di sisi lain, pihak Rumah Sakit berbeda pandangan soal kronologi meninggalnya
bayi Deborah tersebut. Dalam keterangan pers yang dilakukannya, pihak Rumah
Sakit menjelaskan beberapa point penting yang berkaitan dengan meninggalnya
bayi Deborah tersebut. Pihak Rumah Sakit menerangkan bahwa dokter dan
perawat telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka telah berusaha
semaksimal mungkin untuk mengupayakan keselamatan pasien, termasuk
menghubungi Rumah Sakit lain yang dirasa mampu menolong keselamatan bayi
deborah tersebut. namun apa daya, meskipun segala cara telah diupayakan, nyawa
dari bayi Deborah tersebut sudah tidak bisa diselamatkan lagi.

Di sini kita melihat dua perbedaan perspektif dalam melihat kematian bayi
deborah tersebut, dimana antara pihak keluarga dan pihak Rumah Sakit berbeda
pandangan mengenai meningalnya bayi tersebut. pihak keluarga bayi menilai
bahwa meninggalnya bayi tersebut bukan hanya takdir semata, melainkan juga
disebabkan oleh pelayanan Rumah Sait yang begitu buruk. Di sisi lain pihak
Rumah Sakit beranggapan bahwa mereka telah mengupayakan semaksimal
mungkin guna mneyelamatkan bayi deborah tersebut, namun upayanya belum
berhasil.

Di sinilah perlunya pembelajaran Antropologi Kesehatan, dimana selain


mempelajari mengenai kesehatan, juga mempelajari tentang bagimana melakukan
pendekatan terhadap masyarakat guna mendapatkan data atau informasi yang
berkaitan dengan kesehatan tersebut. Misalkan saja dari kasus di atas, antropologi
kesehatan akan mencari tahu bagaimana kondisi kesehatan bayi tersebut sebelum
akhirnya meninggal dunia. Dengan melakukan pendekatan terhadap keluarga
pasien dan pihak dokter, maka akan diketahui bagaimana kondisi pasien sebelum
akhirnya meningal dunia. Setelah mengetahui bagaimana kondisi tersebut, maka
antropologi kesehatan mulai masuk menjadi titik tengah diantara keluarga pasien
dengan pihak dokter. Antropologi kesehatan akan memudahkan pencarian
informasi yang falid dari kesehatan atau kasus yang sedang berlangsung tersebut,
sehinga akan dihasilkan suatu pemahaman yang utuh, yang dapat diterima oleh
kedua belah pihak. Tidak hanya memihak salah satunya (pihak keluarga dan pihak
Rumah Sakit).

2. Presepsi sehat dan sakit

Orang Papua mempunyai persepsi tentang sehat dan sakit itu sendiri berdasarkan
pandangan dasar kebudayaan mereka masing - masing. Memang kepercayaan
tersebut bila dilihat sudah mulai berkurang terutama pada orang Papua yang
berada didaerah-daerah perkotaan, sedangkan bagi mereka yang masih berada di
daerah pedesaan dan jauh dari jangkauan kesehatan moderen, hal tersebut masih
nampak jelas dalam kehidupanmereka sehari-hari. Misal : Orang Marind-anim
yang berada di selatan Papua juga mempunyai konsepsi tentang sehat dan sakit,
dimana apabila seseorang itu sakit berarti orang tersebut terkena guna-guna (black
magic). Mereka juga mempunyai pandangan bahwa penyakit itu akan datang
apabila sudah tidak ada lagi keimbangan antara lingkungan hidup dan manusia.
Lingkungan sudah tidak dapat mendukung kehidupan manusia, karena mulai
banyak. Bila keseimbangan ini sudah terganggu maka akan ada banyak orang
sakit, dan biasanya menurut adat mereka, akan datang seorang kuat (Tikanem)
yang melakukan pembunuhan terhadap warga dari masing-masing kampung
secara berurutan sebanyak lima orang, agar lingkungan dapat
kembali normal dan bisa mendukung kehidupan warganya.

Hal yang sama pula terdapat pada orang Amungme, dimana bila terjadi
ketidakseimbangan antara lingkungan dengan manusia maka akan timbul berbagai
penyakit. Yang dimaksudkan dengan lingkungan di sini adalah yang lebih
berkaitan dengan tanah karena tanah adalah “mama” yang memelihara, mendidik,
merawat,dan memberikan makan kepada mereka. Untuk itu bila orang Amungme
mau sehat, janganlah merusak alam (tanah), dan harus terus dipelihara secara
baik. Orang Moi di Kepala Burung Papua (Sorong) percaya bahwa sakit itu
disebabkan oleh adanya kekuatan-kekuatan supernatural, seperti dewa-dewa,
kekuatan bukan manusia seperti roh halus dan kekuatan manusia
denganmenggunakan black magic. Di samping itu ada kepercayaan bahwa kalau
orang melanggar pantangan-pantangan secara adat maka akan menderita sakit.

3. Perilaku Ibu Hamil dalam melakukan pemeliharaan kesehatan

Ibu Hamil Melakukan Pijat Ibu hamil Suku banjar masih rutin melakukan pijat
hamil ke dukun kampung yang berada di Desa Kitano maupun Desa Pematang
Baru. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman
mengenai dampak melakukan pijat ke dukun. Selain itu adanya kepercayaan dan
kebiasaan turun temurun yang menyebabkan responden tetap melakukan pijat
hamil untuk membetulkan posisi bayi dan agar mempermudah proses melahirkan.
Alasan pijat hamil untuk membenarkan posisi bayi tidak ada dalam dunia
kedokteran dan tindakan tersebut sudah tidak direkomendasikan walaupun yang
memijat merupakan ahli pijat kehamilan. Pijat untuk ibu hamil pada dasarnya
diperbolehkan kecuali pada bagian perut karena pijat dapat membuat peredaran
darah menjadi lancar, sehingga menurunkan ketegangan otot untuk memperoleh
tubuh yang rileks. Tetapi sebelum melakukan pijat, ibu hamil harus konsultasi
terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan, seperti pernyataan Nicholas, bahwa ibu
hamil risiko tinggi harus melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum
melakukan pijat kehamilan

4. ibu Hamil Mengkonsumsi dan Mandi dengan Banyu (Air) Baya/air


putih biasa dari bidang kampung/tokoh adat yang dibacakan atau
ditiupkan sesuatu.
Ibu Hamil Mengkonsumsi dan Mandi dengan Banyu (Air) Baya/air putih biasa
dari bidang kampung/tokoh adat yang dibacakan atau ditiupkan sesuatu. Banyu
baya merupakan air putih biasa dari bidan kampung atau tokoh adat yang
dibacakan atau ditiupkan sesuatu. Hal ini disebabkan karena manfaat dari
meminum air baya ini adalah agar terhindar dari berbagai macam gangguan
kehamilan dan dilancarkan proses melahirkannya. Kebutuhan cairan sehari hari
adalah 50 ml/kg BB/hari, dan kebutuhan eliminasi 1500-1600ml/hari. Menurut
Emoto, air akan merespon kata-kata positif dengan membentuk kristal yang indah.
Sebaliknya jika air diperlihatkan kata-kata negatif, ia tidak akan membentuk
kristal. Pada saat air dibacakan doa islam, kristal bersegi enam dengan lima
cabang daun muncul berkilauan. Temuan ini menjelaskan kenapa air putih yang
didoakan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Meminum banyu baya
tidak memiliki dampak negatif bagi ibu hamil selama air yang dikonsumsi
merupakan air bersih dan bebas dari kontaminan mikroorganisme patogen yang
dapat mengakibatkan waterborn disease.

5. Ibu Hamil Menanam Jariyangaw dan Mengikat Tali Aduk/Ijuk.


Jariyangaw ini sejenis tanaman pandan-pandanan yang biasa tumbuh di
tanah yang berair, berbau menyengat berdaun lurus dan panjang. Sedangkan
tali aduk bisa diikatkan di sekeliling rumah atau di atas pintu rumah. Tali
aduk adalah tali yang terbuat dari anyaman ijuk. Hal ini dilakukan karena
apabila menanam jariyangaw di dekat rumah agar ibu hamil tidak diganggu
kuyang (hantu wanita yang terbang hanya dengan kepala dan usus terburai yang
suka makan bayi, darah dan tembuni/plasenta dari ibu yang melahirkan). Hal ini
sama dengan pemakaian cincin benang, bahwa secara medis menanam
jariyangaw dan mengikat tali aduk/ijuk tidak berpengaruh terhadap kesehatan
ibu hamil.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Antropologi Kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat
penting, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan
antara manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan
antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri.
Massalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante
dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika dan sebagainya.
Antropologi kesehatan memiliki beberapa kegunaan, salah satunya yaitu
memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan
termasuk individunya.
Hubungan antara antropologi dengan gizi itu sangat erat sekali, karena banyak
sekali orang yang kekurangan gizi yang bukan diakibatkan oleh masalah ekonomi,
akan tetapi diakibatkan oleh kepercayaan atau kebudayaan mereka yang melarang
memakan makanan yang sebenarnya mengandung banyak gizi. Hal ini
menimbulkan sesuatu yang sangat mengecewakan. Di satu sisi terdapat
masyarakat yang kekurangan gizi karena mereka tidak bisa mendapatkannya
karena masalah ekonomi, di sisi lain terdapat masyarakat yang kekurangan gizi
akibat kebudayaan mereka tidak mengizinkan atau melarang mereka memakan
makanan tersebut yang seharusnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya karena
makanan tersebut sangat bermanfaat bagi mereka.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap lebih mendapatkan pengetahuan
tentang studi kasus antropologi kesehatan yang ada diindonesia, sehingga
pembaca dapat menegtahui cara-cara meningkatkan derajat kesehatan. Akhirnya,
semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Azwar dan Jakob T. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia Jilid I


Pengobatan Tradisional. Jakarta : Penerbit EGC
Bangun Tridah, 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta : Inti Idayu Press.
Causey, Andrew. 2003. Danau Toba Pertemuan Wisatawan dengan Batak
Toba
di Pasar Suvenir. Medan : Bina Media Perintis.
Dumatubun. 2002. Kebudayaan Kesehatan Orang Papua dalam Antropologi
Kesehatan. Jurnal Antropologi Papua.
Foster Anderson, 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta : Universitas
Indonesia
Press.
Gintings, E.P, 1999. Religi Karo. Kabanjahe : Abdi Karya.
Ihromi T.O, 2006. Pokok – Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan
Obor
Indonesia.

Ilham. 2012. Eksistensi Pengobatan Dukun Patah Tulang pada Masyarakat Gayo
di Desa Gelelungi Kec. Pegasing Kab. Aceh Tengah. Skripsi
Koentjaraningrat, 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian
Rakyat.

Koentjaraningrat. 1982. Aspek Manusia Dalam Penelitian Masyarakat.


Jakarta :
PT. Gramedia

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja


Rosdakarya.
Nasution. 1996. Metode Research ( Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai