Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

dengan ORANG AMBON


Dosen Pengampu : Wahyu Ratna, SKM, M.Kes.

Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Ulfah Syarofina (P07120118027)
2. Lega Diyah Utami (P07120118032)
3. Galang Oktavianus Zekenova Atmaja (P07120118036)
4. Emilia Sinta Maharani (P07120118040)
5. Andifa Danna Arsanti (P07120118046)
6. Oktaviani Risma Antica (P07120118052)

D-III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan Makalah Keperawatan Transkultural dengan Orang Ambon
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak –pihak yang telah mendukung
dan membantu selama proses pembuatan makalah ini sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, 24 Juni
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan masyarakat menuntut adanya peningkatan kebutuhan
masyarakat, khususnya akan pelayanan kesehatan termasuk tuntutan asuhan
keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dinamika globalisasi yang
terjadi menyebabkan perpindahan penduduk baik antar daerah maupun antar
negara (migrasi) dimungkinkan dapat terjadi dan mampu menibulkan
pergesran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Indonesia sebagai negara
kepulauan dan memiliki keragaman budaya yang sangat kaya meyebabkan
ada beberapa kebiasaan kultur yang terpengaruh dalam kehidupan sehari-hari
khususnya bidang kesehatan.

Di Indonesia masih menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, setiap ada


anggota keluarga yang sakit anggota lain akan ikut andil dalam proses
penyembuhan dan pengobatan. Keluarga dan lingkungan merupakan kunci
utama bagi kesehatan dan konsep-konsep penyakit serta perilaku sehat-sakit.
Keluarga terlibat langsung dalam mengambil keputusan terapeutik pada setiap
tahap pengobatan. Fungsi utama keluarga dalam hal ini adalah pemeliharaan
perawatan kesehatan keluarga yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan
atau merawat anggota keluarga yang sakit, mengenal masalah kesehatan bagi
keluarga, serta mempertahankan suasana rumah yang sehat.

Perawat memandang pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural


dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan
kesehatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa
terlepas dari aspek kultural yang merupakan bagian integral dari interaksi
perawat dengan pasien. Perawat berupaya memberikan pemahaman terhadap
pasien sebagai bagian kebutuhan menyeluruh pasien dalam kaitannya dengan
kesehatan. Kombinasi pengetahuan dengan pola praktik transkultural dengan
kemajuan teknologi dapat meyebabkan makin sempurnanya pelayanan
keperawatan dan kesehatan orang banyak dengan berbagai kultur.

Keperawatan transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya


pada proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila


budaya pasien pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan
implementasi keperawatan diberikan sesuai nilai-nilai yang relevan yang
tekah di miliki klien, sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya. Negosiasi budaya merupakan strategi
yang kedua untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya yang lebih
menguntungkan kesehatannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana persepsi klien terhadap sakit ?

2. Apakah klien atau keluarga pernah sakit ?

3. Apa yang klien lakukan ketika sedang sakit untuk proses penyembuhan ?

4. Bagaimana peran anggota keluarga, saudara, atau masyarakat sekitar klien


saat klien sakit atau saat ada orang lain sakit ?

5. Bagaimana pandangan klien terhadap pusat layanan kesehatan seperti


puskesmas/klinik/Rumah Sakit ?

6. Bagaimana pandangan klien tentang pengobatan alternatif ?

7. Bagaimana pandangan klien terkait pelayanan yang dilakukan oleh tenaga


medis ?

8. Bagaimana pandangan klien megenai sistem pembayaran di layanan


kesehatan ?
9. Bagaimana pandangan klien terhadap akses menuju layanan kesehatan ?
dari rumah klien aksesnya apakah mudah atau sulit ?

10. Bagaimana pandangan klien terhadap pelayanan kesehatan di Ambon dan


di Yogyakarta ?

11. Bagaimana saran atau masukan klien terhadap permasalahan kesehatan di


Indonesia ?

C. TUJUAN

1. Megetahui persepsi klien tentang sakit.

2. Mengetahui apakah klien atau anggota keluarga pernah sakit.

3. Mengetahui hal yang dilakukan klien ketika sedang sakit untuk proses
penyembuhan.

4. Mengetahui peran keluarga, saudara atau masyarakat terhadap orang sakit.

5. Mengetahui pandangan klien mengenai pelayanan kesehatan di Yogyakarta

6. Mengetahui pandangan klien mengenai pengobatan alternatif.

7. Mengetahui pandangan klien mengenai pelayanan tenaga medis.

8. Mengetahui pendangan klien mengenai pembayaran di layanan kesehatan.

9. Megetahui pandangan klien mengenai akses jangkauan layanan kesehatan.

10. Mengetahui pandangan klien mengenai perbedaan pelayanan kesehatan di


Ambon dan Yoyakarta.

11. Mengetahui saran atau masukan klien mengenai permasalahan kesehatan.

D. METODE

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalh ini adalah dengan


metoe wawancara dengan narasumber.
BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTITAS KLIEN

Nama : Anna

Umur : 49 tahun

Tempat, tanggal lahir :

Pekerjan :

Alamat di Ambon :

Alamat di Yogyakarta :

B. HASIL WAWANCARA

1. Bagaimana persepsi klien terhadap sakit ?

Sakit menurut pendapat narasumber adalah keadan di mana


kondisi badan tidak bugar dan tidak vit seperti biasanya, dan dapat
mengganggu aktivitas kita sehari hari.

2. Apakah klien atau keluarga pernah sakit ?

Dari hasil wawancara klien pernah sakit dan sedang sakit


Diabetes Melitus.

3. Apa yang klien lakukan ketika sedang sakit untuk proses


penyembuhan ?

Ketika sedang sakit klien memeriksakan dirinya di RSUD


Wates. Klien juga sering kontrol terkait sakit Diabetes yang
dideritanya di RSUD Wates. Diabetesnya diobati dengan rutin
kontrol untuk injeksi insulin.

4. Bagaimana peran anggota keluarga, saudara, atau masyarakat sekitar


klien saat klien sakit atau saat ada orang lain sakit ?
Peran anggota keluarga klien saat sakit adalah tetap saling
mensupport. Keluarga, anak-anak, dan saudara klien saling
bergantian untuk mengantas klien berobat atau kontrol. Keluarga
klien juga sangat memperhatikan kesehatan klien, menurut beliau
keluarga terus memberi semangat kepada klien untuk hidup sehat
dan memperhatikan pola makan klien.Masyarakat sekitar juga sangat
baik dan perhatian kepada klien. Ketika klien sakit dan di rawat di
rumah sakit, masyarakat sekitar saling begantian menjenguk klien.

5. Bagaimana pandangan klien terhadap pusat layanan kesehatan seperti


puskesmas/klinik/Rumah Sakit ?

Menurut klien fasilitas pelayanan kesehatan di Jogja bagian


pusat atau di Kota Jogja sudah cukup baik dan memadai jika
dibandingkan di daerah Jogja pinggiran. Contohnya di Kulon Progo
tempat klien tinggal. Menurut klien untuk fasilitas, sarana dan
prasarananya masih kurang lengkap. Untuk tenaga kesehatannya di
daerah yang agak pinggiran seperti Kulon Progo, tenaga medis masih
kurang baik berdasarkan pengalaman pribadi klien. Menurut klien
pelayanan masih kurang maksimal, mengingat tenaga medis baik
dokter spesialis, perawat, maupun tenaga kesehatan lain lebih
lengkap di pusat Kota Jogja sendiri.

6. Bagaimana pandangan klien tentang pengobatan alternatif ?

Klien pribadi dan keluarga kurang mengandalkan pengibatan


alernatif karena masih banyak yang belum teruji klinis khasiatnya.
Tetapi, menurut klien jika sudah tidak ada jalan lagi pengobatan
alternatif boleh dicoba dengan catatan tetap memperhatikan dan
memikirkan dengan matang efek yang akan ditimbulkan seperti apa
ke depannya.

7. Bagaimana pandangan klien terkait pelayanan yang dilakukan oleh


tenaga medis ?
Seperti yang sudah diutarakan oleh klien, bahwa tenaga medis di
daerah Jogja kota sudah cukup baik pelayanannya sedangkan untuk
daerah pinggiran seperti Kulon Progo perlu ditingkatkan lagi
kualitasnya, mengingat penyakit makin berkembang dengan kasus
yany berbeda.

8. Bagaimana pandangan klien megenai sistem pembayaran di layanan


kesehatan ?

Menurut klien sistem pembayaran perlu dipermudah lagi tata


caranya, karena banyak yang mengeluh memakai BPJS tetapi tata
caranya muter-muter. Mungkin lebih baik jika dipermudah untuk
prosesnya.

9. Bagaimana pandangan klien terhadap akses menuju layanan


kesehatan ?

Menurut klien akses jangkauan layanan kesehatan sudah lebih


baik daripada zaman dahulu. Sudah mulai ada dokter dan tenaga
kesehatan lain di daerah pelosok. Akses menuju tempat layanan
kesehatan dari rumah klien sendiri lumayan mudah, dekat, dan
tejangkau. Perjalanannya memakan waktu kurang lebih 15 menit
untuk sampai di Puskesmas Sentolo.

10. Bagaimana pandangan klien terhadap pelayanan kesehatan di Ambon


dan di Yogyakarta ?

Menurut klien pelayanan kesehatan di Ambon jika dibandingkan


dengan di Yogyakarta jelas lebih memadai di Yogyakarta. Tetapi,
bukan berarti di Ambon sangat kurang. Hanya saja perlu untuk lebih
ditingkatkan lagi, demi pelayanan publik yang maksimal.

11. Bagaimana saran atau masukan klien terhadap permasalahan


kesehatan di Indonesia ?

Segala aspek bisa dipertimbangkan lagi baik atau buruknya.


Contohnya dari tenaga medis sendiri, Sarjana kedokteran, perawat,
dan tenaga kesehatan lain sebenarnya sudah melimpah, hanya saja
perlu dibukalapangan pekerjaan yang lebih luas supaya lebih bisa
mengakomodir lulusan. Menurut sepengetahuan klien sudah ada
program PTT untuk dokter untuk mengabdi di daerah terpencil, itu
sudah langkah baik dari pemerintah. Hanya saja, perlu ditingkatkan
lagi kesejahteraan tenaga medih di daerah terpencil.

Untuk sarana dan prasaraan medis perlu digiatkan lagi, karena


masih merupakan barang yang mahal bagi masyarakat alias masih
kurang terjangkau.

Dari segi masyarakat hanya perlu lebih aware saja tentang segala
penyakit, karena dengan sikap itu paling tidak bisa sebagai tindakan
pencegahan supaya tidak sakit.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


Keperawatan transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu
ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia.

Menurut klien pelayanan kesehatan di Ambon jika dibandingkan dengan


di Yogyakarta jelas lebih memadai di Yogyakarta. Untuk tenaga
kesehatannya di daerah yang agak pinggiran, tenaga medis masih kurang baik
berdasarkan pengalaman pribadi klien. Menurut klien pelayanan masih
kurang maksimal, mengingat tenaga medis baik dokter spesialis, perawat,
maupun tenaga kesehatan lain lebih lengkap di pusat Kota Jogja sendiri.
Tetapi, bukan berarti di Ambon sangat kurang. Hanya saja perlu untuk lebih
ditingkatkan lagi, demi pelayanan publik yang maksimal.

B. SARAN

Segala aspek bisa dipertimbangkan lagi baik atau buruknya. Contohnya


dari tenaga medis sendiri, Sarjana kedokteran, perawat, dan tenaga kesehatan
lain sebenarnya sudah melimpah, hanya saja perlu dibukalapangan pekerjaan
yang lebih luas supaya lebih bisa mengakomodir lulusan. Menurut
sepengetahuan klien sudah ada program PTT untuk dokter untuk mengabdi di
daerah terpencil, itu sudah langkah baik dari pemerintah. Hanya saja, perlu
ditingkatkan lagi kesejahteraan tenaga medih di daerah terpencil.

Untuk sarana dan prasaraan medis perlu digiatkan lagi, karena masih
merupakan barang yang mahal bagi masyarakat alias masih kurang
terjangkau. Dari segi masyarakat hanya perlu lebih aware saja tentang segala
penyakit, karena dengan sikap itu paling tidak bisa sebagai tindakan
pencegahan supaya tidak sakit.

Anda mungkin juga menyukai