Anda di halaman 1dari 38

Click icon to add picture BUDAYA KEBIDANAN

Monarisa, M.Keb
Tujuan Pembelajaran
1. Pengertian Budaya Kebidanan
2. Aspek sosial budaya yang mempengaruhi program
KB dilihat dari petugas dan masyarakat
3. Aspek sosial budaya yang mempengaruhi
pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut para ahli
4. Aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku
sakit dan penyakit masyarakat
5. Tanggungjawab bidan dalam kaitannya dengan
pengembangan professional dalam Budaya
kebidanan
PENDAHULUAN
 Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat
memberikan peranan penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
 Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat
merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam
suatu daerah tersebut telah mengalami suatu
perubahan dalam proses berfikir. Perubahan
sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif
maupun negatif.
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG
MEMPENGARUHI PROGRAM KB
DILIHAT DARI PETUGAS DAN
MASYARAKAT
KELUARGA BERENCANA(KB)

Progam
pemerintah untuk
menurunkan
jumlah fertilitas.
Salah satunya
dengan alat
kontrasepsi untuk
menurunkan
jumlah penduduk.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELUARGA BERENCANA
 Sosial Budaya
- lokasi klinik
- Petugas KB
- Waktu Pelayanan
- Efek samping
- Pengetahuan tentang alat kontrasepsi
- Adat Poligami
- Nilai anak
- Usia perkawinan rendah
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PROGRAM KB

 Faktor Kesehatan
- Menderita
Tumor/kanker
- Gangguan
pembekuan
darah
- Hipertensi
- dll
3. Faktor Program KB
KEPERCAYAAN MASYARAKAT
TENTANG KB

 Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga


berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kematian ibu yang
meningkat setiap tahun.

 Banyak masyarakat Indonesia yang masih


menganggap bahwa penggunaan alat
kontrasepsi memiliki efek samping dan
stigma-stigma yang kurang tepat.

 Masih banyak masyarakat yang belum


mendapat informasi yang tepat mengenai
manfaat KB
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG
MEMPENGARUHI
PEMANFAATAN PELAYANAN
KESEHATAN

Monarisa, M.keb
SYARAT POKOK PELAYANAN
KESEHATAN

a. Tersedia dan berkesinambungan


b. Dapat diterima
c. Mudah dicapai
d. Mudah dijangkau
e. Bermutu
JENIS PELAYANAN KESEHATAN

1. Pely. Kesehatan Tingkat Pertama


Pelayanan kesehatan dasar, berobat jalan (Out
Patient Services)
2. Pely. Kesehatan Tingkat Kedua
Pelayanan kesehatan yang lebih lanjut bersifat
peratawan (In Patient Services), tenaga spesialis
3. Pely. Kesehatan Tingkat Ketiga
Pelayanan kesehatan yg bersifat kompleks dan
umum diselenggarakan oleh tenkes subspesialis
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
RENDAHNYA PEMANFAATAN
PELAYANAN KESEHATAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RENDAHNYA UTILISASI (PENGGUNAAN)
PELAYANAN KESEHATAN

1. Faktor jarak yang terlalu jauh (faktor geografi)


2. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi)
3. Pelayanan yang tidak memuaskan
4. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas
(faktor informasi)
5. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas
(faktor budaya)
6. Pendapatan keluarga

 Meskipun ada subsisdi pemerintah, namun


masyarakat yang berpendapatan rendah tetap
memiliki kesulitan untuk dapat mengakses
pelayanan kesehatan di Puskesmas atau rumah
sakit dikarenakan biaya transportasi maupun biaya
lainnya saat menjalani perawatan yang harus
dibayar sendiri (Pratiwi, 2012)
7. Status Pendidikan

 Sangat erat kaitannya dengan kesadaran dan


pengetahuan seseorang
 Biasanya masyarakat yang berpendidikan rendah,
kurang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang
baik tentang manfaat pelayanan pelayanan
kesehatan (Rumengan, Umboh, & Kandou, 2015).
8. Persepsi Masyarakat
a. Persepsi Masyarakat ttg kesehatan (SEHAT –
SAKIT)
Persepsi atau konsep masyarakat tentang sakit.
Menurut Twoddle
 “Apa yang dirasakan sehat bagi seseorang bisa saja

tidak dirasakan sehat bagi orang lain, karena adanya


perbedaan persepsi.
 “Selain itu, ada perbedaan konsep dan persepsi sehat-

sakit di dalam masyarakat.


 “Secara objektif seseorang terkena penyakit, salah satu

organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak


 “Atau sebaliknya, seseorang merasa sakit bila
merasakan sesuatu di dalam tubuhnya, tetapi dari
pemeriksaan klinis tidak diperoleh bukti bahwa ia
sakit (Notoatmodjo, 2007)
 Masyarakat mengganggap dirinya sakit hanya
pada saat mereka terbaring lemah dan tidak
dapat menjalankan aktivitas
Respon seseorang apabila sakit :
1. Tidak bertindak (no action)
2. Tindakan mengobati diri sendiri (self treatment)
3. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan
tradisional (traditional remedy)
4. Mencari pengobatan dgn membeli obat – obat ke
warung warung obat dan sejenisnya
5. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern
yg Di adakan oleh pemerintah / swasta (puskesmas,
RS)
6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern
yang diselenggarakan oleh dokter praktek
b. Persepsi Masyarakat ttg Kualitas pelayanan

 Untuk mengukur sebuah kualitas pelayanan adalah


dengan mengetahui persepsi tentang pelayanan
tersebut dari kaca mata seorang konsumen atau
pelanggan.
 Persepsi pasien ini sangat penting karena pasien yang
puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat
kembali (Apriyanto, Kuntjoro, & Lazuardi, 2013).
b. Persepsi Masyarakat ttg Kualitas pelayanan

 Untuk mengukur sebuah kualitas pelayanan adalah


dengan mengetahui persepsi tentang pelayanan
tersebut dari kaca mata seorang konsumen atau
pelanggan.
 Persepsi pasien ini sangat penting karena pasien yang
puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat
kembali (Apriyanto, Kuntjoro, & Lazuardi, 2013).
Upaya yang dapat dilakukan
1. Masyarakat
Diharapkan agar mampu meningkatkan kesadaran akan
kesehatannya agar lebih aktif lagi memanfaatkan pelayanan
kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan (Puskesmas/RS)
Diharapkan lebih meningkatkan kualitas pelayanan dapat
menjadi lebih baik lagi bagi masyarakat.
3. Pemerintah
Diharapkan lebih memperhatikan kesehatan masyarakat yang
memiliki pendapatan keluarga di bawah UMK agar
masyarakat mampu meningkatkan derajat kesehatannya
4. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan
rendah diharapkan mampu menyerap
informasi serta mengenali gejala penyakit
sehingga memiliki keinginan untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG
MEMPENGARUHI PERILAKU
SAKIT DAN PENYAKIT
MASYARAKAT
SAKIT ??
Sakit….
 Suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga menimbulkan
gangguan dalam aktivitas sehari baik fisik,
mental, maupun sosial.( Perkin,s)

 Suatu keadaan yang menganggu keseimbangan


status kesehatan biologis, psikologis sosial dan
spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi
tubuh.( Zaidi Ali).
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG
SEHAT – SAKIT

Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, tidak


selalu bersifat obyektif

Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit dipengaruhi oleh unsur :

1. Pengalaman masa lalu & unsur sosial-budaya.


2. Petugas kesehatan berusaha menerapkan kriteria medis yang
obyektif berdasarkan simptom (indikasi penyakit yg dilihat dan
dirasakan pasien) untuk mendiagnosis kondisi fisik individu
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit
berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang
lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan
berkembang dalam masyarakat tersebut.
ASPEK BUDAYA YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU KESEHATAN DAN STATUS
KESEHATAN

1. TRADISI
2. SIKAP FATALISM
3. NILAI
4. ETHNOCENTRISM
1. TRADISI

 Suatu wujud budaya yang abstrak dinyatakan dalam


bentuk kebiasaan, tata kelakuan dan istiadat, bersifat
tertulis maupun tidak tertulis.
 Merupakan peraturan yang mempunyai sanksi yang
tegas.
2. SIKAP FATALISM

Suatu hal berkaitan dengan agama yang diyakini oleh masy.nya,


tanpa harus ada pembuktian kebenarannya.

Contoh : masyarakat Madura berkeyakinan bahwa ibu yang meninggal


karena melahirkan akan masuk surga.anak titipan tuhan kesakitan,
kematian adalah takdir banyak anak banyak rizki.
Anggota masyarakat di kalangan kelompok tertentu (fanatik) sakit atau
mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera
mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit
3. NILAI

 Konsep2 mengenai apa yg hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga
suatu masy., mengenai apa yg mereka anggap bernilai, berharga, dan penting
dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sbg suatu pedoman yg memberi arah dan
orientasi dlm kehidupan masy tsb.

 Contoh : nilai kepatuhan anak pada orangtua


Masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras merah,
padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi pada beras merah
daripada beras putih
4. ETHNOCENTRISM

 Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik


dibandingkan kebudayaan lain.

Kadangkala petugas kesehatan merasa lebih berpendidikan maka


tidak melibatkan masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan.

 Seorang yang menggunakan vitsin pada makanannya yang


menganggap itu lebih benar daripada orang yang tidak
menggunakan vitsin padahal vitsin tidak bagi kesehatan
Penyakit sosial / Penyakit Masy
 Bentuk kebiasaan berperilaku sejumlah warga
masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berpengaruh thd kehidupan warga
masyarakat

 Suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau


sekelompok orang, yang tidak sesuai atau tidak
menyesuaikan diri dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat, baik yang dilakukan secara
sadar ataupun tidak
Spt : Berjudi, penyalahgunaan narkoba, miras,
kenakalan remaja, PSK, penyakit HIV/AIDS
KESIMPULAN
 Hubungan antara budaya dan kesehatan sangat
erat, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa
yang sederhana dapat bertahan dengan cara
pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka.

 Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan


dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam
segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
 Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk
tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga
membuat mereka mengerti tentang proses
terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut
hubungannya dengan kesehatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai