Anda di halaman 1dari 6

Tugas Dasar-Dasar Promosi

Kesehatan

Nama : Ziphora Sahetapy


Npm : 12113201210194
Kelas : D

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI


KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2022
 Perilaku sehat masyarakat modern adalah perilaku PRO-
aktif dalam upayamemelihara & meningkatkan kesehatan,
mencegah resiko akan datangnyapenyakit serta ikut andil
bagian dalam gerakan kesehatan masyarakatdengan
mengedepankan kemajuan IPTEK.

 Contoh : Contoh perilaku sehat masyarakat


modernmenggunakan suntikan, obat-obatan,
menggunakan mesin & teknologi untuk
mencapai hidup sehat.

 Perilaku sehat masyarakat tradisional adalah perilaku


PRO-aktif dalamupaya memelihara kesehatan &
meningkatkan kesehatan, mencegah danmelindungi dari
ancaman penyakit dengan mengedepankan
kepercayaanleluhur mereka, budaya serta alam sekitar.

 Contoh : perilaku sehat masyarakat


tradisional menggunakan obat tradisional
yang berasal dari alam sekitar, mempercayai
adat leluhurnya bahsa dengan upacara itu
dapat menyambuhkan penyakit.
A.   Pelayanan Kesehatan Modern
1.      Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang kesehatan yang
berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena hamil dan bersalin.
Program ini merupakan program penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa yang jauh dari fasilitas
kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah:
Pertama, sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.
Kedua, sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
Ketiga, sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, dukun
bayi dan kader kesehatan.
Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis modern yang dalam
proses intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan sistim medis lokal tradisional. Dinamika
dan proses komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan adopsi parsial program oleh
masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan lapangan adalah terdapat perbedaan
perspektif antara program dan nilai-nilai lokal dalam menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan
etiologi tentang sehat sakit. Program beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan model-model
biomedis serta bekerja atas diktum preventif.
Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini program KIA di polindes)
yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal, kehamilan dan persalinan
lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental sehingga campur tangan manusia dianggap
minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini, pemeliharaan dan perawatan dengan makna mencegah
resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan dianggap mendahului takdir yang memberi rasionalisasi
rendahnya angka kunjungan konsultasi ibu selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal
ini menghambat deteksi dini resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi upaya-upaya untuk
mengatasinya. Pendekatan program yang cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi keras
dan impersonal bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi setempat dan
pola keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat kedalam program dapat memberi
keuntungan pada program dalam jangka panjang hingga program dapat menyediakan layanan yang
lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya memahami nilai-nilai budaya dan sistim
sosial setempat memberi pemahaman tentang faktor- faktor yang menghambat diadopsinya program
dan merancang strategi yang dapat mendukung program. Kata kunci: Polindes, pelayanan kesehatan ibu
hamil bersalin, faklor sosial budaya.

2.      Holistik Modern
      Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan “holistik modern”.
Dalam situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadang-
kadang terasa mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka
untuk mendapatkan konsultasi dan pengobatan berbagai penyakit secara maksimum
dengan akurat dan hemat, sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan
kesehatan “Holistik Modern”.  DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan
pengembang layanan kesehatan holistik modern itu di Indonesia sejak tahun 1997,
menjelaskan. Di bawah ini, kami tampilkan wawancara Kris Sadipun dari Bekasi
Ekspres (BE) dengan DR.ASVIAL RIVAI (AR) di Kantor Pusat Holistik Moderen, Mall
Belannova, Sentul City, Bogor, dalam bentuk tanya-jawab menyangkut keunggulan
layanan kesehatan Holistik Moderen
BE: Apa yang dimaksud dengan layanan kesehatan “Holistik Modern”?
AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak orang berkata begitu. Tapi sebenarnya  
“holistik modern” merupakan sebuah sebutan terhadap satu sistem pelayanan “terpadu” dalam
memenuhi berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan  dan perbaikan tingkat kesehatan yang mungkin
sudah rusak yang disebut sakit-sakitan. Layanan kesehatan “holistik modern” dalam arti yang sangat
dalam, meliputi berbagai pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh,
konsultasi kesehatan secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan juga kejiwaan), perawatan /
pengobatan penyakit-penyakit secara menyeluruh (juga fisik, emosional dan kejiwaan), pemberian
nasehat dan anjuran-anjuran kesehatan secara menyeluruh (berlaku juga untuk kesehatan fisik,
emosional dan kejiwaan), kontrol ulang serta bimbingan / tuntunan selama penyakit-penyakitnya
belum sembuh atau selama masih dibutuhkan oleh sipenderita. Itu dilakukan secara terpadu oleh satu
tenaga praktisi yang sudah dilatih untuk menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini, tanpa
harus ambil darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa buka-buka pakaian sangat etis.
Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan berbagai metode yang megacu
pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan benar, sebagai satu pandangan lain nonmedis, yang
merupakan terobosan baru dalam bidang kesehatan yang sangat sederhana tapi sangat efektif, yaitu
ilmu iridology yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter medis di Eropa (yaitu satu ilmu
pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit malalui tanda-tanda yang terjadi pada mata akibat
adanya gangguan penyakit itu),
Ilmu kinesiology yang berasal atau ditemukan oleh seorang ahli saraf  di Amerika (yaitu ilmu
pengetahuan bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organ-organ dan sistem tubuh melalui
kelemahan yang terjadi pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal atau ditemukan oleh
seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan memperbaiki tingkat penyakit dan
kelemahan tubuh seseorang melalui perobahan energy yang terjadi pada tubuh yang ditest dengan
energy bunga-bungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara pendeteksian dan perawatan yang
lain, seperti “heart lock”, “jump leading”, “universal energy”, “podorachidian” dan lain-lain.

B.   Pelayanan Kesehatan Tradisional


         Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah
masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial
Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan
sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara
pengobatan.
         Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau
perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan
yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh
secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar
Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di
Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya
    masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi
    beberapa penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan
    (obat) yang berasal dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan
    tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
    kesehatan tradisional.
Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu
bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang
menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran
moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap
pengobatan kedokteran moderen tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah
masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai “traditional medicine” atau pengobatan tradisional.
Para ilmuwan lebih menyukai “traditional healding”. Adapula yang menyebutkan “alternatif
medicine”. Ada juga yang menyebutkan dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous
medicine (Agoes, 1992;59).
Dalam sehari-hari kita menyebutnya “pengobatan dukun”. Untuk memudahkan penyebutan maka
dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah ini apat
ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional atau
sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas satu etnis (etno
medicine).
Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan pengobatan
alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah. Pengobatan yang
banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar budaya tradisi suku
bangsa maupun agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan
maupun penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa
yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib
ataupun yang memadukan antara kekuata rasio dan batin.
Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan.
Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam
penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-pantangan
tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai
dengan cepat.
Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Seperti
misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang unutk mengkonsumsi minum
es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut menurutnya dapat mengganggu aliran
syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.

Anda mungkin juga menyukai