Anda di halaman 1dari 6

Banyak faktor yang berperan,kenapa pemanfaatan pengobatan tradisional masih tinggi di

indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:


1.Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosil budaya masyarakat
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat
(Kementerian Kesehatan RI, 2003).
Ada 3 jenis pelayanan kesehatan tradisional dalam Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional, yaitu:
a) Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang
manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris.
b) Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer adalah penerapan kesehatan
tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya
serta manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah.
c) Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan Pelayanan
Kesehatan Tradisional Komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap atau pengganti.
2.Tingkat pendidikan,keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budayamasyarakat
menguntungkan pengobatan tradisional
UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan pengobatan tradisional
yang mencakup cara, obat dan pengobatan atau perawatan cara lainnya dapat
dipertanggungjawabkan maknanya. Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah
menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan
baik di desa maupun di kota-kota besar. Kemampuan masyarakat untuk mengobati
sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan
tradisional merupakan potensi besar karena dia telah digunakan berdasarkan pengalaman dan dari
terdahulu dan ternyata terbukti dapat menyehatkan
kesehatan sehingga tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat tersebut tetap dipakai atau
dicari oleh masyarakat.
3.Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan modern
Faktor penghambat pelaksanaan pelayanan kesehatan:
1. Konektivitas
Kendala konektifitas menjadi penyebab utama sistem kesehatan digital (E-Health) di
Indonesia tidak berkembang, terutama di daerah-daerah terpencil yang seharusnya butuh akses
kesehatan yang sama dengan masyarakat kota. "Konektifitas masih kendala. Satelit Palapa nantinya
harus bisa menjangkau pulau di Timur. Tadi saya sampaikan, di Jakarta saja masih ada area-area
blackspot di beberapa tempat," kata Founder dan Chairman Center for Healthcare Policy and Reform
Studies (Chapters) Indonesia Luthfi Mardiansyah di Jakarta, Senin (19/8/2019). Bila konektifitas
sudah merata di seluruh Indonesia, maka bisa dipastikan masyarakat bisa mendapat akses kesehatan
yang baik karena bisa berkonsultasi dengan dokter meski berjauhan. Pun biayanya jauh lebih murah.
2. Kejelasan Regulasi
Menurut sebuah survei dari Deloitte Indonesia, Bahar, dan Chapter, sebesar 15,6 persen
pengguna masih merasa tidak puas dengan adanya layanan kesehatan digital. Ketidakpuasaan ini
terjadi karena pengguna mengkhawatirkan keamanan data yang diinput ke dalam layanan kesehatan
digital tersebut. Pun belum adanya aturan tentang tata cara pengantaran obat agar tidak
terkontaminasi benda lain hingga sampai kepada pasien.

3. Bonus Demografi
Populasi Indonesia merupakan populasi ke-4 terbesar di dunia, yang banyak didominasi oleh usia
muda dan masyarakat ekonomi kelas menengah. Bonus demografi ini menjadi kekuatan untuk
Indonesia untuk bersaing di kancah global. Sayangnya, bonus demografi ini tak dibarengi dengan
pelayanan kesehatan yang baik. Anak muda dan masyarakat yang dianggap mampu memajukan
Indonesia justru jadi tak terlindungi karena tidak ada pelayanan kesehatan yang baik. "Itu (bonus
demografi) bisa menjadi pemasalahan. Kalau hanya besar, tapi sistem kesehatan enggak mumpuni,
bagaimana? Apalagi sekarang usia muda sudah banyak yang kena penyakit berat, ini akan jadi beban
biaya kalau sistem kesehatannya enggak baik," pungkas dia.

4. Negara Kepulauan
Menjadi negara kepulauan, memang sangat berpengaruh besar terhadap potensi ekspor Sumber
Daya Alam (SDA) Indonesia. Indonesia terkenal dengan beragam SDA dan keindahan alam yang
mampu menarik wisatawan berkunjung. Di sisi lain, distribusi pangan dan distribusi kesehatan
banyak terkendala karena tidak bisa ditempuh hanya dengan jalur darat. "Apalagi secara bisnis,
rumah sakit swasta tidak serta merta ingin membangun cabangnya di tempat terpencil. Akhirnya
investor maunya investasi di daerah-daerah yang punya impact banyak sehingga ada disparitas di
sini. Ini memang susah karena luas sekali, pemerintah pun saat ini sulit menemukan cara yang bagus
bagaimana," ungkap Luthfi.
5. Pelayanan Rendah
Luthfi menilai, tingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia relatif rendah. Ini tercermin dari kendala
masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di beberapa rumah sakit. Pasien yang menderita
penyakit berat diminta menanti pelayanan hingga 1 bulan lamanya di rumah. "Prosesnya itu sendiri
masih belum membantu. Sampai hari ini masih kita lihat antrian panjang di beberapa rumah sakit.
Mereka, pasien yang menderita penyakit berat, harus menunggu 1 bulan di rumah, hal-hal tersebut
yang mesti kita sikapi dengan baik," ucap Luthfi.

6. Teknologi Tak Dimanfaatkan dengan Baik


Teknologi yang ada tak dimanfaatkan dengan baik untuk pelayanan kesehatan. Padahal, penggima
internet di Indonesia paling tinggi ketimbang negara lain.
4.Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit tertentu.
Pengobatan modern biasanya cenderung mengabaikan aspek-aspek spritual,sosial dan
keyakinan seseorang.Ini semacam ketidakpuasan menyebabkan peningkatan yang signifikan jumlah
orang yang masih mengandalkan pengobatan tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan
mereka. Semua ini terjadi meskipun fakta bahwa tidak ada bukti ilmiah terhadap metode
pengobatan tradisional yang dapat memberikan hasil yang memuaskan.Kepercayaan dan keyakinan
merupakan sebuah faktor penting dalam pengobatan.Ada sejumlah besar orang menderita
kekurangan dimensi spritual dalam kehidupan mereka. Mereka tidak dapat terhubung ke beberapa
makna yang lebih besar dan itu adalah salah satu alasan utama mengapa mereka sering
mengandalkan praktisi pengobatan tradisional yang dapat mengurus semua dimensi yang berbeda
dari kehidupan mereka.
5.Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (Obat) yang berasal dari
alam (Back to nature)
Mengingat penggunaan obat herbal di masyarakat yang makin meningkat dan dalam rangka
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tradisional yang bermutu,dibuat
pedoman atau standar pelayanan kesehatan tradisional terintegrasi yaitu Formularium Obat Herbal
Asli Indonesia.Hal ini sesuai dengan UU 36/2009 pasal 48 tentang kesehatan yang menyatakan
bahwa salahsatu pelayanan kesehatan adalah obat tradisional. Sebagai tindak lanjut dari hal
tersebut akan disusun Formularium Obat Tradisional Nasional (Fotranas) untuk penyediaan obat
herbal di rumah sakit.
Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan obat bahan
alam,yaitu pengaruh pada proses penyiapan bahan baku,variasi biologi,kompleksitas komposisi
sediaan obat bahan alam,kandungan berbagai senyawa aktif,proses ekstraksi,potensi
kontaminasi.kontrol mutu, dan uji coba non klinik.
6.Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional
Ada 3 jenis pelayanan kesehatan tradisional dalam Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional, yaitu:
1.    Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang
manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris.
2.    Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer adalah penerapan kesehatan tradisional
yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan
keamanannya terbukti secara ilmiah.
3.    Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap atau pengganti.
Dari segi pelayanan saat ini, Rumah sakit dan Puskesmas yang telah menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Tradisional terintegrasi yang meliputi beberapa aspek seperti :
1.    Pendekatan holistik dengan menelaah dimensi fisik, mental, spiritual, Sosial, dan budaya
pari pasien.
2.    Mengutamakan hubungan dan komunikasi efektif antara tenaga kesehatan dan pasien;
3.    Diberikan secara rasional;
4.    Diselenggarakan atas persetujuan pasien (Informed Consent);
5.    Mengutamakan pendekatan alamiah;
6.    Meningkatkan kemampuan penyembuhan sendiri;
7.Meningkatnya Modernisasi pengobatan tradisional
Apakah yang ada di pikiran kita mengenai obat tradisional (OT)? Ketinggalan zaman? Kuno? Lamban?
Pada kenyataannya, OT sudah digunakan oleh manusia selama ratusan tahun dengan
masing-masing kearifan lokalnya untuk mengobati berbagai macam penyakit. Industri farmasetika
penghasil obat-obatan modern (OM) baru menapaki kehidupannya sejak seratus tahun terakhir
dengan memanfaatkan komponen aktif dan turunannya dengan mode aksi yang presisi. Oleh karena
itulah OM lebih sering diresepkan para dokter di masa kini untuk menyembuhkan / meredakan
penyakit.
Jika ditilik lewat sejarahnya, tanaman menyediakan info yang sangat berharga yang
didapatkan melalui proses trial and error langsung ke manusia selama ribuan tahun. Hal inilah yang
sebagian sudah diungkap dengan pendekatan modern masa kini. Indonesia sebagai salah satu
negara dengan biodiversitas terbesar di dunia tentu saja menawarkan kemungkinan banyaknya
tanaman obat untuk diteliti lebih lanjut berdasarkan efek obat tradisionalnya.
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan etnik yang tersebar di lebih dari 10.000
pulau. Tidak heran bila sebagian dari mereka mengembangkan sistem pengobatan yang unik. Oleh
karena itu, Indonesia pun sebenarnya “kecipratan” dan akhirnya memiliki banyak kekayaan
pengetahuan mengenai sumber bahan alam dan OT. Penelitian besar yang dilakukan pada tahun
2013 menyebutkan bahwa 30,4% dari subyek penelitian masih memanfaatkan pelayanan kesehatan
tradisional.
Beberapa penelitian lainnya yang sudah dilakukan mengungkapkan bahwa memang
penggunaan OT dan pengobatan tradisional / komplementer / alternatif (traditional, complementary
and alternative medicine, TCAM) tetap dilakukan masyarakat Indonesia sampai saat ini, terlepas dari
beberapa faktor seperti umur, agama, lokasi tinggal dan sebagainya. Hal ini menyiratkan bahwa OT
dan TCAM tersedia dengan mudah di Indonesia dan diterima secara luas sejak dahulu kala, meskipun
OM mempunyai pangsa pasar yang besar terutama oleh kalangan profesi medis.
Tingginya minat masyarakat terhadap OT membuat pemerintah Republik Indonesia
melakukan modernisasi OT dengan tetap menjaga identitas aslinya. Hal-hal seperti meningkatkan
mutu bahan baku OT dan perbaikan proses produksi serta kontrol kualitas dilakukan agar OT mampu
terus sejajar dengan OM. Langkah-langkah tersebut membutuhkan dukungan data dari penelitian
ilmiah yang cukup termasuk sampai ke uji klinik, untuk mendokumentasikan efek dari OT. Kegiatan
inilah yang diperlukan agar OT bisa diterima kalangan yang lebih luas terutama profesi medis dan
yang lebih utama lagi, agar OT juga dapat dimasukkan ke dalam berbagai macam sistem kesehatan.
Produk OT yang beredar di masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu jamu, obat
herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka. Jamu merupakan istilah dari Indonesia untuk OT dengan
menggunakan bahan dari herbal dan telah digunakan sejak dahulu kala untuk menyembuhkan
berbagai gejala penyakit secara empiris (tidak melalui serangkaian uji preklinik dan atau klinik). OHT
(gambar 1) merupakan versi upgrade dari jamu, yang telah mengalami proses standardisasi bahan
baku alam dan uji preklinik, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dan dikemas dalam sediaan
yang tahan lebih lama daripada jamu. Tingkatan tertinggi dari OT adalah fitofarmaka (gambar 2),
sebuah sediaan yang telah mengalami proses standardisasi bahan baku alam dan uji klinik (teruji
khasiatnya pada manusia). Karena telah teruji khasiatnya pada manusia, fitofarmaka sejajar dengan
obat-obatan sintetik pada umumnya dan dapat diresepkan oleh para dokter. Sampai bulan Juli 2019,
sudah 23 jenis fitofarmaka yang terdaftar di Badan POM dengan jumlah OHT dan jamu terdaftar
yang jauh lebih banyak dari itu (karena syaratnya yang jauh lebih mudah daripada fitofarmaka).
Perkembangan positif ini jelas didukung langsung oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan terus
mengawasi semua prosesnya dengan ketat.
Dua dari tiga jenis OT telah mengalami modernisasi dan standardisasi sehingga menjadi lebih baik
dan lebih aman. Jadi, OT tidak selamanya kuno dan ketinggalan zaman. Justru dengan “kuno dan
ketinggalan zaman” inilah Indonesia sangat kaya, dan dengan kekayaan inilah saatnya para peneliti
mengungkap apa yang terkandung di dalamnya dalam rangka memperkaya khazanah pengetahuan
dan juga meningkatkan level OT agar setara dengan OM dan diterima lebih luas di masyarakat.
8.Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional
Promosi penjualan adalah salah satu strategi dalam bisnis untuk meningkatkan minat
pelanggan untuk membeli produk perusahaan.Hal ini dilakukan agar penjualan meningkat sehingga
perusahaan mendapatkan keuntungan yang tinggi.Ada juga yang menggunakan promosi penjualan
untuk memperkenalkan produk mereka kepada pelanggan.Menurut Ben M. Enis, penulis Marketing
Principles dan Marketing Classics, pengertian dari promosi sendiri adalah promosi adalah sebuah
komunikasi yang menginformasikan target pasar akan adanya produk.Selain itu, ‘membujuk’ calon
pelanggan bahwa produk mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan.Promosi merupakan
strategi dan usaha yang dilakukan oleh seorang marketer.

9.Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan masyarakat


Dalam menghadapi persaingan diera globalisasi,Para pengelola fasilias pelayanan kesehatan
di tuntut meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan mutu pelayanan
kesehatan menuntut perbaikan pengelolaan semua sumber daya kesehatan termasuk layanan
pengujian dan kalibrasi sarana,prasarana dan pelaratan kesehatan. Sesuai UU No.36 tahun 2009
tentang kesehatan disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas segala bentuk upaya
kesehatan yang bermutu,aman,efisien dan terjangkau.

10.Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan


tradisional.
Seperti yang kita ketahui sekarang banyaknya sarana-sarana pengobatan tradisional seperti
tempat-tempat terapi yang lebih banyak diminati oleh masyarakat yang dianggap lebih efektif dan
juga dengan biaya yang terjangkau.Oleh karena itu membuat meningkatnya minat mendirikan
sarana dan pelayanan tradisional.

Anda mungkin juga menyukai