Anda di halaman 1dari 20

“PERMASALAHAN KESEHATAN DI DAERAH”

IRFAN SAZALI NASUTION, S.Ked, M.K.M


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN

PENGANGGARAN KESEHATAN DAERAH


Permasalahan Kesehatan adalah kurang meratanya fasilitas
kesehatan di berbagai daerah, kondisi tersebut menyebabkan terjadinya
ketimpangan kesehatan.
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia
perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain :
1. Masalah Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di amerika
Serikat memiliki urutan kedua yang mempengaruhi status kesehatan
masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia diduga faktor perilaku
justru menjadi faktor utama masalah kesehatan sebagai akibat masih
rendah pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan.
Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber pengetahuan dan diperoleh
dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan
kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat
berperilaku sehat.
Perilaku sendiri menurut Lawrance Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu
a. faktor predisposisi (predisposing factors),
b. faktor pendukung (enabling factors)
c. faktor penguat (reinforcing factors).

2. Masalah Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan
meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyedia air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta
pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.
3. Penyehatan Lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusu adalah
rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi
kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak
diikuti pertambahan luas rumah cenderung menimbulkan
masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal
yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah
kesehatan.
Kriteria tersebut antara lain luas bangunan rumah
minimal 2,5 m2 per penghuni , fasilitas air bersih yang cukup,
pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah, fasilitas
dapur dan ruang berkumpul keluarga serta gedung dan kandang
ternak untuk rumah pedesaan.
4. Penyediaan air Bersih
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, air mandi, memasak dan mencuci. Syarat air
minum yang sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air minum sehat memiliki
karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara sekitar (syarat fisik), bebas dari
bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat
kimia).
Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit seperti
infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.

5. Pengelolaan Limbah dan Sampah


Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga, industri, atau tempat-tempat
umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau benda padat yang dibuang karena sudah tidak digunakan dalam
kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan
lingkungan.
Pengelolaan sampah meliputi sampah organik, anorganikserta bahan berbahaya, memiliki 2 tahap
pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampah serta pemusnahan dan pengolahan sampah.
Pengelolaan limbah ditujukan untuk menghindarkan pencemaran aird an tanah sehingga pengolahan limbah ahrus
menghasilkan limbah yang tidak berbahaya.
6. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan Makanan
Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar dan lain – lain
sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan makanan (pabrik atau
industri makanan) dan tempat penjualan makanan (toko, warung makan, kantin, restoran,
cafe, dll). Kegiatan berupa pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta
pengolahan limbah dan sampah.

7. Masalah Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal.
Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar membutuhkan syarat ketersediaan
sumber daya dan prosedur pelayanan. Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang
perilaku sehat masyarakat untuk manfaat pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta
membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas kesehatan yang profesional),
sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana pendukung) serta sumber daya
dana (pembiayaan kesehatan).
About America
8. Petugas Kesehatan yang Profesional
Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenagamedis,
paramedis keperawatan, paramedis non keperawatan dan
non medis (administrasi).
Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi akrena
kurangnya tenaga sesuai kompetensi atau tidak terdistribusi
secara merata melahirkan petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan tidak sesuai kompetensinya.
10. Pembiayaan Kesehatan
Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat mendapatakan akses pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Faktor yang merupakan faktor pendukung (enabling Factors)masyarakat untuk
berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia melalaui asuransi kesehatan maupun dana pendamping. Sebut
saja asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil (PT. Askes), polisi dan tentara (PY Asabri), pekerja sektor
industri ( PT JAMSOSTEK), masyarakat miskin (Jamkesmas Program Keluarga Harapan), masyarakat tidak
mampu, (Jamkesda) bahkan masyarakat umum (Jampersal dan asuransi perorangan).
Karena itu diperlukan perubahan paradigma masyarakat menjadi Paradigma Sehat melalui Pendidikan
Kesehatan oleh petugas Kesehatan secara rutin.
11. Maslah Genetik
Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik tidak hanya
penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes Melitus, infertilitas dan lain-lain.
Intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui konseling genetik, penyuluhan usia reproduksi,
persiapan pranikah dan pentingnya pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya
penyakit atau masalah kesehatan pada keturunannya.
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor kualitas hidup yang
mencerminkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Peningkatan bidang
kesehatan sangat penting untuk diperhatikan karena bidang ini sangat erat kaitannya
dengan pembangunan, khususnya pembangunan yang menyangkut sumber daya
manusia.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan melalui peningkatan mutu pelayanan rumah sakit,
puskesmas, puskesmas pembantu dan lembaga pelayanan kesehatan lainnya
(Depkes RI, 1997).
Ada beberapa kendala yang dialami oleh Pelayan Kesehatan atau Tim Medis saat ingin melakukan
penyuluhan atau penangan terhadap pasien di seluruh Indonesia, yakni :
● 1. Konektivitas
Terjadinya kendala konektifitas menjadi penyebab utama sistem kesehatan digital (E-Health) di Indonesia
tidak berkembang dengan baik. Terutama di daerah-daerah terpencil yang seharusnya butuh akses kesehatan
yang sama dengan masyarakat kota. Bila konektifitas tersebut sudah merata di seluruh Indonesia, maka bisa
dipastikan masyarakat bisa mendapat akses kesehatan dengan baik, karena bisa berkonsultasi secara
langsung dengan dokter meski jaraknya berjauhan serta biayanya jauh lebih murah.
● 2. Distribusi
Menjadi negara kepulauan, Indonesia memang sangat berpengaruh besar terhadap potensi ekspor Sumber
Daya Alam (SDA). Indonesia terkenal dengan beragam SDA (Sumber Daya Alam) terutama dibidang
kelautan dan perikanan serta memiliki keindahan alam yang mampu menarik wisatawan asing untuk datang
berkunjung. Di sisi lain, distribusi pangan dan distribusi kesehatan banyak ditemukan kendala, karena tidak
bisa ditempuh hanya dengan jalur darat, tetapi jalur laut juga. Terutama pada Pulau-Pulau kecil bagian
paling luar Indonesia, juga membutuhkan batuan.
● 3. Bonus Demografi
Populasi Indonesia merupakan populasi ke-4 terbesar di dunia, yang ternyata banyak didominasi oleh usia
muda dan masyarakat ekonomi kelas menengah. Bonus demografi ini bisa menjadi kekuatan untuk
Indonesia untuk bersaing di kancah global. Namun sayangnya, bonus demografi ini tidak dibarengi
dengan pelayanan kesehatan yang baik.
● 4. Kualitas Pelayanan di Fasilitas Kesehatan Kurang Optimal
Menurut Founder dan Chairman Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) Indonesia
mengungkapkan bahwa, tingkat pelayanan fasilitas kesehatan di Indonesia masih relatif rendah. Hal ini
tercermin dari kendala masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di beberapa Rumah Sakit di
Indonesia. Pasien yang menderita penyakit berat diminta menanti pelayanan hingga 1 bulan lamanya di
rumah. Padahal seharusnya, pasien tersebut harus mendapatkan pertolongan. Sehingga pasien tersebut
akhirnya berobat ke negara lain, seperti contoh pasien yang berasal dari Medan dan Pulau Sumatra.
Banyak diantara mereka yang memilih berobar ke Penang, Malaysia atau Singapura karena peralatan serta
kesigapan SDM di Rumah Sakit tersebut lebih menjanjikan.
● 5. Tak Menggunakan Teknologi Yang Memadai
Saat ini, dengan penciptaan teknologi diharapkan manusia dapat merasa
terbantu dan termudahkan melalui penggunaan teknologi. Seperti dalam hal
melakukan tugas rumah tangga, memesan transportasi, memesan makanan,
mengetahui rumah sakit terdekat hingga proses layanan kesehatan yang terintegrasi
Contohnya, sekarang kita dapat berkonsultasi secara online dengan
dokter untuk melakukan tindakan pertolongan pertama, namun hal tersebut
rupanya belum dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Sehingga,
saat pergi berobat ke Rumah Sakit, pasien sudah dalam kondisi yang lemah.
Ditambah lagi mereka harus menunggu antrian.
Masalah Kesehatan di Indonesia
● 1. Gizi Buruk
Malnutrisi atau gizi buruk adalah salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang sangat umum. Kondisi
ini rentan dialami oleh mereka yang masih berusia anak-anak.
Salah satu akibat malnutrisi atau gizi buruk tersebut adalah stunting. Stunting adalah kondisi malnutrisi
kronis di mana penderitanya mengalami gangguan pertumbuhan, dalam hal ini, tinggi badan. Ya, seorang
anak dikatakan mengidap stunting ketika ia memiliki tinggi badan lebih pendek dari tinggi badan ideal
untuk ukuran anak seusianya (merujuk standar baku WHO-MGRS).
Kendati hal tersebut benar, namun para orangtua juga harus paham bahwa stunting juga bisa dipengaruhi
oleh faktor-faktor eksternal, seperti:
● Pola makan yang salah
● Kurangnya asupan nutrisi yang seimbang
● Cara mengasuh anak tidak benar
● Higienitas lingkungan tempat tinggal
● Finansial
● 2. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan selanjutnya yang marak terjadi di Indonesia.
Data dari WHO menyebutkan bahwa Indonesia menjadi Negara dengan penderita TBC terbesar kedua di
dunia.
Pemerintah melalui Kemenkes tengah mencanangkan solusi penanganan TBC ini, yaitu dengan:
● Peningkatan deteksi melalui pendekatan keluarga
● Menyelesaikan under-reporting pengobatan TBC melalui penguatan PPM
● Meningkatkan kepatuhan pengobatan TBC
● Perbaikan sistem deteksi MDR TBC
● Akses terapi MDR TBC
● Edukasi
● Peningkatan sensitivitas Dx
● 3. Kematian Ibu
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kasus kematian ibu saat melahirkan adalah masalah
kesehatan yang cukup memprihatinkan di Bumi Pertiwi. Indonesia masih dikatakan tertinggal dalam hal
angka kematian ibu (AKI), di mana pada tahun 2015 mencapai 305 kasus per 100 ribu kelahiran.
Untuk diketahui, penyebab kematian ibu saat melahirkan biasanya meliputi:
● Perdarahan akut
● Kejang (eklampsia)
● Aborsi
● Infeksi kehamilan

● 4. Kematian Bayi
Kasus kematian bayi, balita, hingga anak-anak usia remaja juga menjadi masalah kesehatan di Indonesia
yang masih terus menyumbang persentase besar.
Sedangkan pada anak balita hingga remaja, faktor-faktor yang menyebabkan kematian umumnya meliputi:
● Penyakit akibat infeksi (diare, TBC, dan sebagainya)
● Kecelakaan
● Gaya hidup tidak sehat (merokok, alkohol, kurang olahraga)
Oleh sebab itu, perlu adanya semacam edukasi secara masif kepada seluruh lapisan masyarakat guna
mencegah penyakit-penyakit ini merenggut nyawa.
● 5. Penyakit Menular
Penyakit menular juga menjadi penyumbang terbesar masalah kesehatan di Indonesia. DBD,
malaria, leptospirosis, flu babi, hingga HIV/AIDS adalah contoh penyakit menular yang sudah ‘akrab’
dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
Khusus HIV/AIDS, Pemerintah terus memperbaiki segala elemen yang berkaitan dengan
pengobatan penyakit ini, mulai dari tenaga medis, fasilitas kesehatan, tata laksana penanganan, hingga
laboratorium. Selain itu, sebuah sistem bernama Early Warning and Responds System (EWARS) adalah
cara lainnya yang dilakukan Negara guna mencegah penyebaran penyakit menular.

● 6. Penyakit Tidak Menular


Tidak hanya penyakit menular sebagaimana dijelaskan di atas, Indonesia juga menghadapi
‘serangan’ penyakit tidak menular.
Diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan tak ketinggalan, kanker, adalah penyakit
tidak menular lainnya yang sampai saat ini masih terus menghantui rakyat Indonesia. Edukasi tentang
kesehatan secara rutin dan terstruktur adalah solusi untuk menekan peningkatan jumlah penderita
penyakit-penyakit tersebut.
● 7. Gangguan Jiwa
Dihimpun dari berbagai sumber, Indonesia memiliki kuantitas pengidap gangguan
jiwa yang cukup banyak, yakni sekitar 14 juta jiwa. Bahkan, 400 ribu di antaranya disebut
mengidap gangguan jiwa parah.
Pemerintah sudah berusaha untuk mengambil langkah sebagai solusi atas masalah
ini, seperti diimplementasikannya program Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat
(UKJBM) yang melibatkan Puskesmas dan masyarakat.
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KESEHATAN
Identifikasi permasalahan kesehatan merupakan bagian utama dari siklus pemecahan masalah,
dimana siklus pemecahan masalah merupakan proses yang terus menerus yang ditunjukkan untuk
pembangunan bidang kesehatan dan proses perbaikkan pelayanan kesehatan secara berkelanjutan dengan
melibatkan semua komponen masyarakat.
Desa Simbang Wetan Kecamatan Buaran merupakan salah satu desa yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Buaran. Berdasarkan data dari buku monografi desa pada bulan Januari 2015, terdapat 1137
Kepala Keluarga (KK) yang berasal dari 10 RW dimana masing-masing RW terdiri dari 3 RT. Total
penduduk di Desa Simbang Wetan sebanyak 4.958 jiwa dengan penduduk lakilaki sebanyak 2.494 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 2.464 jiwa. Survey pendahuluan atau analisis masalah/situasi di wilayah ini
telah dilakukan melalui situasi di masyarakat setempat, baik itu lingkungan fisik maupun pola hidup dan
kebiasaan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis masalah tersebut diperoleh data bahwa wilayah ini
memiliki beberapa permasalahan kesehatan salah satunya adalah pengelolaan lingkungan yang masih
belum optimal. Hal ini menjadi dasar untuk dilakukannya identifikasi permasalahan kesehatan sebagai
dasar menyusun alternatif pemecahan masalah.
● Identifikasi permasalahan kesehatan mencakup aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKABA). Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan kesehatan diperoleh hasil
bahwa masyarakat yang belum optimal dalam menerapkan PHBS dan pengelolaan sampah adalah
90%, terdapat 5 posyandu dengan 17 kader, untuk angka morbiditas sebanyak 4,6% yang meliputi
penyakit menular dan tidak menular.
● Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil identifikasi permasalahan
kesehatan di desa Simbang Wetan Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan tahun 2015 adalah masih
rendahnya PHBS, Penyakit menular, Gizi dan Penyakit tidak menular. Dengan program kesehatannya
adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang PHBS, melatih ketrampilan masyarakat dalam
memanfaatkan barang bekas menjadi produk yang lebih bermanfaat. Selain itu kegiatan lain yang
dilakukan adalah penyuluhan tentang penyakit menular, inisiasi pembentukan bank sampah, dan
praktek pembuatan makanan pendamping air susu ibu atau MP-ASI.

Anda mungkin juga menyukai