Dalam ayat (1) pelaksanaan APBN diamanatkan untuk dilakukan secara terbuka dan bertanggung jawab.
Kemudian pasal berikutnya yang berkaitan dengan keuangan negara adalah pasal 23A yang berbunyi :
• Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.
Berdasarkan pasal ini pungutan pajak harus dengan undang-undang, tidak boleh melalui aturan hukum lain di
bawah undang-undang.
Ketentuan selanjutnya adalah pasal 23 C yang berbunyi:
• Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.
• Berdasarkan pasal 23C maka pengaturan keuangan negara diamanatkan untuk diatur secara khusus dengan
undang-undang.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolan keuangan negara tercantum dalam pasal 23E yang berbunyi:
• (1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
• (2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.
• (3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan
undang-undang.
Ketentuan pelaksanaan anggaran belanja negara dalam Undang-Undang Perbendaharaan Negara diatur dalam
pasal 17 yang menyebutkan:
• (1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam
dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan.
• (2) Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain
dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pasal 17, pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran melaksanakan belanja negara sesuai
dengan dokumen pelaksanaan anggaran, dokumen pelaksanaan anggaran saat ini disebut dengan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Pendekatan penganggaran terpadu (unified budget) dalam DIPA adalah sebagai jawaban terhadap tuntutan
pelaksanaan pemerintahan yang transfaran ,akuntabel, efisien dan efektif
• Kemudian dalam Pasal 21 disebutkan :
• (1) Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.
• (2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah kepada
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh
Bendahara Pengeluaran.
• (3) Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya setelah :
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
• (4) Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran apabila persyaratan pada ayat (3) tidak dipenuhi.
• (5) Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang
dilaksanakannya.
• (6) Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan
pemerintah.
A. PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA
• 1. Menurut UUD 1945
a. APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiaptahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka danbertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (pasal 23:ayat
1)
• b. Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.
Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan
kedudukan dan kewenangannya,yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban. (Pasal 1 ayat 8; UU 15 Tahun 2006 tentang BPK)
• 2. Menurut Undang-undang:
• a. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapatdinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupabarang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaanhak dan kewajiban tersebut. (UU 17/2003; Pasal 1 ayat 1)
• b. Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawabdengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.( UU 17/2003;
pasal 3 ayat 1)
• PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
Pasal 1
(1) Dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Menteri/Pimpinan Lembaga
menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) yang dipimpinnya.
(2) Selain menyusun RKA-K/L atas Bagian Anggaran Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan menyusun
RKA-K/L untuk Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut Rencana Dana
Pengeluaran-Bendahara Umum Negara (RDP-BUN).
(3) Ketentuan mengenai tata cara penyusunan dan penelaahan RDP-BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
• Penyusunan anggaran dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-
K/L) merupakan bagian dari penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penyusunan
APBN tersebut meliputi penyusunan dokumen RKA-K/L termasuk Rencana Dana Pengeluaran Bendahara
Umum Negara (RDP-Bendahara Umum Negara). Karena ada perbedaan dalam tata cara penyusunan antara
anggaran Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dan anggaran Bendahara Umum Negara (BUN) maka
dokumen anggaran dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan (PMK) ini, dibedakan menjadi:
• 1. RKA-K/L adalah dokumen rencana keuangan tahunan K/L yang disusun menurut Bagian Anggaran
Kementerian/Lembaga
• 2. RDP-Bendahara Umum Negara adalah rencana kerja dan anggaran Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara yang memuat rincian kebutuhan dana baik yang berbentuk anggaran belanja maupun pembiayaan
dalam rangka pemenuhan kewajiban Pemerintah Pusat dan transfer kepada daerah yang pengelolaannya
dikuasakan oleh Presiden kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.