Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adi Saputra

NIM : 043009724
Fakultas : Hukum
UPBJJ-UT : Banjarmasin
Diskusi 6 : Hukum Administrasi Negara

Soal :

1. Jelaskan dan sertakan contoh Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPB), dana perimbangan dan
dana alokasi khusus!
2. Sebutkan dan jelaskan asas-asas pokok pengelolaan keuangan negara! Bagaimana kedudukan
Presiden dalam menyusun anggaran negara (APBN)?

Jawab :

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang selanjutnya disingkat PNBP adalah pungutan yang
dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak
langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara. Penerimaan
itu beerdasarkan peraturan perundang-undangan, yang menjadi penerimaan Pemerintah Pusat di
luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran pendapatan dan
belanja negara.

Dalam Pasal I butir I UU Nomor 20 Tahun 1997, definisi penerimaan Negara Bukan Pajak adalah
seluruh penerimaan Pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Peranan
PNBP sangat penting dalam pembiayaan kegiatan pemerintah dan pembangunan nasional.

Contoh PNBP, yaitu: pemanfaatan layanan paspor, KITAS, perpanjangan SIM, pembayaran
tilang sampai dengan pembayaran dividen BUMN dan biaya administrasi terhadap pelayanan
publik yang disediakan oleh Kementerian/ Lembaga pemerintahan lainnya.

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah (otonom) sebagai salah satu wujud dari komitmen antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi
Fiskal.

Contoh Dana Perimbangan, yaitu:

1) Dana Perimbangan dipisahkan menjadi empat jenis yaitu:

a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Bagi Hasil sebagaimana pasal
Pasal 11 UU No. 33/2004
b. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:

a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);


b) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);
c) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

c. Dana Bagi Hasil (DBH) yang bersumber dari sumber daya alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berasal dari :

a) Kehutanan;
b) Pertambangan umum;
c) Perikanan;
d) Pertambangan minyak bumi;
e) Pertambangan gas bumi;
f) Dan Pertambangan panas bumi.

2) Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan UU NO. 33 tahun
2004 pasal 29 Proporsi DAU antar Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan
berdasarkan imbangan kewenangan antara Propinsi dan Kabupaten/Kota.

3) Dana Alokasi Khusus (DAK)

Berdasarkan UU NO. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah


Pusat dengan Pemerintah Daerah Pasal 39 menyebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus
dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan
Urusan Daerah sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam APBN.

4) Dana Perimbangan dari Provinsi

Dalam UU no 32/2004 maupun UU No 33/2004 tidak ada pasal yang secara tegas
menetapkan aturan Dana Perimbangan dari Pemerintah Provinsi untuk Pemerintah
Kabupaten/Kota. Hal yang mendasari adalah Peraturan Daerah yang dibenarkan dalam ke
Undang Undang tersebut untuk mengatur adanya Dana Perimbangan, Hibah, Dana
Darurat, Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus serta lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.(Abdulah
dan Halim 2003).

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah dalam tahun
anggaran bersangkutan. Kemudian, Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan
didanai dari DAK dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Rencana
Kerja Pemerintah. Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang kegiatan khusus
Kepada Menteri Keuangan.

Contoh Dana Alokasi Khusus, yaitu: penggunaan DAK bidang pendidikan meliputi:
a) Rehabilitasi gedung sekolah/ruang kelas,
b) Pengadaan/rehabilitasi sumber dan sanitasi air bersih serta kamar mandi dan WC,
c) Pengadaan/perbaikan meubelair ruang kelas dan lemari perpustakaan,
d) Pembangunan/rehabilitasi rumah dinas penjaga/guru/kepala sekolah, dan
e) Peningkatan mutu sekolah dengan pembangunan/penyediaan sarana dan prasarana
perpustakaan serta fasilitas pendidikan lainnya di sekolah.

2. Dalam rangka menciptakan suatu pengelolaan keuangan negara yang baik tentu berdasarkan pada
asas-asas hukum yang mendasarinya. Tujuannya ialah menciptakan suatu bingkai kerja untuk
meningkatkan pelayanan dalam pengelolaan keuangan negara. Asas-asas pengelolaan keuangan
negara dalam konteks kehidupan bernegara di Indonesia mengalami perkembangan apabila
menjadikan undang-undang keuangan negara sebagai batu pijakan. Sebelum UUKN berlaku
terdapat beberapa asas yang digunakan dalam pengelolaan keuangan negara dan diakui kekuatan
berlakunya dalam pengelolaan keuangan negara selanjutnya. Adapun asas-asas pengelolaan
keuangan negara yang dimaksud adalah:

1) Asas kesatuan, yaitu menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara disajikan
dalam satu dokumen anggaran;
2) Asas universalitas, yaitu mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan
secara utuh dalam dokumen anggaran;
3) Asas tahunan membatasi masa berlakunya angaran untuk suatu tahun tertentu;dan
4) Asas spesialitas, yaitu mewajiban agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara
jelas peruntukannya.

Perkembangan selanjutnya dengan berlakunya UUKN terdapat penambahan asas baru dalam
pengelolaan keuangan negara. Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara menurut UUKN
yaitu:

1) Asas akuntabilitas berorientasi pada hasil adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan keuangan negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi nagara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-udangan yang berlaku;
2) Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban pengelolaan keuangan negara;
3) Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian berasarkan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan negara adalah asas yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara;
5) Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri adalah aas
yang memberikan kebebasan bagi badan pemeriksa keuangan untuk melakukan
pemeriksaan keuangan nagara dengan tidak boleh dipangaruhi oleh siapapun.
UUD NRI 1945 memberikan kewenangan kepada Presiden sebagai lembaga eksekutif dalam
mengajukan RAPBN serta memberikan sebuah kewenangan kepada DPR sebagai lembaga
legislatif untuk menyetujui RAPBN yang diajukan oleh Presiden. Penyetujuan DPR atas RAPBN
dianggap sebagai hal yang krusial dalam pembentukan dan penetapan APBN sehingga apabila
terjadi penolakan terhadap RAPBN oleh DPR serta upaya yang dapat ditempuh oleh eksekutif
dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
Dalam rangka menguatkan checks and balances antara lembaga eksekutif dan legislatif, salah satu
bentuk penguatan tersebut adalah dalam hal keuangan yang diatur dalam Pasal 23 jo. 23C UUD
NRI 1945. Pada prinsipnya pengaturan dan pengelolaan keuangan negara dilakukan melalui
mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan dengan undang-
undang, yang harus dibahas bersama untuk mendapat persetujuan bersama antara Presiden dan
DPR. Namun berbeda dengan kewenangan konstitusional untuk membentuk undang-undang,
yang kekuasaannya ada pada DPR dengan persetujuan Presiden, khusus dalam menyusun APBN,
secara eksplisit Pasal 23 Ayat (2) UUD NRI 1945 mengatakan bahwa, rancangan undang-undang
APBN harus diajukan oleh Presiden, mengingat pemerintah yang dianggap paling tahu mengenai
pemerintahan dan pembangunan, paling banyak mempunyai SDM pendukung yang ahli di
berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan, selain itu lembaga pemerintahlah yang
nantinya akan menjalankan pelaksanaan APBN itu sendiri untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Dengan diperkuat dalam Pasal 20A UUD NRI 1945 dimana DPR memiliki fungsi
anggaran yakni salah satunya adalah memberikan persetujuan atas RUU APBN yang diajukan
oleh Presiden. Rancangan APBN yang harus diajukan oleh pemerintah ini sesuai dengan konsep
“budget request” yang dipraktikan di beberapa negara dewasa ini, seperti di Amerika Serikat.

Sumber Referensi:

1. ADPU4332/Hukum Administrasi Negara/ Yos Johan Utama/ Hal 6.10-6.19/ Universitas


Terbuka, 2020.
2. https://www.bphn.go.id/data/documents/pkj-2011-20.pdf
3. https://www.pengadaan.web.id/2019/04/dana-alokasi-khusus-dak.html
4. https://www.online-pajak.com/seputar-pajakpay/dana-perimbangan
5. https://boeyberusahasabar.wordpress.com/2013/04/03/asas-asas-umum-pengelolaan-
keuangan-negara-dalam-mendukung-terwujudnya-good-governance-dalam-
penyelenggaraan
6. http://news.unair.ac.id/2020/07/28/wewenang-lembaga-kepresidenan-dalam-penolakan-
pengesahan-ruu-apbn-oleh-dpr/

Anda mungkin juga menyukai