Anda di halaman 1dari 13

BAB I KEUANGAN NEGARA

Materi bab I bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai


konsep dasar keuangan negara. Siswa diharapkan dapat lebih mengenal keuangan
negara dan dapat mengenalkan keuangan negara kepada masyarakat luas.

A. PENDAHULUAN
Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dibentuk
suatu sistem pemerintahan untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan di
berbagai bidang. Pelaksanaan fungsi pemerintahan ini akan menimbulkan hak dan
kewajiban negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan
negara. Materi yang akan dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut.
1. Dasar Hukum Keuangan Negara
2. Pengertian Keuangan Negara
3. Empat Pendekatan Keuangan Negara
4. Ruang Lingkup Keuangan Negara
5. Asas Pengelolaan Keuangan Negara
6. Pendelegasian Kewenangan Pengelolaan Keuangan Negara

B. KEUANGAN NEGARA
1. Dasar Hukum Keuangan Negara

Pancasila Landasan idiil

Landasan konstitusional dalam kehidupan berbangsa dan


UUD 1945
bernegara

Pasal 23 Pengaturan lebih lanjut dengan UU mengenai penyelenggaraan


UUD 1945 pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara
dimulai sejak penetapan pendapatan oleh DPR, pelaksanaan
belanja hingga pertanggungjawaban keuangan negara

Pengelolaan Keuangan Negara di Indonesia diatur dalam seperangkat hukum


positif yang memiliki hubungan dan keterkaitan satu sama lain. Undang-Undang
Dasar 1945 memuat prinsip dasar pengelolaan keuangan negara. Prinsip dasar
pengelolaan keuangan negara ini selanjutnya dipedomani dalam peraturan
perundang-undangan tentang keuangan negara. Peraturan perundang-undangan ini
sering disebut Paket Undang-Undang Keuangan Negara, yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, sebagai
undang-undang yang mengatur mengenai prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan negara.
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
sebagai undang-undang yang mengatur kaidah administrasi pengelolaan
keuangan negara.
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Pengelolaan Keuangan Negara, sebagai UU yang mengatur
prinsip-prinsip umum pemeriksaan keuangan negara.
Untuk lebih jelasnya, hubungan antar UU bidang keuangan negara dapat dilihat
pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Hubungan antar UU Bidang Keuangan Negara

Pelaksanaan pengelolaan keuangan negara diatur secara detail di dalam UUD


1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan sebagai berikut.
a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun yang lalu.
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang.
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.
Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau
badan sesuai dengan undang-undang.

Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan
diresmikan oleh Presiden.
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.

Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibukota negara dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan
undang-undang.

Gambar 1.2 Paket UU Bidang Keuangan Negara

b. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


Undang-undang ini menekankan aspek politis yang mengatur hubungan hukum
antara lembaga legislatif dan eksekutif serta pembentukan putusan politis.
Salah satu contohnya adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasal
1 UU ini menjelaskan beberapa istilah yang sering dijumpai apabila kita membahas
APBN antara lain sebagai berikut.
(1) Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
(2) Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
(3) Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalah Dewan
Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.
(4) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar 1945.
(5) Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya
dimiliki oleh Pemerintah Pusat.
(6) Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya
dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
(7) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
(8) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
(9) Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.
(10) Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara.
(11) Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
(12) Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
(13) Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
(14) Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
(15) Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
(16) Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
(17) Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
c. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Pengaturan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pengelolaan keuangan
negara melalui UU bidang keuangan negara sebagai perwujudan amanah pasal 23
UUD 1945. Salah satu UU yang diterbitkan yaitu UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945 dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Pengelolaan keuangan negara diwujudkan dalam
APBN dan APBD. UU ini berfungsi sebagai kaidah administratif pengelolaan keuangan
negara. Pasal 1 UU ini menjelaskan beberapa istilah yang seringkali dijumpai ketika
membahas tentang keuangan negara antara lain sebagai berikut.
(1) Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang
ditetapkan dalam APBN dan APBD.
(2) Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.
(3) Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negara
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk
menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaraan
negara pada bank sentral.
d. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan
ketentuan UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 1 Tahun 2004 serta terselenggaranya
fungsi Badan Pemeriksa Keuangan secara efektif, maka pada tanggal 19 Juli 2004 telah
dibuat UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
e. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Berdasarkan tujuan nasional Indonesia yang terdapat pada pembukaan UUD
1945 alinea ke 4, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesi dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia maka negara Indonesia harus mengisi
kemerdekaan dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis yang
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Oleh karena itu, agar kegiatan
pembangunan berjalan secara efektif, efisien, dan terarah maka diperlukan
perencanaan pembangunan nasional. Sistem perencanaan pembangunan nasional
diperlukan untuk menjamin tercapainya tujuan negara. Sehingga dibentuklah UU
Nomor 25 Tahun 2004 ini.
Dalam UU ini, yang dimaksud dengan Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
2. Pengertian Keuangan Negara
Pengertian Keuangan Negara dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu arti luas
dan arti sempit.
a. Arti Luas
Menurut UU No. 17 Tahun 2003, Keuangan Negara adalah semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang (termasuk kebijakan dan kegiatan
di bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan) serta
segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara
sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pengertian keuangan
negara dalam arti luas dapat dilihat dari empat sisi pendekatan yaitu objek, subjek,
proses, dan tujuan.
b. Arti Sempit
Keuangan Negara dalam arti sempit yaitu diwujudkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dimulai dari perencanaan anggaran
sampai dengan pertanggungjawaban.
3. Empat Pendekatan Keuangan Negara
Untuk memahami pengertian Keuangan Negara (KN) secara luas dapat dilihat
dari 4 (empat) pendekatan yaitu: pendekatan objek, pendekatan subjek, pendekatan
proses dan pendekatan tujuan.
PENDEKATAN OBJEK PENDEKATAN SUBJEK
KN meliputi seluruh hak dan kewajiban KN meliputi seluruh subjek atau
negara yang dapat dinilai dengan uang, pelaku pengelola objek yang dimiliki
serta kebijakan dan kegiatan bidang dan/atau dikuasai oleh Pemerintah
fiskal, moneter, dan pengelolaan Pusat/Daerah, Perusahaan
kekayaan negara yang dipisahkan, serta Negara/Daerah, serta badan-badan
segala sesuatu baik yang berupa uang,
yang berkaitan dengan keuangan
maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara sehubungan negara.
dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
PENDEKATAN
KEUANGAN NEGARA

PROSES TUJUAN
KN meliputi seluruh rangkaian kegiatan KN meliputi seluruh kebijakan,
yang berkaitan dengan objek dimulai kegiatan dan hubungan hukum
dari proses perumusan kebijakan, yang berkaitan dengan pemilikan
pengambilan keputusan sampai dan/atau penguasaan objek KN
dengan pertanggungjawaban. dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara.

4. Ruang lingkup Keuangan Negara


Menurut pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, ruang lingkup keuangan
negara sebagai berikut.
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan negara/daerah;
d. pengeluaran negara/daerah;
e. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah;
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
g. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
5. Asas Pengelolaan Keuangan Negara
Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan negara,
pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, tanggung
jawab, dan terbuka. Asas pengelolaan keuangan negara dapat dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu asas yang telah dikenal/umum dan asas baru sebagai pencerminan best practice.
a. Asas Lama yang Telah Dikenal/Umum
(1) Tahunan, masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.
(2) Universalitas, setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam
dokumen anggaran.
(3) Kesatuan, semua pendapatan dan belanja negara/daerah disajikan dalam satu
dokumen anggaran.
(4) Spesialitas, kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya.
b. Asas Baru sebagai Pencerminan Best Practice
(1) Akuntabilitas, dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat/rakyat.
(2) Profesionalitas, mengutamakan keahlian dan kompetensi.
(3) Proporsionalitas, mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Keterbukaan, membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi.
(5) Pemeriksaan keuangan oleh BPK yang bebas dan mandiri.
6. Pendelegasian kewenangan pengelolaan Keuangan Negara
Pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan negara adalah Presiden
selaku Kepala Pemerintahan. Untuk mewujudkan proses pengelolaan keuangan
negara, maka Presiden melakukan pendelegasian kewenangan kepada Menteri
Keuangan selaku bendahara umum negara dan Menteri Teknis selaku pengguna
anggaran/barang dalam hal ini penanggung jawab program pembangunan.
a. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara di Pusat
Perwujudan pengelolaan keuangan negara dilakukan melalui pendelegasian
kewenangan oleh Presiden kepada Menteri Keuangan, menteri/ pimpinan lembaga,
dan gubernur/bupati/walikota.
(1) Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil
pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Menteri
Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakikatnya
adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia.
(2) Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna
anggarana/pengguna barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
Setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakikatnya adalah Chief Operational
Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan.
(3) Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Untuk lebih jelasnya, simak bagan di bawah ini.
Bagan 1.1 Pendelegasian Kewenangan Pengelolaan Keuangan Negara di Pusat

PRESIDEN (CEO)
(Selaku Kepala Pemerintahan)

MENTERI TEKNIS (COO) MENTERI KEUANGAN (CFO)


(Selaku Pengguna Anggaran/Barang) (Selaku Bendahara Umum Negara)

KEPALA KANTOR (COO) KEPALA KPPN (CFO)


(Selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang) (Selaku Kuasa Bendahara Umum Negara)

BENDAHARA PENERIMAAN
/ PENGELUARAN

b. Peran Pejabat Pengelolaan Keuangan Negara


(1) Kekuasaan otorisasi, kekuasaan untuk mengambil tindakan atau keputusan
yang dapat mengakibatkan kekayaan negara menjadi berkurang atau
bertambah. Kekuasaan otorisasi dibedakan atas kekuasaan otorisasi yang
bersifat umum dan kekuasaan otorisasi yang bersifat khusus.
(2) Kekuasaan ordonansi, kekuasaan untuk menerima, meneliti, menguji
keabsahan, dan menerbitkan surat perintah menagih dan membayar tagihan
yang membebani anggaran penerimaan dan pengeluaran negara sebagai
akibat dari tindakan otorisator.
(3) Kekuasaan kebendaharaan, kekuasaan menerima, menyimpan atau
membayar/mengeluarkan uang atau barang serta mempertanggungjawabkan
uang atau barang yang berada dalam pengelolaannya. Pejabat yang memiliki
kekuasaan kebendaharaan adalah bendahara umum, bendahara penerimaan,
dan bendaharan pengeluaran.
Kewenangan Presiden dalam Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara
(1) Kewenangan Umum
Kewenangan dalam rangka penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan
prioritas pengelolaan anggaran negara. Kewenangan ini ditangani Presiden
dan di akhir tahun dipertanggungjawabkan ke pemilik kedaulatan melalui DPR.
(2) Kewenangan Khusus
Kewenangan untuk membuat keputusan/kebijakan teknis dalam pengelolaan
APBN yang didelegasikan ke Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan
Lembaga Negara serta diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
Peran Menteri Keuangan selaku CFO
(1) Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro.
(2) Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN.
(3) Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran.
(4) Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan.
(5) Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan
UU.
(6) Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara.
(7) Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN.
(8) Melaksanakan tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan
UU.
Peran Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai COO
(1) Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya.
(2) Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran.
(3) Melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
(4) Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan
menyetorkannya ke kas negara.
(5) Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
(6) Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
(7) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
(8) Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan
ketentuan undang-undang.
Prinsip pendelegasian kewenangan perlu dilaksanakan secara konsisten agar
(1) Terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab.
(2) Terlaksananya mekanisme checks and balances.
(3) Untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam
penyelenggaraan tugas pemerintah.
c. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara di Daerah
Presiden mendelegasikan pengelolaan keuangan negara di daerah kepada
gubernur/bupati/walikota. Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepala pemerintahan
daerah memegang kekuasaan tertinngi untuk mengelola keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Gambar 1.3 Pendelegasian Kewenangan Pengelolaan Keuangan Negara di Daerah

C. RANGKUMAN
Ringkasan materi pada bab ini adalah sebagai berikut.
1. Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
2. Pelaksanaan keuangan negara sebagai bentuk perwujudan tujuan bernegera yaitu
untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan negara yang
menimbulkan hak dan kewajiban yang terkait dengan keuangan negara sebagai
bentuk pembiayaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara harus sesuai
dengan UUD 1945.
3. Pengelolaan keuangan negara memiliki empat pendekatan yaitu pendekatan
objek, subjek, proses dan tujuan.
4. Asas-asas yang digunakan dalam pengelolaan keuangan negara terbagi atas dua
yaitu sas lama yang telah dikenal/umum dan asas baru sebagai pencerminan best
practice. Asas lama yang telah dikenal/umum terdiri atas asas tahunan,
universalitas, kesatuan, dan spesialitas. Sedangkan asas baru sebagai pencerminan
best practice terdiri atas akuntabilitas, profesionalitas, proporsionalitas,
keterbukaan, dan pemeriksaan keuangan.
5. Pendelegasian kewenangan pengelolaan keuangan negara dikuasakan kepada
Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Kemudian dikuasakan juga kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pengguna anggarana/pengguna barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Selain itu juga dikuasakan
kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan.

D. PENGAYAAN
Bacalah potongan berita di bawah ini.
SEPARUH PERJALANAN KEUANGAN NEGARA
….
Setelah mengetahui realisasi pada paruh pertama, perlu kembali mengukur langkah
strategis dalam mengarungi perjalanan berikutnya. Perjalanan keuangan negara 2019
adalah cerminan terbaik mengukur kinerja pemerintah Indonesia. Terlebih 2019 adalah
tahun terakhir dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019. Kesuksesan APBN 2019 tentu menjadi permulaan positif dalam menempuh
pembangunan nasional berikutnya.
Gelombang besar yang menerjang pada separuh pertama diproyeksi mulai surut pada
semester berikutnya. Meskipun era perang dagang terus berlangsung dan sangat
mempengaruhi perdagangan Indonesia, gejolak internal ekonomi dan politik dalam
negeri telah mereda. Riuh pesta demokrasi telah mencapai titik puncak di mana Presiden
Republik Indonesia telah terpilih. Hal ini tentu memberikan efek stabilisasi ekonomi dan
politik dalam negeri yang selama ini terbagi akibat pemilihan pemimpin negeri.
Meskipun gelombang rintangan begitu besar pada separuh awal 2019, pelaksanaan
APBN 2019 tetap mampu berjalan dengan baik dan sesuai dengan koridor yang
ditetapkan. Perjalanan APBN adalah kunci dan kredibilitas pengelolaan keuangan negara
di mata masyarakat. Kinerja yang baik pada paruh pertama tersebut tentu dapat
memberikan suntikan energi positif untuk kembali melangkahkan kaki bersama
menempuh separuh perjalanan lagi, serta mengantarkan APBN 2019 menuju garis finis
kesuksesan demi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Sumber : https://news.detik.com/kolom/d-4652922/separuh-perjalanan-keuangan-negara

Anda mungkin juga menyukai