legal formal
Keuangan Negara
YULI
INDRAWATI
PERKEMBANGAN POLITIK KEUANGAN
NEGARA
• Definisi dan ruang lingkup KEUANGAN NEGARA belum pernah
ada kesepakatan, sejak UUD 1945 berlaku di Indonesia.
3
KEUANGAN NEGARA
PRA PASCA
PERUBAHAN PERUBAHAN
BAB VIII: Hal BAB VIII: Hal
Keuangan Keuangan
PASAL 23 Pasal 23 – Pasal 23 D
PASAL 23F
Keanggotaan BPK
PASAL 23G
Kedudukan BPK 8
PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA
DALAM UUD (Pasca Perubahan)
IMPERATIVE GOAL
(BUDGET OBLIGATORY
GOVERNMENT)
UU APBN 10
Makna Yuridis Definisi Keuangan Negara (1)
HAK & KEWAJIBAN
NEGARA
NEGARA SEBAGAI
TUJUAN
BADAN HUKUM
BERNEGARA
PUBLIK
MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN UMUM &
PELAYANAN PUBLIK 11
Makna Yuridis Definisi Keuangan Negara
(2)
PEMBATASAN
PEMBATASAN
HAK
KEWAJIBAN
(wewenang)
PEMBATASAN
TANGGUNG JAWAB
KEUANGAN BERDASARKAN
NEGARA SEBAGAI MEMPERLUAS PADA TURUNAN
UANG & BARANG WEWENANG
YANG DAPAT
KEPEMILIKAN NEGARA SEBAGAI
DIJADIKAN MILIK KEKAYAAN BADAN HUKUM
NEGARA PUBLIK
BATASAN PERLUASAN:
- MANFAAT
- KEPASTIAN HUKUM
- MELINDUNGI KEPENTINGAN YANG DILINDUNGI HUKUM
13
UU No. 17 Tahun 2003
Tentang
KEUANGAN Negara
14
DEFINISI KEUANGAN
NEGARA
Pasal 1 UU No. 17/2003
15
PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA
(Penjelasan Umum UU No. 17/2003)
16
MAKNA YURIDIS PENGERTIAN KEUANGAN
NEGARA BERDASARKAN PENJELASAN UMUM UU
No. 17/2003
KEUANGAN
NEGARA =
APBN
PENCAPAIAN
TUJUAN
BERNEGARA
PEMBENTUKAN
PEMERINTAHAN
NEGARA
KEUANGAN NEGARA
=
KEUANGAN PUBLIK
19
UU No. 1 Tahun 2004
Tentang
Perbendaharaan Negara
20
Perbendaharaan Negara
(Pasal 1 angka 1)
21
Piutang Negara
(Pasal 1 angka 6)
22
PENGERTIAN KEUANGAN
NEGARA DALAM UU No. 1/2004
25
Tugas BPK
Pasal 6 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2006
=
KEUANGAN PUBLIK
26
UU No. 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara
• Pasal 4 ayat (1): modal BUMN merupakan dan berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan
• Penjelasan: yang dimaksud dengan kekayaan negara yang
dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari APBN
untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN
untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi
berdasarkan pada system APBN namun pembinaan dan
pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan
yang sehat. 27
PP Nomor 72 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada
BUMN dan Perseroan Terbatas
Pasal 2A:
(1) penyertaan modal negara yang berasal dari kekayaan negara berupa
saham milik negara pada BUMN atau PT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d kepada BUMN atau PT lain, dilakukan
oleh Pemerintah Pusat tanpa melalui mekanisme APBN.
(3) Kekayaan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
yang dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN atau PT,
bertransformasi menjadi saham/modal negara pada BUMN atau PT
tersebut.
(4) kekayaan negara yang bertransformasi sebagaimana pada ayat (3),
menjadi kekayaan BUMN atau PT tersebut.
28
KEUANGAN PUBLIK
adalah pembiayaan atau segala sesuatu yang
dinilai dengan uang sebagai bagian aktivitas
negara, baik sebagai organisasi kekuasaan
publik maupun badan keperdataan, dengan
maksud memperoleh manfaat dan tujuan
tertentu.
29
Putusan terkait keuangan negara
31
PENYERTAAN MODAL NEGARA/DAERAH DAN
STATUS HUKUM KEKAYAAN NEGARA/DAERAH
YANG DIPISAHKAN DALAM BUMN/BUMD
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
oktober 2022
Inbreng dalam Teori Hukum
❑Inbreng menurut Prof. Subekti merupakan, “penyetoran modal
baik secara tunai maupun nontunai atau barang atau jasa yang
dinilai dengan uang untuk dijadikan kekayaan penerimanya, yang
terpisah dengan kekayaan pendiri, pemegang saham, atau
pengurus, sehingga tidak terjadi percampuran kekayaan.
❑Suatu inbreng Ketika dipisahkan dan dijadikan kekayaan yang
menerimanya, secara hukum sah menjadi kekayaan
penerimanya, pribadi hukum atau badan hukum, Ketika telah
diterima dan dicatat sebagai kekayaan penerimanya, dan
dihapuskan dari kekayaan pihak yang menyerahkan inbreng.
❑Inbreng merupakan bentuk pertukaran dari uang, barang, atau
jasa yang dapat dinilai uang dengan suatu dokumen yang
menunjukkan kepesertaaan dalam kegiatan usaha yang
dinamakan sebagai SAHAM/DOKUMEN LAINNYA
Teori Transformasi
Prof. Dr. Arifin P. Soeria Atmadja, S.H.
❑Negara/Daerah memberikan uang/barang/bentuk
lainnya kepada BUMN/BUMD, dicatat sebagai milik
BUMN/BUMD, sedangkan BUMM/BUMD memberikan
saham yang dicatat di negara/daerah.
Deviden/Pajak
NEGARA/DAERAH BUMN/BUMD
Penyertaan Modal
Negara/Daerah
PENGERTIAN PENYERTAAN MODAL NEGARA/DAERAH DALAM
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Angka 3 Penjelasan Umum Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara
UU Nomor 17 Tahun 2003 yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam sub bidang
pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan
Paragraf pertam UU Nomor Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang
31 Tahun 1999 sebagaimana dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan
diubah dengan UU Nomor 20 segala hak dan kewajiban yang timbul karena : (a) berada dalam penguasaan, pengurusan, dan
Tahun 2001 pertanggungjawaban pejabat lembaga Negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah; (b) berada
dalam penguasaan, pengurusan, dan bertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
Milik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau
perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.
Sedangkan yang dimaksud dengan Perekonomian Negara adalah kehidupan perekonomian yang
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara
mandiri yang didasarkan pada kebijakan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bertujuan memberikan
manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat
PERUSAHAAN NEGARA/DAERAH TIDAK
MEMILIKI KARAKTER HUKUM
KELEMBAGAAN PUBLIK
• BUMN/BUMD bukan Lembaga yang lahir dari wewenang
pemerintahan dan bukan merupakan lembaga publik karena:
1) Wewenang para pihak di dalamnya tidak menjalankan
hubungan kedinasan berdasarkan peraturan perundang-
undangan publik;
2) Tidak ada prosedur kesepakatan dan pembentukannya diatur
dalam peraturan perundang-undangan;
3) Subtansi dalam objek lembaga hakikatnya melahirkan hak dan
kewajiban dan tanggung jawab hukum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan publik, sehingga tidak kehendak bebas
yang lahir dari hubungan perdata lebih banyak ada dalam
BUMN/BUMD.
TEORI MORE&LESS
DPS
More Less Strong Character
Regulation Profit Beaucracy Public Regiem
Profit Regulation Innovation Private Regiem
STATUS HUKUM PENYERTAAN MODAL
NEGARA/DAERAH
• Secara teori hukum keuangan publik, dalam tulisan Joseph Proudhon mengenai state-
domain, diuraikan negara bersifat sui-generis (special/khusus/unik), karena dapat
bertindak sebagai badan hukum publik dan badan hukum perdata.
• Dalam kedudukannya sebagai badan hukum publik, negara bertindak memegang
kekuasaan, tugas, dan kewenangan, sedangkan dalam badan hukum perdata, negara
bertindak sebagai pemegang hak dan kewajiban hukum.
• Dalam dua kedudukan hukum tersebut, negara tunduk pada rechtregiem yang
berbeda: Hukum Publik dan Hukum Perdata.
• Penyertaan modal negara (inbreng) merupakan tindakan hukum publik yang berubah
menjadi tindakan hukum perdata Ketika negara menjalankan haknya sebagai
Pemegang saham, negara tidak boleh bertindak sebagai pemegang kekuasaan publik
Ketika menjalankan usaha, karena akan ada ANGGAPAN NEGARA MELAKUKAN
ETATISME EKONOMI.
STATUS HUKUM PENYERTAAN MODAL
NEGARA/DAERAH
• Penyertaan modal negara/daerah yang memiliki karakter sebagai
pemisahan atau pengalihan kepemilikan telah berubah status
hukumnya sebagai milik BUMN/BUMD, sehingga tidak memiliki
status hukum sebagai keuangan negara.
• Masih melekatnya status hukum keuangan negara dalam kekayaan
negara yang dipisahkan menciptakan paradoksal dalam tata Kelola,
regulasi, dan distribusi risiko yang tidak konsisten.
• Dalam hal Putusan MK Nomor 48/62 Tahun 2013 yang menyatakan
status hukum keuangan BUMN/BUMD tetap keuangan negara karena
adanya Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD NRI 1945, ketentuan konstitusi
tidak menggunakan kepemilikan, tetapi penguasaan artinya negara
dikuatkan segi aspek pengendalian dan bukan pemilikan
PEMAKNAAN DIKUASAI, DIMILIKI, DAN DIPUNYAI,
DIKELOLA DAN DISELENGGARAKAN
Dikuasai Dimiliki Dipunyai Dikelola Diselenggarakan
(Beziter)
Mengatur kekayaan tanpa Hak yang dilindungi Memiliki hak kepemilikan Mengatur kekayaan Melaksanakan
perlu memiliki bukti hukum atas kekayaan kekayaan yang didasarkan dengan menunjukkan dan
hukum kepemilikannya, untuk kemudian pada bukti asal usul tata cara dan memanfaatkan
tetapi didasarkan pada digunakan dan kekayaan dokumen kekayaan untuk
pengakuan dimanfaatkan dengan pengaturannya secara kepentingan
menunjukkan bukti spesifik sendiri dengan
hukum kepemilikan dan cara yang
bukti kepunyaan ditentukan pihak
pengelola
Bukti Kesejarahan Bukti Hukum Bukti Hukum dan Catatan Bukti Hukum Bukti Hukum
❑ Kewenangan
❑ Syarat dan prosedur
❑ Subtansi atas pelaksanaan, menyangkut
alas hukum dan alas fakta yang
memadai dan objektif, relevan, andal,
valid untuk ditetapkan
STATUS KEPEMILIKAN DAN KEWENANGAN
DALAM REGULASI PUBLIK DAN PRIVAT
diansimatupang21@gmail.com
Hubungan Kelembagaan Fiskal
dan Moneter di Indonesia serta
kaitannya dengan Pengelolaan
Keuangan Negara
YULI INDRAWATI
KRISIS MONETER 1998
https://youtu.be/Qxge0cdaJxs
(1) (6)
(2) (5)
(4)
(3)
KEBIJAKAN PINJAMAN
LEMAHNYA PENGATURAN
LUAR NEGERI YANG BEBAS
& PENGAWASAN BANK
& TIDAK TERKONTROL
Biaya penyelesaian krisis sektor perbankan
Tahun 1997/1998
Negara % PDB
Indonesia 34.5
Korea 24.5
Malaysia 19.5
Thailand 34.5
KEBIJAKAN KSSK:
PENANGANAN BANK CENTURY OLEH LPS
STABILITAS
DIPERLUKAN
KEUANGAN/EKONOMI
MERUPAKAN BARANG
OTORITAS
KEKUASAAN PUBLIK
NEGARA
PUBLIK
TUGAS NEGARA
NEGARA
KEBIJAKAN MONETER
NEGARA BI
BADAN HUKUM PUBLIK BADAN HUKUM PUBLIK
DAMPAK
a. POSISI KEUANGAN
b. REPUTASI & KREDIBILITAS
c. KEPERCAYAAN MASYARAKAT
KONSEP YURIDIS Hubungan NEGARA dengan BI
KESTABILAN
NOT TAKEN FOR GRANTED, BUT
TAKEN WITH EFFORT
TUGAS NEGARA
KEUANGAN LPS SELISIH LEBIH
PAJAK PRP
PMS BANK
SURPLUS YANG
DISEHATKAN
INVESTASI
NEGARA SURAT
LPS
BADAN HUKUM BERHARGA PEM
BADAN & BI
PUBLIK
HUKUM PENDAPATAN
LPS
KEUANGAN
NEGARA PREMI
KEKAYAAN LPS PENJAMINAN
PREMI
PEMISAHAN
dlm bentuk PREMI PRP
MODAL
SELISIH LEBIH
DEFISIT MODAL BANK
PERANTARA
24
Status hukum keuangan negara berubah menjadi KEUANGAN LPS
LPS
RISIKO
- RISIKO PENJAMINAN
- RISIKO PENJUALAN BANK (BANK PERANTARA)
- RISIKO PROGRAM RESTRUKTURISASI PERBANKAN
DAMPAK
a. POSISI KEUANGAN
b. REPUTASI & KREDIBILITAS
c. KEPERCAYAAN MASYARAKAT
KONSEP YURIDIS HUBUNGAN NEGARA dengan LPS
• LPS adalah badan hukum.
• Modal LPS berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pendapatan LPS berasal dari:
premi industri perbankan* dan hasil investasi.
selisih lebih Badan Perantara, dan selisih lebih Program Restrukturisasi Perbankan.
* Premi industri perbankan terdiri dari premi penjaminan dan premi program
restrukturisasi perbankan.
• Pengurusan dan pengelolaan keuangan diatur sendiri. Tata kelola terbagi dua yaitu
untuk kekayaan LPS dan kekayaan program restrukturisasi perbankan.
• Apabila LPS mengalami kesulitan likuiditas dapat meminjam dari Pemerintah
• Surplus diserahkan kepada Negara apabila telah melebihi 2,5% simpanan layak bayar
• Terhadap surplus dikenakan pajak.
• Risiko atas berkurangnya modal LPS menjadi risiko APBN.
26
KEKURANGAN MODAL BI/LPS SEBAGAI RISIKO
FISKAL
KONDISI FISKAL (APBN) BI/LPS
1. Beban APBN untuk pelayanan publik BI adalah badan hukum.
(kesejahteraan rakyat) dan kewajiban Selaku badan hukum memiliki
lainnya (pembayaran utang) semakin kewenangan untuk melakukan
meningkat. pengelolaan keuangan sendiri dan
2. Risiko fiskal dari tahun ke tahun semakin bertanggung jawab atas pengelolaan
meluas (banyak macamnya). Diantaranya keuangan tersebut.
risiko fiskal atas sektor keuangan, yaitu
Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin
Simpanan.
3. Defisit semakin meningkat.
4. APBN sudah beralih peran dari stimulus
perekonomian (pertumbuhan ekonomi)
dan pemerataan (keadilan) menjadi
penjaga kesinambungan (sustainability).
TUJUAN BERNEGARA REPUBLIK INDONESIA
APBN
BERKURANGNYA
KEKAYAAN
SEBAB
SEBAB INTERNAL
EKSTERNAL
BADAN HUKUM
BADAN HUKUM
PEJABAT JABATAN
LIABILITAS SOLVABILITAS
RISIKO TERSENDIRI
TEORI TRANSFORMASI
(Arifin P. Soeria Atmadja)
TANGGUNG JAWAB
TINDAKAN HUKUM SEBAGAI BADAN
PUBLIK HUKUM PUBLIK
(sebagai BIAYA)
NEGARA
TANGGUNG JAWAB
TINDAKAN HUKUM SEBAGAI BADAN
PERDATA HUKUM PERDATA
(sebagai RISIKO)
penetapan kewajiban pemerintah untuk mencukupi kekurangan modal BI/LPS
sebagai risiko fiskal
PERSPEKTIF HUKUM
KEWAJIBAN BERJENJANG
TIDAK
TIDAK DISETUJUI
DISETUJUI DISETUJUI
DISETUJUI
(2) sebagai perwujudan peran dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan dan
meningkatkan nilai kemanfaatan bagi rakyat.
Otoritas Jasa Keuangan
38
KEUANGAN OJK
KELEBIHAN PUNGUTAN
OJK
NEGARA
LEMBAGA PEM
BADAN HUKUM PUNGUTAN dari
INDEPENDEN
PUBLIK PELAKU JASA
KEUANGAN
KEUANGAN
KEUANGAN NEGARA
NEGARA
• Sumber dana dari APBN (aset negara yang dipisahkan) dan iuran
peserta.
• Pengurusan dan pengelolaan keuangan diatur sendiri.
• Risiko atas berkurangnya modal OJK menjadi risiko APBN.
• Dalam UU OJK tidak disebutkan bahwa OJK merupakan badan
hukum. Sekretariat Negara menyatakan bahwa OJK adalah lembaga
negara.
• Kelebihan pungutan disetorkan ke kas negara.
• Status hukum keuangan OJK ???
40
ASPEK OJK
Status badan Lembaga independen, berada di luar pemerintah –
bukan badan hukum
Rencana kerja dan anggaran Ditetapkan sendiri dengan mekanisme sendiri - terpisah
dari APBN
Status kekayaan yang berasal Kekayaan negara yang ditempatkan (OJK)
dari APBN
Sistem pengelolaan keuangan ∙ Standar yang wajar pada sektor jasa keuangan
∙ dikecualikan dari sistem pengelolaan APBN
Asas pengelolaan keuangan ∙ Menggunakan langsung penerimaannya untuk
kepentingan badan
∙ Selisih lebih disetorkan ke kas negara (APBN)
Audit laporan keuangan BPK atau kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh BPK
Akuntabilitas laporan DPR
keuangan
41
UU No. 4 Tahun 2023 tentang
Pengembangan & Penguatan Sektor Keuangan (P2SK)
No Undang-Undang No Undang-Undang
1 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana 9 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Siwstem Jaminan
diubah terakhir dengan Perpu No. 2 Tahun 2022 Sosial Nasional sebagaimana diubah terakhir dengan
tentang Cipta Kerja Perpu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
2 UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. 10 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
sebagaimana diubah terakhir dengan Perpu No. 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
3 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian 11 UU No. 2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan
sebagaimana diubah terakhir dengan Perpu No. 2 Ekspor Indonesia
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
4 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 12 UU No. 7 Tahun 2011 tentang OJK
5 UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka 13 UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Komoditi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Mikro
Tahun 2011
6 UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI sebagaimana dibah 14 UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009
7 UU No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara 15 UU No. 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan
8 UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS sebagaimana 16 UU No. 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan
diubah terakhir dengan UU No. 7 Tahun 2009 Penanganan Krisis Sistem Keuangan
TERIMA KASIH
TEORI RISIKO FISKAL &
PENERAPANNYA DALAM APBN
YULI INDRAWATI
NEGARA ADALAH OTORITAS
PUBLIK TERTINGGI
APBN yang
MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN UMUM &
SEHAT
PELAYANAN PUBLIK APBN
keberlanjutan/
kesinambungan
TUJUAN BERNEGARA
TUJUAN BERNEGARA REPUBLIK INDONESIA
APBN
KEBERLANJUTAN FISKAL (FISCAL SUSTAINABILITY)
KEBERLANJUTAN/KESINAMBUNGAN FISKAL
(fiscal sustainability)
Kemampuan pemerintah dalam mempertahankan
keuangan negara pada posisi kredibel serta dapat
memberikan layanan kepada masyarakat dalam jangka
panjang.
perlu memperhatikan:
• faktor kebijakan belanja dan pendapatan,
• memperhitungkan biaya pembayaran utang,
• faktor sosial ekonomi
INDIKATOR KESINAMBUNGAN FISKAL
• Keseimbangan primer
• Rasio pajak
• Defisit APBN
• Rasio utang terhadap PDB
PENYEBAB MENURUNNYA
KEBERLANJUTAN FISKAL
• Menurunnya penerimaan
• Menurunnya pertumbuhan ekonomi
• Peningkatan belanja
• Peningkatan RISIKO FISKAL
Peningkatan UTANG
UPAYA MENINGKATKAN
KESINAMBUNGAN FISKAL
• Meningkatkan penerimaan:
– Meningkatkan produktivitas melalui peningkatan
stimulus perekonomian
– Efektivitas pemberian insentif pajak
– HINDARI peningkatan beban masyarakat (misalnya
peningkatan tarif pajak ataupun perluasan obyek
pajak)
• Meningkatkan belanja:
– Menentukan prioritas
– pembatasan RISIKO FISKAL
RISIKO FISKAL
Macam Risiko Fiskal
Liabilities Direct Contingent
Explicit Direct Contingent
Explicit Explicit
Liabilities Liabilities
Implicit Direct Contingent
Implicit Implicit
Liabilities Liabilities
Risiko fiskal mulai tercantum dalam
APBN 2008
Sebagai wujud transparansi anggaran dan
antisipasi dalam menjaga kesinambungan
anggaran
TUJUAN PENETAPAN RISIKO FISKAL
menutup keragu-raguan pemerintah atas kemungkinan
terjadinya hambatan, gangguan, dan kegagalan dalam
pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pelayanan
publik yang menjadi bagian dari tugasnya.
• Legitimitas
• Legalitas
• Yuridikitas
PERKEMBANGAN RISIKO FISKAL DALAM
APBN 2008-2012
RISIKO APBN 2008
1. Perubahan asumsi makro karena yang digunakan untuk
menyusun APBN 2008 hanya sampai kuartal pertama 2007.
2. kenaikan belanja pemerintah, terutama karena ada potensi
bencana alam yang muncul atau pemekaran daerah, dan
ketidakmampuan daerah membelajakan anggaran secara baik.
3. skema dukungan pemerintah terhadap pelaksanaan proyek
infrastuktur, baik penjaminan proyek (10 proyek infrastruktur
di sektor pekerjaan umum, perhubungan dan pertanian)
maupun pendanaan proyek (proyek vital infrastruktur di sektor
perhubungan), penambahan modal BUMN (karena kinerja
yang kurang baik).
4. risiko utang, yang meliputi pembayaran bunga dan pokok
utang, serta risiko nilai tukar.
RISIKO APBN 2009
1. Minyak, meliputi risiko harga minyak mentah dan
risiko lifting (konsumsi) dicadangkan Rp 6 triliun,
2. risiko asumsi makro Rp 2 triliun,
3. risiko tanah (land capping) Rp 2 triliun,
4. risiko pajak Rp 2 triliun
5. kepastian DMO batubara 30% sebesar Rp 5,29
triliun.
meliputi:
(1) Tindakan dalam rangka pencapaian tujuan
bernegara,
(2) perbuatan publik negara,
(3) Merupakan tanggung jawab negara
PEMBUKAAN PASAL 23 AYAT (1)
UUD UUD
IMPERATIVE GOAL
(BUDGET OBLIGATORY GOVERNMENT)
PEMBATASAN APBN
PEMBATASAN RISIKO FISKAL
RISIKO FISKAL
(APBN)
ASAS MANFAAT
LEMBAGA
NEGARA
MEMBENTUK
ALAT LEMBAGA
PELIMPAHAN KEUANGAN NEGARA ATURAN KEU. NEGARA NEGARA
KELENGKAPAN EKSEKUTIF
NEGARA
LEMBAGA
JUDIKATIF
27
Tanggung jawab Negara BERDASARKAN TEORI TINDAKAN
HUKUM
TANGGUNG JAWAB
SEBAGAI BADAN SEBAGAI
TINDAKAN HUKUM HUKUM PUBLIK PENANGGUNGJAWAB
PUBLIK (TANGGUNG JAWAB AKHIR & PENUH
sebagai NEGARA
PENGUASA)
NEGARA
TANGGUNG JAWAB
SEBAGAI BADAN TANGGUNG JAWAB
TINDAKAN HUKUM
HUKUM PERDATA SEBESAR DANA
PERDATA
(sebagai RISIKO) YANG DISETORKAN
28
TERIMA KASIH
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN
KEUANGAN NEGARA DAN PERSOALAN
MENGENAI KERUGIAN NEGARA
28 Maret 2023
Hal yang Dibahas
Pengertian Pemeriksaan
dan Pengawasan
Kelembagaan Pemeriksaan
dan Pengawasan Keuangan
PENGERTIAN PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN
PEMERIKSAAN PENGAWASAN
proses identifikasi masalah, proses kegiatan audit, reviu,
analisis, dan evaluasi yang evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
dilakukan secara independen, pengawasan lain terhadap
objektif, dan profesional penyelenggaraan tugas dan fungsi
berdasarkan standar pemeriksaan, organisasi dalam rangka
untuk menilai kebenaran, memberikan keyakinan yang
kecermatan, kredibilitas, dan memadai bahwa kegiatan telah
keandalan informasi mengenai dilaksanakan sesuai dengan tolok
pengelolaan dan tanggung jawab ukur yang telah ditetapkan secara
keuangan negara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik.
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Keuangan Pemeriksaan Kinerja Pemeriksaan dengan Tujuan
Tertentu
Pemeriksaan laporan Pemeriksaan pengelolaan Pemeriksaan laporan
keuangan keuangan negara keuangan tertentu, tematis,
menyangkut segi ekonomi, investigatif, dan evaluasi
efisiensi dan efektivitas hasil pengawasan intern
pemerintah
opini Temuan, simpulan, dan Simpulan
rekomendasi
Pemeriksaan investigatif
menghadsilkan simpulan ad
tkdaknya pemyimpagan
apaah penyimpagan
administrasi/korporasi atau
pidana
Jenis Pengawasan
Audit Reviu Evaluasi Pemantauan Kegiatan
Pengawasan
Lainnya
Identifikasi Penelahaan Rangkaian Proses Sosialisasi,
masalah, ulang bukti- kegiatan penilaian konsultasi, dan
analisis, dan bukti kegiatan membandingkan kemajuan pemaparan
evaluasi sesuai telah hasil sesuai program hasil
standar audit dilaksanakan standar, rencana, mencapai pengawasan
untuk menilai sesuai dengan dan norma yang tujuan
kebenaran, ketentuan, ditetapkan dan
kecermatan, standar, menentukan
kredibilitas, rencana, atau faktor
efektivitas, norma yang keberhasilan dan
efisiensi, dan ditetapkan kegagalan
keandalan
informasi
Pemeriksaan Publik dan Privat
Publik Privat
Badan Pemeriksa Keuangan Akuntan Publik ditetapkan RUPS
Akuntan Publik atas Izin Pengadilan
Pasal 23E ayat (1) UUD NRI 1945 UU Nomor 40 Tahun 2007
UU Nomor 15 Tahun 2004 Pasal 138 UU Nomor 40 Tahun 2007
UU Nomor 15 Tahun 2006
Pengawasan Publik dan Privat
Publik Privat
Badan Pengawasan Keuangan dan Satuan Pengawasan Intern
Pembangunan
Aparatur pengawasan intern pemerintah:
Inspektorat Jenderal
Inspektorat Provinsi
Inspektorat Kabupaten/kota
UU Nomor 1 Tahun 2004 AD dan ART perusahaan
PP Nomor 60 Tahun 2008
Hubungan hukum antara Pemeriksaan dan Pengawasan
diansimatupang21@gmail.com
• Terimakasih
STATUS HUKUM
BUMN & AP BUMN
Oleh:
5
1: STATUS HUKUM: Badan Hukum (PT) ii
SAH
m
ha
AM
PT. Sawit Indonesia
Sa
(PT SI)
ASET: 100 M
Usaha: Kebun Sawit
Direktur: Joni
6
1: STATUS HUKUM: Badan Hukum (PT) iii
7
3. Mendirikan BUMN (perusahaan)
MEMBEBANI Anggaran Negara
• Konstitusi kita tidak pernah menugaskan negara untuk mendirikan korporasi, tapi mensejahterakan
rakyat, melindungi dll.
• Pendirian BUMN/D akan membebani anggaran Pemerintah;
• Negara atau daerah akan menyisihkan dana untuk pendirian perusahaan tersebut (modal dasar).
KONSEKUENSI
pertama, PENGURANGAN anggaran untuk belanja publik lain.
kedua, MENAIKKAN pajak.
Ketiga, Hutang
*Ketiganya akan membebani anggaran publik.
perlu dikaji secara serius, jenis, area operasi dari BUMN dan BUMD, jumlah anggaran yang akan disisihkan
(dalam hal menyusun PP Pemisahan kekayaan untuk modal BUMN), area operasi dari BUMN dan
parameter penilaian dari BUMN tersebut.
Jika swasta tidak dapat melakukan gugatan wanprestasi dan kepailitan terhadap BUMN,
maka terdapat potensi hak individu atau badan hukum swasta yang hilang atau dirugikan
oleh BUMN.
fungsi dari negara itu sendiri, apakah negara didirikan untuk melindungi hak masyarakat
atau negara didirikan malah mengurangi hak masyarakat.
Lihat
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200907105117-17-184822/pak-erick-thohir-t
olong-karyawan-bumn-ini-tak-digaji-7-bulan
PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero)/Inti disebutkan tak lagi membayarkan gaji
karyawan sejak Februari 2020 lalu.
Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 10
5. Batasan Monopoli dari BUMN (sejauh
mana BUMN dapat melakukan Monopoli)
Monopoli seyogianya dimiliki oleh:
Negara dan BUMN PERUM (seminimal mungkin)
Monopoli harus dikendalikan dan dibatasi dengan asas-asas transparansi,
dapat diaudit dan dilakukan berdasarkan UU dan peraturan turunannya
(supaya pejabat tidak membuat aturan tambahan untuk mempersulit).
“BUMN hanya dapat membangun rumah dengan luas maksimal 150 meter tanah
per rumah, dengan nilai maksimal modal pembangunan 400 juta rupiah per
rumah”.
Pasal 15
Tujuan pendirian Persero adalah:
a. menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu dan berdaya saing tinggi;
b. memperoleh keuntungan; dan
c. memaksimalkan nilai tambah Persero.
Huruf c
Tujuan memaksimalkan nilai tambah Persero antara lain mencakup memaksimalkan laba, memberikan
kemanfaatan bagi negara, pemegang saham, dan masyarakat, serta menerapkan prinsip tata kelola perusahaan
yang baik.
Kita bandingkan dengan bunga deposito (5%), maka angka 2,32% masih jauh dibawah deposito. Artinya lebih baik kita
menempatkan dana di deposito daripada melakukan bisnis.
Lihat
https://economy.okezone.com/read/2019/03/06/320/2026637/total-aset-bumn-naik-rp882-triliun-jadi-rp8-092-triliun
“Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat total aset BUMN telah menembus angka Rp8.092 triliun
sampai 31 Desember 2018. Angka tersebut naik Rp882 triliun dari capaian 2017 sebesar Rp7.210 triliun.
Total laba BUMN tumbuh menjadi Rp188 Triliun dari Rp186 triliun pada 2017. Besarnya kontribusi BUMN dalam
pembangunan infrastruktur pun terlihat dari capex BUMN yang meningkat sepanjang 2018, mencapai Rp 487 triliun,
naik signifikan dibandingkan 2017 sebesar Rp315 triliun. Di mana capex 2018 tersebut didominasi oleh sektor
infrastruktur.
Kontribusi BUMN terhadap APBN pun melonjak menjadi Rp422 Triliun, naik Rp68 Triliun dari setoran 2017 sebesar Rp
354 Triliun.
Kasatker anggaran
Bendahara memiliki dikenakan sanksi
tanggung jawab denda/pidana thp
fiduciary penyimpangan
kegiatan
Pengenaan ganti
Setiap kerugian Mereka yang
kerugian
negara/daerah Pengenaan ganti telah ditetapkan
negara/daerah
yang disebabkan kerugian mengganti
oleh pegawai
oleh tindakan negara/daerah kerugian tersebut
negeri bukan
melanggar hukum terhadap dapat dikenai
bendahara
atau kelalaian bendahara sanksi
ditetapkan oleh
seseorang, harus ditetapkan oleh administratif
menteri/pimpinan
diganti oleh pihak BPK dan/atau sanksi
lembaga/kepala
yang bersalah. pidana
daerah
PENYELESAIAN
Siapa? Pejabat negara atau pegawai negeri bukan bendahara dalam rangka
KERUGIAN pelaksanaan kewenangan administrative
Pelaku = Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah → Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah
Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain untuk
membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak
terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang
bersangkutan
➢ Jika “pelaku” dalam pengampuan, melarikan diri, atau
KEADAAN meninggal dunia → pengampu/yang memperoleh hak/ahli
waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau
TERTENTU diperolehnya → kausalitas
➢ Daluwarsa: 3 tahun
Uang dan/atau barang bukan milik
negara/daerah yang digunakan dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan
CAKUPAN UU
1/2004
Pengelola perusahaan negara/daerah dan
badan-badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan keuangan negara, sepanjang
tidak diatur dalam undang-undang tersendiri
PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA (UU PPTJKN) – PENGENAAN
GANTI KERUGIAN NEGARA
Pemeriksa (Pasal 1.3) → investigasi indikasi kerugian (Pasal 13-14) jo. Pasal 26
BPK → SK penetapan batas waktu pertanggung jawaban bendahara (keberatan atau
pembelaan diri 14 hari) → SK pembebanan penggantian → konsultasi dengan
pemerintah (incl. BUMN) → Pasal 22
Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/direksi perusahaan negara dan
lain-lain melaporkan penyelesaian kerugian negara/daerah kepada BPK (60 hari) →
BPK
Kerugian Negara
Ganti Kerugian
Kerugian Keuangan
Negara: Perihal
Definisi menyalahgunakan Kewenangan audit Penyelesaian
wewenang/kewenangan
- korupsi
KERUGIAN
Arsyad
Kerugian: berkurangnya kekayaan yang dimiliki
Rugi – objektif dan subjektif
Kohler (akuntansi):
1. Any item of expense, as in the term profit and loss
2. Any sudden, unexpected, involuntary expense or irrecoverable cost, often referred to as a form of
non recuring charge an expenditure from which no present or future benefit ay be expected
3. The excess of the cost or depreciated cost of an asset over its selling price.
KERUGIAN
KERUGIAN NEGARA =
NEGARA KORUPSI?
TUANAKOTTA
Pengeluaran Penerimaan
Hilangnya
Pengeluaran dari sumber/kekayaan sumber/kekayaan
sumber/kekayaan
sumber/kekayaan negara/daerah yang negara/daerah lebih
negara/daerah yang
negara/daerah lebih besar dari yang kecil/rendah dari yang
seharusnya diterima
seharusnya seharusnya diterima
Timbulnya suatu
Timbulnya suatu Hilangnya suatu hak Hak negara/daerah
kewajiban
kewajiban negara/daerah yang yang diterima lebih
negara/daerah yang
negara/daerah yang seharusnya dimiliki kecil dari yang
lebih besar dari yang
seharusnya tidak ada atau diterima seharusnya
seharusnya
hilang atau berkurangnya hak penerimaan keuangan negara
PP 60/2008 → BPKP
Penegakan
Ultimum
Remidium
HUKUM PRIVAT )
Definisi kerugian
“MASALAH”
HUKUM
Seputar keuangan negara
SEPUTAR DELIK
KORUPSI
Perihal menyalahgunakan
MERUGIKAN
wewenang/kewenangan
KEUANGAN
Kewenangan audit kerugian NEGARA
keuangan negara
Kerugian keuangan negara selalu erat
hubungannya dengan masalah
penyelewengan keuangan negara?
A. DEFINISI
KERUGIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA =
KEUANGAN KORUPSI?
NEGARA
KEWENANGAN AUDIT
THEODORUS M TUANAKOTTA
➢ hilang atau berkurangnya hak penerimaan keuangan negara, yang berlaku sebagai indikator untuk penerimaan
keuangan negara
➢ timbul atau bertambahnya kewajiban pengeluaran keuangan negara yang berlaku sebagai indikator untuk
pengeluaran keuangan negara
➢ hilang atau berkurangnya segala sesuatu, baik berupa uang, barang, ataupun benda bernilai yang dapat
dijadikan milik negara dan berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban negara, yang berlaku sebagai
indikator untuk keuangan negara yang disimpan, aset atau kekayaan negara
➢ ke semua keadaan tersebut di atas, harus dapat dinilai dengan uang, dan telah terjadi secara nyata dan pasti,
dan
➢ bahwa ke semua keadaan tersebut di atas juga harus terjadi karena merupakan suatu perbuatan melawan
hukum, baik dari ranah perdata, administrasi, dan juga pidana, yang tentunya akan membawa konsekuensi
pertanggungjawaban yang berbeda pula.
Dasar:
• APBN → pertanggungjawaban
• Pasal 33 UUD 1945
• Audit oleh BPK → Putusan MK 48 dan 62 Tahun 2013 (TAP MPR Nomor
X/MPR/2001, Pasal 71 (2) UU BUMN, Pasal 3 (1) UU PN, Pasal 10 (1) UU BPK)
• Diperlukannya kontrol negara
• UU PTPK, pegawai BUMN adalah PN
1.
2.
3.
4.
5.
•
•
•
•
➢
➢
➢
1)
2)
➢
Tindakan direksi
dilandaskan pada
Direksi harus Pertimbangan →
itikad baik dan
dengan cermat; responsible;
perbuatan yang
jujur;
Tidak bertentangan
Direksi harus
dengan hukum
berhati-hati dan Tidak ada conflict
yang berlaku, serta
bertanggung of interest;
sesuai maksud dan
jawab;
tujuan perseroan.
1. DILAKUKAN TIDAK SESUAI
DENGAN AAUPB DAN BJR, DAN BUKAN PULA
DILAKUKAN DALAM KEADAAN DARURAT;
2. TRICKY;
3. TIDAK UNTUK KEPENTINGAN PERSERO;
4. SECARA MELAWAN HUKUM DENGAN TUJUAN UNTUK MENGUNTUNGKAN DIRI
SENDIRI, ATAU KELUARGA, ATAU KORPORASI, ATAU GOLONGAN TERTENTU, ATAU
PIHAK LAIN;
7. MORAL HAZARD
SKCU:
1. CB → ADMINISTRASI
2. NR → PERDATA
3. IC → PIDANA
•