Anda di halaman 1dari 222

Kerangka

legal formal
Keuangan Negara
YULI
INDRAWATI
PERKEMBANGAN POLITIK KEUANGAN
NEGARA
• Definisi dan ruang lingkup KEUANGAN NEGARA belum pernah
ada kesepakatan, sejak UUD 1945 berlaku di Indonesia.

• Pada 21 Juli 1959, Dewan Pengawas Keuangan pernah memberikan


definisi keuangan negara sebagai seluruh hak dan kewajiban negara,
dan kekayaan negara.

• Pada 1975, DPR menanyakan kepada Pemerintah maksud keuangan


negara yang dijawab Menteri/Sekretaris Negara sebagai definisi
Keuangan Negara dalam UU Nomor 5 Tahun 1973 Tentang BPK,
yaitu APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan hakikatnya keuangan
negara.

• Di kalangan akademisi juga tidak terdapat kesepakatan tentang


pengertian keuangan negara.
2
UUD 1945

3
KEUANGAN NEGARA
PRA PASCA
PERUBAHAN PERUBAHAN
BAB VIII: Hal BAB VIII: Hal
Keuangan Keuangan
PASAL 23 Pasal 23 – Pasal 23 D

BAB VIIIA: BPK


Pasal 23 E - G
4
UUD 1945 Pra Perubahan
Pasal 23
(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja ditetapkan tiap-tiap tahun
dengan undang-undang. Apabila DPR tidak menyetujui
anggaran yang diusulkan Pemerintah, maka Pemerintah
menjalankan anggaran tahun yang lalu.
(2) Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan UU.
(3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan UU.
(4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan UU.
(5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan suatu BPK, yang peraturannya ditetapkan dengan
UU. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada DPR. 5
UUD 1945 Pasca Perubahan

• Pasal 23 ayat 1-3 = APBN


• Pasal 23A = Pajak dan pungutan lain untuk negara
• Pasal 23B = macam dan harga mata uang
• Pasal 23C = hal keuangan negara lainnya
• Pasal 23D = bank sentral
• Pasal 23E
• Pasal 23F BPK
• Pasal 23G
6
Pasal 23
Pasca Perubahan
(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara dan dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Daerah.
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan
anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh
Presiden, pemerintah menjalankan anggaran pendapatan dan
7
belanja tahun lalu.
PASAL 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan UU.
PASAL 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara ditetapkan dengan UU.
PASAL 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, keuddukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan UU.
PASAL 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan Negara
diadakan satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri.
(2) Hasil pemeriksaan keuangan Negara diserahkan kepada DPR, DPD,
dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau
badan sesuai dengan undang-undang.

PASAL 23F
Keanggotaan BPK
PASAL 23G
Kedudukan BPK 8
PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA
DALAM UUD (Pasca Perubahan)

• Keuangan negara = APBN (Pasal 23 ayat 1)

• Keuangan negara = APBN, APBD (Pasal


23E ayat (2))

Note: hal-hal lain mengenai keuangan negara


yang diatur dengan UU (Pasal 23C) 9
THE CONSTITUTION LIMITATION OF APBN
FUNCTION
PEMBUKAAN:
TUJUAN Pasal 23 ayat (1)
BERNEGARA
UU APBN:
Kesejahteraan untuk
yang Berkeadilan sebesar-besarnya
Sosial kemakmuran rakyat

IMPERATIVE GOAL
(BUDGET OBLIGATORY
GOVERNMENT)
UU APBN 10
Makna Yuridis Definisi Keuangan Negara (1)
HAK & KEWAJIBAN
NEGARA

NEGARA SEBAGAI KEUANGAN


HANS KELSEN
SUBYEK HUKUM NEGARA

NEGARA SEBAGAI
TUJUAN
BADAN HUKUM
BERNEGARA
PUBLIK

MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN UMUM &
PELAYANAN PUBLIK 11
Makna Yuridis Definisi Keuangan Negara
(2)
PEMBATASAN
PEMBATASAN
HAK
KEWAJIBAN
(wewenang)

PEMBATASAN
TANGGUNG JAWAB

- PENGGUNAAN UNTUK SEBESAR-BESARNYA


KEMAKMURAN RAKYAT
- PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA
12
Makna Yuridis Definisi Keuangan Negara (3)

KEUANGAN BERDASARKAN
NEGARA SEBAGAI MEMPERLUAS PADA TURUNAN
UANG & BARANG WEWENANG
YANG DAPAT
KEPEMILIKAN NEGARA SEBAGAI
DIJADIKAN MILIK KEKAYAAN BADAN HUKUM
NEGARA PUBLIK

BATASAN PERLUASAN:
- MANFAAT
- KEPASTIAN HUKUM
- MELINDUNGI KEPENTINGAN YANG DILINDUNGI HUKUM
13
UU No. 17 Tahun 2003
Tentang
KEUANGAN Negara

14
DEFINISI KEUANGAN
NEGARA
Pasal 1 UU No. 17/2003

Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai


dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.

15
PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA
(Penjelasan Umum UU No. 17/2003)

Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana


tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945
dibentuk pemerintahan negara yang menyelenggarakan
fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang. Pembentukan
pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu
dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.

16
MAKNA YURIDIS PENGERTIAN KEUANGAN
NEGARA BERDASARKAN PENJELASAN UMUM UU
No. 17/2003

KEUANGAN
NEGARA =
APBN
PENCAPAIAN
TUJUAN
BERNEGARA
PEMBENTUKAN
PEMERINTAHAN
NEGARA

HAK & KEWAJIBAN


YANG DAPAT
DINILAI DENGAN
UANG 17
Ruang Lingkup Keuangan Negara (Pasal 2)
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang dan melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan negara;
d. pengeluaran negara;
e. penerimaan daerah;
f. pengeluaran daerah;
g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas18yang
diberikan pemerintah.
PENGERTIAN KEUANGAN
NEGARA DALAM UU No. 17/2003

KEUANGAN NEGARA

=
KEUANGAN PUBLIK
19
UU No. 1 Tahun 2004
Tentang
Perbendaharaan Negara

20
Perbendaharaan Negara
(Pasal 1 angka 1)

Pengelolaan dan pertanggungjawaban


keuangan negara, termasuk investasi dan
kekayaan yang dipisahkan, yang
ditetapkan dalam anggaran pendapatan
dan belanja negara dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.

21
Piutang Negara
(Pasal 1 angka 6)

Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar


kepada pemerintah pusat dan/atau hak pemerintah
pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat
perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya
yang sah.

22
PENGERTIAN KEUANGAN
NEGARA DALAM UU No. 1/2004

• Keuangan negara = keuangan publik (Pasal


1 angka 1)

• Keuangan negara = APBN (Pasal 1 angka


6)
23
- UU No. 15 Tahun 2004
Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan
Negara

- UU No. 15 Tahun 2006


Tentang
Badan Pemeriksa Keuangan24
Lingkup Pemeriksaan BPK
Pasal 2 UU No. 15 Tahun 2004

(1) Pemeriksaan keuangan negara meliputi


pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan
negara
(2) BPK melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara

25
Tugas BPK
Pasal 6 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2006

BPK Bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung


jawab keuangan negara yang dilakukan pemerintah
pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank
Indonesia, BUMN, BLU, BUMD, dan lembaga atau
badan lain yang mengelola keuangan negara

=
KEUANGAN PUBLIK
26
UU No. 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara
• Pasal 4 ayat (1): modal BUMN merupakan dan berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan
• Penjelasan: yang dimaksud dengan kekayaan negara yang
dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari APBN
untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN
untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi
berdasarkan pada system APBN namun pembinaan dan
pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan
yang sehat. 27
PP Nomor 72 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada
BUMN dan Perseroan Terbatas
Pasal 2A:
(1) penyertaan modal negara yang berasal dari kekayaan negara berupa
saham milik negara pada BUMN atau PT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d kepada BUMN atau PT lain, dilakukan
oleh Pemerintah Pusat tanpa melalui mekanisme APBN.
(3) Kekayaan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
yang dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN atau PT,
bertransformasi menjadi saham/modal negara pada BUMN atau PT
tersebut.
(4) kekayaan negara yang bertransformasi sebagaimana pada ayat (3),
menjadi kekayaan BUMN atau PT tersebut.
28
KEUANGAN PUBLIK
adalah pembiayaan atau segala sesuatu yang
dinilai dengan uang sebagai bagian aktivitas
negara, baik sebagai organisasi kekuasaan
publik maupun badan keperdataan, dengan
maksud memperoleh manfaat dan tujuan
tertentu.

29
Putusan terkait keuangan negara

• Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor


77/PUU-IX/2011
• Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
48/PUU-IX/2013
• Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
62/PUU-IX/2013
• Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
01/PHPU-PRES/XVII/2019
30
Terima Kasih

31
PENYERTAAN MODAL NEGARA/DAERAH DAN
STATUS HUKUM KEKAYAAN NEGARA/DAERAH
YANG DIPISAHKAN DALAM BUMN/BUMD
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
oktober 2022
Inbreng dalam Teori Hukum
❑Inbreng menurut Prof. Subekti merupakan, “penyetoran modal
baik secara tunai maupun nontunai atau barang atau jasa yang
dinilai dengan uang untuk dijadikan kekayaan penerimanya, yang
terpisah dengan kekayaan pendiri, pemegang saham, atau
pengurus, sehingga tidak terjadi percampuran kekayaan.
❑Suatu inbreng Ketika dipisahkan dan dijadikan kekayaan yang
menerimanya, secara hukum sah menjadi kekayaan
penerimanya, pribadi hukum atau badan hukum, Ketika telah
diterima dan dicatat sebagai kekayaan penerimanya, dan
dihapuskan dari kekayaan pihak yang menyerahkan inbreng.
❑Inbreng merupakan bentuk pertukaran dari uang, barang, atau
jasa yang dapat dinilai uang dengan suatu dokumen yang
menunjukkan kepesertaaan dalam kegiatan usaha yang
dinamakan sebagai SAHAM/DOKUMEN LAINNYA
Teori Transformasi
Prof. Dr. Arifin P. Soeria Atmadja, S.H.
❑Negara/Daerah memberikan uang/barang/bentuk
lainnya kepada BUMN/BUMD, dicatat sebagai milik
BUMN/BUMD, sedangkan BUMM/BUMD memberikan
saham yang dicatat di negara/daerah.

Deviden/Pajak

NEGARA/DAERAH BUMN/BUMD

Penyertaan Modal
Negara/Daerah
PENGERTIAN PENYERTAAN MODAL NEGARA/DAERAH DALAM
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Perundang-undangan Pengertian


Pasal 1 angka 21 pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah
PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan yang semula merupakan kekayaan yang tidak
Barang Milik Negara/Daerah dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham negara atau
daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, atau badan hukum lainnya yang dimiliki
negara
Pasal 1 angka 7 pemisahan kekayaan Negara dari Anggaran
PP Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang cadangan perusahaan atau sumber lain untuk
Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan
Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi.
Perseroan Terbatas
Pasal 1 angka 44 pengalihan kepemilikan barang milik daerah yang
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham daerah pada
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara
KONSEP KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN DI
INDONESIA
• Regulasi keuangan negara di Indonesia, merupakan aturan yang paling unik,
kalau tidak disebut “aneh” dalam hal mengatur inbreng.
• Inbreng sebagai pengalihan kepemilikan atau pemisahan kekayaan, diatur dan
ditafsirkan “tidak menimbulkan perubahan status hukum
keuangan/kekayaan menjadi tetap dimiliki pemilik/pemegang sahamnya.”
• Pengaturan dan penafsiran tersebut disebabkan aturan norma dan
penjelasan, tetapi aturan norma tidak lengkap dalam aturan dasarnya, apabila
kekayaan negara yang dipisahkan adalah keuangan negara, UU Nomor 17
Tahun 2003 tidak mengatur rinci bagaimana tata Kelola keuangan
BUMN/BUMD, demikian juga dalam UU Nomor 1 Tahun 2004.
• Teori hukum contrarius actus, apabila norma dasar publik menyatakan suatu
kekayaan adalah kekayaan public, aturan mengaturnya secara rinci. Contohnya
peraturan presiden tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.
• Secara standar internasional dan best practice di negara lain, tidak ada
pencatatan aset yang sama dilakukan dua entitas, misalnya aset uang dicatat
di negara dan dicatat di BUMN.
PERATURAN YANG MENGATUR KEKAYAAN NEGARA YANG
DIPISAHKAN/PENYERTAAN MODAL NEGARA SEBAGAI KEUANGAN
NEGARA
Undang-undang Ketentuan
Pasal 2 huruf g UU Nomor 17 kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
Tahun 2003 berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah.

Angka 3 Penjelasan Umum Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara
UU Nomor 17 Tahun 2003 yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam sub bidang
pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan
Paragraf pertam UU Nomor Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang
31 Tahun 1999 sebagaimana dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan
diubah dengan UU Nomor 20 segala hak dan kewajiban yang timbul karena : (a) berada dalam penguasaan, pengurusan, dan
Tahun 2001 pertanggungjawaban pejabat lembaga Negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah; (b) berada
dalam penguasaan, pengurusan, dan bertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
Milik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau
perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.
Sedangkan yang dimaksud dengan Perekonomian Negara adalah kehidupan perekonomian yang
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara
mandiri yang didasarkan pada kebijakan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bertujuan memberikan
manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat
PERUSAHAAN NEGARA/DAERAH TIDAK
MEMILIKI KARAKTER HUKUM
KELEMBAGAAN PUBLIK
• BUMN/BUMD bukan Lembaga yang lahir dari wewenang
pemerintahan dan bukan merupakan lembaga publik karena:
1) Wewenang para pihak di dalamnya tidak menjalankan
hubungan kedinasan berdasarkan peraturan perundang-
undangan publik;
2) Tidak ada prosedur kesepakatan dan pembentukannya diatur
dalam peraturan perundang-undangan;
3) Subtansi dalam objek lembaga hakikatnya melahirkan hak dan
kewajiban dan tanggung jawab hukum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan publik, sehingga tidak kehendak bebas
yang lahir dari hubungan perdata lebih banyak ada dalam
BUMN/BUMD.
TEORI MORE&LESS
DPS
More Less Strong Character
Regulation Profit Beaucracy Public Regiem
Profit Regulation Innovation Private Regiem
STATUS HUKUM PENYERTAAN MODAL
NEGARA/DAERAH
• Secara teori hukum keuangan publik, dalam tulisan Joseph Proudhon mengenai state-
domain, diuraikan negara bersifat sui-generis (special/khusus/unik), karena dapat
bertindak sebagai badan hukum publik dan badan hukum perdata.
• Dalam kedudukannya sebagai badan hukum publik, negara bertindak memegang
kekuasaan, tugas, dan kewenangan, sedangkan dalam badan hukum perdata, negara
bertindak sebagai pemegang hak dan kewajiban hukum.
• Dalam dua kedudukan hukum tersebut, negara tunduk pada rechtregiem yang
berbeda: Hukum Publik dan Hukum Perdata.
• Penyertaan modal negara (inbreng) merupakan tindakan hukum publik yang berubah
menjadi tindakan hukum perdata Ketika negara menjalankan haknya sebagai
Pemegang saham, negara tidak boleh bertindak sebagai pemegang kekuasaan publik
Ketika menjalankan usaha, karena akan ada ANGGAPAN NEGARA MELAKUKAN
ETATISME EKONOMI.
STATUS HUKUM PENYERTAAN MODAL
NEGARA/DAERAH
• Penyertaan modal negara/daerah yang memiliki karakter sebagai
pemisahan atau pengalihan kepemilikan telah berubah status
hukumnya sebagai milik BUMN/BUMD, sehingga tidak memiliki
status hukum sebagai keuangan negara.
• Masih melekatnya status hukum keuangan negara dalam kekayaan
negara yang dipisahkan menciptakan paradoksal dalam tata Kelola,
regulasi, dan distribusi risiko yang tidak konsisten.
• Dalam hal Putusan MK Nomor 48/62 Tahun 2013 yang menyatakan
status hukum keuangan BUMN/BUMD tetap keuangan negara karena
adanya Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD NRI 1945, ketentuan konstitusi
tidak menggunakan kepemilikan, tetapi penguasaan artinya negara
dikuatkan segi aspek pengendalian dan bukan pemilikan
PEMAKNAAN DIKUASAI, DIMILIKI, DAN DIPUNYAI,
DIKELOLA DAN DISELENGGARAKAN
Dikuasai Dimiliki Dipunyai Dikelola Diselenggarakan
(Beziter)
Mengatur kekayaan tanpa Hak yang dilindungi Memiliki hak kepemilikan Mengatur kekayaan Melaksanakan
perlu memiliki bukti hukum atas kekayaan kekayaan yang didasarkan dengan menunjukkan dan
hukum kepemilikannya, untuk kemudian pada bukti asal usul tata cara dan memanfaatkan
tetapi didasarkan pada digunakan dan kekayaan dokumen kekayaan untuk
pengakuan dimanfaatkan dengan pengaturannya secara kepentingan
menunjukkan bukti spesifik sendiri dengan
hukum kepemilikan dan cara yang
bukti kepunyaan ditentukan pihak
pengelola
Bukti Kesejarahan Bukti Hukum Bukti Hukum dan Catatan Bukti Hukum Bukti Hukum

Konstitusi UU Peruuan Peruuan UU


TERIMAKASIH
diansimatupang21@gmail.com
TEORI TRANSFORMASI STATUS HUKUM
KEUANGAN NEGARA DAN TEORI THREE
KEYWORD STATE FINANCE
OLEH DR. DIAN PUJI NUGRAHA SIMATUPANG, S.H., M.H.
TEORI TRANSFORMASI
TEORI TRANSFORMASI
❑Diadopsi dalam Pasal 2A ayat (4) PP Nomor 72 Tahun 2016.
❑Artinya suatu uang negara tidak melulu terus berstatus sebagai keuangan negara
karena telah berubah fungsi dan tujuan uang tersebut menjadi uang BUMN Ketika
digunakan untuk kegiatan bisnis korporasi BUMN tersebut.
❑Status uang negara mengapa berubah, karena uang dari APBN menjadi milik BUMN,
negara menukarnya dengan saham, jadi saham milik negara, uang milik BUMN,
begitu transformasinya.
KEUANGAN

Keuangan Publik Keuangan Privat


(negara/daerah/badan (badan hukum perdata)
hukum publik)
• APBN • BUMN
• APBD • BUMD
• BI • Yayasan
• LPS • Koperasi
• BPJS
STATUS HUKUM KEUANGAN

Governance Regulation Risk


Mekanisme pengelolaan Diatur dan/atau Risiko dibebankan dalam
diatur dan/atau ditetapkan ditetapkan pejabat publik peraturan
dengan peraturan yang berwenang sesuai perundang-undangan
perundang-undangan syarat dan prosedur publik dan peraturan
publik dan peraturan dalam peraturan administrasi
administrasi perundang-undangan dan pemerintahan
pemerintahan peraturan administrasi
pemerintahan
KRITERIA STATUS HUKUM KEUANGAN NEGARA

Governance Regulation Risk


Mekanisme pengelolaan Diatur dan/atau Risiko dibebankan dalam
diatur APBN ditetapkan Menteri APBN
Keuangan
STATUS HUKUM KEUANGAN DAERAH

Governance Regulation Risk


Mekanisme pengelolaan Diatur dan/atau Risiko dibebankan dalam
diatur APBD ditetapkan KEPALA APBD
DAERAH ATAU
SEKDA/KEPALA BADAN
KEUANGAN DAERAH
SEBAGAI KPPD
STATUS HUKUM KEUANGAN BUMN/BUMD

Governance Regulation Risk


Mekanisme pengelolaan Diatur dan/atau Risiko dibebankan dalam
diatur RENCANA KERJA ditetapkan DIREKSI RENCANA KERJA DAN
DAN ANGGARAN ATAU DIREKTUR KEUANGAN
BUMN/BUMD KEUANGAN BUMN/BUMD
BUMN/BUMD
PERATURAN PERUNDANG-UNDANG DAN PERATURAN
ADMINISTRASI YANG MENGATUR KEUANGAN
NEGARA/KEUANGAN DAERAH
Peraturan Perundang-undangan Peraturan Administrasi
1. UUD NRI 1945 1. Surat edaran
2. Ketetapan MPR 2. Keputusan
3. UU/Perpu 3. Rencana
4. PP 4. Peraturan eselon I, II
5. Perpres
6. Perda
7. Pergub
8. Perbup/wali

1. Permen, Perka Lembaga Negara, BI,


Badan hukum publik mengikat
sepanjang deidelegasikan dan sesuai
dengan kewwnangan
BADAN HUKUM PUBLIK DAN BADAN HUKUM PRIVAT
Badan hukum publik Badan Hukum Privat
Negara BUMN PT/Perum
Daerah BUMD Perseroda/Perumda
Bank Indonesia Yayasan
LPS Koperasi
BPJS Dana Pensiun
Lembaga perkumpulan

Peraturannya mengikat umum dan Peraturannya tidak mengikat umum dan


semuanya pejabat publik digaji semuanya bukan pejabat publik karena
APBN/APBD/keuangan badan publik tidak digaji APBN/APBD
masing-masing
TEORI KEUANGAN
Less regulation, artinya keuangan yang tidak dikendalikan dengan cara publik
baik pengelolaannya, pengursannya, pertanggungjawabannya, cara
memakainya, cara menggunakannya dengan peraturan perundang-undangan,
termasuk pendiriannya penetapannya dan cara mengikat tidak dengan cara
publik melalu peraturan perundang-undangan, BUKAN KEUANGAN NEGARA
More regulation, Keuangan yang seluruh aturannya, baik pengurusan,
pengelolaan pertanggungjawaban, penetapan, pengawasan, pemeriksaan,
pada cara publik itulah keuangan negara.
ASAS DALAM PENGATURAN
❑ Contrarius actus, apabila diatur dengan cara dan prosedur publik, penyelesaian dan konsep
penganturan dengan publik, sebaliknya diatur dengan cara privat, semuanya dilakukan dengan
cara privat.
❑Kecuali diatur lain dalam undang-undang publik, suatu hubungan
keperdataan tunduk kepada aturan publik.
❑Hukum publik tidak bisa dengan serta merta
mengesampingan hukum privat dengan alasan
mengutamakan kepentingan umum karena semua
ada jalurnya.
REGULASI PUBLIK
Konsesi adalah pendelegasian wewenang Sebagian atau beberapa atau seluruhnya kepada pihak lain.
Ini wewenang publik diserahkan, sehingga kontraknya mengacu pada peraturan dasarnya peruuan atau
peraturan administrasi. Dispute, bukan wanpretasi, PMH oleh pejabat administrasi. Gugatan melawan
hukum di perdata, setelah proses pengujian publiknya.
KETENTUAN pajak yang harus disesuaikan dalam kontrak.
Sepanjang peraturan publiknya tidak menyartakan semua Kelola, regulaswi, da risiko menjadi runduk
pada hukum publik, maka dengan sendirinyua masuk pada hukum privat.
REGULASI DILAKUKAN DALAM RANGKA PENGENDALIAN UNTUK MELAKSANAKAN ATAU TIDAK
MELAKUKAN SESUATU BERSIFAT PUBLIK.
Francis Fukuyama menyatakan kendali, ambigu dalam kedudukan negara adalah melalui regulasi,
---regulasi artinya pada pengendalian, publik publik (tujuan bernegara), publik privat (keteraturan dan
kepastian), kebijakan tidak teratur – ILL-STRUCTURED PROBLEMS
GOVERNANCE DALAM REGULASI PUBLIK DAN PRIVAT

❑ Kewenangan
❑ Syarat dan prosedur
❑ Subtansi atas pelaksanaan, menyangkut
alas hukum dan alas fakta yang
memadai dan objektif, relevan, andal,
valid untuk ditetapkan
STATUS KEPEMILIKAN DAN KEWENANGAN
DALAM REGULASI PUBLIK DAN PRIVAT

keuangan negara mempunyai kepemilikan sebagai uang negara, dalam penguasaan


atau pengaturan menkeu, dan dikelola dengan apbn.
keuangan non-negara tidak boleh dimiliki negara, diakui milik negara, bahkan
dianggap uang negara karena akan menimbulkan ketidakpastian hukum batasan hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang.
pengaturan penggunaan uang negara secara limitatif diatur menteri keuangan,
sehingga uang non-negara tidak dapat dijangkau negara.
PENGGUNAAN DANA ALAT INSTRUMEN
PUBLIK
Kewenangan penggunaan uang publik ada pada Menteri Keuangan
sebagai regulator untuk tujaun bernegara.
Bumn/bumd/bi/lps/bpJS tidak dalam kuasa Menteri keuangan
selaku bendahara umum negara
REGULASI
Pengendalian, publik atur semua, privat, tertib, semua berpuncak SOCIAL EQUITY
Governance, APBN atau non-APBN
Dispute keuangan negara Pasal 59 UUP/20 UUAP,keuangan PT pasal 138 UUPT
Psal 34/35 UU 17/2003, pasal 39 UU 1/2004
TERIMAKASIH

diansimatupang21@gmail.com
Hubungan Kelembagaan Fiskal
dan Moneter di Indonesia serta
kaitannya dengan Pengelolaan
Keuangan Negara

YULI INDRAWATI
KRISIS MONETER 1998
https://youtu.be/Qxge0cdaJxs
(1) (6)

KEBIJAKAN FISKAL: - KEBIJAKAN MONETER: BLBI


- KEBIJAKAN FISKAL: PENDANAAN
- PAKJUN’83 BLBI DARI OBLIGASI (APBN)
- PAKTO’88, dll RISIKO FISKAL

(2) (5)

JUMLAH BANK MENINGKAT KRISIS PERBANKAN


PESAT 1997/1998

(4)
(3)
KEBIJAKAN PINJAMAN
LEMAHNYA PENGATURAN
LUAR NEGERI YANG BEBAS
& PENGAWASAN BANK
& TIDAK TERKONTROL
Biaya penyelesaian krisis sektor perbankan
Tahun 1997/1998

Negara % PDB
Indonesia 34.5
Korea 24.5
Malaysia 19.5
Thailand 34.5

Sumber: Laker JF (1999), “The Stability of the Financial


System,” Reserve Bank of Australian Bulletin, August,
KRISIS EKONOMI 2008
https://youtu.be/eW6qc4Vo43c
BANK CENTURY:
- KETIDAKOPTIMALAN PELAKSANAAN TUGAS PENGATURAN &
PENGAWASAN PERBANKAN OLEH BI
- KEKOSONGAN HUKUM ATAS KEGIATAN SEKURITAS OLEH BANK

KEBIJAKAN KSSK:
PENANGANAN BANK CENTURY OLEH LPS

KEBIJAKAN LPS: MEMBANTU BANK CENTURY HINGGA 6,7 TRILIUN


(ATAS ASSESSMENT BI)
POTENSI RISIKO FISKAL (KEKURANGAN MODAL MINIMUM LPS)
STABILITAS EKONOMI = KEPENTINGAN PUBLIK

• Gejolak di sektor keuangan bisa berdampak pada kerusakan sistem


ekonomi di sektor-sektor lain. Pengalaman membuktikan bahwa
sektor keuangan berpotensi sangat besar menciptakan instabilitas
yang mengganggu kepentingan publik.
(3) PANDEMI COVID 19
PILIHAN KEBIJAKAN MONETER BI HADAPI INFLASI & JAGA
RUPIAH
https://youtu.be/EJ_2bfcpfeg

KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO & POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL


2023
https://www.youtube.com/live/Y4uaj2VWJo4?feature=share
SEKTOR KEUANGAN:
80% PERBANKAN MENGUASAI KESTABILAN MONETER
TRANSMISI PEREKONOMIAN
FLUKTUASI
PEREKONOMIAN RISIKO TINGGI KESTABILAN PEREKONOMIAN

DAYA BELI KUALITAS HIDUP


INFLASI HARGA BARANG
MASYARAKAT RAKYAT

RESESI KRISIS EKONOMI KRISIS SOSIAL, POLITIK & MORAL

MENGGANGGU KEPENTINGAN PUBLIK

STABILITAS
DIPERLUKAN
KEUANGAN/EKONOMI
MERUPAKAN BARANG
OTORITAS
KEKUASAAN PUBLIK
NEGARA
PUBLIK
TUGAS NEGARA

Mencapai masyarakat sejahtera

• pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan


• stabilitas ekonomi dalam rangka menjaga stabilitas kebutuhan dasar
rakyat

Kebijakan fiskal & kebijakan moneter

NEGARA HARUS HADIR DAN DIRASAKAN FUNGSINYA OLEH RAKYAT.


JANGAN SAMPAI NEGARA HADIR, TAPI SEAKAN DIAM DAN HANYA MENONTON.
SEKTOR JASA KEUANGAN

OTORITAS KEKUASAAN PUBLIK

NEGARA

OTORITAS MONETER OTORITAS FISKAL


KEMENTERIAN
BANK INDONESIA
KEUANGAN
LEMBAGA PENJAMIN MENJAGA OTORITAS JASA MENJAGA
SIMPANAN STABILITAS NILAI KEUANGAN STABILITAS &
MENJAGA
RUPIAH MENGAWASI KESINAMBUNGAN
KEPERCAYAAN SEKTOR JASA FISKAL
MASYARAKAT ATAS KEUANGAN
JASA KEUANGAN
BANK INDONESIA
TUGAS BANK INDONESIA

MENJAGA STABILITAS MONETER

KEBIJAKAN MONETER

PERBANKAN & SEKTOR JASA KEUANGAN


KEUANGAN BI
Pajak atas surplus
SURPLUS

Terjadi TRANSFORMASI STATUS HUKUM KEUANGAN

NEGARA BI
BADAN HUKUM PUBLIK BADAN HUKUM PUBLIK

KEUANGAN NEGARA KEUANGAN BI

Terjadi TRANSFORMASI STATUS HUKUM KEUANGAN

PEMISAHAN dalam bentuk MODAL


PENUTUP DEFISIT 19
RISIKO BI
▪ RISIKO PASAR
▪ RISIKO KREDIT
▪ RISIKO LIKUIDITAS
▪ RISIKO KEBIJAKAN
▪ RISIKO REPUTASI
▪ RISIKO HUKUM
▪ RISIKO OPERASIONAL

DAMPAK
a. POSISI KEUANGAN
b. REPUTASI & KREDIBILITAS
c. KEPERCAYAAN MASYARAKAT
KONSEP YURIDIS Hubungan NEGARA dengan BI

• BI adalah badan hukum publik.


• Modal BI berasal kekayaan negara yang dipisahkan.
• Pengurusan dan pengelolaan keuangan diatur sendiri.
• BI dapat melakukan investasi.
• Surplus BI (sebagian) diserahkan kepada pemerintah.
• Terhadap surplus BI dikenakan pajak.
• Risiko atas berkurangnya modal BI menjadi risiko APBN.

Status hukum keuangan negara berubah menjadi KEUANGAN BI


21
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
SEKTOR KEUANGAN:
- Penyokong utama kegiatan perekonomian
- Transmisi kebijakan moneter

KESTABILAN
NOT TAKEN FOR GRANTED, BUT
TAKEN WITH EFFORT

TUGAS NEGARA
KEUANGAN LPS SELISIH LEBIH
PAJAK PRP
PMS BANK
SURPLUS YANG
DISEHATKAN
INVESTASI
NEGARA SURAT
LPS
BADAN HUKUM BERHARGA PEM
BADAN & BI
PUBLIK
HUKUM PENDAPATAN
LPS
KEUANGAN
NEGARA PREMI
KEKAYAAN LPS PENJAMINAN
PREMI
PEMISAHAN
dlm bentuk PREMI PRP
MODAL
SELISIH LEBIH
DEFISIT MODAL BANK
PERANTARA

24
Status hukum keuangan negara berubah menjadi KEUANGAN LPS
LPS
RISIKO
- RISIKO PENJAMINAN
- RISIKO PENJUALAN BANK (BANK PERANTARA)
- RISIKO PROGRAM RESTRUKTURISASI PERBANKAN

DAMPAK
a. POSISI KEUANGAN
b. REPUTASI & KREDIBILITAS
c. KEPERCAYAAN MASYARAKAT
KONSEP YURIDIS HUBUNGAN NEGARA dengan LPS
• LPS adalah badan hukum.
• Modal LPS berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pendapatan LPS berasal dari:
premi industri perbankan* dan hasil investasi.
selisih lebih Badan Perantara, dan selisih lebih Program Restrukturisasi Perbankan.
* Premi industri perbankan terdiri dari premi penjaminan dan premi program
restrukturisasi perbankan.
• Pengurusan dan pengelolaan keuangan diatur sendiri. Tata kelola terbagi dua yaitu
untuk kekayaan LPS dan kekayaan program restrukturisasi perbankan.
• Apabila LPS mengalami kesulitan likuiditas dapat meminjam dari Pemerintah
• Surplus diserahkan kepada Negara apabila telah melebihi 2,5% simpanan layak bayar
• Terhadap surplus dikenakan pajak.
• Risiko atas berkurangnya modal LPS menjadi risiko APBN.

26
KEKURANGAN MODAL BI/LPS SEBAGAI RISIKO
FISKAL
KONDISI FISKAL (APBN) BI/LPS
1. Beban APBN untuk pelayanan publik BI adalah badan hukum.
(kesejahteraan rakyat) dan kewajiban Selaku badan hukum memiliki
lainnya (pembayaran utang) semakin kewenangan untuk melakukan
meningkat. pengelolaan keuangan sendiri dan
2. Risiko fiskal dari tahun ke tahun semakin bertanggung jawab atas pengelolaan
meluas (banyak macamnya). Diantaranya keuangan tersebut.
risiko fiskal atas sektor keuangan, yaitu
Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin
Simpanan.
3. Defisit semakin meningkat.
4. APBN sudah beralih peran dari stimulus
perekonomian (pertumbuhan ekonomi)
dan pemerataan (keadilan) menjadi
penjaga kesinambungan (sustainability).
TUJUAN BERNEGARA REPUBLIK INDONESIA

KESEJAHTERAAN YANG BERKEADILAN SOSIAL

TUGAS & TANGGUNG JAWAB


HAK MASYARAKAT
NEGARA

PELAYANAN DASAR (BASIC SERVICES) KEBUTUHAN DASAR (BASIC NEED)

PENDIDIKAN, KESEHATAN, AKSES KEMAMPUAN BERTAHAN HIDUP:


UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SANDANG, PANGAN, PAPAN
KEMAMPUAN BERTAHAN HIDUP

APBN

KEBERLANJUTAN FISKAL (FISCAL SUSTAINABILITY)


TANGGUNG JAWAB ATAS KEUANGAN/KEKAYAAN BERDASARKAN DOKTRIN

BADAN HUKUM PUBLIK


MELAKSANAKAN
TUGAS PUBLIK

Memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan keuangan/kekayaan sesuai


aturan yang ditetapkannya

BERKURANGNYA
KEKAYAAN

SEBAB
SEBAB INTERNAL
EKSTERNAL
BADAN HUKUM
BADAN HUKUM

PEJABAT JABATAN

BADAN HUKUM NEGARA SELAKU OTORITAS


SELAKU SUBYEK KEKUASAAN PUBLIK TERTINGGI
HUKUM (SUBYEK HUKUM PEMBENTUK)
TANGGUNG JAWAB BERDASARKAN PEMAKNAAN HUKUM
MANFAAT

BADAN HUKUM PUBLIK

MELAKSANAKAN TUGAS PUBLIK

KEBERLANGSUNGAN BADAN HUKUM


(KEBERLANGSUNGAN PENYELENGGARAAN FUNGSI PELAYANAN PUBLIK)

SISTEM NILAI SISTEM PERILAKU SISTEM NORMA


(EKONOMI) (POLITIK) (HUKUM POSITIF)
KEPENTINGAN KEUANGAN KEPENTINGAN BANGSA
KEPENTINGAN RAKYAT
BI/LPS & NEGARA (RAKYAT) & NEGARA

PEMBATASAN TANGGUNG JAWAB

LIABILITAS SOLVABILITAS

BADAN HUKUM NEGARA SELAKU OTORITAS


SELAKU SUBYEK KEKUASAAN PUBLIK TERTINGGI
HUKUM (SUBYEK HUKUM PEMBENTUK)
Tindakan Hukum dalam Keuangan
Publik

MENGUBAH STATUS HUKUM KEUANGAN


PEMISAHAN PENGELOLAAN & TANGGUNG JAWAB TERSENDIRI

RISIKO TERSENDIRI
TEORI TRANSFORMASI
(Arifin P. Soeria Atmadja)

•Teori transformasi beralaskan pada teori badan hukum.


•status hukum keuangan berubah (transform) akibat tindakan
hukum penyerahan dan pemisahan atas keuangan negara
dari satu satu subyek hukum ke subyek hukum lainnya.
•tranformasi status hukum keuangan menyebabkan
terjadinya perubahan hak dan kewajiban dalam penguasaan
dan pemilikan uang dalam suatu badan hukum.
•Pengelolaan, tanggung jawab dan risiko berada pada subyek
hukum penerima.
TANGGUNG JAWAB NEGARA

TANGGUNG JAWAB
TINDAKAN HUKUM SEBAGAI BADAN
PUBLIK HUKUM PUBLIK
(sebagai BIAYA)

NEGARA

TANGGUNG JAWAB
TINDAKAN HUKUM SEBAGAI BADAN
PERDATA HUKUM PERDATA
(sebagai RISIKO)
penetapan kewajiban pemerintah untuk mencukupi kekurangan modal BI/LPS
sebagai risiko fiskal

STATUS HUKUM KEUANGAN TATA HUBUNGAN ORGANISASI


(khusus) (umum)

PERSPEKTIF HUKUM

KEWAJIBAN BERJENJANG

(1) BI sebagai badan hukum bertanggung jawab penuh untuk


melakukan upaya maksimal dalam memenuhi kekurangan
modalnya;
(2) apabila BI tetap tidak dapat menanggulanginya, maka Negara
sebagai pendiri BI menanggulanginya sebagai risiko fiskal.
MEKANISME PEMENUHAN KEKURANGAN MODAL BI/LPS OLEH PEMERINTAH

Mengajukan RUU APBN (pos pembiayaan)


permohonan (SURAT UTANG NEGARA)
untuk mencukupi PEMENUHAN KEKURANGAN
MODAL BI/LPS
selisih modal

BI/LPS PEMERINTAH DPR


Menguji penyebab Menguji
kekurangan modal kemanfaatan

TIDAK
TIDAK DISETUJUI
DISETUJUI DISETUJUI
DISETUJUI

Adanya kekurangan modal


dibuktikan melalui laporan UU APBN
tahunan BI/LPS yang
sudah diaudit BPK
KEWAJIBAN BERJENJANG
IMPLIKASI YURIDIS
(a) dana yang dikeluarkan pemerintah terminimalisir karena upaya
penanggulangan kekurangan modal telah lebih dahulu diupayakan secara
maksimal oleh BI;
(b) dapat dipastikan bahwa tekanan fiskal yang diakibatkan oleh terjadinya risiko
fiskal penutupan kekurangan modal BI dapat diminimalisir; sehingga
(c) keberlanjutan fiskal tetap terjaga;
(d) pelayanan dasar rakyat tetap dapat dipenuhi oleh negara;
(e) kestabilan moneter dan sektor keuangan tetap terjaga;
(f) perekonomian tetap terkendali;
(g) dampak negatif terhadap sektor riil dapat diminimalisir; dan
(h) rakyat dapat melakukan kegiatan dalam kehidupannya dengan tenang.

PENETAPAN RISIKO FISKAL ATAS KEKURANGAN MODAL BI/LPS SECARA


YURIDIS HARUS DIMAKNAI:
(1) sebagai perwujudan peran dan kewajiban Negara dalam menjaga kestabilan moneter dan
sektor keuangan melalui penjagaan keberlangsungan kelembagaan BI; dan

(2) sebagai perwujudan peran dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan dan
meningkatkan nilai kemanfaatan bagi rakyat.
Otoritas Jasa Keuangan

38
KEUANGAN OJK
KELEBIHAN PUNGUTAN

OJK
NEGARA
LEMBAGA PEM
BADAN HUKUM PUNGUTAN dari
INDEPENDEN
PUBLIK PELAKU JASA
KEUANGAN
KEUANGAN
KEUANGAN NEGARA
NEGARA

DANA AWAL YANG


DITEMPATKAN DARI APBN

STATUS HUKUM KEUANGAN OJK ???


39
KONSEP YURIDIS HUBUNGAN KEUANGAN
NEGARA dengan KEUANGAN OJK

• Sumber dana dari APBN (aset negara yang dipisahkan) dan iuran
peserta.
• Pengurusan dan pengelolaan keuangan diatur sendiri.
• Risiko atas berkurangnya modal OJK menjadi risiko APBN.
• Dalam UU OJK tidak disebutkan bahwa OJK merupakan badan
hukum. Sekretariat Negara menyatakan bahwa OJK adalah lembaga
negara.
• Kelebihan pungutan disetorkan ke kas negara.
• Status hukum keuangan OJK ???
40
ASPEK OJK
Status badan Lembaga independen, berada di luar pemerintah –
bukan badan hukum
Rencana kerja dan anggaran Ditetapkan sendiri dengan mekanisme sendiri - terpisah
dari APBN
Status kekayaan yang berasal Kekayaan negara yang ditempatkan (OJK)
dari APBN
Sistem pengelolaan keuangan ∙ Standar yang wajar pada sektor jasa keuangan
∙ dikecualikan dari sistem pengelolaan APBN
Asas pengelolaan keuangan ∙ Menggunakan langsung penerimaannya untuk
kepentingan badan
∙ Selisih lebih disetorkan ke kas negara (APBN)
Audit laporan keuangan BPK atau kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh BPK
Akuntabilitas laporan DPR
keuangan
41
UU No. 4 Tahun 2023 tentang
Pengembangan & Penguatan Sektor Keuangan (P2SK)
No Undang-Undang No Undang-Undang
1 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana 9 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Siwstem Jaminan
diubah terakhir dengan Perpu No. 2 Tahun 2022 Sosial Nasional sebagaimana diubah terakhir dengan
tentang Cipta Kerja Perpu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
2 UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. 10 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
sebagaimana diubah terakhir dengan Perpu No. 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
3 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian 11 UU No. 2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan
sebagaimana diubah terakhir dengan Perpu No. 2 Ekspor Indonesia
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
4 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 12 UU No. 7 Tahun 2011 tentang OJK
5 UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka 13 UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Komoditi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Mikro
Tahun 2011
6 UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI sebagaimana dibah 14 UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009
7 UU No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara 15 UU No. 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan
8 UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS sebagaimana 16 UU No. 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan
diubah terakhir dengan UU No. 7 Tahun 2009 Penanganan Krisis Sistem Keuangan
TERIMA KASIH
TEORI RISIKO FISKAL &
PENERAPANNYA DALAM APBN

YULI INDRAWATI
NEGARA ADALAH OTORITAS
PUBLIK TERTINGGI

TUGAS NEGARA APBN

APBN yang
MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN UMUM &
SEHAT
PELAYANAN PUBLIK APBN
keberlanjutan/
kesinambungan
TUJUAN BERNEGARA
TUJUAN BERNEGARA REPUBLIK INDONESIA

KESEJAHTERAAN YANG BERKEADILAN SOSIAL

TUGAS & KEWAJIBAN


HAK MASYARAKAT
NEGARA
PELAYANAN DASAR KEBUTUHAN DASAR
(BASIC SERVICES) (BASIC NEED)
Pendidikan, Kesehatan, Akses KEMAMPUAN BERTAHAN
untuk Meningkatkan Kualitas HIDUP:
Kemampuan Bertahan Hidup SANDANG, PANGAN, PAPAN

APBN
KEBERLANJUTAN FISKAL (FISCAL SUSTAINABILITY)
KEBERLANJUTAN/KESINAMBUNGAN FISKAL
(fiscal sustainability)
Kemampuan pemerintah dalam mempertahankan
keuangan negara pada posisi kredibel serta dapat
memberikan layanan kepada masyarakat dalam jangka
panjang.

Mempengaruhi ruang kebijakan fiskal

perlu memperhatikan:
• faktor kebijakan belanja dan pendapatan,
• memperhitungkan biaya pembayaran utang,
• faktor sosial ekonomi
INDIKATOR KESINAMBUNGAN FISKAL

• Keseimbangan primer
• Rasio pajak
• Defisit APBN
• Rasio utang terhadap PDB
PENYEBAB MENURUNNYA
KEBERLANJUTAN FISKAL

• Menurunnya penerimaan
• Menurunnya pertumbuhan ekonomi
• Peningkatan belanja
• Peningkatan RISIKO FISKAL

Peningkatan UTANG
UPAYA MENINGKATKAN
KESINAMBUNGAN FISKAL
• Meningkatkan penerimaan:
– Meningkatkan produktivitas melalui peningkatan
stimulus perekonomian
– Efektivitas pemberian insentif pajak
– HINDARI peningkatan beban masyarakat (misalnya
peningkatan tarif pajak ataupun perluasan obyek
pajak)
• Meningkatkan belanja:
– Menentukan prioritas
– pembatasan RISIKO FISKAL
RISIKO FISKAL
Macam Risiko Fiskal
Liabilities Direct Contingent
Explicit Direct Contingent
Explicit Explicit
Liabilities Liabilities
Implicit Direct Contingent
Implicit Implicit
Liabilities Liabilities
Risiko fiskal mulai tercantum dalam
APBN 2008
Sebagai wujud transparansi anggaran dan
antisipasi dalam menjaga kesinambungan
anggaran
TUJUAN PENETAPAN RISIKO FISKAL
menutup keragu-raguan pemerintah atas kemungkinan
terjadinya hambatan, gangguan, dan kegagalan dalam
pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pelayanan
publik yang menjadi bagian dari tugasnya.

- mendorong efisiensi anggaran negara


- memperkuat kredibilitas pemerintah

“MENJAMIN KESINAMBUNGAN ANGGARAN”


Menurut Stiglitz, “layaknya pasar, pemerintah
memiliki ketaksempurnaan yang bisa
mengarah ke “kegagalan pemerintah”. Dan ini
bisa sama berbahayanya dengan “kegagalan
pasar”. Maka, pemerintah dan pasar harus
bekerja dan saling melengkapi untuk
mengatasi kelemahan masing-masing dan
membangun kekuatan masing-masing.”

-PEMBATASAN RISIKO FISKAL


-DISTRIBUSI RISIKO
HAKIKAT PENETAPAN RISIKO FISKAL

• merupakan pengakuan akan beban tanggung


HUKUM jawab negara

• merupakan instrumen pengendali anggaran dalam


rangka keberlanjutan anggaran negara yang
EKONOMI menuntut adanya pengelolaan atas risiko fiskal,
pendayagunaan penerimaan dan efisiensi-efektivitas
belanja, penyediaan dana cadangan

• merupakan kehendak (kesepakatan/komitmen)


POLITIK bersama antara pemerintah dan DPR
Penetapan risiko fiskal harus didasarkan
pada

• Legitimitas
• Legalitas
• Yuridikitas
PERKEMBANGAN RISIKO FISKAL DALAM
APBN 2008-2012
RISIKO APBN 2008
1. Perubahan asumsi makro karena yang digunakan untuk
menyusun APBN 2008 hanya sampai kuartal pertama 2007.
2. kenaikan belanja pemerintah, terutama karena ada potensi
bencana alam yang muncul atau pemekaran daerah, dan
ketidakmampuan daerah membelajakan anggaran secara baik.
3. skema dukungan pemerintah terhadap pelaksanaan proyek
infrastuktur, baik penjaminan proyek (10 proyek infrastruktur
di sektor pekerjaan umum, perhubungan dan pertanian)
maupun pendanaan proyek (proyek vital infrastruktur di sektor
perhubungan), penambahan modal BUMN (karena kinerja
yang kurang baik).
4. risiko utang, yang meliputi pembayaran bunga dan pokok
utang, serta risiko nilai tukar.
RISIKO APBN 2009
1. Minyak, meliputi risiko harga minyak mentah dan
risiko lifting (konsumsi) dicadangkan Rp 6 triliun,
2. risiko asumsi makro Rp 2 triliun,
3. risiko tanah (land capping) Rp 2 triliun,
4. risiko pajak Rp 2 triliun
5. kepastian DMO batubara 30% sebesar Rp 5,29
triliun.

Pemerintah menetapkan cadangan risiko fiskal sebesar


Rp 17,29 triliun dalam RAPBN 2009 (7,3 triliun dari
dana cadangan risiko fiskal ini didapatkan dari hasil
optimalisasi pendapatan dan penghematan belanja
pada RAPBN 2009 ).
RISIKO FISKAL APBN 2010 - 2011
1. ekonomi makro sebagai dampak dari gejolak krisis global:
- penerimaan perpajakan,
- antisipasi perubahan nilai tukar secara terus menerus
- harga minyak dan harga-harga komoditas strategis masih penuh ketidakpastian
2. proyek pembangunan infrastruktur:
- risiko tanah atas jalan tol trans Jawa
- jalan tol Jakarta Outer Ring Road II (JORR II)
- peningkatan pelayanan air minum sepuluh juta sambungan rumah
- realisasi atas penjaminan pembangunan pembangkit tenaga listrik 10 ribu MW tahap I &
II
3. risiko Bank Indonesia (menutup modal Bank Indonesia apabila rasio modal terhadap
kewajiban moneter Bank Indonesia kurang dari 3 persen kewajiban moneter).
4. Penambahan modal Lembaga Penjamin Simpanan (karena terjadi risiko perbankan yang
memakan modal).
5. Penambahan modal Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)
6. Risiko BUMN (Perubahan kondisi ekonomi makro dan operasional telah memberikan
risiko atas PSO dan PMN beberapa BUMN).
7. Program Pensiun dan tunjangan hari tua (THT) pegawai negeri sipil (PNS).
8. tuntutan hukum kepada pemerintah (masalah perdata terkait lelang, pengenaan bea
masuk, aset tanah dan atau bangunan, uji materi peraturan di bawah undang-undang).
9. keanggotaan pada organisasi dan lembaga keuangan internasional.
10.desentralisasi fiskal (termasuk risiko terhadap bencana alam).
Mandatory spending
Adalah pengeluaran wajib yang diperintahkan UU

Beberapa ketentuan peraturan perundangan terkait mandatory spending, diantaranya adalah:


1. kewajiban penyediaan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN/APBD sesuai amanat
Amendemen ke empat UUD 1945 Pasal 31 Ayat 4 tentang Penyediaan Anggaran Pendidikan dari
APBN/APBD;
2. kewajiban penyediaan Dana Alokasi Umum (DAU) minimal 26 persen dari penerimaan dalam
negeri neto, dan Dana Bagi Hasil (DBH) sesuai ketentuan UU No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
3. penyediaan alokasi anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari APBN sesuai dengan UU No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
4. penyediaan dana otonomi khusus sesuai dengan Undang-Undang Otonomi Khusus provinsi Aceh
dan Papua masing-masing sebesar 2 persen dari DAU Nasional.

Ketentuan peraturan perundangan yang akan diterbitkan diupayakan


menghindari terciptanya mandatory spending baru, dan lebih berpihak pada ruang gerak
pemerintah yang longgar dalam meningkatkan multiplier effect perekonomian, misalnya dalam
bidang infrastruktur
RISIKO FISKAL vs PERLUASAN
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP
KEUANGAN NEGARA
Risiko Fiskal menurut pasal 2 UU 17/2003
a. Risiko yang berkaitan dengan hak negara, yaitu kebijakan
insentif dan pengurangan pajak, gejolak kurs mata uang, dan
beban pinjaman pemerintah;
b. Risiko yang terkait dengan kewajiban negara, yaitu
pembentukan bdan atau komisi negara, pembentukan daerah
provinsi/kabupaten/kota baru, penambahan PNS dan
perbaikan/kenaikan gaji PNS, serta penguatan sektor
pertahanan keamanan sebagai akibat konflik militer, dan
tagihan pihak ketiga karena tuntutan hukum/sanksi tertentu
atau karena perjanjian;
c. Risiko yang berkaitan dengan menurunnya penerimaan
negara;
d. Risiko yang berkaitan dengan meningkatnya pengeluaran
negara;
e. Risiko yang berkaitan dengan penerimaan daerah yang
bersumber pada APBN, yaitu dana perimbangan;
f. Risiko yang terkait dengan meningkatnya pengeluaran daerah
yang menyebabkan kebergantungan daerah pada pusat;
g. Risiko karena berkurangnya kekayaan negara/daerah yang
dikelola sendiri karena tindakan hukum
pelepasan/pengahpusan serta risiko karena meningkatnya
kewajiban perusahaan negara/daerah yang menjadi beban
APBN dan meningkatnya kerugian pada kinerja perusahaan
negara/daerah yang mengurangi dividen pemerintah, pajak
yang diterima, dan konsesi lainnya, serta meningkatnya
keinginan perusahaan negara/daerah yang menginginkan
penambahan modal negara dan jaminan pemerintah dalam
pinjaman tertentu dalam pengelolaan perusahaan;
h. Risiko yang terjadi berkaitan dengan mismanajemen dalam
pengelolaan kekayaan pihak lain dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan kepentingan umum;
i. Risiko yang berkaitan dengan mismanajemen dan wanprestasi
merugikan keuangan negara yang diakibatkan tindakan pihak
lain yang menggunakan fasilitas pemerintah.
Pengaruh perluasan pengertian keuangan
negara terhadap pengertian risiko fiskal

Risiko fiskal dimaknai sebagai suatu perbuatan


yang menimbulkan kerugian pada keuangan
negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang telah ada dan segala
sesuatu yang menimbulkan kekurangan pada
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang.
PEMBATASAN PENETAPAN RISIKO FISKAL

meliputi:
(1) Tindakan dalam rangka pencapaian tujuan
bernegara,
(2) perbuatan publik negara,
(3) Merupakan tanggung jawab negara
PEMBUKAAN PASAL 23 AYAT (1)
UUD UUD

IMPERATIVE GOAL
(BUDGET OBLIGATORY GOVERNMENT)

PEMBATASAN APBN
PEMBATASAN RISIKO FISKAL

PENGGUNAAN APBN UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT YANG


BERKEADILAN SOSIAL:
- Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
- Pelayanan Umum
TANGGUNG
JAWAB NEGARA

RISIKO FISKAL
(APBN)

ASAS MANFAAT

• Menjaga kelancaran penyelenggaraan


pemerintahan
• Menjaga penyelenggaraan pelayanan publik
• Menjaga kemampuan fiskal untuk mencapai
tujuan negara
BENTUK ORG. TIND. HK NEG. STATUS HK KEU TC PENGEL & TTGJ RISIKO

DAERAH PENYERAHAN KEUANGAN DAERAH ATURAN KEU. DAERAH DAERAH


MEMBENTUK
BADAN HUKUM
PUBLIK BI KEUANGAN BI ATURAN KEU. BI BI

BUMN KEUANGAN BUMN ATURAN KEU. BUMN BUMN


N
PEMISAHAN
E BH KEUANGAN BH ATURAN KEU. BH BH
G MEMBENTUK
BADAN HUKUM YAYASAN KEUANGAN YAYASAN ATURAN KEU. YAYASAN YAYASAN
A PERDATA
R
KOPERASI KEUANGAN KOPERASI ATURAN KEU. KOPERASI KOPERASI
A

LEMBAGA
NEGARA
MEMBENTUK
ALAT LEMBAGA
PELIMPAHAN KEUANGAN NEGARA ATURAN KEU. NEGARA NEGARA
KELENGKAPAN EKSEKUTIF
NEGARA
LEMBAGA
JUDIKATIF

27
Tanggung jawab Negara BERDASARKAN TEORI TINDAKAN
HUKUM

TANGGUNG JAWAB
SEBAGAI BADAN SEBAGAI
TINDAKAN HUKUM HUKUM PUBLIK PENANGGUNGJAWAB
PUBLIK (TANGGUNG JAWAB AKHIR & PENUH
sebagai NEGARA
PENGUASA)

NEGARA

TANGGUNG JAWAB
SEBAGAI BADAN TANGGUNG JAWAB
TINDAKAN HUKUM
HUKUM PERDATA SEBESAR DANA
PERDATA
(sebagai RISIKO) YANG DISETORKAN

28
TERIMA KASIH
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN
KEUANGAN NEGARA DAN PERSOALAN
MENGENAI KERUGIAN NEGARA

Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.


Disampaikan oleh:
Henry D. Hutagaol, S.H., L.LM.

28 Maret 2023
Hal yang Dibahas

Pengertian Pemeriksaan
dan Pengawasan

Kelembagaan Pemeriksaan
dan Pengawasan Keuangan
PENGERTIAN PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN

PEMERIKSAAN PENGAWASAN
proses identifikasi masalah, proses kegiatan audit, reviu,
analisis, dan evaluasi yang evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
dilakukan secara independen, pengawasan lain terhadap
objektif, dan profesional penyelenggaraan tugas dan fungsi
berdasarkan standar pemeriksaan, organisasi dalam rangka
untuk menilai kebenaran, memberikan keyakinan yang
kecermatan, kredibilitas, dan memadai bahwa kegiatan telah
keandalan informasi mengenai dilaksanakan sesuai dengan tolok
pengelolaan dan tanggung jawab ukur yang telah ditetapkan secara
keuangan negara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik.
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Keuangan Pemeriksaan Kinerja Pemeriksaan dengan Tujuan
Tertentu
Pemeriksaan laporan Pemeriksaan pengelolaan Pemeriksaan laporan
keuangan keuangan negara keuangan tertentu, tematis,
menyangkut segi ekonomi, investigatif, dan evaluasi
efisiensi dan efektivitas hasil pengawasan intern
pemerintah
opini Temuan, simpulan, dan Simpulan
rekomendasi
Pemeriksaan investigatif
menghadsilkan simpulan ad
tkdaknya pemyimpagan
apaah penyimpagan
administrasi/korporasi atau
pidana
Jenis Pengawasan
Audit Reviu Evaluasi Pemantauan Kegiatan
Pengawasan
Lainnya
Identifikasi Penelahaan Rangkaian Proses Sosialisasi,
masalah, ulang bukti- kegiatan penilaian konsultasi, dan
analisis, dan bukti kegiatan membandingkan kemajuan pemaparan
evaluasi sesuai telah hasil sesuai program hasil
standar audit dilaksanakan standar, rencana, mencapai pengawasan
untuk menilai sesuai dengan dan norma yang tujuan
kebenaran, ketentuan, ditetapkan dan
kecermatan, standar, menentukan
kredibilitas, rencana, atau faktor
efektivitas, norma yang keberhasilan dan
efisiensi, dan ditetapkan kegagalan
keandalan
informasi
Pemeriksaan Publik dan Privat
Publik Privat
Badan Pemeriksa Keuangan Akuntan Publik ditetapkan RUPS
Akuntan Publik atas Izin Pengadilan
Pasal 23E ayat (1) UUD NRI 1945 UU Nomor 40 Tahun 2007
UU Nomor 15 Tahun 2004 Pasal 138 UU Nomor 40 Tahun 2007
UU Nomor 15 Tahun 2006
Pengawasan Publik dan Privat
Publik Privat
Badan Pengawasan Keuangan dan Satuan Pengawasan Intern
Pembangunan
Aparatur pengawasan intern pemerintah:
Inspektorat Jenderal
Inspektorat Provinsi
Inspektorat Kabupaten/kota
UU Nomor 1 Tahun 2004 AD dan ART perusahaan
PP Nomor 60 Tahun 2008
Hubungan hukum antara Pemeriksaan dan Pengawasan

❑Pemeriksaan pada umumnya dilakukan sebagai


bentuk post-audit atau pasca-pemeriksaan untuk
memeriksa hasil atau manfaat atas suatu
kegiatan atau proyek (program audit)
❑Pengawasan pada umumnya dilakukan sebagai
bentuk pre-audit atau pra-audit untuk
memeriksa proses atau kelengkapan dokumen
atas suatu kegiatan atau proyek. (voucher audit)
❑Pengawasan akan digunakan dalam
pemeriksaan untuk menilai proses sesuai dengan
manfaatnya dan tujuannya atau belum
Hubungan hukum antara Pemeriksaan dan Pengawasan
Publik dan Privat
❑Pemeriksaan dan pengawasan publik dan privat
tidak dapat disamakan karena ada perbedaan
atas:
1) Dasar wewenang;
2) Syarat, prosedur, dan standar;
3) Tindak lanjut atas pemeriksaan/pengawasan;
4) Peraturan perundang-undangan dan hukum
yang berlaku
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
Perbuatan Melawan Hukum Perbuatan Melawan Hukum Perbuatan Melawan Hukum
Perdata Administrasi Negara Pidana
Dilakukan para pihak dalam Dilakukan badan atau Dilakukan seseorang
suatu hubungan pejabat administrasi (barangsiapa) atau badan
keperdataan pemerintahan hukum (korporasi dll)
Melanggar kesepakatan Melanggar wewenang, Melanggar perbuatan yang
syarat prosedur, dan diancam pidananya
subtansi pelaksanaan
Peradilan Umum Peradilan Tata Usaha Negara Peradilan Umum
Perdata Pidana
Pasal 1365 KUHPerdata UU Nomor 30 Tahun 2014 KUHP
dan Perma Nomor 2 Tahun Ketentuan Pidana dalam
2019 Undang-undang
Peraturan Perundang-
undangan mengatur tugas
wewenang fungsi
pemerintahan
PERBUATAN MELANGGAR UNDANG-UNDANG
Melanggar Undang-undang dalam Hukum Administrasi Negara
a. Hak warga masyarakat dalam peraturan perundang-undangan dilanggar.
b. Kewajiban badan atau pejabat administrasi pemerintahan dalam peraturan perundang-
undangan dilanggar.
a. Pelanggaran atas kewenangan badan atau pejabat administrasi pemerintahan.
b. Syarat dan prosedur tidak terpenuhi.
c. Standar dan format dilanggar.
d. Subtansi atas pelaksanaan tidak sesuai
Tidak terbukti adanya suap, tipuan, atau paksaan/ancaman
PENYIMPANGAN DALAM
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Jenis Penyimpangan Bentuk Penyimpangan Akibat Hukum
Salah wewenang Melampaui wewenang TIDAK SAH
batas waktu, wewenang
batas wilayah, wewenang
Lembaga
Salah syarat prosedur Syarat tidak dipenuhi, tidak BATAL ATAU DAPAT
prosedural, dan tidak sesuai DIBATALKAN
dengan AUPB.
Salah subtansi pelaksanaan Tidak sesuai dengan alas BATAL ATAU DAPAT
fakta yang memadai dan DIBATALKAN
menyakinkan, tidak sesuai
tujuan, tidak sesuai
spesifikasi, tidak
bermanfaat, boros,
inefisiensi.
PENYIMPANGAN DALAM RANAH
HUKUM PIDANA
Jenis Penyalahgunaan Wewenang Bentuk Penyimpangan
Suap Menerima atau memberikan
Tipuan Memanipulasi atau bentuk lainnya untuk
memperoleh keuntungan tidak berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan hukum
Paksaan Mengancam dan melakukan kekerasan untuk
memperoleh keuntungan dan kepentingan tertentu
guna memperoleh keuntungan secara melawan
hukum
KERUGIAN NEGARA DAN KERUGIAN KEUANGAN
NEGARA
Kerugian Negara Kerugian Keuangan Negara
Kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang Tidak dijelaskan, hanya menjelaskan keuangan negara
nyata dan pasti sebagai akibat perbuatan melawan itu pun paragraph keempat Penjelasan Umum UU
hukum atau kelalaian Tipikor.
Penjelasan dalam UU hanya tafsir otentik, tidak dapat
dijadikan dasar hukum karena bukan norma, jadi
selama ini seseorang dipidana bukan karena norma
hukum tetapi tafsir pembentuk undang-undang.
Pasal 1 angka 22 UU Nomor 1 Tahun 2004 Penjelasan Umum Paragraf keempat UU Tipikor
Kerugian Negara yang nyata artinya berkurangnya uang, surat Tidak ada penjelasan UU ini mengenai maksud kerugian
berharga, dan barang nyata milik negara, dibuktikan dengan keuangan negara, kondisi rugi itu apakah selisih atas
bukti uang rekening/kas/pembukuan aliran milik negara, bukanhak atau berkurang hak, dan mengapa rugi tetapi pajak
milik badan hukum lain, bukti surat berharga ditatusahakan
milik negara, bukan orang lain, dan barang milik negara
tetap diakui dan dibayarkan, dianggap sah, padahal
dibuktikan dengan pencatatan kepemilikan atas nama pajak adalah pembayaran atas penerimaan yang sah.
Negara/Pemerintah/Kementerian/Lembaga. Tidak mungkin pajak dibebankan kepada pengusaha
narkotika atau pengusaha rumah bordil karena di
Kerugian Negara yang pasti artinya berkurangnya uang, surat Indonesia termasuk kegiatan usaha yang melanggar
berharga, dan barang pasti jumlahnya, dapat dihitung dari hukum dan kesusilaan.
bukti kepemilikan, bukan dari asumsi, potensi, prediksi, atau
imajinasi, menyakinkan secara memadai reasonable assurance
KERUGIAN NEGARA DALAM POLITIK HUKUM
UU NOMOR 30 TAHUN 2014
Kerugian Negara secara Administratif Kerugian Keuangan Negara Secara Pidana
Terjadi karena salah kira (dwaling): Terjadi karena:
1. salah penggunaan wewenang; 1. suap;
2. salah syarat dan prosedur; 2. tipuan;
3. salah subtansi pelaksanaan; 3. paksaan/ancaman.
Tidak menerima sesuatu secara melawan Menerima sesuatu secara melawan hukum dan
hukum dan tidak menerima aliran penerimaan penghasilan yang tidak sah
uang yang tidak sah
Tidak ada kepentingan pribadi, inisiatif pribadi, Ada kepentingan memiliki, menguasai,
pengharapan atau janji di luar kedinasan untuk memperoleh sesuatu di luar hubungan
memeroleh sesuatu tanpa dasar dokumen yang kedinasan, atas inisiatif sendiri, memeroleh
sah sesuatu tanpa dokumen yang sah.
Pengembalian kerugian negara ditetapkan 10 Pengembalian kerugian negara tidak
hari kerja, oleh pejabat atau badan yang menghapus ancaman pidananya, sesuai
berwenang dan dapat dikenakan sanksi peraturan perundang-undangan ASN, jika
administrasi yang tersedia pegawai negeri diberhentikan dengan tidak
hormat tanpa pensiun dll, hak politik dicabut.
PENYALAHGUNAAN WEWENANG
Penyalahgunaan Wewenang dalam Hukum Penyalahgunaan Wewenang dalam Hukum
Administrasi Pidana
Wewenang digunakan dengan melampaui Wewenang digunakan untuk memperoleh
Batasan waktu, wilayah, bertentangan dengan keuntungan pribadi tanpa alas hukum yang sah,
peraturan perundang-undangan dan peraturan dibuktikan dengan adanya aliran sesuatu yang
administrasi, melampaui bidang tugas, dapat dinilai dengan uang berdasarkan
bertentangan dengan tujuan wewenang, tanpa pemeriksaan investigatif
ada kewenangan, dan bertentangan dengan
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap
Sanksi administrasi Sanksi pidana
APIP yang memberikan laporan untuk BPK yang memberikan pemeriksaan investigatif
rekomendasi tanpa kesalahan, ada kesalahan
tidak ada kerugian negara, ada kesalahan dan
ada kerugian negara
KERUGIAN NEGARA DAN RISIKO NEGARA
Kerugian Negara Risiko Negara
Kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang Kerugian yang disebabkan situasi dan kondisi
nyata dan pasti sebagai akibat perbuatan melawan tertentu di luar kepentingan dan kesalahan
hukum atau kelalaian para pihak, yang kemudian dimitigasi atau
dapat dipulihkan melalui mekanisme yang sah
dan akuntabel.
Kemungkinan akibat perbuatan melawan Kemungkinan akibat keterjadian memengaruhi
hukum administrasi negara atau pidana keuangan atau keuntungan, keadaan tertentu
yang bukan karena kesalahan salah satu pihak
atau kedua pihak terkait, tetapi telah diproses
upaya mitigasinya secara berkelanjutan.
Audit Investigatif Audit kinerja
Sanksi Administrasi Pemulihan dan Pembinaan
Sanksi Pidana
EFEK JERA DALAM MEMULIHKAN KERUGIAN NEGARA
• Kerugian negara, atau apa yang disebut sebagai kerugian keuangan negara, tujuan
utama adalah mengembalikan uang negara agar dapat dipergunakan untuk mencapai
tujuan bernegara.
• Kerugian negara dalam hal tujuannya untuk memulihkan keuangan negara, sepanjang
tidak ada unsur suap, tipuan, paksaan, utama dan terutama menggunakan mekanisme
pengembalian keuangan negara dengan cara ADMINISTRASI NEGARA, yang atas kondisi
demikian negara meminta denda/atau bunganya.
• Sifat hukum administrasi negara adalah PARATE EXECUTIE, tanpa ada perlu putusan
pengadilan. Harus bayar dahulu, kalau keberatan juga silakan bayar dulu, baru gugat di
PTUN.
• Dalam hukum keuangan publik, efek jera ditujukan pada pribadi orang yang memang
beritikad buruk, serakah, dan tanpa dasar menerima sesuatu. Konsep efek jera dalam
hukum keuangan harus berbanding lurus dengan kemampuan dan kemanfataan bagi
keuangan negara, jika efek jera merupakan pidana penjara di mana APBN harus
menanggung biaya bagi hakim, jaksa, polisi, KPK, LP, Gedung-Gedung, sarana
prasarana, pemeliharaannya, gaji, renumerasi, pensiun, dll penghasilan, efek jera malah
membuat beban berat negara dua kali, yaitu membesarnya alokasi anggaran sarana
prasarana sdm dll , sehingga ruang fiskal bagi kepentingan umum berkurang dan
kerugian negara yang nyata dan pasti akibat perbuatan pelaku pidana.
MENYOAL PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA
• Beberapa putusan pengadilan cenderung menjatuhkan pidana
dengan mengembalikan kerugian negara, yang jika tidak
dilakukan diganti dengan tambahan pidana penjara lagi.
• Padahal kepentingan negara dalam keuangan adalah uang
Kembali, agar dapat digunakan bagi kepentingan umum.
• Cost and benefit dalam putusan pidana pengembalian kerugian
negara harus diteliti dan mungkin dapat ditulis sebagai indicator
agar penegakan hukum berjalan efisien, khususnya agar APBN
tidak sampai 45% habis untuk kegiatan ini, padahal ada ruang
fiskal yang dapat digunakan untuk Pendidikan dasar menengah
dan kejuruan, jaminan sosial, puskesmas, infrastruktur dasar
seperti air dan jamban, pangan dasar, dan pengurangan utang
luar negeri.
MENYOAL MAKNA KERUGIAN PEREKONOMIAN NEGARA
❑ UU TIPIKOR MENGATUR KEMUNGKINAN PEMIDANAAN AKIBAT
“MERUGIKAN PEREKONOMIAN NEGARA,” TETAPI TIDAK JELAS
STANDAR, KRITERIA, DAN SISTEM PENILAIANNYA.
❑MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA SECARA TEORETIS ADALAH
TERGANGGUNYA SISTEM EKONOMI, SEHINGGA INSTRUMEN
EKONOMI TIDAK BERJALAN, SEHINGGA HARUS ADA
KETERGANGGUAN YANG DIBUKTIKAN TIDAK BERJALANNYA
SISTEM EKONOMI YANG DIJALANKAN PEMERINTAH, BUKTINYA
DARI PEMERINTAH.
❑JIKA PEMERINTAH MASIH MERASA TERGANGGU, APALAGI MASIH
MENERIMA PENDAPATAN DARI BEKERJANYA EKONOMI, ARTINYA
TIDAK ADA PEREKONOMIAN NEGARA YANG DIRUGIKAN.
TERIMAKASIH

diansimatupang21@gmail.com
• Terimakasih
STATUS HUKUM
BUMN & AP BUMN
Oleh:

Henry D. Hutagaol, S.H., LL.M.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, Maret 2023

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 1


Beberapa Isu Terkait BUMN
Isu Hukum
Dan Dampak Hukum Ekonomi (Law and Economics analysis)

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 2


1. Status “Badan Hukum” Dari BUMN
• Tujuan pembentukan suatu badan hukum adalah melakukan
pemisahan kekayaan dan pemisahan tanggungjawab.
• Tindakan hukum tersebut disetujui negara (via pengukuhan SK
Menteri Hukum dan HAM)
• Jika memang negara tidak bermaksud melakukan tindakan hukum
(pemisahan kekayaan dan tanggungjawab), Maka seharusnya negara
tidak membentuk Badan Hukum, sehingga tindakan hukum (perikatan
dan tindakan hukum lain) dilaksanakan langsung oleh negara dengan
menggunakan nama negara (tidak menggunakan nama badan
hukum).

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 3


2. Status “kekayaan Negara yang dipisahkan”
pada BUMN terkait dengan Kekayaan Negara
• Dalam konsep ideal, kekayaan negara yang telah dipisahkan melalui
proses (“Belanda: “inbreng”). Dalam konsep inbreng, Pendiri
(kemudian menjadi “pemegang saham” memasukkan uang atau
aktiva (tanah, properti dll) ke dalam PT. Dengan demikian akan
diterbitkan saham sebesar inbreng (kontribusi) tersebut.
• Dengan demikian yang menjadi kekayaan Pemegang saham adalah
“Saham”. Sementara inbreng yang telah diserahkan kepada PT akan
menjadi kekayaan PT.

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 4


1: STATUS HUKUM: Badan Hukum (PT) i

PS 1: BUDI (total KAS 300 M)


PS 2: BAMBANG (total KAS 200 M)
Rencana akan memiliki 70% saham Direncanakan akan memiliki 30% saham SI
SI

PT. Sawit Indonesia (PT SI)


Modal 100 M
Usaha: Kebun Sawit
Direktur: Joni

5
1: STATUS HUKUM: Badan Hukum (PT) ii

PS 1: BUDI ( sebelumnya punya KAS 300 M) PS 2: BAMBANG (sebelumnya punya KAS


Setor 70 M untuk 70% saham PT SI total 200 M)
SEKARANG: Setor 30 M untuk 30% saham PT SI
KAS 230 M + SURAT BERHARGA (70% Saham SI) SEKARANG 170 M + 30% saham SI

SAH

m
ha
AM
PT. Sawit Indonesia

Sa
(PT SI)
ASET: 100 M
Usaha: Kebun Sawit
Direktur: Joni

6
1: STATUS HUKUM: Badan Hukum (PT) iii

PS 2: BAMBANG (sebelumnya punya aset

PS 1: NKRI total 200 M)


Setor 30 M untuk 30% saham PT SI
Sekarang 170 M + 30% saham SI

PT. Sawit Indonesia


(PT SI)
Modal 100 M
Usaha: Kebun Sawit
Direktur: Joni

7
3. Mendirikan BUMN (perusahaan)
MEMBEBANI Anggaran Negara
• Konstitusi kita tidak pernah menugaskan negara untuk mendirikan korporasi, tapi mensejahterakan
rakyat, melindungi dll.
• Pendirian BUMN/D akan membebani anggaran Pemerintah;
• Negara atau daerah akan menyisihkan dana untuk pendirian perusahaan tersebut (modal dasar).

KONSEKUENSI
pertama, PENGURANGAN anggaran untuk belanja publik lain.
kedua, MENAIKKAN pajak.
Ketiga, Hutang
*Ketiganya akan membebani anggaran publik.

perlu dikaji secara serius, jenis, area operasi dari BUMN dan BUMD, jumlah anggaran yang akan disisihkan
(dalam hal menyusun PP Pemisahan kekayaan untuk modal BUMN), area operasi dari BUMN dan
parameter penilaian dari BUMN tersebut.

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 8


4. BUMN tidak dapat memiliki
“Kewenangan Publik” dari Pemerintah
Pemerintah – BH Publik – Kewenangan;
Mendapatkan KEWENANGAN dari Atribusi, delegasi

Swasta – BH Privat – Hak & Kewajiban.


HAK & KEWAJIBAN timbul dari Kontrak (kebebasan Berkontrak)

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 9


BH Swasta Mendapatkan KEWENANGAN
Publik?
potensi merugikan bagi masyarakat dan juga negara.
Dalam hal swasta melakukan perjanjian dengan BUMN dan BUMN wanprestasi maka
harus dapat digugat dan dapat dipailitkan.

Jika swasta tidak dapat melakukan gugatan wanprestasi dan kepailitan terhadap BUMN,
maka terdapat potensi hak individu atau badan hukum swasta yang hilang atau dirugikan
oleh BUMN.
fungsi dari negara itu sendiri, apakah negara didirikan untuk melindungi hak masyarakat
atau negara didirikan malah mengurangi hak masyarakat.

Lihat
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200907105117-17-184822/pak-erick-thohir-t
olong-karyawan-bumn-ini-tak-digaji-7-bulan
PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero)/Inti disebutkan tak lagi membayarkan gaji
karyawan sejak Februari 2020 lalu.
Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 10
5. Batasan Monopoli dari BUMN (sejauh
mana BUMN dapat melakukan Monopoli)
Monopoli seyogianya dimiliki oleh:
Negara dan BUMN PERUM (seminimal mungkin)
Monopoli harus dikendalikan dan dibatasi dengan asas-asas transparansi,
dapat diaudit dan dilakukan berdasarkan UU dan peraturan turunannya
(supaya pejabat tidak membuat aturan tambahan untuk mempersulit).

Sementara BUMN PERSERO dan SWASTA tidak dapat memiliki Monopoli.


BUMN Persero dan Swasta harus berkompetisi mendapatkan keuntungan
dengan prinsip kepatuhan hukum.
Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 11
6. Area dan detail operasi dari BUMN
Pendirian BUMN (PERUM dan PERSERO) merupakan beban anggaran;
Harus ada kepastian AREA OPERASI dan DETAIL OPERASI dari PERUM
dan PERSERO.

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 12


Misalnya, negara memisahkan 1 triliun untuk mendirikan BUMN yang bergerak di
sektor perumahan (area). Jika hanya ada AREA OPERASI, maka
BUMN tersebut membangun rumah mewah dengan nilai pembangunan 4 miliar
untuk 1 rumah, maka BUMN tersebut hanya dapat membangun 250 rumah mewah
untuk 250 KK;

Namun jika negara melakukan pembatasan “area dan detail” perumahan,


misalnya, membuat regulasi:

“BUMN hanya dapat membangun rumah dengan luas maksimal 150 meter tanah
per rumah, dengan nilai maksimal modal pembangunan 400 juta rupiah per
rumah”.

maka BUMN dapat mendirikan 2500 rumah untuk 2500 KK;


*“jumlah konsumen” rumah dengan luas 150 meter (harga 400 juta), tentu akan
lebih banyak daripada jumlah konsumen rumah dengan nilai 4 miliar.
Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 13
7. Pembagian BUMN menjadi PERSERO dan
PERUM dengan Penilaian Kinerja yang berbeda
terhadap keduanya.
Pada pasal 15 RUU BUMN dinyatakan tujuan pendirian PERSERO adalah

Pasal 15
Tujuan pendirian Persero adalah:
a. menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu dan berdaya saing tinggi;
b. memperoleh keuntungan; dan
c. memaksimalkan nilai tambah Persero.

pada bagian penjelasan, dinyatakan:

Huruf c
Tujuan memaksimalkan nilai tambah Persero antara lain mencakup memaksimalkan laba, memberikan
kemanfaatan bagi negara, pemegang saham, dan masyarakat, serta menerapkan prinsip tata kelola perusahaan
yang baik.

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 14


Tujuan dari PERUM juga belum dinyatakan secara tegas, pada pasal 44 RUU dinyatakan:
Pasal 44

Tujuan pendirian Perum adalah:


a. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan hajat hidup orang banyak atau untuk kebutuhan strategis; dan
b. memperoleh keuntungan bagi kepentingan negara dan masyarakat.

Dan Pada bagian penjelasan, dinyatakan;


Huruf b
Perum sebagai badan usaha diupayakan untuk tetap mandiri dan untuk itu Perum perlu
memperoleh keuntungan agar dapat hidup berkelanjutan.

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 15


Penggunaan dua tujuan (pelayanan publik dan keuntungan) secara
bersamaan akan mengakibatkan potensi negatif bagi negara. Yang perlu
untuk diperhatikan dari dualisme ini adalah potensi ketidakjelasan
dalam penilaian kinerja.

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 16


8. Penilaian Kinerja PERUM dan PERSERO
PERUM beroperasi di area hajat hidup orang banyak
• dengan area dan detail yang jelas (misal, PERUM bergerak di bidang
penyediaan air bersih, perumahan maksimal 150 meter, kesehatan
dll).
• Persentase pertumbungan Barang dan Jasa

PERSERO harus diperlakukan sebagai perseroan biasa,


• dengan penilaian seperti korporasi pada umumnya, seperti ratio
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Dividend Payout Ratio
(DPR) dan lain sebagainya.

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 17


9. Kontribusi BUMN terhadap Negara
kontribusi pajak BUMN tersebut masih dibawah rata-rata kontribusi perusahaan swasta.
Jika kita menggunakan berita per 06 Maret 2019,
per desember 2018, total aset BUMN telah menembus angka 8.092 T, sementara Total laba BUMN tumbuh menjadi 188
Triliun.
Jika kita menggunakan pendekatan laba per aset (188/8092 x 100), maka diperoleh angka 2,32%. Ratio ini sangat kecil.

Kita bandingkan dengan bunga deposito (5%), maka angka 2,32% masih jauh dibawah deposito. Artinya lebih baik kita
menempatkan dana di deposito daripada melakukan bisnis.
Lihat
https://economy.okezone.com/read/2019/03/06/320/2026637/total-aset-bumn-naik-rp882-triliun-jadi-rp8-092-triliun
“Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat total aset BUMN telah menembus angka Rp8.092 triliun
sampai 31 Desember 2018. Angka tersebut naik Rp882 triliun dari capaian 2017 sebesar Rp7.210 triliun.
Total laba BUMN tumbuh menjadi Rp188 Triliun dari Rp186 triliun pada 2017. Besarnya kontribusi BUMN dalam
pembangunan infrastruktur pun terlihat dari capex BUMN yang meningkat sepanjang 2018, mencapai Rp 487 triliun,
naik signifikan dibandingkan 2017 sebesar Rp315 triliun. Di mana capex 2018 tersebut didominasi oleh sektor
infrastruktur.
Kontribusi BUMN terhadap APBN pun melonjak menjadi Rp422 Triliun, naik Rp68 Triliun dari setoran 2017 sebesar Rp
354 Triliun.

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 18


10. Badan Usaha Milik Pemerintah atau Pemda
harus beroperasi di Area Publik/Netral
Negara (Pempus dan Pemda) menarik dana dari pajak (pusat dan
daerah) menggunakan kewenangan paksa. Pajak (pendapatan Negara)
tersebut ditarik/dipaksakan kepada semua masyarakat tanpa
memandang suku, agama (SARA). Dengan demikian Belanja Negara
(termasuk penyisihan belanja negara untuk mendirikan perusahaan)
harus merepresentasikan kepentingan publik (bersama).

Tidak Elok jika BUMN beroperasi di sector yang bertentangan dengan


nilai suatu kelompok masyarakat (industry Miras, Perbankkan
berdasarkan Agama)

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 19


Terimakasih

Universitas Indonesia - Fakultas Hukum 20


Kerugian Negara
Hendry JN
Penyimpangan terdiri
dari (i) kebijakan, (ii)
kegiatan, (iii)
administratif, dan (iv)
fiduciary bendahara
Menteri/Pimpinan
Ketentuan kerugian Lembaga/KDH
negara diatur dlm UU dikenakan sanksi
perbendaharaan denda atau pidana
negara thp penyimpangan
kebijakan

Kasatker anggaran
Bendahara memiliki dikenakan sanksi
tanggung jawab denda/pidana thp
fiduciary penyimpangan
kegiatan

Setiap pegawai atau


pihak lain dikenakan
sanksi administratif krn
tidak memenuhi
kewajibannya

PIDANA, SANKSI & GANTI RUGI (UUKN)


BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM UGM 2
PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA (UUPN)

Pengenaan ganti
Setiap kerugian Mereka yang
kerugian
negara/daerah Pengenaan ganti telah ditetapkan
negara/daerah
yang disebabkan kerugian mengganti
oleh pegawai
oleh tindakan negara/daerah kerugian tersebut
negeri bukan
melanggar hukum terhadap dapat dikenai
bendahara
atau kelalaian bendahara sanksi
ditetapkan oleh
seseorang, harus ditetapkan oleh administratif
menteri/pimpinan
diganti oleh pihak BPK dan/atau sanksi
lembaga/kepala
yang bersalah. pidana
daerah

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM UGM 3


Apa Setiap kerugian negara/daerah

yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang


harus
diganti? harus segera diselesaikan

PENYELESAIAN
Siapa? Pejabat negara atau pegawai negeri bukan bendahara dalam rangka
KERUGIAN pelaksanaan kewenangan administrative

NEGARA/DAERAH Bendahara dalam rangka pelaksanaan kewenangan


- PASAL 59 AYAT (1)
UUPN
Konteks? Pengembalian kekayaan negara

meningkatkan disiplin dan tanggung jawab


Siapa harus mengganti?
 Bendahara / Pegawai negeri bukan
bendahara / Pejabat lain
PENYELESAIAN  Melanggar hukum atau melalaikan
kewajiban
KERUGIAN  Secara langsung merugikan keuangan
negara
NEGARA/DAERAH - Siapa dapat/wajib menuntut?
PASAL 59 AYAT (2)  Pimpinan kementerian
negara/lembaga/kepala satuan kerja
DAN (3) UUPN perangkat daerah
 Setelah mengetahui “ada” kerugian
 Perbuatan dari pihak mana pun
Laporan Kerugian
 Setiap kerugian negara wajib dilaporkan
 Atasan langsung atau kepala kantor kepada menteri/pimpinan Lembaga
 Diberitahukan ke BPK
Tindak Lanjut PENYELESAIAN
 Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain
 Melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya
KERUGIAN
 Kesanggupan dan/atau pengakuan tanggung jawabnya dan bersedia
mengganti
NEGARA/DAERAH
Just in case - PASAL 60-61
 Menteri/pimpinan Lembaga UUPN
 keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara
 yang bersangkutan
JUST IN CASE (KERUGIAN NEGARA)

SK bersifat sita jaminan (conservatoir beslaag)

Pelaku = Menteri/pimpinan Lembaga → Menkeu

Pelaku = Menteri Keuangan → Presiden

Pelaku = Pimpinan lembaga negara → Presiden


JUST IN CASE (KERUGIAN DAERAH)

SK bersifat sita jaminan (conservatoir beslaag)

Pelaku = Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah → Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah

Pelaku = Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah → kepala daerah

Pelaku = pimpinan lembaga pemerintahan daerah → Presiden


Bendahara → BPK → UU 15/2004

PNBB → Menteri/Pimp Lemb/Kepala


Daerah → PP 38/2016

TATA CARA GANTI KERUGIAN


Pasal 64
GANTI KERUGIAN (1) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara,
DAN SANKSI dan pejabat lain yang telah ditetapkan untuk
mengganti kerugian negara/daerah dapat
dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi
pidana.
(2) Putusan pidana tidak membebaskan dari
tuntutan ganti rugi
DALUWARSA

Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain untuk
membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak
terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang
bersangkutan
➢ Jika “pelaku” dalam pengampuan, melarikan diri, atau
KEADAAN meninggal dunia → pengampu/yang memperoleh hak/ahli
waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau
TERTENTU diperolehnya → kausalitas
➢ Daluwarsa: 3 tahun
Uang dan/atau barang bukan milik
negara/daerah yang digunakan dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan
CAKUPAN UU
1/2004
Pengelola perusahaan negara/daerah dan
badan-badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan keuangan negara, sepanjang
tidak diatur dalam undang-undang tersendiri
PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA (UU PPTJKN) – PENGENAAN
GANTI KERUGIAN NEGARA

 Pemeriksa (Pasal 1.3) → investigasi indikasi kerugian (Pasal 13-14) jo. Pasal 26
 BPK → SK penetapan batas waktu pertanggung jawaban bendahara (keberatan atau
pembelaan diri 14 hari) → SK pembebanan penggantian → konsultasi dengan
pemerintah (incl. BUMN) → Pasal 22
 Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/direksi perusahaan negara dan
lain-lain melaporkan penyelesaian kerugian negara/daerah kepada BPK (60 hari) →
BPK
Kerugian Negara

Ganti Kerugian

BPK Wewenang BPK

• menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara


→ bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga
atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan
keuangan negara → keputusan BPK
• Pemantauan: (DPR, DPD, DPRD)
UU ADPEM

Penyalahgunaan Wewenang → APIP → c. terdapat kesalahan


administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara

Pengembalian kerugian keuangan negara paling lama 10 hari kerja

Non Penyalahgunaan Wewenang → Badan Pemerintahan

Penyalahgunaan Wewenang → Pejabat Pemerintahan


MASALAH DI SEPUTARNYA

Kerugian Keuangan
Negara: Perihal
Definisi menyalahgunakan Kewenangan audit Penyelesaian
wewenang/kewenangan
- korupsi
KERUGIAN

Arsyad
Kerugian: berkurangnya kekayaan yang dimiliki
Rugi – objektif dan subjektif
Kohler (akuntansi):
1. Any item of expense, as in the term profit and loss
2. Any sudden, unexpected, involuntary expense or irrecoverable cost, often referred to as a form of
non recuring charge an expenditure from which no present or future benefit ay be expected
3. The excess of the cost or depreciated cost of an asset over its selling price.
KERUGIAN
KERUGIAN NEGARA =
NEGARA KORUPSI?
TUANAKOTTA

3 wilayah kompetensi hukum:

Perdata → perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad)

HAN → Pasal 1 Angka 15 UU BPK dan Pasal 1 Angka 22 UUPN

Pidana → Pasal 32 UU PTPK


Pramono
Jumlah konkrit;
NYATA DAN Berdasarkan bukti-bukti konkrit
PASTI
Tidak dapat dilakukan perubahan
Tuanakotta: perhitungan objektif
KEMUNGKINAN
TERJADINYA PMH
MERUGIKAN KEUANGAN
NEGARA

1. Dana akan masuk kas negara


2. Danaakan keluar dari kas
negara
KERUGIAN KEUANGAN NEGARA

Hernold Ferry Makawimbang:


Hilang atau berkurangnya H+W negara
Hilang atau berkurangnya sesuatu yang dapat dijadikan milik negara
Hilang atau berkurangnya hak penerimaan dan timbulnya kewajiban negara
Timbul atau bertambahnya kewajiban pengeluaran atau pembayaran keuangan negara
Hilang atau berkurangnya penerimaan dan/atau pengeluaran keuangan negara
Hilang atau berkurangnya aset negara
Hilang atau berkurangnya kekayaan pihak lain yang dikelola oleh negara
BENTUK KERUGIAN KEUANGAN NEGARA

Pengeluaran Penerimaan
Hilangnya
Pengeluaran dari sumber/kekayaan sumber/kekayaan
sumber/kekayaan
sumber/kekayaan negara/daerah yang negara/daerah lebih
negara/daerah yang
negara/daerah lebih besar dari yang kecil/rendah dari yang
seharusnya diterima
seharusnya seharusnya diterima

Timbulnya suatu
Timbulnya suatu Hilangnya suatu hak Hak negara/daerah
kewajiban
kewajiban negara/daerah yang yang diterima lebih
negara/daerah yang
negara/daerah yang seharusnya dimiliki kecil dari yang
lebih besar dari yang
seharusnya tidak ada atau diterima seharusnya
seharusnya
hilang atau berkurangnya hak penerimaan keuangan negara

timbul atau bertambahnya kewajiban pengeluaran keuangan


negara
INDIKATOR
KERUGIAN hilang atau berkurangnya segala sesuatu, yang dapat dijadikan
milik negara dan berhubungan dengan pelaksanaan H=W
KEUANGAN
NEGARA ke semua keadaan tersebut di atas, harus dapat dinilai
dengan uang

karena merupakan suatu perbuatan melawan hukum


Kerugian keuangan negara selalu erat
hubungannya dengan masalah
penyelewengan keuangan negara?
DEFINISI
KERUGIAN KEUANGAN NEGARA =
KERUGIAN
KORUPSI?
KEUANGAN
NEGARA
Siapa yang berhak audit kerugian
keuangan negara?
KEWENANGAN AUDIT

PP 60/2008 → BPKP

Putusan MK Nomor 31/PUU-X/2012

SEMA 4/2016 → BPK


PERSINGGUNGAN  Rogier: Una Via Principle
 Perbedaan Penerapan sanksi pidana dan
SANKSI administrative:

ADMINISTRATIF 1. orang atau badan yang memberlakukan


perilaku yang dapat dikenakan sanksi
DENGAN SANKSI
2.
3. efektivitas dan efisiensi sanksi
LAINNYA 4. sifat dan tingkat beratnya sanksi
Pasal 64 UU Perbendaharaan Negara:
(1) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara,
CONTOH dan pejabat lain yang telah ditetapkan untuk
mengganti kerugian negara/daerah dapat
PERSINGGUNG dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi
AN SANKSI pidana; dan
(2) Putusan pidana tidak membebaskan dari
tuntutan ganti rugi.
Menjaga Perubahan
dari Ne bis orientasi
in Idem lex talionis

Penegakan
Ultimum
Remidium

PENERAPAN ASAS UNA VIA


KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DAN
BUMN ( HUBUNGAN HUKUM PUBLIK DAN Hendry JN

HUKUM PRIVAT )
Definisi kerugian
“MASALAH”
HUKUM
Seputar keuangan negara
SEPUTAR DELIK
KORUPSI
Perihal menyalahgunakan
MERUGIKAN
wewenang/kewenangan
KEUANGAN
Kewenangan audit kerugian NEGARA
keuangan negara
Kerugian keuangan negara selalu erat
hubungannya dengan masalah
penyelewengan keuangan negara?

A. DEFINISI
KERUGIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA =
KEUANGAN KORUPSI?
NEGARA

Siapa yang berhak audit kerugian


keuangan negara?
PP 60/2008 → BPKP

Putusan MK Nomor 31/PUU-X/2012

SEMA 4/2016 → BPK

KEWENANGAN AUDIT
THEODORUS M TUANAKOTTA

3 wilayah kompetensi hukum:

Perdata → perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad)

HAN → Pasal 1 Angka 15 UU BPK dan Pasal 1 Angka 22 UUPN

Pidana → Pasal 32 UU PTPK


Widyo Pramono
1) Jumlah konkrit;
2) Berdasarkan bukti-bukti konkrit
3) Tidak dapat dilakukan perubahan

Theodorus M Tuanakotta: perhitungan objektif

NYATA DAN PASTI


KERUGIAN KEUANGAN NEGARA

Hernold Ferry Makawimbang:


1. Hilang atau berkurangnya hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang akibat perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan
melawan hukum;
2. Hilang atau berkurangnya sesuatu, baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban akibat perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan melawan hukum;
3. Hilang atau berkurangnya hak penerimaan dan timbulnya kewajiban negara yang nyata dan pasti, serta dapat dinilai dengan uang;
4. Timbul atau bertambahnya kewajiban pengeluaran atau pembayaran oleh keuangan negara secara nyata dan pasti, serta dapat dinilai
dengan uang yang berasal dari kegiatan pelayanan pemerintah;
5. Hilang atau berkurangnya penerimaan dan/atau pengeluaran keuangan negara secara nyata dan pasti, serta dapat dinilai dengan uang;
6. Hilang atau berkurangnya aset negara, baik yang dikelola sendiri maupun yang dikelola oleh pihak lain, secara nyata dan pasti, serta dapat
dinilai dengan uang;
7. Hilang atau berkurangnya secara nyata dan pasti, serta dapat dinilai dengan uang atas kekayaan pihak lain yang dikelola oleh negara
INDIKATOR KERUGIAN KEUANGAN NEGARA

➢ hilang atau berkurangnya hak penerimaan keuangan negara, yang berlaku sebagai indikator untuk penerimaan
keuangan negara
➢ timbul atau bertambahnya kewajiban pengeluaran keuangan negara yang berlaku sebagai indikator untuk
pengeluaran keuangan negara
➢ hilang atau berkurangnya segala sesuatu, baik berupa uang, barang, ataupun benda bernilai yang dapat
dijadikan milik negara dan berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban negara, yang berlaku sebagai
indikator untuk keuangan negara yang disimpan, aset atau kekayaan negara
➢ ke semua keadaan tersebut di atas, harus dapat dinilai dengan uang, dan telah terjadi secara nyata dan pasti,
dan
➢ bahwa ke semua keadaan tersebut di atas juga harus terjadi karena merupakan suatu perbuatan melawan
hukum, baik dari ranah perdata, administrasi, dan juga pidana, yang tentunya akan membawa konsekuensi
pertanggungjawaban yang berbeda pula.
Dasar:
• APBN → pertanggungjawaban
• Pasal 33 UUD 1945
• Audit oleh BPK → Putusan MK 48 dan 62 Tahun 2013 (TAP MPR Nomor
X/MPR/2001, Pasal 71 (2) UU BUMN, Pasal 3 (1) UU PN, Pasal 10 (1) UU BPK)
• Diperlukannya kontrol negara
• UU PTPK, pegawai BUMN adalah PN
1.

2.

3.
4.
5.







1)

2)


Tindakan direksi
dilandaskan pada
Direksi harus Pertimbangan →
itikad baik dan
dengan cermat; responsible;
perbuatan yang
jujur;

Tidak bertentangan
Direksi harus
dengan hukum
berhati-hati dan Tidak ada conflict
yang berlaku, serta
bertanggung of interest;
sesuai maksud dan
jawab;
tujuan perseroan.
1. DILAKUKAN TIDAK SESUAI
DENGAN AAUPB DAN BJR, DAN BUKAN PULA
DILAKUKAN DALAM KEADAAN DARURAT;

2. TRICKY;
3. TIDAK UNTUK KEPENTINGAN PERSERO;
4. SECARA MELAWAN HUKUM DENGAN TUJUAN UNTUK MENGUNTUNGKAN DIRI
SENDIRI, ATAU KELUARGA, ATAU KORPORASI, ATAU GOLONGAN TERTENTU, ATAU
PIHAK LAIN;

5. KEBIJAKAN ATAU KEPUTUSAN BISNIS DIJADIKAN SEBAGAI PINTU MASUK SUATU


KEJAHATAN;

6. MENGURANGI JUMLAH SAHAM PEMERINTAH ATAU SETIDAKNYA NILAI SAHAM


PEMERINTAH

7. MORAL HAZARD

SKCU:
1. CB → ADMINISTRASI
2. NR → PERDATA
3. IC → PIDANA

Anda mungkin juga menyukai